PENDAHULUAN
Hingga saat ini angka kematian ibu tidak dapat turun secara signifikan seperti
yang diharapkan. Menurut laporan BKKBN pada bulan Juli 2005, AKI masih berkisar
307 per 100.000 kelahiran hidup. Telah diketahui bahwa tiga penyebab utama
kematian ibu dalam bidang obsetri adalah pendarahan (45%), infeksi (15%), dan
hipertensi dalam kehamilan (pre-eklampsia) (13%). Sisanya terbagi atas penyebab
partus macet, abortus yang tidak aman, dan penyebab tidak langsung lainnya.
Infeksi, sebagai penyebab kematian kedua setelah perdarahan, memiliki peluang
yang sangat besar untuk terjadi pada ibu pasca melahirkan mengingat banyaknya luka
yang timbul akibat proses kelahiran itu sendiri. Luka-luka ini termasuk luka yang
terjadi secara alamiah saat bayi mendesak keluar dari jalan lahir, maupun luka yang
memang sengaja dibuat untuk memudahkan proses kelahiran seperti episiotomi pada
kelahiran normal dan luka bekas operasi pada tindakan sectio caesarea (SC).
Sectio Caesarea (SC) akhir-akhir ini telah menjadi trend karena dianggap lebih
praktis dan tidak menyakitkan sehingga tidak heran jika telah menjadi tindakan bedah
kebidanan kedua tersering yang digunakan di Indonesia maupun di luar negeri.
Dengan adanya operasi SC bukan hanya ibu yang akan menjadi aman tetapi juga
jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatik vagina
menjadi berkurang. Karena itu, insidensi SC dari tahun ke tahun terus meningkat
disertai dengan penurunan absolut mortalitas perinatal.
Permintaan dilakukan persalinan dengan SC saat ini masih sering dilakukan. Dua
per tiga wanita banyak yang memilih SC sebagai pilihan metode melahirkan saat ini
dibandingkan 20 tahun yang lalu (Alesee, 2000). Angka kejadian SC di Amerika
Serikat pada tahun 1998 adalah 21,2% (Cunningham et al, 2006) sedangkan pada
tahun 2000 meningkat menjadi 24-30% (Roeshadi, 2006). Di Indonesia terjadi
peningkatan SC dimana tahun 2000 sebesar 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%,
tahun 2002 sebesar 47,13%, tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar 53,22%,
tahun 2005 sebesar 51,59% dan tahun 2006 sebesar 53,68% (Grace, 2007).
Namun, peningkatan tindakan SC ini berdampak juga terhadap peningkatan
kejadian infeksi luka operasi. Data yang diperoleh di Indonesia terjadi peningkatan
infeksi luka post SC seiring peningkatan permintaan SC. Sekitar 90% dari morbiditas
paska operasi disebabkan oleh infeksi luka operasi (Martius, 2000). Di RSUD Dr.
Soetomo Surabaya tahun 2001 angka kejadian infeksi luka post SC adalah 20%
(Harmono, 2002) dan RSUP Dr. Sardjito tahun 2000 kejadian infeksi luka post SC
adalah 15% (Onggang, 2001).
Masalah utama yang harus dihadapi setelah pembedahan tersebut yaitu
penyembuhan luka. Perawatan luka yang tepat adalah salah satu faktor eksternal yang
sangat mendukung dan berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka. Penerapan
teknik perawatan luka yang tepat tersebut dilakukan baik pada saat pasien masih
berada di ruang operasi maupun setelah pasien dipindahkan atau di rawat di bangsal
perawatan.
Perawatan luka merupakan tugas keseharian tenaga medis di bangsal maternitas,
sehingga tenaga medis termasuk dokter harus memiliki dan menggunakan
keterampilan perawatan luka yang benar. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi
luka post SC. Hal-hal yang perlu dilakukan tenaga medis meliputi cuci tangan sebelum
dan sesudah melakukan tindakan, memakai sarung tangan, menggunakan satu set
peralatan steril untuk satu pasien dan menerapkan kondisi aseptik. Hal-hal tersebut
tanpa disadari menjadi pendekatan preventive medicine sehingga dapat mencegah
munculnya komplikasi ILO.3,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
tindakan pembedahan dan disebut juga surgical site infection (SSI). ILO merupakan
salah satu masalah yang serius, karena dapat meningkatkan morbiditas dan lama
perawatan yang tentunya akan menambah biaya perawatan, mungkin pula dapat
mengakibatkan cacat dan bahkan kematian. (Sunarto Reksoprawiro,2010)
Untuk membahas ILO lebih lanjut, perlu diketahui jenis-jenis luka operasi dan
juga jenis infeksi luka operasi, sebagaimana disebutkan di bawah ini (Pandalin, 1997;
Dinkes, 2000; Depkes, 2001).
2.1.1
c. ILO organ/rongga
ILO organ/rongga adalah infeksi luka operasi yang terjadi pada daerah
insisi dalam waktu 30 hari paska operasi atau sampai satu tahun paska
operasi yang mengenai bagian badan manapun kecuali insisi kulit, fascia
ataupun lapisan otot yang dibuka atau dimanipulasi selama pembedahan
bila ada implant dan infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
dan terdapat paling sedikit satu keadaan yaitu :
1). Drainage purulent dari drain yang dipasang melalui luka tusuk k
dalam organ atau rongga.
2). Diisolasi kuman dari biakkan yang diambil secara aseptik dari cairan
atau jaringan dalam rongga atau ruangan.
3). Abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai organ atau ronga
yang diketemukan pada pemeriksaan langsung waktu pembedahan
ulang atau dengan pemeriksan histopatologis atau radiologis.
4). Dokter yang menangani menyatakan terjadinya ILO rongga.
2.2 Etiologi
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat
menyebabkan infeksi pada luka operasi. Infeksi ini dapat disebabkan oleh
mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh
flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang
terjadi lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit
yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme
yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit pada orang normal (Dharshini Jeyamoha, 2010)12
Tabel 1. Bakteri Penyebab Infeksi (Dharshini Jeyamoha, 2010)12
2.3
Bakteri
Enterobacteriaceae
S. aureus
Enterococcus
P. aeruginosa
Epidemiologi Infeksi Luka Operasi
Persentase(%)
>40
11
10
9
Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko di bawah ini merupakan faktor predisposisi terhadap
o Penggunaan kortikosteroid
o Diabetes mellitus
o Malnutrisi berat
c. Faktor pada lokasi luka
o Pencukuran daerah operasi (cara dan waktu pencukuran)
o Devitalisasi jaringan
o Benda asing
o Suplai darah yang buruk ke daerah operasi
o Lokasi luka yang sudah tercemar
d. Lama perawatan selama operasi
e. Lama operasi
2.5 Patogenesis Terjadinya Infeksi Luka Operasi
Infeksi luka operasi merupakan infeksi yang terjadi pada luka pasca operasi di
rumah sakit. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena kontaminasi nosokomial. Oleh
karena itu, patogenesis infeksi luka operasi tidak dapat dipisahkan dengan patogenesis
pada infeksi nosokomial dan patogenesis infeksi pada umumnya.
Tenaga Medik
dan Paramedik
Lingkungan
Rumah Sakit
Transmisi
Endogen
Kolonisasi MO
pada Pasien
Penderita Infeksi
Nosokomial
Flora Kuman
Normal Pasien
Transmisi
Endogen
Tindakan infasif/Luka
paska bedah dll
(environment). Interaksi terjadi melalui kontak baik langsung maupun tidak langsung
antara host dan mikroorganisme (Soeroso A, 2000). Adapun mata rantai penularan
infeksi dapat dilihat pada Gambar 1.
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa infeksi nosokomial dapat terjadi
karena adanya (Priyambodo, 2000; Pandalin, 1997):
1. Infeksi silang (cross infection) yaitu infeksi yang disebabkan kuman yang
didapat dari orang/penderita lain di rumah sakit.
2. Infeksi lingkungan (environmental infection) yaitu infeksi yang disebabkan
kuman yang didapat dari bahan/benda tak bernyawa di lingkungan rumah
sakit.
3. Infeksi sendiri (self infection) yaitu infeksi yang disebabkan kuman yang
berasal dari penderita sendiri.
2.6
yang cermat, dimana pasien akan mengeluh rasa sakit pada daerah insisi dan operasi.
pasien juga dapat mengeluhkan demam.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda kardinal infeksi luka satu
atau lebih dari berikut: nyeri, nyeri tekan, pembengkakan lokal, kemerahan, atau
panas.
menyebabkan perasaan yang sesak pada lokasi jahitan. Pada palpasi dapat ditemukan
perut yang keras pada daerah sekitar luka sayatan, dapat pula terasa hangat pada
daerah sekitar sayatan.
Kultur dapat dilakukan untuk memastikan diagnosis untuk mengetahui secara
pasti kuman apa yang menyebabkan terjadinya suatu infeksi tersebut serta dalam
menentukan pemlihan obat yang sesuai. Hitung darah lengkap (CBC) dan tingkat
sedimentasi eritrosit (LED) dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya infeksi. Testes lain termasuk mengidentifikasi protein spesifik pada organisme infektif seperti
menggunakan teknik immunoassay atau mencari antibodi spesifik.
Laboratorium
sekarang dapat menggunakan RNA atau DNA sequencing studi dan polymerase chain
reaction (PCR) tes untuk menemukan organisme penyebab infeksi, dan USG dapat
digunakan untuk menentukan jumlah cairan yang akan di-drainage.
2.7
Tepat dosis
Tepat indikasi
Mempercepat penyembuhan
10
Mencegah perdarahan
Selain perawatan luka sebagai antisipasi pencegahan infeksi, yang paling
penting adalah membersihkan drain. Daerah drain harus dibersihkan sesudah insisi.
Prinsip membersihkan dari daerah bersih ke daerah yang terkontaminasi karena
drainnya yang basah memudahkan pertumbuhan bakteri dan daerah daerah drain
paling banyak mengalami kontaminasi. Jika letak drain ditengah luka insisi dapat
dibersihkan dari daerah ujung ke daerah pangkal kearah drain. Gunakan kapas yang
lain. Kulit sekitar drain harus dibersihkan dengan antiseptik.
Apabila langkah pencegahan sudah dilakukan namun infeksi tetap terjadi pada
luka operasi, maka langkah terpenting selanjutnya adalah dengan memberikan
pengobatan antibiotik. Hal ini dilakukan karena berdasarkan data epidemiologi
diketahui bahwa etiologi infeksi terbanyak di Indonesia adalah bakteri, yaitu: (Sunarto
Reksoprawiro,2010)8
1. Penisilin
Cara kerja : - menghambat pembelahan karena terjadi pertumbuhan dinding sel
abnormal
- menghambat fase 3 sintesis dinding sel
Resistensi : - mempengaruhi pecillin-binding protein
- tidak mampu menembus dinding sel
- enzim hidrolisa molekul protein
Spektrum : - Cocci Gram-positif ( Streptococcus A dan B)
- Bacilli Gram-positif ( Corynebacterium diphtheria)
- Cocci Gram negatif (Neisseria meningitidis)
- Bacilli Gram-negatif (Streptobacillus moniliformis)
- Anaerob(Clostridium,Fusobacterium,Peptostreptococcus sp)
-
Lain-lain
(Treponema
pallidum,
Leptospira,
Enterobacter,
Acinebacter sp.)
Efek samping : - hipersensitivitas (1-5%) ( iritasi yang mengenai
sistem
syaraf perifer)
11
12
Cara kerja :- menghambat sintesa protein bakteri dengan binding pada 50s
subunit ribosom
Resistensi :- mempengaruhi komponen protein 50s subunit ribosom
- melalui plasmid
Spektrum
Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu akibat infeksi luka
operasi rendah sekali, atau tidak sama sekali. Hal tersebut juga didukung dengan
penanganan infeksi luka operasi berupa pencegahan dan pengobatan dilakukan dengan
tepat dan benar.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Data Awal Kasus
A. Identitas Penderita
Nama
: NMM
No. CM
: 33.61.07
Umur
: 39 tahun
Kelamin
: Perempuan
Agama
: Hindu
Pekerjaan
Alamat
Bangsa
: Indonesia
: NS
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Os datang dengan keluhan utama yaitu nyeri luka operasi yang timbul karena
lepasnya jahitan. Keluhan ini disertai batuk yang terus menerus pada os. Hal ini
dialami os sejak seminggu SMRS. Pasien mengeluh keluar cairan bercampur darah
dari bekas jahitan dan membasahi gaas penutup luka. Selain itu, pasien mengaku
luka operasi tidak sengaja terkena percikan air ketika membersihkan badan. Pasien
juga mengeluh demam namun pasien segera minum obat antipiretik. Riwayat
trauma paska operasi disangkal oleh pasien.
Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun, siklus haid teratur setiap 28 hari, lamanya 3-4 hari.
Riwayat Pernikahan dan Persalinan
Menikah satu kali dengan suami sekarang sudah 6 tahun.
Umur saat menikah: 17 tahun.
I.
II.
Riwayat Kontrasepsi
14
: Baik
Kesadaran
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 20x/menit
Suhu tubuh
: 38 C
Tinggi badan
: 159 cm
Berat badan
: 65 kg
2. Status General
SSP
: Compos mentis
Kepala
THT
: Kesan tenang
Toraks
15
19/08/2011
13.00
WITA
O
St.present:
TD: 110/70 mmhg
N: 80 x/menit
RR: 20x/menit
Tax: 37,8C
St. General: dbn
St. Obsteri:
Abd: tampak luka
operasi terbuka 6cm,
pus(-), stolsel (+)
Nyeri tekan(+)
A
Infeksi Luka
Operasi oleh
karena Luka
P
Pdx : DL
Tx : operasi repair
Mx : Obs. kel, v. sign,
KIE
Terbuka
16
20/08/2011
21/08/2011
22/08/2011
Luka terbuka
post repair
Cefotaxim 2x1 g
Tramadol 2x1 mg
Metronidazole 3x1
GG 3x1
hari pertama
Luka terbuka
post repair
Cefotaxim 2x1 g
Tramadol 2x1 mg
Metronidazole 3x1
GG 3x1
hari kedua
Luka terbuka
Cefotaxim 2x1 g
Metronidazole 3x1
post repair
hari ketiga
17
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
lepasnya jahitan post operasi SC. Hal ini sesuai dengan teori dimana dikatakan bahwa
ILO merupakan infeksi yang timbul sebagai komplikasi tindakan bedah yaitu bedah
SC pada pasien ini.Pasien juga mengeluhkan adanya nyeri, yang menurut teori
merupakan salah satu dari lima tanda-tanda radang infeksi yakni kalor (panas), dolor
(nyeri), rubor (kemerahan), tumor (pembesaran) dan fungsio laesia. Keluhan ini
disertai batuk yang terus menerus pada os, yang mengindikasikan adanya infeksi lain
di saluran respirasi pasien sehingga tidak menutup kemugkinan adanya penyebaran
bakteri ke organ lain. Pasien juga mengeluh demam namun pasien segera minum obat
antipiretik. Hal ini dialami os sejak seminggu SMRS.
Pasien mengeluh keluar cairan bercampur darah dari bekas jahitan dan
membasahi gaas penutup luka. Selain itu, pasien mengaku luka operasi tidak sengaja
terkena percikan air ketika membersihkan badan. Hal ini memperkuat kecurigaan
adanya luka yang terkontaminasi karena tidak menutup dengan sempurna. Luka yang
dibiarkan
basah
akan
sulit
untuk
menutup,
sehingga
akan
memudahkan
Penatalaksanaan ILO
Adanya infeksi secara nyata meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas ibu paska
melahirkan melalui SC. Penatalaksanaan ILO pada dasarnya dibagi atas dua unsur
yaitu pencegahan dan pengobatan. Pemberian obat-obatan atau terapi medisinalis.
Pada pasien ini segera masuk rawat inap. Dasar pemikiran sedini mungkin
hospitalisasi ialah observasi dapat dilakukan secara cermat dan terus-menerus,
18
sehingga evaluasi lebih mudah untuk mencegah munculnya komplikasi dari infeksi
luka operasi ini. Pada pasien ini selanjutnya dilakukan drainase dan hecting ulang,
serta di lakukan perawatan luka. Diberikan antibiotik cefotaxim, metronidazole
sebagai terapi infeksi dan obat batuk codein untuk mencegah peningkatan tekanan
abdominal sehingga akan berpengaruh terhadap kesembuhan luka. Selain itu,
penggantian gaas penutup luka secara berkala disertai juga diet tinggi kalori tinggi
protein untuk mempercepat penyembuhan luka serta mencegah terjadinya infeksi
berulang.
19
BAB V
RINGKASAN
Infeksi luka operasi (ILO) merupakan infeksi nosokomial yang terjadinya
tergantung dari faktor kuman, faktor lokal, dan faktor pertahanan tubuh sistemik.
Beberapa faktor resiko di bawah ini merupakan faktor predisposisi terhadap
kemungkinan seseorang untuk mendapatkan infeksi luka operasi seperti tingkat
kontaminasi luka, faktor penjamu (usia ekstrim, obesitas, adanya infeksi perioperatif,
penggunaan kortikosteroid, diabetes mellitus, malnutrisi berat), faktor pada lokasi luka
(pencukuran daerah operasi, devitalisasi jaringan, benda asing, suplai darah yang
buruk ke daerah operasi, lokasi luka yang sudah tercemar), lama perawatan selama
operasi, dan lama operasi. Disebabkan begitu banyaknya faktor terjadinya ILO ini
diperlukan beberapa tindakan pencegahan. Pencegahan seperti memperbaiki daya
tahan tubuh terhadap infeksi, mengurangi jumlah total bakteri pada tempat potensial
untuk kontaminasi dan infeksi dan mengurangi kesempatan bakteri untuk masuk
dalam rongga fisiologis dari badan merupakan faktor penting dalam pencegahan
terjadinya ILO.
Selain itu, tata cara antiseptik dan sterilisasi alat sesuai prosedur seperti
persiapan pasien pra bedah sebelum dan saat dirawat, sterilisasi peralatan di kamar
operasi maupun saat perawatan luka memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya ILO. Jika prosedur aseptik telah dikerjakan dan masih terjadi ILO, maka
pemberian antibiotik yang sesuai indikasi merupakan pengobatan yang dianjurkan.
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
Alesee, 2000).
2.
3.
(Roeshadi, 2006)
4.
(Grace, 2007).
5.
(Martius, 2000
6.
Harmono, 2002
7.
Onggang, 2001).
8.
9.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, FG. Et al. Obstetri Williams Volume 1. Edisi 21. Jakarta : EGC.
2004
2. Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., et al. 2004. Obstetri Williams Vol 1.
Edisi 21. Jakarta: EGC
3. Mansjoer, A., Triyanti, K., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid I.
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
4. Wiknjosastro. 1991. Ilmu Kandungan. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
5. Jayakusuma, AAN. 2004. Manajemen Resiko pada Pre Eklampsia (Upaya
Menurunkan Kejadian Pre Eklampsia dengan Pendekatan Berbasis Resiko).
22
1. Cunningham, FG. Et al. Obstetri Williams Volume 1. Edisi 21. Jakarta : EGC.
2004
2. Jayakusuma, AAN. Manajemen Resiko pada Preeklampsia (Upaya Menurunkan
Kejadian Preeklampsia dengan Pendekatan Berbasis Resiko). Denpasar:
Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan, Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK
Unud/RS. Sanglah. 2004
3. Angsar, MD. Hipertensi Dalam Kehamilan. Edisi II. Lab/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK Unair. Surabaya. 2003. pp.28-32
4. Himpunan Kedokteran Feto-Maternal POGI. Edisi II. Pedoman Pengelolaan
Hipertensi Dalam Kehamilan di Indonesia. 2005
5. Anonim. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi K Unud/RS Sanglah. Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unud/RS Sanglah. Denpasar. 2004. pp.13-15
6. Surya, IGP. Profil Penderita Preeklamsia dan Eklamsia. Bagian/SMF Obstetri dan
Ginekologi FK Unud. Denpasar. 2004
7. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2005. pp.281-301
8. Josoprawiro, M. Hipertensi pada Kehamilan. Cakul Obgyn Plus. FK UI. 2005
9. Lam, Chun, et al. (2005), Circulating Angiogenic Factors in the Pathogenesis
and Prediction of Precelampsia, Hypertension-Journal of the American Heart
Association, Available : http://www.hyper.ahajournals.org (Accessed : 2007,
February 23).
10. Stepan, Holger, et al. (2006), New Insights into Biology of Preeclampsia,
Biology of Reproduction, Available : http://www.biolreprod.org (Accessed : 2007,
February 23).
23
11. Preeclampsia,
(2007),Wikipedia.org,Available:http://www.wikipedia.org/wiki/pre-eclampsia
(Accessed : 2007, February 23).
12. Brooks, MB. (2006), Pregnancy, Preeclampsia, E-medicine from WebMD,
Available : http://www.webmd.com (Accessed : 2007, February 23).
13. Dikman A, Muh, Hipertensi Dalam Kehamilan II
24