: Tn. S
: Laki-laki
: 70 tahun
: Hindu
: Bali
: SMA
: Pensiunan
: Ubud Kelod, Ubud, Bali
: Menikah
: 190079
: 7 Oktober 2016
: 7 - 15 Oktober 2016
1. Anamnesa (Autoanamnesa)
1.1.Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan kelemahan mendadak pada tangan dan kaki kanan
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
1.2.
Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh bicara pelo 1 hari SMRS.
1.3.
1.4.
1.5.
1.6.
2. Pemeriksaan Fisik
2.1.
Status Generalis (7 Oktober 2016)
Kesadaran
: Compos Mentis (GCS: E4, M6, V5)
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Tekanan darah
: 150/110 mmHg
Nadi
: 68 x/menit
Pernapasan
: 20 x /menit
Suhu
: 36C
Kepala
:
Normocephal, tidak terdapat jejas, distribusi rambut merata.
Mata
:
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Pupil : 3mm / 3mm, isokor
Refleks cahaya langsung, tidak langsung ++/++
Telinga
:
Aurikula normal, serumen -/-, hiperemis -/-
Hidung
:
Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada luka dan
perdarahan.
Mulut
:
Lidah terdorong ke kanan.
Leher
:
Tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
jantung
paru
:
simetris dalam keadaan statis/dinamis
fremitus normal, kanan = kiri
sonor pada kedua lapang paru
: S1 dan S2 normal, murmur (-), gallop (-)
: bunyi vesikuler, wheezing (-), ronchi (-)
Abdomen
:
Hepar
tidak teraba
Lien
tidak teraba
Bising usus (+), normal
Tidak terdapat nyeri tekan ataupun nyeri lepas, tidak ada
tahanan, tidak teraba massa.
2.2.
Punggung
:
Tidak terdapat luka dan deformitas.
Ekstremitas
:
Akral hangat, bentuk normal, tidak terdapat deformitas,
cyanosis, bekas luka maupun benjolan. Capillary refill time < 2
detik.
Status Neurologis
GCS : 15 (E4, M6. V5)
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk
: (-)
Laseque
: (-)
Kernique
: (-)
Brudzinski I
: (-)
Brudzinski II
: (-)
Brudzinski III
: (-)
Brudzinski IV
: (-)
Saraf Kranialis
Nerve I (Olfactorius)
- Dalam batas normal
Nerve II (Opticus)
- OD / OS : Visus dalam batas normal. Refleks
cahaya langsung dan tak langsung dalam batas
normal.
Nerve III (Okulomotor), IV (Troklearis), VI (Abdusen)
- Celah kelopak mata normal, tidak ada ptosis.
- Pupil bulat, isokor : 3mm / 3mm
- Pergerakan kedua bola mata normal.
- Tidak terdapat nistagmus di kedua bola mata
Nerve V (Trigrminal)
- Sensorik :
V1
: Normal.
V2
: Normal.
V3
: Normal.
- Refleks kornea
: Normal.
- Motorik :
Menggigit : Baik, tidak ditemukan
paresis di otot pengunyah.
Membuka rahang : Baik, mulut lurus,
tidak miring ke salah satu sisi.
Nerve VII (Facialis)
- Sensorik :
Pengecapan 2/3 ant lidah : Baik.
- Motorik :
Mengangkat alis : Normal.
Mengembung pipi : Normal.
Mencucu : Normal.
Meringis : Normal.
Nerve VIII (Vestibulocochlear)
- Gesekkan jari AD / AS : Baik
- Detik jam AD / AS : Baik.
Nerve IX (Glosofaringeal)
- Sensorik :
Pengecapan 1/3 posterior lidah baik.
- Motorik :
Refleks menelan baik.
Nerve X (Vagus)
- Tidak tedapat disfonia maupun disfagia.
- Refleks muntah : Baik.
- Arkus faring : Simetris.
- Letak uvula : Di tengah.
Nerve XI (Asesorius)
- Mengangkat bahu : Baik.
- Memalingkan kepala : Baik.
Nerve XII (Hipoglosus)
- Deviasi lidah : ke kanan.
- Atrofi/fasikulasi/tremor lidah : (-) / (-) / (-)
- Artikulasi : Baik
Pemeriksaan Motorik
Massa otot
:
Lokasi
Kanan
Kiri
Ekstremitas Atas
Eutrofi
Eutrofi
Ekstremitas Bawah
Eutrofi
Eutrofi
Tonus :
Lokasi
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
Kanan
Normotonus
Normotonus
Kiri
Normotonus
Normotonus
Kekuatan:
Lokasi
Lengan Atas
Lengan Bawah
Tangan
Jari Tangan
Tungkai Atas
Tungkai Bawah
Kaki
Jari Kaki
Kanan
4
4
4
4
4
4
4
4
Kiri
5
5
5
5
5
5
5
5
Refleks Fisiologis
Ekstremitas Atas
- Biceps
- Triceps
Ekstremitas Bawah
- Patella
- Achilles
Refleks Patologis
Ekstremitas Atas
- Hoffman
- Trommer
Ekstremitas Bawah
- Babinski
- Schaefer
- Chaddock
- Oppenheim
- Gordon
Klonus
Patella
Achilles
: ++ / ++
: ++ / ++
: ++ / ++
: ++ / ++
:-/:-/:-/:-/:-/:-/:-/:-/:-/-
Pemeriksaan Sensoris
Ekstremitas Atas
- Raba : Normoestesia/Normoestesia
- Nyeri : Normoalgesia/Normoalgesia.
- Getar : Tidak diperiksa.
- Suhu : Tidak diperiksa.
- Propioseptif : Normal.
- Diskriminasi dua titik : Normal.
Ekstremitas Bawah
- Raba : Normoestesia/Normoestesia.
- Nyeri : Normoalgesia/Normoalgesia.
- Getar : Tidak diperiksa.
- Suhu : Tidak diperiksa.
- Propioseptif : Normal.
- Diskriminasi dua titik : Normal.
Otonom
Buang air besar
: Normal.
Buang air kecil
: Normal.
Berkeringat
: Normal.
Fungsi Luhur
Memori
: Baik.
Kognitif
: Baik.
Bahasa
: Baik.
Pemeriksaan Koordinasi
Disdiadokinesia
: Baik.
Tes telunjuk hidung : Baik.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter
Hasil
Nilai Rujukan
HEMATOLOGI LENGKAP
Hemoglobin
14,8
13,5 17,5
Leukosit
7,1
4,1 - 11
Hematokrit
43,2
41 - 53
Trombosit
175
150 - 440
Eritrosit
4,82
4,5 5,9
ELEKTROLIT
Kalium
3,83
3,5 5,1
Natrium
143,6
136 - 145
Chlorida
110,9
94 - 110
PROFIL LIPID
Cholesterol total
149
140 - 199
Trigliserida
120
< 150
RENAL FUNGSI TEST
BUN
11,75
8,00 23,00
Creatinine
0,94
0,7 1,2
Asam urat
6,23
27
Glukosa darah sewaktu
125
70 - 140
Rontgent Thorax
Satuan
g/dL
109/l
%
109/l
juta/ul
mmol/l
mmol/l
mmol/l
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
EKG :
Pemeriksaan CT Scan
4. RESUME
Pasien laki-laki usia 70 tahun mengalami hemiparesis dekstra disertai
disartria sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki faktor
resiko berupa merokok dan riwayat hipertensi lama dengan pengobatan
captopril 1x25mg. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
150/110mmHg, kekuatan motorik asimetris. Pemeriksaan EKG dan
Rontgent thorax dalam batas normal, pemeriksaan CT scan tidak
menunjukkan tanda-tanda perdarahan.
5. DIAGNOSIS
Klinis
: Hemiparese dekstra
Topis
: Kapsula Interna
Etiologi
: CVD Iskemik (Trombotik)
6. DIAGNOSIS BANDING
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
BAB II
FOLLOW UP
8 Oktober 2016
S : Kepala terasa pusing berputar, kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 110/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 16 x/menit, suhu 35,8 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
: 4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
P :
: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik
RL 20 gtt/menit
Citicholin (3 x 1 ampoule)
Ranitidin 2x1
Cernevit Drip dalam RL
Acetosal 1x100mg
9 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 170/110 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 16 x/menit, suhu 36 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik
10 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 150/110 mmHg, nadi 72 x/menit, respirasi 16 x/menit, suhu 36 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik
11 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh belum membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 100/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 35,8 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik
12 Oktober 2016
S : kelemahan sisi kanan tubuh dirasa sedikit membaik.
O : ku/ ks : tampak sakit ringan, kompos mentis E4V5M6
TD 130/70 mmHg, nadi 68 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,2 oC
Rangsang meningeal : Tidak ada kelainan
Nervus cranialis
: Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis
: ++/++
Refleks patologis
:-/Kekuatan motorik
4444 5555
4444 5555
Sensoris
: Dalam batas normal
Tonus
: Normal
Klonus
:-/A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
: hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus
Klonus
A : Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
: ++/++
:-/4444 5555
4444 5555
: Dalam batas normal
: Normal
:-/: Diagnosis klinis : hemiparese dekstra
: kapsula interna
: CVD iskemik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. VASKULARISASI OTAK
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk rongga kranium melalui
foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri
serebeli inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu
arteri basilaris, dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada
tingkat mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri
serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis, dan bagian
medial lobus temporalis.
dari 24 jam atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab lain
selain gangguan vaskuler.
2.2. Epidemiologi
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan
modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang
meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Pada 1999, 50 juta orang
telah mengalami kecacatan akibat stroke. Jumlah ini merupakan 3,5 % dari
seluruh penderita cacat. Proyeksi hingga 2020 nanti menunjukan bahwa setiap
tahun sekitar 61 juta orang akan mengalami kecacatan akibat stroke.
2.3. Faktor Resiko
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: usia, jenis kelamin, ras/etnis,
genetik.
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi: inaktivitas fisik, diet yang buruk,
obesitas, hipertensi, diabetes mellitus, dyslipidemia, sindorma metabolik,
hiperhomocysteinemia, infeksi, penyalahgunaan alkohol, dll.
2.4. Klasifikasi
a. Berdasarkan kelainan patologis
Stroke hemoragik: perdarahan intra serebral, pendarahan
subarakhnoid .
Stroke non-hemoragik: thrombosis serebri, emboli, hipoperfusi
sistemik
b. Berdasarkan waktu terjadinya
Transient Ischemic Attack (TIA) : < 24 jam
Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) : 24 jam 1 minggu
Stroke In Evolution (SIE) : gejala makin memburuk dibandingkan
awal
Completed stroke : gejala menetap, permanen lesi otak.
c. Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
Sistem karotis (anterior)
- Motorik : hemiparese kontralateral, disartria
- Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia
- Gangguan visual : hemianopsia homonim, amaurosis fugaks
- Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia
Sistem vertebrobasiler (posterior)
- Motorik : hemiparese alternans, disartria
- Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia
- Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo, diplopia
2.5. Etiologi
Pada stroke hemoragik, penyebab utamanya adalah pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan keluarnya darah ke jaringan parenkim
otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau kombinasi keduanya.
Pendarahan intraserebral ditemukan 10% dari seluruh kasus stroke. Selain itu,
pendarahan terjadi di ruang subaraknoid.
Pada stroke non-hemmorhagic paling sering disebabkan oleh emboli
atau thrombus. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh
penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang
mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade
iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
2.6. Gambaran Klinis
Gejala klinis yang terjadi bergantung pada neuroanatomi dan vaskularisasinya.
Defisit neurologis yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemi.
Gejala Klinis
Defisit fokal
Onset
Nyeri kepala
Muntah pada
awalnya
Hipertensi
Penurunan
kesadaran
Hemiparesis
Gangguan bicara
Liquor
Parese / gang
N.III
PIS
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering
PSA
Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering
Hampir
selalu
Ada
Biasanya tidak
Non Hemoragik
Berat ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan
Tidak, kecuali lesi
batang otak
Sering kali
Ada
Tidak ada
Sering dari
awal
Sering ada
Berdarah
Tidak ada
di
2.7. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalu anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan manifestasi klinis yang telah
disebutkan di atas. Selain itu ada yang disebut Siriraj Stroke Score dan
alogaritma Gajah Mada yang sering digunakan untuk membantu membedakan
stroke berdasarkan etiologinya.
No
.
1
Penilaian
(1) Kompos Mentis
(2) Mengantuk
(3) Semi koma/koma
(1) Tidak
(2) Ya
(1) Tidak
(2) Ya
Diastolik
Muntah
Nyeri Kepala
4
5
Tekanan Darah
Ateroma:
(1) Tidak
DM
(2) Ya
Angina Pektoris
Klaudikasio Intermiten
Konstanta
Indek
Skor
x 2,5
x2
x2
x 10%
x (-3)
-12
-12
Hasil SSS
Bila SSS > 1 : Stroke Hemoragik
SSS < -1 : Stroke Non Hemoragik.
Skor antara 1 dan -1 menunjukkan hasil yang ekuivokal dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.
2.8. Penatalaksanaan
Non Farmakologis
- Mengendalikan faktor risiko
- Rehabilitasi medik dilakukan sedini mungkin pada stroke
ischemic dan dilakukan setelah melewati fase akut pada
stroke hemorrhagic (1-2minggu), dengan tujuan untuk
memperbaiki fungsi motoric, mencegah kontraktur sendi,
agar penderita dapat mandiri, rehabilitasi sosial.
- Terapi umum (5B : Breating - stabilisasi jalan nafas dan
pernafasan; Blood - TD tidak boleh segera diturunkan
kecuali sistolik > 220 mmHg, diastolik > 120 mmHg. Batas
penurunan TD maksi-mal 20-25%. Stabilisasi hemodinamik
dengan pemberian cairan kristaloid atau koloid; Brain - Bila
didapatkan kenaikan TIK maka diberikan manitol, posisi
kepala 20-30 derajat. Aktivitas metabolisme otak harus
diturunkan (mengatasi hipertermia, agitasi, kejang, nyeri,
bila ada); Bladder - mengosongkan kandung kemih yang
penuh, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten; Bowel Perhatikan kebutuhan cairan dan kalori, hindari obstipasi,
jika terdapat kesulitan menelan pasang NGT. Nutrisi oral
hanya boleh diberikan bila fungsi menelan baik.)
Farmakologis
stroke iskemik
- reperfusi : trombolisis penghilang sumbatan akibat stroke
rt-PA 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan
bolus & sisanya infus kontinyu dalam 60 menit);
pemberian harus kurang dari 3 jam onset.
- Hemorheologi memperbaiki aliran darah, mengurangi
viskositas
pentoxifilin 15 mg/kgBB/hari, Naftidroufuril 600
mg/hari IV selama 10 hari dilanjutkan oral 300
mg/hari.
- Antikoagulan: untuk pasien stroke yang beresiko emboli
otak
Heparin 1000 u/jam, cek aPTT 6 jam kemudian,
hari ketiga oral
LMWH 2 x 0,4cc subkutan, cek trombosit hari ke1 dan ke-3
Warfarin 8 mg hari ke-1, 6 mg hari ke-2, cek INR
- Anti agregasi trombosit:
Aspirin 80 120 mg/hari, Clopidogrel 1x75 mg,
Cilostazol 2x50 mg, Ticlopidin 2x250 mg
- Neuroproteksi:
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan definisi stroke, maka pasien ini dapat dimasukkan ke dalam kategori
stroke, sebab :
Gangguan fungsi serebral : pada pasien ini terjadi hemiparese dekstra.
Gangguan anggota gerak ini disebut parese yaitu sensasi abnormal dan
kombinasi berbagai sensasi seperti kelumpuhan atau baal, yang terjadi pada
bagian kanan maka disebut hemiparese desktra. Pada pasien tidak terjadi
defisit neurologis. Pasien mengeluhkan bicara pelo yang mengindikasikan
kelumpuhan nervus kranialis XII yang banyak terjadi pada penyakit
serebrovaskular.
Berlangsung dengan cepat : pada pasien ini, gejala yang dirasakan muncul
mendadak.
Lebih dari 24 jam : Setelah di follow up, gejala tetap ada walaupun membaik
selama lebih dari 5 hari.
tanpa ditemukannya penyebab lain selain gangguan vaskuler : Pada pasien ini
ditemukan adanya tanda iskmik berdasarkan hasil CT scan.
Pada pasien ini tidak ada keluhan progresif berupa kelemahan motorik yang
lambat laun terjadi dalam waktu tertentu atau ada nyeri kepala menahun
seperti pada gambaran tumor otak maka dapat dihilangkan kemungkinan lain
selain vaskuler.
Adapun pada pasien ini, karena terjadi suatu perdarahan pada daerah kapsula
interna, maka dapat kita curigai adanya gangguan fungsi pada daerah yang
diperdarahi oleh arteri serebri media.
Pasien ini memiliki beberapa faktor resiko untuk terjadinya suatu stroke, yakni
umur yang relatif tua (50 tahun), jenis kelamin lelaki, adanya hipertensi, merokok,
serta gaya hidup yang kurang olahraga.
Adapun pada pasien ini, gejala hemiparese dekstra mungkin disebabkan oleh
adanya perifocal edema yang menyebabkan terjadinya penekanan pada jaras
motorik, sehingga berakibat pada hemiparese pada tangan dan kaki pasien. Seiring
dengan perjalan waktu, apabila perdarahan yang ada telah tertangani dan edema
yang ada berkurang, maka gejala yang dirasakan juga akan membaik.
Apabila kita menggunakan Siriraj Stroke Score pada pasien ini, maka akan
dapat kita temukan :
No
.
1
Gejala/Tanda
Kesadaran
Muntah
Nyeri Kepala
Tekanan Darah
Penilaian
Kompos Mentis (0)
Mengantuk
(1)
Semi koma/koma (2)
Tidak
(0)
Ya
(1)
Tidak
(0)
Ya
(1)
Diastolik
Indek
Skor
x 2,5
x2
x2
x 10%
+11
Ateroma:
Tidak
(0)
DM
x (-3)
-0
Ya
(1)
Angina Pektoris
Klaudikasio Intermiten
6
Konstanta
-12
-12
Hasil SSS
-1
Bila SSS > 1 : Stroke Hemoragik
SSS < -1 : Stroke Non Hemoragik.
Skor antara 1 dan -1 menunjukkan hasil yang ekuivokal dan memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis.
HASIL : Berdasarkan perhitungan SIRIRAJ STROKE SCORE, pada kasus ini
ditemukan nilai -1 yang menunjukkan Stroke Non Hemoragik.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, hanya didapatkan hemiparesis dekstra dan
paresis nervus kranialis XII yang biasa terjadi pada kasus stroke.
Gambaran CT scan belum menunjukkan lesi hipodens yang merupakan golden
diagnosis penyakit stroke yang menandakan adanya sumbatan aliran darah ke
otak. Tidak terdapat lesi hiperdens sehingga pada pasien ini dapat dihilangkan
diagnosis stroke hemoragik. Ada beberapa kemungkinan yang menjelaskan
mengapa belum terdapat lesi hiperdens pada otak yaitu:
Kejadian yang terlalu akut; lesi hipodens terbentuk >24 jam pasca
kejadian
Diperlukan pemeriksaan MRI untuk memperjelas kemungkinan infark
minimal (lacunar) pada otak.
Pada pasien ini, pengobatan medik spesifik dilakukan dengan dua prinsip
dasar yaitu:
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Duus, Peter. 2006. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.
Jakarta: EGC.
2. Aliah A, Kuswara F F, Limoa A, Wuysang G. Gambaran umum tentang gangguan
peredaran darah otak dalam Kapita selekta neurology cetakan keenam editor
Harsono. Gadjah Mada university press, Yogyakarta. 2007. Hal: 81-115.
3. Chung, Chin-Sang. Neurovascular Disorder in Textbook of Clinical Neurology
editor Christopher G. Goetz. W.B Saunders Company: 1999. Hal: 10-3
4. D. Adams. Victors. Cerebrovasculer diseases in Principles of Neurology 8 th
Edition. McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 660-67
5. Ginsberg L. Stroke. Dalam Neurologi. Edisi 8. Erlangga. Jakarta. 2007
6. Goetz Christopher G. 2007. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of
Clinical Neurology, 3rd ed. Philadelphia : Saunders.
7. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: PERDOSSI.
8. LY, Hung, Wang PY, Wang Y, Chia LG. Clinical distinction between acute
hemorrhagic and acute ischemic stroke by Siriraj stroke score [online]. Tersedia
pada: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7780882. Diunduh pada: 7 April 2012
9. Ropper AH, Brown RH. Cerebrovascular Diseases. In : Adam and Victors
Priciples of Neurology. Eight edition. New York : Mc Graw-Hill. 2005.
10. Rumantir CU. 2007. Gangguan peredaran darah otak. Pekanbaru : SMF Saraf
RSUD Arifin Achmad/FK UNRI. Pekanbaru.
11. Snell, Richard S. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran .
Jakarta : EGC.
12. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer dan
prevensi sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit Salemba
Medika. Hal: 53-73.