BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kata gelombang tentunya sudah tidak asing lagi kita dengar seharihari. Sejak duduk di bangku sekolah, pendalaman akan gelombang sudah
dicantumkan dalam kurikulum bahan ajar, dimulai dari gelombang pada
umumnya, hingga kita mengetahui bahwa gelombang terjadi di banyak
peristiwa, baik gelombang suara, gelombang radioaktif, ataupun gelombang
laut.
Pada kesempatan kali ini, penulis akan mengulas lebih dalam
mengenai gelombang laut yang memiliki peranan penting dalam perencanaan
pelabuhan. Kita menyadari bahwa sistem transportasi yang digunakan
Indonesia tidak terpaku pada jalur transportasi darat. Mengingat Indonesia
adalah negara maritim, yang antara satu kota ke kota yang lain seringkali
dipisahkan oleh perairan baik selat, teluk, laut, ataupun samudera.
Pada bulan desember tahun 2004 lalu, saudara-saudara kita yang
berada di Aceh dan sekitarnya mengalami kesedihan yang sangat mendalam.
Gelombang tsunami yang sangat dahsyat merenggut nyawa ratusan ribu
orang. Anak-anak terpisah dari ibu maupun bapaknya, ribuan bangunan
hancur, sungguh duka yang sangat dalam.
Penting bagi kita untuk mengetahui dan mempelajari berbagai
fenomena alam yang dapat terjadi. Penulis pribadi baru mengetahui tentang
adanya gelombang tsunami setelah musibah yang menerpa Aceh tersebut.
Peristiwa alam perlu kita pelajari, karena tentunya tidak ada yang
menginginkan sesuatu yang buruk terjadi dan menimbulkan banyak kerugian
yang mungkin saja apabila situasinya sudah dapat diprediksi lebih awal, akan
menyelamatkan banyak hal, baik manusia, maupun materi.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gelombang?
2. Apa hubungan gelombang dengan perencanaan pelabuhan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gelombang
Gelombang adalah peristiwa naik turunnya permukan air laut dari
ukuran kecil (riak) sampai yang paling panjang (pasang surut). Gelombang
yang terjadi di perairan Teluk Pelabuhan Ratu merupakan gelombang hasil
rambatan yang terjadi di samudera Indonesia. Gelombang ini dipengaruhi oleh
kondisi topografi dasar laut dan keadaan angin. Hasil pengamatan
memperlihatkan bahwa keadaan gelombang tertinggi terjadi pada periode
bulan desember sampai februari (musim barat), ketinggian gelombang
mencapai 1,5 m 2 m. Sedangkan pada bulan lainnya tinggi gelombang yang
tercatat kurang dari 1,5 meter.
Penyebab utama terjadinya gelombang adalah angin. Gelombang
dipengaruhi oleh kecepatan angin, lamanya angin bertiup, dan jarak tanpa
rintangan saat angin bertiup (fetch). Pada hakikatnya, gelombang yang
terbentuk oleh hembusan angin akan merambat lebih jauh dari daerah yang
menimbulkan angin tersebut. Hal ini yang menyebabkan daerah di pantai
selatan Pulau Jawa memiliki gelombang yang besar meskipun angin setempat
tidak begitu besar. Gelombang besar yang datang itu bisa merupakan
gelombang kiriman yang berasal dari badai yang terjadi jauh dibagian selatan
Samudera Hindia.
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan
menjadi
beberapa
macam
tergantung
kepada
gaya
pembangkitnya.
ke lembah gelombang
Panjang Gelombang/wave length (L), yaitu jarak horizontal dari
puncak gelombang ke puncak berikutnya
Angka Gelombang/wave number (k), didefinisikan sebagai 2*pi/L
Kecepatan Gelombang/wave celerity (C),
Kecepatan gelombang menjalar, didefinisikan L/T
di dasar hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar dari sisi ke
sisi yang disebut surge.
Teori Gelombang Airy juga bisa disebut dengan teori gelombang
amplitude kecil, bahwa asumsi tinggi gelombang adalah sangat kecil jika
dibandingkan terhadap panjang gelombang atau kedalaman laut. Periode
gelombang diasumsikan sebagai variable konstan yang tidak berubah terhadap
waktu. Gelombang Linear yang sering diidealisasikan sebagai teori
gelombang aplitudo kecil (airy) menggunakan 2 parameter nondimensional,
yaitu wave stepness (H/L)dan relative depth (d/L) . Wave Stepness atau
kecuraman gelombang adalah perbandingan antara tinggi gelombang dibagi
dengan panjang gelombang. Harga wave stepness yang besar menyebabkan
teori gelombang Airy tidak valid digunakan. Sedangkan relative depth atau
kedalaman relatif adalah perbandingan kedalaman dibagi panjang gelombang.
Kedalaman relatif menentukan apakah gelombang terdispersi atau tidak dan
menentukan apakah kecepatan gelombang menjalar, panjang dan tinggi
gelombang dipengaruhi oleh kedalaman.
Berdasarkan kedalaman relatif (d/L) didefinisikan kondisi dari
gelombang yang terjadi, yaitu diklasifikasikan menjadi 3 kondisi, Shallow
Water, Transitional dan Deep Water.
1. Gelombang di Laut Dangkal (Shallow Water) jika
d/L 1/25
2. Gelombang di Laut Transisi (Transitional )jika
1/25 < d/L < 1/2
3. Gelombang di Laut Dalam (Deep Water) jika
d/L 1/25
Hal ini penting karena persamaan yang digunakan akan berbeda pada setiap
kondisi. Berikut adalah tabel persamaan yang digunakan dalam teori Airy:
kedalamannya.
Apabila tinggi
gelombang
relatif
besar,
maka digunakan teori gelombang yang memiliki orde lebih tinggi, yaitu teori
gelombang Stokes atau teori gelombang lain. Teori gelombang stokes dapat
bervariasi sesuai tinggi orde yang digunakan. Semakin tinggi orde semakin
banyak suku tambahan pada formula besaran2 gelombang. Teori gelombang
stokes orde 2, orde 3, orde 4, orde 5 dan seterusnya.
Teori Gelombang Lain
1.
Teori Gelombang Soliter, atau teori gelombang tunggal yaitu
gelombang yang terdiri dari satu puncak gelombang. Apabila gelombang
memasuki perairan dangkal maka amplitudo gelombang menjadi semakin
tinggi. Puncaknya menjadi tajam dan lembahnya datar.
2.
Teori Gelombang Cnoidal, merupakan teori gelombang untuk
gelombang yang bersifat periodik dengan puncak tajam dan dipisahkan
oleh lembah yang panjang.
Perbandingan teori gelombang diatas adalah semakin tinggi ordenya maka
puncak gelombang akan semakin curam dan lembah gelombang semakin
landai.
Gelombang
yang
terjadi
di
laut
lepas
kenyataannya
adalah
10
gelombang dapat terjadi karena angin, pasang surut, gangguan buatan seperti
gerakan kapal dan gempa bumi. Pengaruh gelombang terhadap perencanaan
bangunan pantai dan pelabuhan antara lain adalah sebagai berikut:
11
12
bersifat random. Random artinya pada satu bagian interkoneksi sangat baik,di
bagian lain sedang dan di bagian lainnya tidak baik (renggang). Nah kondisi
ini sangatlah akan berakibat buruk pada jangka panjang karena bagian yang
berinterkoneksi buruk akan lepas menyebabkan menurunkan bagian yang
sedang serta bagian yang baik dan akhirnya rontok semua.
Generasi ketiga dimulai dengan penelitian seorang ilmuwan dan
insinyur dari UGM yaitu Ir. Wasi Tri Pramono MASc.,PhD. Pada telitiannya
beliau menemukan dan mengukur secara simultan (pada t yang sama) tiga
gaya yang bekerja pada saat gelombang pecah (gelombang mengenai
bangunan breakwater). Dari penelitian tersebut kemudian beliau di University
of Windsor menciptakan apa yang disebut sebagai Integrated Armour System.
Disebut sebagai generasi ke 3 karena mulai dari pendekatan masalah serta
bentuknya sangat jauh berbeda dengan konsep yang melatarbelakangi kedua
generasi sebelumnya. Integrated Armour System atau disingkat sebagai IAS
mendasarkan dari distribusi gaya pecah pada satu batuan ke batuan di
belakangnya, demikian seterusnya dan seterusnya sampai gaya menghilang
karena gaya dibelokkan oleh slope. Perambatan gaya dilakukan melalui
konektor khusus yang melalukan gaya desak dan gaya tarik. Dengan
mekanisme kerja seperti ini maka tidak diperlukan batuan-batuan yang besar.
Susunannya yang berpelana kuda membuat konstruksinya tahan akan
goncangan gempa yang sering terjadi dan juga sangat kuat menghadapi
tsunami (kekuatan desak hingga 200 T ).
Breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe
pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan
tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi
perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau
karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang,
seperti halnya pada perencanaan jetty.
13
14
bangunan).
Berkurangnya
energi
gelombang
di
daerah
terlindung
akan
15
atau bentuk lainya. Butir pelindung buatan dari beton bisa berupa:
Tetrapod
Cube
Tribar
Quadripod
Accropod
Core-loc
Dolos
16
Blok beton
17
Kaison (caisson)
Pemecah gelombang ini dibuat di daratan dan kemudian dibawah
ke lokasi yang telah ditentukan dengan ditarik oleh kapal.
Pengangkutan ke lokasi dilakukan pada waktu air tenang. Setelah
sampai ke lokasi kaison tersebut ditenggelamkan ke dasar laut
dengan mengisikan air ke dalamnya dan kemudian diisi dengan
pasir. Bagian atasnya kemudian dibuat lantai dan dinding beton.
Kaison dibuat seperti kotak dengan sisi bawah tertutup dan
dengan dinding-dinding diafragma yang membagi kotak.
18
19
Breakwater Gabungan
Pada pemecah gelombang gabungan konstruksi dikombinasikan antara
pemecah gelombang sisi Tegak yang dibuat di atas pemecah
gelombang
sisi
dibuat
apabila
kedalaman air sangat besar dan tanah dasar tidak mampu menahan
beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Pada waktu air surut
bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring, sedang
pada waktu air pasang berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi
20
Semburan Air
Semburan Udara
21
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air laut dari ukuran kecil
(riak) sampai yang paling panjang (pasang surut), dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal.
2. Hubungan gelombang dengnan perencanaan pelabuhan:
Besar kecilnya gelombang sangat menentukan dimensi dan kedalaman