Anda di halaman 1dari 20

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Y.R.
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/tanggal lahir
: Tara-tara, 14 April 1977
Status perkawinan
: Belum Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Suku/Bangsa
: Minahasa / Indonesia
Alamat
: Tara-tara
Agama
: Kristen Protestan
Tanggal MRS
: 2 November 2016
Cara MRS
: Pasien datang diantar oleh keluarga
Tanggal Pemeriksaan
: 2 November 2016
Tempat pemeriksaan
: RS Prof. Dr. V.L Ratumbuysang
RIWAYAT PSIKIATRI
Riwayat psikiatri diperoleh melalui:
1. Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 4 November 2016 di
ruang Waraney RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
2. Alloanamnesis dengan Ayah penderita pada tanggal 4 November2016.
A. Keluhan Utama :
Pasien sangat gelisah dan tidak bisa tidur.
B. Riwayat Gangguan Sekarang:
Pasien dilarikan ke RS Prof. Dr. V. L Ratumbuysang pada tanggal 2
November 2016, dengan keluhan sering gelisah dan tidak bisa tidur
selama 2 hari 2 malam. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Dari
anamnesis ditemukan bahwa pasien merasa gelisah dan teringat-ingat
kejadian beberapa tahun yang lalu. Karena gelisah, kebiasaan merokok
penderita meningkat hingga 5 bungkus per hari sejak hari minggu.
Pasien tidak melihat dan mendengar hal-hal yang aneh. Keluhan ini
timbul karena ia kehabisan obat. Awalnya pasien terlihat murung lalu
berlahan-lahan gerak gerik penderita mulai terlihat aneh, tatapan mata
menjadi kosong dan kebiasaan merokok pasien meningkat. Ia kemudian
meminta keluarganya untuk diantarkan ke rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien pernah mengalami kecelakaan lalu lintas pada saat SMA.
Ketika pasien akan melanjutkan ke perguruan tinggi, kepribadian

pasien mulai berubah. Pasien menjadi lebih mudah marah,


memberontak, dan sering berbicara sendiri. Dari anamnesis
ditemukan pasien sering melihat naga yang beterbangan dan
mendengar suara orang-orang bercerita di sebelah telinganya.
2. Riwayat Gangguan Medis Umum
Tidak ada riwayat kejang, tidak ada riwayat malaria, tidak ada
riwayat gangguan fungsi organ, dan tidak ada riwayat trauma
kepala.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan, pasien sering meminum
minuman beralkohol. Ia meminum alkohol jika diajak oleh teman
saja. Pasien pertama kali merokok saat duduk dibangku SMP, ia
merokok hanya sekedar ikut - ikutan teman. Penggunaan narkoba
III.

disangkal.
RIWAYAT PRIBADI
A. Prenatal dan Perinatal
Penderita adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Selama kehamilan
kondisi kesehatan fisik dan mental Ibu penderita cukup baik. Penderita
lahir normal dibalai KIA ditolong oleh bidan kampung. Tidak ditemukan
kelainan atau cacat bawaan. Lahir spontan, tidak biru (sianosis) maupun
kuning (ikterik).
B. Masa anak-anak awal (usia 0-3 tahun)
Ayah pasien menceritakan bahwa saat lapar dan haus ia langsung segera
memberikan ASI. Pasien minum ASI hingga usia 1 tahun. Pasien sudah
mulai berjalan, minum dari gelas dan sudah mulai mengucapkan
beberapa kata. Pasien diajarkan BAB (Buang Air Besar) di toilet oleh
ibunya. Ketika pasien ingin BAB, pasien sudah bisa berbicara ke
orangtuanya. Keluarga mengasuh

pasien sendiri tanpa bantuan

pengasuh.
Pasien diajarkan BAK (Buang Air Kecil) di toilet (toliet training)
oleh orang tuanya, dan dapat ke tolilet sendiri saat pasien ingin BAK.
Pasien sangat tergantung dengan kedua orangtuanya , saat ditinggalkan

ibunya keluar rumah pasien menangis dan setelah ibunya datang


mengendong pasien langsung tenang.
C. Masa anak-anak pertengahan ( usia 3- 11 tahun)
Pasien berjenis kelamin laki-laki, sejak kecil pasien dekat dengan
saudara-saudaranya dan kedua orang tuanya, terutama ibunya, pasien
seperti merasakan ketenangan dan perhatian yang lebih. Pasien mulai
mengerti dengan identitas jenis kelaminnya. Pasien mulai berpenampilan
dan berperilaku seperti layaknya anak laki-laki terutama cara berpakaian
dan model rambut pasien, pasien juga diberikan pemahaman oleh orang
tuanya untuk bermain permainan laki-laki dan tidak bermain permainan
perempuan dan jika ke toilet pasien pergi ke toilet laki-laki.
D. Masa anak-anak akhir (pubertas sampai masa remaja)
Pasien mulai lebih mandiri, berusaha mengerjakan tugas yang
diberikan Pada stadium identitas lawan difusi peran. Untuk masalah
pribadi, pasien merupakan orang yang ceria dan mudah bergaul. Pasien
tidak aktif dalam organisasi sekolah.
Pasien memiliki sedikit teman seusianya baik di sekolah maupun
dilingkungan tempat tinggal. Pasien pernah dipukuli saat SMP oleh
teman sebayanya akibat mencuri. Pasien 2 kali pindah sekolah saat SMP,
dan 3 kali pindah sekolah saat SMA. Orientasi seksual pasien adalah
lawan jenisnya.Sudah pernah jatuh cinta dengan teman seumurannya.

E. Masa dewasa
1. Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak memiliki pengalaman bekerja.
2. Riwayat perkawinan dan hubungan
Pasien belum menikah.
3. Riwayat Pendidikan
Saat SD pasien 3 kali pindah sekolah dikarenakan harus ikut dengan
orang tua. Penderita termasuk siswa yang berprestasi sering menjadi
masuk 3 besar peringkat di kelas. Namun saat SMA prestasinya tidak
sebaik saat masih SD dan SMP. Pasien mulai cenderung menjadi agak
malas ke sekolah. Walaupun malas bersekolah tidak pernah mendapat
kesultitan dalam perlajaran.

4. Aktivitas sosial
Pasien merupakan orang yang aktif bekerja, ia pernah bekerja di
Jakarta dan Papua namun dikarenakan putus obat pasien harus pulang
ke Manado. Pasien suka merokok dan meminum miras. Pasien jarang
menonton TV dan tak pernah membaca koran. Aktivitas olah raga
harian selama dirumah tak pernah dilakukan oleh pasien.
Teman-temannya pun jarang menjenguknya yang sedang sakit.
Berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan sekitar juga sudah
jarang dilakukan. Jika diadakan kerja bakti dilingkungan tempat
tinggal pasien tak pernah berpartisipasi. Aktivitas sosial pasien
berbeda jauh jika pasien rutin mengkonsumsi obat. Saat pasien rutin
mengkonsumsi obat, ia melibatkan dirinya mengikuti aktivitas gereja.
Pasien sering dimintai tolong oleh ibunya dan ia dapat melakukan
dengan baik. Pasien dapat berinteraksi dengan sanak saudaranya
dengan baik..
Keluarga pasien tak pernah mengurungnya dirumah mereka
hanya mengawasinya saat dirumah Selama pasien dirumah sakit yang
mengunjungi pasien hanya sanak saudaranya saja. Teman-teman
pasie tak pernah menjenguknya.
5. Situasi Hidup Sekarang
Pasien kini tinggal menetap bersama Ibu dan Ayahnya. Saat ini
yang menjadi tulang punggung keluarga ialah kedua saudara pasien.
Selama pasien sakit keluarga tak mengisolasi pasien. Pasien biasanya
tidur dikamarnya, ia tidur sendiri kadang-kadang ibunya tidur
bersamanya dikamar.
Pasien saat putus obat yang hanya ia lakukan adalah dudukduduk sambil merokok. Ia pernah membantu ibunya mengerjakan
aktivitas harian dirumah..
Keluarga pasien telah memaklumi kondisi mental pasien.
Selama pasien dirawat dirumah sakit, orang tuanya secara bergantian
menjaga pasien. Hubungan pasien dan ayahnya sangat baik. Ayahnya
yang selama ini merawatnya karena kedua adiknya bekerja. Untuk
menghemat biaya pengobatan pasien sudah memiliki BPJS.

Denah Rumah

D
R

K
K

Teras

Ket:
K: kamar pasien
K: kamar Ibu pasien
K: kamar adik ke-2
K: kamar adik ke-3

6. Riwayat pelanggaran hukum


Penderita pernah mencuri saat SMP.
7. Riwayat psikoseksual
Menurut keluarga pasien tak pernah mengalami pelecehan
seksual. Aktivitas seksualnya pun tak menyimpang. Orientasi
seksualpasien terhadap lawan jenis. Pasien pertama kali berpacaran
pada usia 16 tahun.
IV.

SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM
Suami

: Perempuan

Isteri

: Pasien

: Laki-laki

A. Riwayat Keluarga
Berdasarkan anamnesis yang dilakukan terhadap ayah pasien
ditemukan bahwa pasien tak memiliki anggota keluarga yang mengidap
penyakit kejiwaan, baik bibi, paman, dan saudara-saudara dari kakek dan

neneknya tak ada yang menderita penyakit yang berhubungan dengan


kejiwaan.

B. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN KEHIDUPANNYA


Pasien mengetahui bahwa dirinya sakit, tapi penyakitnya tersebut
berasal dari pikirannya. Pasien merasa bahwa ia perlu dirawat dirumah
sakit. Pasien memiliki jiwa sosial yang baik, pasien pernah mengatakan
bahwa dirinya bercita-cita menolong orang yang memerlukan bantuan.
Saat ditanyakan tentang rencana ingin menikah pasien hanya menjawab
belum ada.
C. PERSEPSI KELUARGA TERHADAP PASIEN
Keluarga mendukung penggobatan pasien, keluarga memiliki
usaha untuk mengatasi gangguan jiwa yang dierita oleh pasien. Keluarga
berharap pasien dapat sembuh. Ayah pasien mengatakan jika pasien rutin
berobat dan sudah tampak sehat.
V.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Penderita adalah seorang laki-laki , usia 39 tahun, tampak sesuai
umur, berkulit sawo matang, rambut potongan pendek warna hitam.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara, penderita dapat duduk tenang dan dapat bersikap
kooperatif.
Sikap terhadap pemeriksa
Penderita cukup kooperatif saat menjawab setiap pertanyaan
walaupun ada beberapa pertanyaan yang dijawab tidak nyambung.
3. Mood dan afek
1. Mood
: Eutemia
2. Afek
: Luas
3. Keserasian
: serasi
B. Karakteristik bicara
1. Kualitas : spontan, volume sedang, suara jelas, artikulasi baik
2. Kuantitas : ide sangat banyak
3. Hendaya berbahasa : Tidak ada hendaya berbahasa
C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi Dengar (-) , Halusinasi Visual (-)
D. Proses Pikir

1. Bentuk pikiran: Koheren


2. Isi pikiran : Tidak ditemukan
E. Taraf kesadaran: Compos mentis
F. Orientasi:
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik. Penderita

dapat

mengenali

dokter

yang

mewawancarai dirinya
3. Daya Ingat:
a.Daya ingat jangka panjang: Sedikit terganggu. Pasien lupa kapan
ia lulus sekolah.
Daya ingat jangka pendek: Baik. Pasien mampu

b.

mengingat apa yang dimakannya tadi pagi


c.Daya ingat segera: Baik.
d.
Daya ingat baru : Baik, pasien mampu mengulang
6 huruf dan angka yang diucapkan pemeriksa.
4. Kemampuan baca dan menulis
Baik.Penderita bisa menulis perintah yang diucapkan pemeriksa.
5. Kemampuan visuospasial
Baik.Penderita dapat menggambar lingkaran diatas kertas dengan
baik.
6. Kemampuan menolong diri sendiri
Makan dan minum dilakukan sendiri.
7. Daya Nilai dan Tilikan
a. Penilaian Realitas
b. Halusinasi visual (-): Pasien sudah tidak melihat hal-hal aneh
seperti naga yang beterbangan.
c. Tilikan: derajat 6 dimana pasien sadar bahwa ia sakit, tahu
penyebabnya dan ingin untuk berobat.
d. Taraf dapat dipercaya
Beberapa hal yang diungkapkan pasien dapat dipercaya.
PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI
G. Status Interna
Keadaan umun
: Cukup
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda vital : TD : 120/60mmHg, N:80x/menit, R: 22x/menit, S: 36,5C
Kepala
: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Toraks
: Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)
Paru
: suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen

: datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien

tidak teraba, bising usus normal.


Ekstremitas
: hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
H. Status Neurologi
GCS : E4M5V6
TRM : tidak ada
Mata : Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+
Pemeriksaan Nervus Kranialis
1. Nervus Olfaktorius (N.I)
Dilakukan untuk memeriksa fungsi pembau penderita. Penderita disuruh
menutup matanya dan membaui bahan-bahan yang khas didekat hidungnya
dan ditanyakan apa yang dicium olehnya. Pada penderita ini tidak
dilakukan evaluasi.
2. Nervus Optikus (N.II)
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan kasar.Kedua mata
diperiksa secara bergantian dan disuruh menyebutkan barang atau huruf di
sekitar ruangan tempat penderita berada.Pada penderita ini tidak dilakukan
evaluasi.
3. Nervus Okulomotorius (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus
Abducens (N.VI)
Dilakukan untuk memeriksa gerakan bola mata.Kedua mata diperiksa
secara bergantian.Penderita disuruh duduk dengan jarak 1 meter kemudian
mata penderita mengikuti jari pemeriksa sampai membentuk huruf O.
Selama wawancara dapat diamati bahwa penderita memliki gerakan bola
mata yang wajar.
4. Nervus Trigeminus (N.V)
Penderita disuruh memejamkan mata dan pada wajah penderita
desentuhkan kertas yang sudah dipelintir, apakah penderita masih dapat
merasakan.Selain itu penderita disuruh membuka mulut dan dilihat apakah
simetris atau tidak.Selama wawancara berlangsung terlihat wajah penderita
simetris.
5. Nervus Facialis (N. VII)
Dilakukan dengan cara penderita disuruh mengangkat dahi, bersiul dan
menyringai. Dilihat apakah simetris atau tidak.Selama wawancara
berlangsung terlihat wajah penderita simetris.
6. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)

Dilakukan untuk memeriksa fungsi pendengaran penderita secara kasar.


Pada penderita ini dibisikkan kata-kata mendesis dan lunak pada jarak
dekat dan sedit jauh.Penderita dapat mendengar dan mengulangi kata-kata
dalam jarak dekat dan jauh.Selama wawancara penderita mampu
menjawab pertanyaan dengan tepat. Hal ini memberi kesan bahwa
pendengaran penderita normal. Saat berjalan penderita terlihat stabil dan
tidak terjatuh.
7. Nervus Glossofaringeus (N.IX) dan Nervus Vagus (N.X)
Dilakukan dengan menilai artikulasi bicara penderita, kemampuan
menelan.Pada penderita ini kesan normal.
8. Nervus Aksesorius (N.XI)
Dilakukan untuk menilai kekuatan otot-otot leher dan pundak. Dilakukan
dengan cara penderita disuruh mengangkat bahu atau menggerakkkan
kepala ke kiri dan ke kanan dan dberi sedikit tahanan. Selama wawancara
berlangsung terlihat bahwa penderita dapat menggerakkan kepalanya ke
kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi nervus aksesorius
penderita dalam keadaan normal.

9. Nervus Hipoglosus (N.XII)


Dilakukan dengan cara menyuruh penderita menjulukan lidah dan dilihat
apakah ada deviasi. Pada penderita ini tidak dilakukan evaluasi.
Fungsi sensorik

: tidak terganggu

Fungsi motorik

: kekuatan otot

Tonus otot

: normal

Ekstrapiramidal Sindrom : Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal


(tremor, bradikinesia, rigiditas)
Refleks fisiologis

: Refleks Biceps (+), Triceps (+), Archilles (+)

Refleks patologis

: Brudzinsky 1 (-), Brudzinsky 2 (-)

10

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis dan alloanamnesis)
didapatkan pasien berusia 39 tahun, laki-laki, belum menikah, pendidikan
terakhir SMA, suku Minahasa, tidak bekerja, alamat: Tara-tara, dibawa oleh
keluarga ke R.S Prof. Dr. V.L. Ratumbuisang pada tanggal 21 Maret 2016.
Pada tahun 1997 pasien mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari pemeriksaan
CT-Scan tidak ditemukan adanya kelainan. Beberapa bulan kemudian tingkah
laku pasien mulai berubah. Pasien menjadi pemurung, dan bicara tidak
nyambung. Empat tahun kemudian keluhan pasien makin parah. Pasien mulai
berontak sendiri, memaki, marah-marah tidak jelas, dan mengatakan kalo ia
sering melihat naga beterbangan. Pasien juga mendengar orang-orang
bercerita namun tidak tahu apa yang mereka perbincangkan. Pasien pertama
kali berobat psikiatri pada tahun 2001 dengan keluhan seperti diatas. Pada

VII.

tanggal 2 November 2016 Pasien datang dengan keluhan utama :


1. Status Mental :
- Penampilan : Laki-laki, berusia 39 tahun, tampak sesuai usia
- Perilaku dan aktivitas mototrik : Tampak normal
- Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif
- Mood : eutemia
- Afek : Menyempit
- Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik(+), Halusinasi visual (-)
- Proses pikir: Asosiasi longgar
- Isi pikir : Waham dikendalikan (+)
- Kesadaran : Compos mentis
- Orientasi
Waktu
: buruk
Tempat
: buruk
Orang
: baik
- Daya ingat
Jangka panjang (Lumayan baik), menegah(baik), baru/segera (baik)
- Tilikan
: Derajat 6
2. Pemeriksaan Fisik : Dalam batas normal
3. Pemeriksaan Neurologis : Dalam batas normal
FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis ditemukan bahwa pasien menderita gangguan
kejiwaan, Munculnya gejala gangguan kejiwaan

diakibatkan dari adanya

perubahan pola lingkungan dan perilaku. Pada perkembangan psikologi yang


salah terjadi ketidakmatangan atau fiksasi bahwa individu gagal berkembang
lebih lanjut pada fase berikutnya dan ada tempat-tempat yang lemah (rentan).

11

Individu yang rentan tersebut apabila dikenai stress apabila terjadi


keridakmampuan mengatasi stress maka dapat memicu gangguan kejiwaan.1
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan
kelainan yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara
fisiologis menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa
yang diderita selama ini. Penderita pernah mengalami trauma pada bagian
kepala. Pada anamnesis ditemukan penderita tidak mengkonsumsi obat-obatan
sehingga kemungkinan gangguan mental akibat zat psikoaktif dapat
disingkirkan.
Pada aksis I berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan
status mental didapatkan gejala klinik bermakna yaitu pasien merasa bahwa
ada orang yang mengendalikannya. Ditemukan adanya halusinasi audiotorik,
waham dikendalikan, isi pikir berupa asosiasi longgar, dan tilikan derajat 2.
Maka dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami gangguan jiwa,
berdasarkan DSM-V pasien didiagnosa dengan Skizofrenia paranoid.
Pada aksis II. Pasien memiliki ciri kepribadian Histrionik. Berdasarkan
DSM-V kriteria dignostik untuk gangguan kepribadian paranoid yaitu
terdapat:2
1. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat
perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang
tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif.
3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang
dangkal.
4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik
perhatian kepada dirinya.
5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki
perincian.
6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang
berlebihan.
7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau
situasi.
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan
sebenarnya

12

Pada kasus ini, terdapat 2 gejala yang positif, yaitu Mudah disugesti, yaitu
mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi, menurut keluarga pasien
mudah dipengaruhi oleh temannya dan Interaksi dengan orang lain sering
ditandai oleh godaan seksual yang tidak pada tempatnya atau perilaku
provokatif ditandai dengan pasien gampang mengungkapkan perasaan
terhadap lawan jenis.
Pada aksis III saat ini tidak ditemukan kelainan dari kondisi medis
umum yang dapat menyebabkan gangguan jiwa. Pada aksis IV masalah terkait
primary support group (keluarga) dan lingkungan sosial. Hubungan dengan
lingkungan sekitar yaitu pasien tidak mampu menyesuaikan dirinya selama
masa pendidikan menjadi anggota polisi.
Pada aksis V Global Assesment of Functioning (GAF) scale, GAF
Current 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. GAF scale high
Level Past Year (HLPY) GAF HLPY 60-51 gejala sedang (moderate),
disabilitas sedang.
VIII.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Skizofrenia Paranoid
Aksis II
: Ciri kepribadian histrionik
Aksis III
: Tidak ada diagnosis
Aksis IV
: Ditemukan masalah di tempat kuliah
Aksis V

: GAF

GAF Current 60-51 yakni gejala sedang (moderate)


GAF HLPY 60-51 yakni gejala sedang (moderate)

IX. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Dalam keluarga pasien tak ada yang menderita penyakit seperti ini.
b. Psikologi
Penderita memiliki riwayat halusinasi audiotorik.
c.Lingkungan dan sosial ekonomi
Penderita tak mampu menyelesaikan pendidikan untuk menjadi pendeta.
X. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka
13

1. Risperidone 2 mg tablet 2x1


b. Intervensi Psikososial
- Edukasi Keluarga
Memberikan edukasi kepada keluarga pasien bahwa penyakit ini
bukan merupakan penyakit dibuat orang (guna-guna) melainkan
penyakit yang disebabkan ketidakseimbangan zat kimiawi
(neurotransmitter) di otak sehingga diperlukan obat untuk

menyeimbangkannya.
Menyarankan kepada

keluarga

pasien

untuk

senantiasa

memberikan dukungan dan motivasi selama masa pengobatan.


XI.

XII.

PROGNOSIS
1. Ad vitam
2. Ad fungsionam
3. Ad sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam

DISKUSI
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%
penduduk di dunia menderita skizofronia selama hidup mereka. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda.
Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun.3
Untuk menegakkan diagnosis skizofrenia, pasien harus memenuhi
kriteria DSM-IV atau ICD-X. Berdasarkan DSM IV, kriteria diagnosis
skizofrenia yaitu :4
A. Berlangsung paling sedikit 6 bulan
B. Penurunan fungsi yang cukup bermakna yaitu dalam bidang pekerjaan,
hubungan interpersonal, dan fungsi kehidupan pribadi.
C. Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk khas selama periode
tersebut.
D. Tidak ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif, gangguan
mood mayor autisme atau gangguan organik.
Berdasarkan DSM-IV skizofrenia terdiri dari beberapa subtipe yaitu tipe
paranoid, tipe terdisorganisasi, tipe katatonik, tipe tak tergolongkan dan tipe
residual.2
Berdasarkan DSM V dan sinopsis psikiatri dari buku comprehensive of
psychiatry, pedoman diagnostik skizofrenia paranoid harus memenuhi syarat
yaitu :2

14

a.

Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengan yang

b.

menonjol
Tidak ada dari berikut ini yang menonjol: bicara terdisorganisasi,
perilaku terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak
sesuai.
Diagnostik psikotik pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status mental, dimana ditemukan gejalagejala yang berkaitan dengan skizofrenia paranoid. Pasien di bawa ke RS
Ratumbuysang karena pasien mengalami halusinasi (+) dan waham (+).
Berdasarkan formulasi diagnostik DSM-V, maka pasien ini didiagnosis
dengan skizofrenia paranoid.
Kepribadian dapat didefinisikan sebagai status totalitas sifat emosional
dan perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam
kondisi biasanya.
Pada kasus ini pasien memiliki ciri kepribadian Histrionik, berikut
pedoman diagnosisnya :
1. Tidak merasa nyaman dalam situasi dimana ia tidak merupakan pusat
perhatian.
2. Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang
tidak pada tempatnya atau perilaku provokatif.
3. Menunjukkan pergeseran emosi yang cepat dan ekspresi emosi yang
dangkal.
4. Secara terus menerus menggunakan penampilan fisik untuk menarik
perhatian kepada dirinya.
5. Memiliki gaya bicara yang sangat impresionistik dan tidak memiliki
perincian.
6. Menunjukkan dramitasi diri, teatrikal, dan ekspresi emosi yang
berlebihan.
7. Mudah disugesti, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau
situasi.
8. Menganggap hubungan menjadi lebih intim ketimbang keadaan
sebenarnya
Pada kasus ini pasien memiliki cirri kepribadian histrionic.
Berdasarkan pedoman diagnosis menurut DSM V. Padan pasien terdapat 2
gejala positif sehingga pasien disimpulkan memiliki ciri kepribadian ini,
yaitu: mudah disugestif dimana pasien mudah dipengaruhi oleh orang lain

15

atau situasi. Menurut keluarga pasien mudah dipengaruhi oleh temanya.


Interaksi dengan orang lain sering ditandai oleh godaan seksual yang tidak
pada tempatnya atau perilaku provokatif terlihat dari pasien yang gampang
mengungkapkan perasaannya terhadap lawan jenis dan cenderung memiliki
banyak kekasih.
Terapi

obat

yang

diberikan

kepada

penderita

menggunakan

Risperidone 2 mg tablet 2x1. Penderita diberikan obat Risperidone yang


merupakan suatu obat anti-psikotik atipikal, dengan efek samping
neurologis yang minimal, dimana dengan pemberian obat ini lebih efektif
dalam menurunkan gejala negatif dan sebagian gejala positif pada penderita
skizofrenia.5 Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas
antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada
reseptor dopamine tipe 2 (D2). Risperidon menjadi obat lini pertama dalam
pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini lebih efektif dan lebih
aman dari pada antagois reseptor dopaminergik yang tipikal.6
Selain itu diberikan edukasi dan support terhadap pasien agar
memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat
muncul dan memberikan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri
serta terus meotivasi pasien agar tidak putus asa.
XIII.

KESIMPULAN
1. Pasien didiagnosis dengan skizofrenia paranoid
2. Pemberian obat pada pasien harus diberikan secara terus-menerus,
meskipun pasien merasa sudah sehat sehingga gejala putus obat tidak
terjadi kembali.
3. Dukungan dan perhatian yang besar dari keluarga sangat diharapkan agar

XIV.

proses pemulihan dapat berjalan dengan baik.


WAWANCARA PSIKIATRIK
Keterangan :
A : Pemeriksa (Dokter muda Mark pierre )
B : Pasien (YR)
A : Selamat sore, perkenalkan kita dokter muda Piere. Mo bacirita neh
B : Oh Iyo boleh
A : Nama siapa dang?
B : Y****

16

A : Umur berapa?
B : 39 tahun hehe
A : Tempat tgl lahir dang?
B : tanggal 14 April
A: Tahun?
B: doh so lupa haha
A : Sudah menikah?
B : Belum
A:Y**** SD dimana?
B: merah putih
A: Waktu SMP sekolah dimana?
B: disana
A: Waktu SMA sekolah dimana?
B: disana no
A : Pendidikannya terakhir SMP atau SD?
B : SMA jo
A : Alamat sekarang tinggal dimana?
B : Disini
A : Masih ingat kenapa masuk rumah sakit?
B : sakit berpikir bagitu padahal tanpa yang bagus for ba pikir dirumah
A : V***** ada dengar bisik-bisikan?
B : belum
B : maso lantaran mara-mara kang kiyapa dang mara-mara?
A : rasa kaya ada orang da ator padahal nyanda tiba-tiba saja ada rasa
kekuatan no dari dalam diri ja maso-maso
A : Itu kekuatan sapa yang kirim?
B : belum
A: Ada rupa lia-lia orang atau setan?
B: belum
A: Ada orang yg iko-iko?
B: nyanda
A : V***** tu lalu ada iku tes polisi tahun berapa kang?
B : 2003 gelombang 1 .
A : kiyapa berhenti dang?
B : masih kita belum berhenti
A: Dulu cita-cita suka jadi apa?
B : menjadi orang yang berguna jika ada yang perlu pertolongan langsung mo
ditolong no
A : V***** masih ingat teman akrab nama sapa?
B : nya ada
A : Teman-teman masih sering ke rumah?
B : belum sempat kalo ada waktu itu mau diusahakan
A: yang ja ba jaga di rumah sakit sapa kang?
B: sapa kang (pasien terus-menerus berpikir)
A: ok V***** nti mo ulang bacerita lagi nee
B: io
Wawancara dengan Ibu pasien

17

Keterangan :

A : Dokter muda
C: Ibu
A : Selamat Sore tante, saya dokter muda maria, saya mau tanya sedikit
tentang awal sakitnya V*****?
C : Ouh iya dok.
A : Awalnya itu bagaimana tante?
C : Dia komang jadi bagini lantaran da iko pendidikan polisi. Dia so diterima
kong kage2 dy kabur dari asrama so 3 kali. Pas dy kabur trng iko se pulang pa
dy diorama mar pad yang ketiga trng antar dari sana so nd terima lantaran le
dy so ni mau deng dy so ada perubahan bagitu dang jadi ba tako-tako
A : masuk RS kapan?
C : masuk hari senin
A : Dulu waktu kecil V***** anaknya bagaimana tantae?
C : Dulu dia anaknya baik sekali dia, penurut sering diruma dy baik sekalie dy
nya ja ba nakal
A : Dari keluarga ada yang pernah sakit begini?
C : nda ada
A : Tanta apa V***** ada masalah?
C : nyanda no Cuma gara-gara itu pendidikan itu no dy mo jadi bagini padahal
bagus dy panurut skalie.
A : Tante mau V***** sembuh?
C : Iyo dok, supaya boleh pulang kong tinggal sama-sama denga torang.
A: Tante makasih ya waktunya, saya sudah selesai bertanya, nanti saya
hubungi lagi kalau ada lagi yang ingin saya tanyakan.
C: oh ia dok

DAFTAR PUSTAKA
1

Erlina, Soewadi, Pramono D. Determinan terhadap timbulnya skizofrenia


pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Saanin padang Sumatra

barat.Berita kedokteran masyarakat.2010;26.71-80.


American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders: Fifth Edition. Washington DC: American

Psychiatric Publishing, 2013.


Amir N. Skizofrenia. Buku Ajar Psikiatri Jakarta: Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.p.170.


Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri, Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.

18

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.


Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,

2007.
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan
perilaku psikiatri klinis. Jakarta: Binarupa akasara publisher;2010.h.738-9.

LAMPIRAN

19

20

Anda mungkin juga menyukai