Anda di halaman 1dari 2

1.

Bagaimana pengalaman Saudara dalam hal mengembangkan KTSP di sekolah tempat


Saudara bertugas? jawab: dalam mengembangkan KTSP kita dituntu bagaimana cara
merumuskan VISI MISI dan TUJUAN serta prinsip-prinsip yang harus dikembangkan
dalam mencapai tujuan ,sehingga proses pembelajaran APA YANG INGIN KITA CAPAI
BISA TERLAKSANA, TAPI ITU TIDAK MUDDAH KARENA BANYAK YANGT HARUS DI
BENAHI DAN BANYAK FAKTOR Yang harus medukung.

2. Bagaimana kendala/permasalahan dalam implementasi pengembangan KTSP di


sekolah Saudara? Jika ada, Sebutkan kendala/permasalahan tersebut.

Kendala lain yang diakibatkan kurangnya pemahaman ataupun kesiapan sekolah dan guru
adalah tidak terlibatnya komite sekolah atau stakeholder lain dalam merumuskan
kurikulum. Padahal dalam pedoman penyusunannya, KTSP memungkinkan adanya
keterlibatan komite sekolah ataupun stakeholder lain untuk bersama-sama
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, lingkungan
masyarakat, serta kebutuhan dunia. Hal ini tentu saja berdampak terhadap berjalannya
proses pendidikan. KTSP sengaja memberikan wewenang bagi satuan pendidikan, guru,
komite sekolah dan masyarakat untuk ikut merumuskan kurikulum. Ketika pihak-pihak
ini ikut serta / terjun dalam perumusan kurikulum, maka otomatis pengetahuan mereka
mengenai kurikulum, kemajuan sekolah, dan rencana pembelajaran dapat bertambah.
Dengan demikian, berjalannya proses pendidikan untuk anak akan dirasakan sebagai
tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas sekolah dan guru semata. Ketika pihak
seperti komite sekolah (orang tua), alumni, pihak masyarakat, dan pihak dunia kerja
bersedia untuk duduk bersama dan berembug untuk merumuskan kurikulum yang paling
sesuai dengan melibatkan pengetahuan masing-masing, maka kurikulum yang sesuai
dengan perkembangan daerah dan lingkungan setempat bahkan dalam lingkup yang lebih
luas lagi pun dapat tercipta.
Permasalahan selanjutnya muncul ketika terjadi kontradiksi dimana sekolah dan guru
dimungkinkan untuk menyusun kurikulumnya sendiri, tetapi kelulusan masih harus
ditentukan oleh negara. Menyikapi hal ini, seorang pemerhati pendidikan mengatakan,
Perlu dicatat bahwa seturut dengan lahirnya KTSP, pemerintah masih menggunakan
Ujian Nasional untuk mengukur mutu, sekaligus menentukan kelulusan siswa. Padahal
dalam KTSP tidak dikenal Ujian Nasional, karena namanya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan merupakan kurikulum yang dikembangkan dari kebutuhan dan karakteristik
sekolah. Persoalan semakin intens ketika dihubungkan dengan kepentingan bangsa dalam
hubungan dengan nation character building
Kemudian untuk hal hasil penilaian proses belajar, seperti yang sudah saya katakan di atas,
karena KTSP memungkinkan terjadinya keragaman di antara sekolah-sekolah, maka keragaman
penilaian dalam format raport juga sangat mungkin terjadi. Dalam pedoman operasional KTSP
dikatakan bahwa kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat perkembangan,

minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial serta potensi diri (afektif, psikomotorik dan
intelektual). Maka harusnya- hal ini juga tercermin dalam format raport sebagai kumpulan hasil
penilaian dari proses belajar siswa yang tergantung dari keputusan sekolah dan guru. Tetapi pada
kenyataannya, ada sekolah yang melakukan pertimbangan penilaian dari tiga aspek (kognitif,
afeksi dan psikomotorik), tetapi ada juga sekolah yang tetap menilai dalam 1 aspek saja.
..Untuk raport SD itu beda-beda, ada yang menilai tiga kemampuan (kognitif, psikomotorik dan
afeksi), ada yang menilainya langsung jadi satu
Selama ini iklim belajar di sekolah-sekolah kental akan penekanan kepada aspek
kognitif semata. Hal ini terlihat dari laporan hasil belajar siswa (raport) yang berisi
deretan penilaian lewat angka, semua kemampuan seorang anak ditentukan
berdasar nilai yang tertera dalam sebuah buku itu. Akibatnya, nilai dan ranking
menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh civitas sekolah. Sebuah nilai yang
terdapat di raport dan sebuah peringkat kelas (ranking) akan menentukan bahwa
anak tersebut pintar dan tidak pintar. Cukup disayangkan apabila penilaian yang
diberikan dalam raport masih berkisar pada penekanan kepada aspek kogntif saja,
padahal KTSP memungkinkan penilaian pada aspek lainnya.
Walaupun masih menghadapi kendala dalam proses pelaksanaan KTSP, secara garis
besar kita patut merasa senang karena sudah ada kemajuan dalam sistem
pendidikan kita yang terlihat pada perubahan kurikulum 1994 menuju Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian disempurnakan dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Intinya, sistem KTSP yang diterapkan oleh
pemerintah masih mengalami kendala yang berkisar di kesiapan pihak sekolah dan
guru. KTSP yang memungkinkan terjadinya keragaman di setiap sekolah memang
menuntut kesiapan dan peningkatan kemampuan dari setiap sekolah dan guru
untuk berinisiatif memberdayakan diri dan lingkungan masyarakatnya. Apabila
sekolah dan guru memiliki kesiapan serta kemampuan untuk menerjemahkan dan
mempertimbangkan kebutuhan anak didik serta keterlibatan stakeholder lain dalam
merumuskan kurikulum beserta semua aspek didalamnya- yang dirasa paling
sesuai, maka saya pikir hasilnya akan memberikan perbaikan dan peningkatan
dalam sistem pendidikan Indonesia.

Solusi dari permasalahan yang dihadapi di dalam menerapkan KTSP


1. Membuat sejumlah pelatihan dan aktivitas lainnya untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam membuat kurikulum sesuai dengan standar isi yang ada.
2. Menerapkan KTSP secara bertahap.
3. Mengadakan Workshop KTSP.

Anda mungkin juga menyukai