Disusun Oleh
RIZQY AMALIA NUR ARISTA 1503329022
PROSUS
BAB I
A. Latar Belakang
Corona Virus yang berjangkit di Saudi Arabia sejak bulan Maret 2012,
sebelumnya tidak pernah ditemukan didunia. Oleh karena itu berbeda karakteristik
dengan virus corona SARS yang menjangkiti 32 negara didunia pada tahun 2003.
Komite International Taxonomy virus lengkapnya The Corona Virus Study Group of
The International Committee on Taxonomy of viruses pada tanggal 28 Mei 2013
sepakat menyebut Virus corona baru tersebut dengan nama Middle East Respiratory
Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV) baik dalam komunikasi publik maupun
komunikasi ilmiah.
Sejak laporan pertama, setelah melalui penelitian yang lama selama dua
sampai tiga tahun mengungkapkan virus yang telah menginfeksi lebih dari 90% dari
unta arab dewasa di Saudi Arabia, juga unta arab di Semenanjung Arab dan bagian
Afrika yang merupakan sumber impor unta arab untuk Saudi Arabia. Untuk saat ini,
mer-CoV belum terdeteksi pada unta arab yang telah diuji di kebun binatang atau
ternak dari belahan dunia lain. Kadang-kadang, virus ditularkan dari unta arab yang
terinfeksi ke manusia, transmisi berikutnya ke manusia lain membutuhkan relatif
dekat dan berkepanjangan.
Berdasarkan laporan European Centre for Disease Prevention and Control
(ECDC), sejak September 2012 sampai dengan 10 Juni 2015, telah ditemukan 1.257
kasus konfirmasi MERS-CoV dengan 448 orang mengalami kematian, artinya tingkat
kematian atau case fatality rate (CFR) cukup tinggi yaitu 35,64%. Dari data WHO,
ditulis bahwa lebih dari 85% kasus penyakit menular MERS-CoV ini berasal dari
Arab Saudi.
Pada bulan Mei-Juni 2015, dunia dikejutkan dengan berita menyebarnya virus
MERS-CoV ke Asia, yaitu di Korea Selatan. Sampai dengan tanggal 16 Juni 2015,
WHO mencatat sudah ada 161 kasus yang terkonfirmasi penyakit menular MERSCoV dan 19 orang diantaranya meninggal dunia. Seperti yang diberitakan oleh
ECDC, penyebaran penyakit menular MERSCoV ke Korea Selatan diduga
penyebabnya dari seorang pria yang sebelumnya pergi ke Bahrain, Uni Emirat Arab,
Arab Saudi, dan Qatar.
Pada manusia, penyakit yang jelas diberi nama MERS, dari hewan ke manusia
peristiwa yang terjadi secara terputus-putus, Mers-CoV mudah menyebar secara
sporadis dari manusia ke manusia, dan menyebabkan penyakit ini lebih parah
terjangkit pada orang dewasa yang lebih tua, terutama laki-laki, terutama jika terdapat
riwayat penyakit sebelumnya. Penyebaran Mers-CoV antara manusia sering dikaitkan
dengan wabah di rumah sakit, sekitar 20% dari semua kasus menjangkit petugas
kesehatan.
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1. Mengetahui sejarah dan perkembangan penyakit Mers.
2. Mengetahui penyebab dan pencegahan penyakit Mers.
3. Mengetahui kegiatan surveilans influenza di Indonesia.
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam pembuatan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan mengenai penyakit Mers sehingga dapat berkontribusi dalam
pencegahan penyakit Mers di masyarakat, serta menambah informasi mengenai
kegiatan surveilans influenza.
BAB II
ISI
A. Penyebab
Middle Eastern Respiratory Syndrome disingkat Mers merupakan penyakit
yang disebabkan oleh suatu virus CoV singkatan dari Corona Virus. Sehingga
penyakit Mers CoV dijabarkan Middle Eastern Respiratory Syndrome Corona Virus
yang penyebab utamanya adalah virus Mers yaitu virus dalam kelompok coronavirus
dengan ciri virus permuka tubuhnya diselimuti struktur mirip dengan mahkota.
Meskipun unta arab tampaknya menderita hampir seperti serangan 'flu biasa'
akibat infeksi Mers-CoV, namun pada manusia, virus bisa menjadi patogen yang lebih
serius dan oportunistik bahkan dapat menyebabkan kematian hingga 40% dari kasus
yang telah dilaporkan. Studi telah menetapkan bahwa masa inkubasi rata-rata untuk
Mers adalah lima sampai enam hari, pada hari kedua sampai hari ke enam belas,
dengan penyebaran dari manusia ke manusia lain pada hari ke tiga belas sampai
empat belas. Demam dan gejala gastrointestinal dapat membentuk prodrome, setelah
gejala menurun, hanya akan diikuti oleh sindrom lebih parah sistemik dan pernafasan.
MERS CoV merupakan penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh
virus Corona yang menyerang saluran pernapasan mulai dari ringan sampai
berat.Virus Mers berasal dari family yang sama dengan virus yang menyebabkan flu
biasa (common cold), tetapi virus Mers dapat memicu kerusakan ginjal dan
pneumonia.
Virus classification:
Group : Group IV ((+)s sRNA)
Order : Nidovirales
Family : Coronaviridae
Subfamily : Coronavirinae
Genus : Betacoronavirus
Species : MERS-CoV
infection/SARI
3. Pneumonia
4. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), disertai gagal ginjal,
perikarditis dan Disseminated Intravascular Coagulation (DIC).
5. Pada pasien immunocompromise ditemukan gejala awal demam dan diare.
Sebelum menentukan pasien suspek MERS CoV dilakukan :
1. Anamnesis: demam suhu > 38 C, batuk dan sesak, ditanyakan pula
riwayat bepergian dari negara timur tengah 14 hari sebelum onset
2. Pemeriksaan fisis: sesuai dengan gambaran pneumonia
3. Radiologi: Foto toraks dapat ditemukan infiltrat, konsolidasi sampai
gambaran ARDS
4. Laboratorium: ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab tenggorok dan
sputum
Klasifikasi :
1. Kasus dalam penyelidikan/suspek
a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan
tiga gejala di bawah ini:
Demam (38C) atau ada riwayat demam,
Batuk,
Pneumonia, ARDS berdasarkan gejala klinis atau gambaran
radiologis yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh
(immunocompromised) karena gejala dan tanda tidak jelas.
DAN salah satu dari kriteria berikut :
bepergian,
kecuali
ditemukan
etiologi/penyebab
menggunakan
kriteria
klinis,
epidemiologis,
dan
laboratoris:
Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti klinis,
radiologis atau histopatologis
DAN
Tidak
tersedia
pemeriksaan
untuk
MERS-CoV
atau
hasil
DAN
Adanya hubungan epidemiologis langsung dengan kasus konfirmasi
MERS Co-V.
3. Kasus Konfirmasi
Seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium
( PCR)
Pemeriksaan laboratorium, dilakukan dengan cara:
1. Bahan Pemeriksaan
a. Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring dan/atau swab
tenggorokan)
b. Spesimen saluran napas bagian bawah (sputum, aspirat endotracheal, kurasan
bronkoalveolar)
2. Tempat Pemeriksan
Laboratorium Badan Litbangkes RI Jakarta. Ambil spesimen serial dari beberapa
tempat dalam waktu beberapa hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral shedding
3. Jenis Pemeriksaan
a. Kultur mikroorganisme sputum dan darah
b. Pemeriksaan virus influenza A dan B, virus influenza A subtipe H1, H3, dan
H5 (di negara-negara dengan virus H5N1 ditemukan pada unggas), RSV, virus
parainfluenza, rhinoviruses, adenoviruses, metapneumoviruses manusia, dan
corona virus baru
Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan dengan menggunakan
reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR).
Dilakukan juga:
pemeriksaan darah untuk menilai viremia,
swab konjungtiva jika terdapat konjungtivitis,
urin
tinja
cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan
Data selama ini menunjukkan bahwa spesimen saluran napas bawah
cenderung lebih positif daripada spesimen saluran napas atas.
orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 92-95% pada pasien hamil.
Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua
Influenza Like Illness (ILI) adalah suatu proses infeksi akut pada saluran
pernafasan dengan gejala klinis demam, sakit tenggorokan disertai batuk atau pilek.
ILI merupakan masalah kesehatan di dunia tidak saja di negara berkembang, tapi juga
di negara maju seperti AS, Kanada dan negara-negara Eropa.
Secara keseluruhan, tujuan dari kegiatan surveilans ILI adalah mengetahui
besaran masalah influenza di Indonesia, khususnya untuk memprediksi prevalensi
influenza dengan konfirmasi laboratorium di masyarakat. Sejak itu, pemantauan dan
karakterisasi virus influenza termasuk flu burung di Indonesia terus dilakukan dan
dikembangkan.
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran epidemiologi influenza di Indonesia serta untuk
menentukan kebijakan penanggulangannya.
2. Tujuan Khusus
a. Mendapatkan besaran masalah influenza di Indonesia
b. Mengidentifikasi kejadian dan kecenderungan influenza berdasarkan distribusi
epidemiologi (umur, tempat, dan waktu).
c. Mengidentifikasi dan memantau tipe dan subtipe virus influenza yang beredar
di Indonesia.
d. Memberikan informasi untuk pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)
dan respons KLB influenza.
e. Memberikan informasi untuk perumusan kebijakan penanggulangan influenza
termasuk pemberian vaksinasi dan tatalaksana kasus.
Dikatakan sebagai kasus ILI bila memenuhi kriteria:
Panas 37,8 C
Batuk atau sakit tenggorokan
Menderita gangguan pernafasan atau
Sakit/nyeri otot
Penyebab ILI adalah tiga tipe virus influenza yang dikenal yaitu tipe A,
B, dan C. Tipe A terdiri dari sub tipe dimana hanya 2 (H1 dan H3) yang
dikaitkan dengan epidemi dan pandemi yang luas. Masa penularan
berlangsung selama 35 hari sejak timbulnya gejala klinis pada orang dewasa
dan sampai 7 hari pada anak-anak. Penularan melalui udara terutama terjadi
pada daerah yang padat penduduk, pada ruangan tertutup seperti pada bis
sekolah. Penularan dapat terjadi dengan kontak langsung, oleh karena virus
influenza dapat hidup berjam-jam diluar tubuh manusia, khususnya didaerah
dingin dan kelembaban yang rendah.
Cara Pencegahan:
karantina.
menanyakan
dan
Pemantauan
mengukur
dilakukan
suhu
tubuh
dengan
cara
menggunakan
lanjut.
Memantau orang yang minum obat setiap hari dan mencatat
gejala
ILI,
dengan
menggunakan
media
masuk
dalam
kriteria
suspek
influenza
pandemi.
kontak.
Memfasilitasi rujukan kasus ke rumah sakit rujukan sesuai
serta
disebarluaskan
kepada
pemangku
kepentingan
laporan diterima
Cakupan kunjungan rumah 100% per hari
Semua kasus terdeteksi < 24 jam dari onset
Tersedianya data proporsi efek samping profilaksis
Adanya rekomendasi, minimal sekali dalam seminggu, selama masa
penanggulangan: 100%
2. Di Wilayah Berisiko
a. Ketepatan laporan: 100%
b. Kecepatan penyelidikan epidemiologi < 24 jam sejak laporan diterima:
100%
c. Jumlah kontak yang diamati 100% termonitor
d. Kecepatan deteksi dini suspek (dihitung < 24 jam dari onset): 100%
e. Ketepatan diagnosa: 100% klinis dan lab
Surveilans Indonesia Pandemi Influenza, terdiri dari:
1. SURVEILANS PADA FASE EPISENTER TERJADI DI LUAR (FASE 4/5 A)
Fase 4/5 A merupakan fase dimana klaster dengan penularan dari manusia ke
manusia yang terjadi di negara/daerah lain.
a. Tujuan
Deteksi dini kasus, kontak dan lingkungan terkait sebagai sumber infeksi dan
cara penularannya serta dapat dilakukan penanggulangannya.
b. Pokok Kegiatan :
Kegiatan kajian episenter dan besarnya risiko penularan ke Indonesia
Memberikan peringatan dini kepada stake holder (pemangku kebijakan)
baik di lingkungan departemen kesehatan, unit utama terkait dan unit
Kesehatan
Melakukan Kajian Epidemiologi
4.
5.
6.
7.
8.
penanggulangan MERS-CoV.
Menyiapkan pelayanan kesehatan haji di 15 Embarkasi / Debarkasi (KKP).
Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat
a.
b.
c.
d.
e.
diagnostik.
dokumen
terkait
persiapan
dalam
9.
Diseminasi informasi kepada masyarakat terutama calon jemaah haji dan umrah
10.
11.
12.
MERS CoV
Melakukan kordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi.
Meningkatkan hubungan Internasional melalui WHO dll.
E. Pembiayaan
Kasus MERS ini adalah kasus bencana nasional yang pembutuhkan
pertolongan segera, dalam kegiatan tanggap bencana MERS ini sebagai contohnya RS
Pusat Angkatan Darat melakukan kegiatan siap siaga tanggap MERS menjelang
lebaran haji pada tahun 2015. RS Pusat Aangkatan Darat melakukan kegiatan simulasi
tanggap MERS dan memberikan pelayanan fasilitas kesehatan apabila secara tak
terduga terdapat pasien kasus MERS positif. Yayasan amal global Welcoe Trust
emenyumbangkan dana sebesar US$ 2 miliar untuk pengembangan sejumlah vaksin
baru seperti Mers, Ebola dan virus Nil Barat.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East
Respiratory Syndrome-Corona Virus (Mers-Cov)
Depkes RI. 2008. Surveilans Epidemiologi Influenza Pandemi Di Indonesia
Fitrianingsih, Sri Peni. 2015. Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Universitas Islam Bandung
Keputusan Menteri Kesehatan No. 300 tahun 2009 tentang Pedoman Penanggulangan
Episenter Pandemi Influenza
Mackay, Ian M. and Katherine E. Arden. 2015. Journal MERS coronavirus:
diagnostics, epidemiology and transmission.
Yong, Benny dan Livia Owen. 2015. Model Penyebaran Penyakit Menular MERS
CoV: Suatu Langkah Antisipasi Untuk Calon Jamaah Umrah/Haji Indonesia.
Universitas Katholik Parahyangan
Google picture Corona Virus diunduh tanggal 4 November 2016
http://image.slidesharecdn.com/middleeastrespiratorysyndrome-coronavirus
140524215627-phpapp01/95/middle-east-respiratory-syndrome-coronavirus-5
638.jpg?cb=1401169129