Anda di halaman 1dari 1

PANDUAN PRAKTIK KLINIS OBSTETRI

STANDAR PROSEDUR
No. Dokumen :
Ditetapkan oleh
OPERASIONAL
No. Revisi :
Kepala UPTD Kesehatan
Tanggal Terbit :
Puskesmas Karangnungggal
Halaman :
H. Syarhan dr.MM
NIP: 19691201 2002121 004
1. Batasan

2. Etiologi

3. Penyulit

4. Pengelolaan

5. Pemenjangan fase laten

KELAINAN HIS
Inersia hipotonik : kontraksi uterus tekoordinasi, tapi tidak adekuat
Inersia hipertonik : his persalinan yang menyebabkan kemajuan
persalinan
Klinis : dalam 10 menit terdapat 3 x kontraksi rahim,
lamanya 40-60 detik, sifatnya kuat
KTG : kontraksi 3 x dalam 10 menit, lamanya 40-60 detik,
dengan tekanan intrauterin 40-60mmhg
Inersia uteri hipotonik :
Penggunaan analgesi terlalu cepat, kesempitan panggung, letak
defleksi, kelainan posisi regangan dinding rahim (hidramnion,
gemeli), perasaan takut dari ibu.
Inersia uteri hipertonik :
- KPD
- Infeksi intrauterin
1. Kemungkinan infeksi bertambah, yang juga menyebabkan
kematian anak meningkat
2. Kelelahan ibu dan dehidrasi : tanda-tanda nadi naik,suhu
meningkat, asetonuri, nafas cepat, meteorismus dan turgor
berkurang.
1. Inersia uteri hipertonik
- Kalau ketuban positif, lakukan amniotomi dan pemberian
tetes oksitosin
- Kalau ketuban telah pecah dilakukan pemberian tetes
oksitosin (lihat bab tetes oksitosin)
2. Inersia uteri hipertonik
- Diberikan obat tokolitik (lihat bab pemberian tokolitik)
- Tetes oksitosin diberikan setelah gejala hipertonus
menhilang
Fase laten lebih dari 20 jam untuk mulipara dan lebih dari 14 jam
untuk multipara.
Tindakan yang dapat dilakukan adalah istirahat (pemberian
sedativa)atau drip oksitosin. Akan tetapiistirahat lebih baik
dilakukan untuk mencegah kemungkinan belum inpartu (his palsu).
Secara statistik sengan pemberian sedativa kuat 85% akan
memasuki fase aktif, 10% his hilang (his palsu) dan 5% yang
membutuhkan drip oksitosin.

Anda mungkin juga menyukai