Halusinasigvg
Halusinasigvg
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi oleh manusia pada masa sekarang ini semakin
berat dan kompleks, sehingga banyak orang yang menderita stres dan merasa frustasi.
Hal ini berdampak pada diri individu tersebutt, baik secara fisik maupun mental atau jiwa.
Kecenderungan meningkatnya angka gangguan jiwa di kalangan masyarakat saat ini dan
yang akan datang akan terus menjadi masalah sekaligus tantangan bagi tenaga
kesehatan khususnya profesi keperawatan (Rasmun, 2001). Hal ini dibuktikan oleh hasil
penelitian WHO, yaitu prevalensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk
dunia. Pernyataan ini juga didukung oleh data Survey Kesehatan Rumah Tangga (1995)
di Indonesia, yang menyebutkan bahwa gangguan jiwa mencapai 264 per 1000
penduduk. Artinya 2,6 kali lebih tinggi dari ketentuan WHO (Azwar, Republika,24 April
2001).
Munculnya gangguan jiwa sering kali disebabkan oleh meningkatnya tingkat
kesulitan hidup khususnya di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang juga memiliki permasalahan yang sama dalam masalah gangguan jiwa.
Salah satu gangguan jiwa yang umumnya dijumpai yaitu skizofrenia, dimana skizofrenia
itu sendiri harus dibedakan karena terdiri dari berbagai tipe. Salah satunya adalah
skizofrenia paranoid dimana individu menunjukkan adanya gejala waham (kejar,
kebesaran, dan cemburu), halusinasi yang mengandung isi kejaran atau kebesaran, dan
gangguan alam perasaan serta perilaku misalnya kecemasan yang tidak menentu,
kemarahan, suka bertengkar, berdebat, tindak kekerasan, dan kebingungan tentang
identitas jenis kelamin dirinya (gender identity) (Hawari, 2001). Individu dengan koping
mekanisme maladaptif seperti menarik diri cenderung mengalami halusinasi (dengar,
lihat, raba, rasa dan hidu), karena adanya gangguan persepsi sensori terhadap stimulus
dari internal maupun eksternal. Isi dan jenis halusinasi mempengaruhi perilaku yang
akan ditampilkan oleh individu, bila individu larut dan menikmati halusinasinya akan
berdampak bagi individu itu sendiri, orang lain, dan lingkungan. Oleh karena itu, perawat
sebagai caregiver harus mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
perubahan persepsi sensori : halusinasi.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia tipe paranoid dengan
masalah utama halusinasi pendengaran.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
C. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini digunakan metode deskriptif dengan studi kasus
di lapangan meliputi wawancara, observasi, partisipasi aktif klien dan studi kepustakaan
di perpustakaan, khususnya buku-buku yang terkait dengan kasus halusinasi
pendengaran.
D. Sistematika Penulisan
Makalah
ini
disusun
berdasarkan
sistematika
sebagai
berikut:
Bab
I,
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I.
A. Skizofrenia
1. Pengertian
Skizofrenia adalah gangguan psikis kronis dan biasanya menyerang
kelompok remaja dan dewasa. Penyakit ini biasanya menyebabkan terjadinya
fluktuasi, ketidakstabilan, serta gangguan yang terus meningkat dalam berfikir,
kebiasaan dan persepsi (Keltner, 1999).
Schizophrenia adalah kerusakan kepribadian yang terjadi selama 6 bulan
yang disertai terjadinya gangguan di dalam isi dan bentuk pikiran, persepsi, afek
(perasaan), penilaian diri, motivasi, hubungan interpersonal, perilaku dan
psikomotor (DSM IV/ Diagnostic Manual of Mental Disorder).
Tipe-tipe skizofrenia antara lain :
-
Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia paranoid
Skizofrenia residual
tipe paranoid ditandai oleh keasyikan pada satu atau lebih waham dan halusinasi
dengar yang sering, tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
terdisorganisasi atau katatonik. Secara klasik skizofrenia tipe paranoid ditandai
oleh waham (kejar, kebesaran, dan cemburu), halusinasi yang mengandung isi
kejaran atau kebesaran, dan gangguan alam perasaan.
2.
Etiologi
Etiologi Schizophrenia kemungkinan berasal dari kombinasi berbagai faktor yaitu:
a. Faktor Genetic dan Biologik
Fakta-fakta menunjukkan faktor genetic merupakan faktor predisposisi
terjadinya Schizophrenia. Penemuan pada bayi kembar dan keluarga yang
mengindikasi Schizophrenia memiliki frekuensi lebih besar dengan orang tua
yang Schizophrenia dibandingkan dengan orang tua yang tidak mengalami
Schizophrenia. Aktivitas mono amine
oksidasi sebagai
enzim
yang
Penatalaksanaan
Terapi psikososial, antara lain :
a.
Terapi perilaku
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kemampuan memenuhi kebutuhan diri sendiri, latihan
praktis dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif di dorong dengan
pujian atau hadiah. Latihan keterampilan perilaku (behavioral skills training)
atau sering kali dengan keterampilan sosial (social skills therapy), dengan
menggunakan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi (role
playing) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah
dilakukan.
b.
terapi
berorientasi
keluarga
karena
pasien
skizofrenia
sering
termasuk
mengidentifikasi
dan
menghindari
situasi
yang
Terapi kelompok
Terapi kelompok pada pasien skizofrenia, efektif untuk menurunkan isolasi
sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan realitas bagi pasien
skizofrenia.
d.
Psikoterapi individual
Jenis terapi yang paling baik pada terapi individual adalah terapi suportif dan
psikoterapi yang berorientasi tilikan. Konsep penting bagi pasien skizofrenia
adalah adanya hubungan terapeutik yang aman bagi pasien, yang
dipengaruhi oleh adanya rasa percaya kepada ahli terapi, jarak emosional
antara ahli terapi dengan pasien dan keikhlasan ahli terapi yang di
interpretasikan oleh pasien.
B. Halusinasi
1. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus atau
rangsangan dari luar (Pakdi Ana Keliat, 1998).
Halusinasi pendengaran adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami perubahan dalam jumlah dari pola stimulus yang mendekat (yang
diprakarsai oleh internal dan eksternal), disertai dengan suatu kemunduran yang
berlebihan, distorsi atau kelainan berespon terhadap stimulus (Mary C. Towsend,
1998).
Perubahan persepsi sensori halusinasi dengar adalah disfungsi fisiologis
otak yang ditandai dengan adanya respon verbal, yaitu mendengar suara yang
mengatakan sesuatu pada individu (Stuard and Laraia, 2001).
Halusinasi diklasifikasikan atas :
2.
Psikodinamika
Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau
penyebab halusinasinya berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer
dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan secara psikologik terhadap
kejadian traumatik sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa
takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan
ego, pikiran perasaannya sendiri yang secara umum meningkatkan kecemasan.
Kecemasan yang berlebihan dapat mengganggu metabolisme sehingga tubuh
akan mengeluarkan suatu zat halusinogenik neurokimia seperti pakfotemin dan
dimetyltraspeasi (DMT), hal inilah yang merangsang timbulnya halusinasi.
a.
faktor
di
masyarakat
yang
menyebabkan
seseorang
2) Faktor Presipitasi
Sosial pakdaya
Stress dan kekerasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok.
Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamin, norepineprin, indolamine, zat
halusinogenik, diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas.
Faktor psikologis
Intensitas
kecemasan
terbatasnya
yang
kemampuan
ekstrim
mengatasi
dan
memanjang
masalah,
disertai
memungkinkan
Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perubahan proses pikir, fungsi
persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan sosial.
b.
c.
Rentang Respon
Adaptif
Maladaptif
Pikiran
logis
epsi
Emosi
konsisten
Perilaku menyimpang
Perubahan
terganggu ilusi.
sensori: halusinasi
akurat
-
dengan
pengalaman
Reaksi
emosi
berlebihan-
Kelainan pikiran
Ketidak
persepsi
mampuan
atau kurang
menahan emosi
Perilaku
Menarik diri
teroanasi
tidak
(t
terurolasi sial
Komplikasi
Komplikasi yang muncul dari halusinasi (Rowlins, 1993), adalah:
- Perilaku kekerasan
- Mengisolasi dirinya dari orang lain
Proyeksi
Menarik diri
Menghindar
Marah
Respon maladaptive
Syndrome schizophrenia
Syndrome negative
Syndrome Positif
Kognitif
Emosi
Perilaku
Motorik
Kognitif
Emosi
Perilaku Motorik
-Kurang perhatian
-Depresi -Menarik diri
-Pergerakan menurun -Delusi
-Hostility -Agitasi -Kataton
-Daya pikir menurun -Murung -Inisiatif menurun -Nafsu makan turun -Halusinasi
-Stereotip -Tremor
-Alogia
-Sedih
-Avolitia
-Energi menurun
-Ilusi
-Bizzare-Agresif
-Tdk bisa memutuskan -Hopeles
-Anhdonia
Usia 1-3tahun
Pengalaman perpisahan
Pengalaman perpisahan
Merasa sendiri
Usia 12-20tahun
Kekacauan identitas
Kecemasan
Disintegritas ID-EGO-SUPER EGO
Rendahnya pertahanan ego tidak mampu mengendalikan kecemasan
Kepuasan diri menurun
Self esteem menurun
Faktor Presipitasi
Kurang reinforcement positif
Kerusakan komunikasi keluarga
Kurang support system dari keluarga
Perceraian, kegagalan
Kecemasan meningkat
Mekanisme koping
Regresi
Proyeksi
Syndrome negative
Menarik diri
Menghindar
Marah
Syndrome Positif
Kognitif
Emosi
Perilaku
Motorik
Kognitif Emosi
-Kurang perhatian
-Depresi -Menarik diri
-Pergerakan menurun -Delusi
-Hostility
-Daya piker menurun -Murung -Inisiatif menurun -Nafsu makan turun -Halusinasi
-Alogia
-Sedih
-Avolitia
-Energi menurun
-Ilusi
-Tdk bisa memutuskan -Hopeles
Perilaku Motorik
-Agitasi -Kataton
-Stereotip-Tremor
-Bizzare -Agresif
penyalahgunaan obat
Teori prenatal
Infeksi pada masa
2 paklan gestasi
Preeklamsi
Eklamsi
A perokok
Alkoholik
Intranatal
Trauma
Perdarahan
Premature
Genetic
Mutasi gen
Translokasi
kromosom
Lesi otak
Atrofi otak
Kortex frontal
Sistem limbik
Depamin menurun
Serotonin meningkat
Dopamin menurun
Serotonin menurun
(lopaks
temporal)
Simtom negatif skizofrenia
Cognitive
Kurang perhatian
Daya pikir menurun
Alogia
Tidak bisa
memutuskan
Emosi
Depresi
Murung
Sedih
Hopeless
anhdonia
Perilaku
Motorik
Menarik diriPergerakan
Inisiatif
menurun
menurun Nafsu makan
avolitia
menurun
Energi
menurun
Persepsi
Delusi
Halusinasi
Ilusi
Emosi
- Hostility
Perilaku
-Agitasi
-Stereotip
-Bizzare
Motorik
-Kataton
-Tremor
-Agresif
kemampuan
individu
mengatasi
masalahnya
memungkinkan
d. Mekanisme Koping
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) mekanisme koping yang biasa digunakan
adalah:
1) Regresi, hubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk
aktivitas hidup sehari-hari.
2) Proyeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3) Menarik diri.
e. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Perilaku agresif, gelisah, ekspresi wajah tidak bersahabat, kontak mata kurang.
Data Subyektif :
TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
TUK :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2) Klien dapat mengenal halusinasinya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
5) Klien dapat memanfaatkan obat lebih baik.
TUK 1. Bina hubungan saling percaya dengan mengunakan prinsip komunikasi
therapeutik.
Kriteria evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Perencanaan :
1) Sapa klien dengan ramah.
2) Perkenalkan diri dengan sopan.
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Jujur dan menepati janji.
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
7) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kepaktuhan dasar klien.
8) Beri kesempatan pada klien apa adanya.
TUK 2. Klien dapat mengenal halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan waktu, isi, frekuensi timpaklnya halusinasi, klien dapat
mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Perencanaan :
1) Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.
2) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (bicara dan tertawa
tanpa stimulus, memandang ke kiri/kanan, depan seolah-olah ada teman bicara).
3) Bantu klien mengenal halusinasinya :
- Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apakah ada suara
yang didengar.
- Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan.
- Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat
sendiri
tidak
mendengarnya
(dengan
nada
bersahabat
tanpa
menuduh/menghakimi).
4) Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang menimpaklkan/tidak menimpaklkan halusinasi.
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam atau
jika sendiri, jengkel/sedih).
5) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadinya halusinasi
(marah/takut, senang, sedih).
6) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya.
TUK 3. Klien dapat mengontrol halusinasinya.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan
halusinasinya, klien dapat menyebutkan cara baru, klien dapat memilih cara
mengatasi halusinasi seperti yang telah didiskusikan dengan klien.
Perencanaan :
1) Indentifikasi dengan klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
(tidur, marah, menyAkkan diri, dan lain-lain).
2) Diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien, jika bermanfaat beri pujian.
3) Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontrol timpaklnya halusiansi :
- Katakan saya tidak mau dengar kamu (pada saat halusinasi terjadi).
- Menemui orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk bercakap atau
mengatakan halusinasi yang terdengar.
- Mempakat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi tidak sampai muncul.
- Meminta keluarga/teman/perawat menyapa jika tampak bicara sendiri.
4) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
5) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya dan
beri pujian jika berhasil.
6) Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realitas, stimulus
persepsi.
TUK 4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi.
Kriteria evaluasi :
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat, keluarga dapat
menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi.
Perencanaan :
1) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi.
2) Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung/pada saat
kunjungan rumah) :
- Gejala halusinasi yang dialami klien.
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi.
- Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan,
jangang biarkan sendiri, makan bersama, berpergian bersama.
TUK 5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Kriteria evaluasi :
Klien dan keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek samping obat, klien
dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar, klien dapat informasi
tentang obat dan efek samping obat, klien dapat memahami akibat berhentinya obat
tanpa konsultasi, klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
Perencanaan :
1) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi, dan manfaat obat.
2) Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaatnya.
3) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang
dikatakan.
4) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi.
5) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip benar.
b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
Data Obyektif :
Data Subyektif :
TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
TUK :
1) Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
2) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
3) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
4) Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang
lain.
5) Klien
dapat
memperdayakan
sistem
pendukung
atau
keluarga
mampu
Perencanaan :
1) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain.
2) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain.
3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan manfaat
berhubungan dengan orang lain.
TUK 5. Klien dapat memperdayakan sistem pendukung atau keluarga mampu
mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
Menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara merawat klien menarik diri, cara
mendemonstrasikan perawatan klien menarik diri : berpartisipasi dalam perawatan
klien menarik diri.
Perencanaan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : salam, perkenalkan diri,
penyebab perilaku menarik diri, mempakat kontrak, dan eksplorasi perasaan
keluarga.
2) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : perilaku menarik diri, penyebab
perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi perilaku menarik diri tidak
ditanggapi, dan cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
3) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu minggu sekali.
5) Beri reinforcement atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.
c. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi.
TUK :
1) Klien dapat megidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
2) Klien dapat merencanakan kegiatan yang dilakukan.
3) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya.
4) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
TUK 1 Klien dapat megidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
Perencanaan :
Kegiatan mandiri
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Ilustrasi Kasus
Tn. A umur 31 tahun merupakan anak ke-4 dari lima bersaudara, orang tua klien
bercerai sejak klien berumur 4 tahun. Klien mengatakan kecewa terhadap perceraian
orang tuanya. Klien di asuh oleh ibunya yang bekerja sebagai pedagang nasi di cawang.
Pendidikan klien hanya sampai kelas 3 SD, menurut klien karena tidak ada biaya,
sebenarnya klien anak yang rajin dan mudah bergaul dengan teman-temannya. Klien
mengatakan pernah bekerja sebagai kuli sampah dan kuli bangunan selama 5 tahun,
dan berhenti bekerja dengan alasan capek. Klien juga mengatakan pernah menjalin
hubungan dengan teman wanitanya yang bernama M, karena suatu sebab yang tidak
jelas klien diputuskan oleh pacarnya, klien mengatakan sangat kecewa, umur waktu
pacaran dan lamanya klien tidak ingat lagi. Semenjak itu menurut petugas panti yang
mendapatkan informasi dari keluarga klien, klien sering murung, menyendiri di dalam
rumah, dan jarang berkomunikasi dengan keluarganya, sering tertawa, bicara sendiri
dengan kata-kata yang tidak jelas. Bila mempunyai keinginan yang tidak terpenuhi klien
sering marah, memukul adiknya dan mengganggu lingkungan di sekitar rumahnya
seperti melempari rumah tetangga dengan batu. Dengan keadaan tersebu keluarga
membawa klien ke panti.
Kondisi klien saat
sendirian, ekspresi wajah klien tampak tegang, kontak mata ada kadang-kadang, kurang
kooperatif, klien tampak tersenyum dan tertawa sendiri, pembicaraan klien sering beralih
dari satu topik ke topik yang lain dan kurang kooperatif dalam pembicaraan, klien tampak
gelisah dan duduknya tidak tenang, klien tampak usil (agresif) setiap melihat temannya
membawa sesuatu klien selalu ingin meminta dengan cara merebutnya secara paksa.
Klien masuk panti tanggal 31 Juli 2000, dengan alasan klien memukul adiknya
karena tidak diberi uang untuk membeli rokok dan sering menganggu lingkungan di
sekitar rumahnya dengan berteriak-teriak dan melempari rumah tetangga dengan batu.
Faktor presipitasi klien masuk ke panti tidak jelas, klien masuk ke panti untuk yang
pertama kali dan menurut data yang diperoleh dari petugas panti, dari keluarga tidak ada
yang mengalami gangguan jiwa.
Klien mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi dengar berupa suarasuara yang tidak jelas, kata klien suaranya kadang laki-laki dan perempuan yang
menyuruh klien pergi, kadang menertawakan dan berbisik-bisik tidak jelas. Suara-suara
tersebut menurut klien sering datang pada malam hari sekitar jam tiga dan di saat klien
sendiri. Klien merasa kesal dan kadang marah mendengar suara-suara tersebut. Tetapi
klien mengatakan tidak mengalami kesulitan tidur pada malam hari.
Diagnosa keperawatan utama yang diangkat adalah risiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Tindakan keperawatan yang sudah diberikan adalah
melakukan komunikasi terapeutik terutama teknik focusing dan eksplorasi melalui bina
hubungan saling percaya, membantu klien mengenal dan mengontrol halusinasinya.
Selama 4 hari melakukan interaksi, klien juga diikut sertakan dalam terapi
aktivitas kelompok berupa terapi kognitif yang mana klien diminta untuk mengungkapkan
manfaat berhubungan dengan orang lain misalnya ngobrol, klien juga diberikan terapi
psikofarmaka. Dari hasil implementasi keperawatan di dapatkan hasil yang menunjukkan
kondisi klien semakin membaik, hal ini terlihat ketika klien mengatakan halusinasi dengar
yang dialaminya semakin jarang, terlihat dari ekspresi wajah klien yang mulai tenang
(tidak terlihat tertawa-tawa dan tersenyum sendirian). Klien juga terlihat mau di ajak
bicara walaupun kadang tidak nyambung dan klien sering lupa apa yang dibicarakan.
Selain itu klien terlihat banyak mengikuti aktivitas di panti.
B.
Psikopatoflowdiagram
Predisposisi :
Presipitasi:
Tidak jelas
Kecemasan berlebihan
Koping mekanisme tidak adekuat
(Regresi, Menarik diri, Kompensasi)
Gejala/ symptom
Kognitif
- Kurang konsentrasi
Perilaku
- Kontak mata kurang
Motorik
- Malas
- Kurang perhatian
- Gelisah
- Kurang aktivitas
- Inkoheren
- Kurang inisiatif
- Manipulasi
- Agresif
- Disosiasi
- Emosi labil
- Halusinasi pendengaran
Afektif
-Tidak sesuai
C.
Pengkajian
: Kakak tua
Tanggal dirawat
: 31 Juli 2000
Tanggal Pengakajian
: 21 September 2005
I.
IDENTIFIKASI
Inisial
: Tn. A
Umur
: 31 tahun
Status perkawinan
: Belum menikah
Pendidikan
: SD kelas 3
Alamat
Penanggung jawab
Nama
: Ny. W
Alamat
Klien mengatakan mendengar suara-suara aneh, kata klien suaranya kadang laki-laki
dan perempuan yang menyuruh klien pergi, kadang menertawakan dan berbisik-bisik
tidak jelas.
Klien tampak tersenyum dan tertawa-tawa sendirian, ekspresi wajah klien tampak
tegang, kontak mata ada kadang-kadang, pembicaraan klien sering berpindahpindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, klien tampak
gelisah dan duduknya tidak tenang, klien tampak usil (agresif) setiap melihat
temannya membawa sesuatu klien selalu ingin meminta dengan cara merebutnya
secara paksa.
III.
FAKTOR PREDISPOSISI
a. Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
b. Klien mengatakan sebelum masuk panti, klien ngamuk dan memukul adiknya karena
tidak diberi uang untuk membeli rokok, klien juga sering menganggu lingkungan di
sekitar rumahnya dengan berteriak-teriak dan melempari rumah tetangga dengan
batu.
Masalah keperawatan : Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan adalah kegagalan dalam
berpacaran, klien ingin sekolah tetapi tidak ada biaya (putus sekolah).
Masalah keperawatan : Gangguan konsep diri : harga diri rendah
d. Dalam keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa.
.IV
FISIK
a. Tanda-tanda vital:
Tekanan darah
: 140/90 mmHg
Nadi
: 84 x/menit
Suhu
: 368oC
Pernafasan
: 22 x/menit
STATUS PSIKOSOSIAL
a. Genogram :
Tidak dapat di kaji karena klien tidak mampu mengingatnya dan data di status klien
atau dari petugas panti tidak begitu jelas.
b. Konsep diri
1. Gambaran diri: klien merasa biasa saja, bagian tubuh yang paling di sukai
adalah mulutnya karena bisa ngerokok.
2. Identitas diri: klien tidak mampu menyebutkan umur dan alamat rumahnya.
3.
4.
5.
c. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti bagi klien adalah adik dan Ibunya, karena sering di beri uang.
2. Ikut TAK dan membersihkan lingkungan panti (ngerumput).
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien tidak bisa memulai
pembicaraan.
Masalah keperawatan: Isolasi sosial ; menarik diri.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan : klien menganut agama Islam, tetapi tidak menjalankan,dan
selama dirawat klien tidak pernah sholat.
e. Kegiatan ibadah : selama dipanti klien aktif mengikuti ibadat.
VI. STATUS MENTAL
a.
Penampilan klien cukup rapi, namun hygiene klien kurang karena dalam
perawatan diri klien harus lebih dimotivasi.
b.
Pembicaraan klien berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak
ada kaitannya.
Masalah keperawatan : Kerusakan komunikasi verbal
c.
Aktivitas motorik : klien tampak gelisah dan duduknya tidak tenang, klien terlihat
kurang aktif dalam kegiatan di ruangan.
Masalah keperawatn : Intoleransi aktivitas
d.
e.
Afek tidak sesuai : pada saat klien mengatakan senang tinggal dipanti tetapi ingin
pulang, mengatakan sedih tetapi ekspresi wajah gembira.
Masalah keperawatan : Gangguan alam perasaan
f.
g.
h.
j.
Tingkat kesadaran : klien tampak bingung bila diajak interaksi, klien tidak tahu
hari, dan waktu
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir
Memori : klien mengalami gangguan daya ingat saat ini, dimana klien tidak
k.
mampu mengingat pembicaraan yang dilakukan 10 menit yang lalu seperti nama
perawat dan tugas yang di berikan perawat seperti isi atau topik pembicaraan yang
sudah dibicarakan .
Masalah keperawatan: Gangguan daya ingat.
Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien mudah beralih pokok pembicaraan bila
l.
diajak berbicara, tidak mampu berkonsentrasi dan tidak mampu berhitung secara
sederhana.
Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir
m.
n.
Daya tilik diri : Klien mengingkari penyakit yang dideritanya dan tidak merasa
gangguan jiwa.
VII.
MEKANISME KOPING
Orang-orang dekat dengan klien adalah Anya, bila ada masalah klien bercerita dengan
Anya, tetapi klien cenderung tertutup dan pendiam, klien cenderung lebih banyak
berdiam diri di rumah.
Masalah keperawatan: Koping individu tidak efektif.
memenuhi
kepaktuhan
sehari-hari
seperti
makan,
mandi,
berpakaian,
penggunaan obat klien harus lebih dimotivasi. Tidur siang bila tidak ada kegiatan dan
tidur malam hari sesuai aturan panti, sebelum tidur biasanya klien melamun.
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri.
IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Klien tidak tahu mengenai obat-obatan yang diberikan kepadanya dan tidak tahu sakit
yang diderita.
DATA MEDIK
a.
b.
Therapi medik HLP 2x5 mg, THP 3x2 mg dan CPZ 1x100mg (malam).
ANALISA DATA
NO
1
DATA
MASALAH
Risiko mencederai diri
Data subyektif
-
Klien mengatakan sebelum masuk panti, klien sendiri, orang lain dan
ngamuk dan memukul adiknya karena tidak diberi
lingkungan.
Data subyektif :
-
Data obyektif :
-
Klien
tampak
tidak
mampu
memulai
pembicaraan
Data subyektif :-
Data obyektif :
verbal
- Pembicaraan
klien
berpindah-pindah
dari
satu
Data subyektif : -
Data obyektif :
-
Data subyektif :
-
Data obyektif :
-
Data subyektif :
Data obyektif :
-
Data subyektif :
-
Kurang pengetahuan.
Data obyektif :
-
MASALAH KEPERAWATAN
NO
1.
MASALAH KEPERAWATAN
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
2.
3.
4.
Intoleransi aktivitas
5.
6.
7.
8.
Kurang pengetahuan.
TANDA TANGAN
POHON MASALAH
Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Intoleransi ativitas
Isolasi sosial: menarik diri
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn. A / 31 Tahun
Ruang / Kamar
NO
1
: Kakak tua
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan halusinasi dengar.
Perubahan
sensori
persepsi
halusinasi
TANDA TANGAN
RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn.A
Umur
: 31 tahun
DIAGNOSA
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA
TINDAKAN KEPERAWATAN
Resiko mencederai diri, TUM:
orang lain dan lingkungan
Klien tidak mencederai orang
b.d
halusinasi
lain.
pendengaran.
TUK:
Data subyektif
Klien mengatakan
1.1
Kli 1.1.1.
Bina saling percaya 1.1.1.1
sebelum masuk panti, klien 1. Klien dapat membina
en dapat
hubungan
saling
percaya.
dengan mengungkapkan prinsip
ngamuk
dan
memukul
mengungkapkan
adiknya karena tidak diberi
perasaannya dan
komunikasi terapeutik
uang untuk membeli rokok,
keadaannya saat
- Salam terapetik.
klien
juga
sering
ini secara verbal
menganggu lingkungan di
dalam 1x
- Perkenalkan diri.
sekitar rumahnya dengan
pertemuan ditandai
- Jelaskan tujuan interaksi
berteriak-teriak
dan
dengan:
melempari rumah tetangga
- Klien kontak
- Ciptakan lingkungan yang tenang
dengan batu.
mata dengan
- Pakat kontrak yang jelas
perawat
Data obyektif
- Membalas
- Tepati waktu
Klien
tampak
sapaan perawat
tersenyum dan tertawa- Klien mampu
tawa sendirian
memulai
1.1.2.
Dorong dan beri 1.1.1.2
Ekspresi
wajah
pembicaraan
kesempatan
klien
klien tampak tegang, kontak
mata ada kadang-kadang,
menungkapkan perasaannya.
pembicaraan klien sering
berpindah-pindah dari satu
kalimat ke kalimat lain yang
tidak ada kaitannya
1.1.3.
Dengarkan ungkapan 1.1.1.3
Klien
tampak
klien dengan empati.
gelisah dan duduknya tidak
tenang, klien tampak usil
(agresif) setiap
melihat
temannya
membawa
sesuatu klien selalu ingin
meminta
dengan
cara
2.1.1
dapat
mengenal
2.1.1 Adakan kontak sering dan
merepaktnya secara paksa. 2. Klien
RASIONAL
Hubungan saling
percaya sebagai
dasar interaksi yang
terapetik perawatklien.
Ungkapan perasaan
klien kepada perawat
sebagai pakkti
bahwa klien mulai
mempercayai
perawat.
Rasa empati akan
meningkatkan
hubungan saling
percaya.
Mengura
halusinasinya
2.1
Klien
dapat
membedakan
mengurangi frekuensi
halusinasi.
dengan
si harus dikenalkan
dengan
menceritakan
hal-
halusinasi:
bicara
sendiri
Halusina
2.1.3
Gambarkan
halusinasi
tingkah
pada
klien
laku
apa 2.1.3
yang terdengar.
Klien
mungkin tidak mampu
untuk mengungkapkan
persepsinya, maka
perawat dapat
memfasilitasi klien untuk
mengungkapkan secara
terpakka.
2.1.4
Meningk
atkan orientasi realita
klien dan rasa percaya
klien.
2.2.1
Bers
ama
2.2
Klien
klien
mengidentifikasi
dapat menyebutkan
situasi
yang
menimpaklkan dan
2.2.1
halusinasi.
tindakan keperawatan
tidak menimbulkan
yang dilakukan.
Peran
frekuensi
Bers
ama klien menentukan faktor
halusinasi.
2.2.2
Memban
tu klien untuk
mengontrol
halusinasinya bila faktor
pencetusnya telah
2.2.3
Doro
ng
klien
perasaannya
diketahui.
mengungkapkan
ketika
sedang
2.2.3
halusinasi.
Upaya
untuk memutus
halusinasi perlu
3. Klien
dapat
mengontrol
sendiri agar
halusinasinya
3.1
Klien
dapat 3.1.1
Identifikasi
bersama
menyebutkan tindakan
sedang
halusinasinya tidak
klien
berlanjut.
3.1.1
berhalusinasi
setelah
pertemuan.
Tindakan yang
biasanya dilakukan
kali
klien merupakan
3.1.2
upaya mengatasi
halusinasi.
3.1.2
3.2
Klien
dapat 3.2.1
menyebutkan 2 dari 3
cara
Diskusikan
cara
memutus
halusinasi.
akan miningkatkan
harga diri klien.
memutus
halusinasi.
Dorong
klien
menyebutkan
untuk
kembali
cara
memutus halusinasi.
3.2.3
3.2.4
meningkatkan motivasi
3.2.5
TAK.
klien.
3.2.5 Agar membantu klien
melupakan
halusinasinya dan
3.2.6
Beri
pujian
melakukannya.
bila
dapat
meningkatkan daya
konsentrasi klien.
3.2.6 Pujian merupakan
halusinasinya.
5.1
Diskusikan dengan
klien
tentang
obat
untuk
mengontrol halusinasi.
4.1
Bantu klien untuk
memastikan
klien
telah
meminum obat secara teratur
untuk mengontrol halusinasinya.
4.2
Mneingkatka
n pengetahuan dan
motivasi klien untuk
minum obat secara
teratur.
Memastikan
bahwa klien minum obat
secara teratur.
Klien
dapat Dorong klien untuk memberitahu
dukungan keluarga
keluarga
ketika
timpakl
dalam mengontrol
halusinasi.
halusinasi setelah
5.1 Sebagai upaya latihan
di rumah.
Lakukan kunjungan rumah: kenalkan
klien sebelum berada di
keluarga pada halusinasi klien.
rumah.
Bantu
dalam
memutuskan
tindakan mengontrol halusinasi
5.2Keluarga yang mampu
klien, ajarkan cara merawat
merawat klien dengan
klien di rumah, informasikan
halusinasi paling efektif
cara memodifikasi lingkungan
mendukung kesempakhan
agar mendukung realitas dan
klien dengan masalah
dorong keluarga memanfaatkan
halusinasi.
fasilitas
kesehatan
dalam
mengontrol halusinasi klien.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn.A
Umur
: 31 tahun
DIAGNOSA
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
TUJUAN
KRITERIA
TINDAKAN KEPERAWATAN
Perubahan
persepsi TUM:
sensori
:
halusinasi
Klien dapat berhubungan dengan
pendengaran b.d menarik
orang lain dan lingkungan
diri.
Data subyektif :
Klien
TUK:
mengatakan mendengar
dapat
mengenal
suara-suara aneh, kata 1. Klien
perasaan
yang
menyebabkan
klien suaranya kadang
menarik diri.
laki-laki dan perempuan
yang menyuruh klien
pergi,
kadang
menertawakan
dan
berbisik-bisik tidak jelas.
Data obyektif :
Klien tampak
tersenyum dan tertawatawa sendirian
Ekspresi wajah
klien tampak tegang,
kontak mata ada kadangkadang,
pembicaraan
klien sering berpindahpindah dari satu kalimat
ke kalimat lain yang tidak
ada kaitannya
klien
tampak
gelisah dan duduknya
tidak tenang.
1.1
Setelah 1
kali pertemuan klien
dapat menyebutkan
alasan menarik diri
pada dirinya.
1.1.1
pengetahuan klien
perilaku menarik diri.
1.1.2
Beri
kesempatan pada klien untuk
menggungkapkan perasaan
penyebab menarik diri.
1.1.3
an bersama klien
perilaku menarik diri.
1.1.4
Kaji
tentang
Diskusik
tentang
Beri
pujian terhadap kemampuan
klien
menggungkapkan
perasaannya.
RASIONAL
Meningkatkan pengetahui
klien dan mencari
pemecahan bersama
tentang masalah klien.
Meningkatkan harga diri
klien sehingga berani
berhubungan dengan
lingkungan sekitar.
2.1.1 Meningkatkan
pengetahuan klien
tentang perlunya
berhubungan dengan
orang lain.
Diskusikan
tentang
manfaat
berhubungan dengan orang lain.
2.1.2
Mengetahui tingkat
pemahaman klien
terhadap informasi
yang telah diberikan.
2.1.3
Reinforcement
positif dapat
meningkatkan harga
diri klien.
Tujuan Interaksi
Setting
Waktu
Gambaran singkat klien
Komunikasi Verbal
Teknik Komunikasi
Rasional
1. Salam terapeutik
untuk
membantu
Bapak,
K:
Memperhatikan
perawat
kelihatan agak ragu, menunduk,
kontak mata singkat, pandangan
cepat beralih
3. Membantu
klien
meluaskan
pembicaraan
untuk
topik
K: A, biasa di pangil A
P: berapa umur A dan asalnya dari
P: Memperhatikan
klien
tingkah
laku
4. Pertanyaan terbuka
4. Menggali informasi
mana
K; 34, asal dari condet
P
P:
Kontak
mata,
bernada
memohon, tangan mempersilahkan
klien untuk bicara
5. menggali
klien
penyebab
sakit
6. Menggali penyebab
bertindak
marah
menangis
klien
dan
K: Baik, suster
P: apakah A masih ingat kapan
masuk panti laras ini
K; sudah lima tahun
P; apa yang menyebabkan A di bawa
kesini?
P:
Kontak
mata
hangat,
mendengarkan klien
K: Kontak mata singkat, bicara
pelan, suara lemah dan lancar
jelas
tentang
suara-suara
yang didengar?
K: suara-suara aneh dan ngak jelas,
8. focusing
8. memfokuskan
pembicaraan
topik
Apakah
orang
lain
Bagaimana
perasaan
K: suster Ita ya
P; pakkan, nama suster W
K; iya, suster w
P
Bagus,
apa
yang
K; bahagia
P
9. Summarizing
bagaimana
ngobrol-ngobrol
untuk
lagi
kalau
lagi
membicarakan
kita
besok,
cara
mengenal halusinasi.
K; iya, besok ngobrol lagi ya, di kursi
depan
P
Tujuan Interaksi
Setting
Waktu
Gambaran singkat klien
Komunikasi Verbal
P
Selamat pagi A
P:
Menghampiri
klien
dan
tersenyum, tangan terpakka untuk
berjabat tangan
K:
menatap
perawat
sambil
tersenyum
P: mempertahankan kontak mata
Teknik Komunikasi
1. Salam terapeutik
2. Mempakka diri dan
membuat kontrak,
mendengar
Rasional
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Membina hubungan saling
percaya
K; baik, pusing
P
Apakah
masih
ingat
dengan suster?
K; iya, suster
P; suster siapa coba kalau masih
ingat
K; suster Ita
P; saya namanya suster W
K; suster w
P; iya, bagus
P
3. sentuhan, menghadirkan
diri
4. restarting
tentang
cara
mengenal halusinasi.
K; iya, nasi
5. Membantu
klien
meluaskan
pembicaraan
6. Pertanyaan terbuka
6. Menggali informasi
7. menggali informasi
8. Menggali informasi
9. Pertanyaan terbuka
9. menggali informasi
K; suara-suara
P
tertawa
sendirian,
apakah
kadang
tertawa
dan
dan
Tadi
mendengar
suara,
mengatakan
kalau
suster
orang
lain
juga
untuk
topik
mendengarnya
K; ngak
P;
dari
hasil
mengenal
pembicaraan
suara-suara
kita
yang
K:
termenung
sambil
menggangguk, kontak mata kurang
K; iya, nasi
P; pakkan nasi, tapi halusinasi atau
suara-suara yang di dengar tapi tidak
ada sumbernya dan orang lain tidak
mendengarnya.
K; suara-suara ya
P; iya, suara-suara, yang disebabkan
karena
sering
melamun
dan
Apakah
dapat
kali
mendengar
suara-
suara?
K; malam hari dengar suara-suara,
tiga kali
P
15
membicarakan
halusinasi.
menit,
cara
untuk
mengontrol
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama / Umur : Tn.A / 32 tahun
Ruang / Kamar : Kakak tua
Tanggal
Evaluasi (SOAP)
21-09-05
Tanda Tangan
dengan
perawat
O:
klien
belum
mampu
menyebutkan
nama
setelah
selesai
berbicara
A:
Bina
hubungan
saling
percaya tercapai
P: TUK sebelumnya di ulangi
dan
lanjutkan
TUK
berikutnya
22-09-05
S:
Klien
mengatakan
mendengar
suara-suara
laki-laki
perempuan
menyuruh
kadang
dan
yang
klien
pergi,
menertawakan
yang
didengarnya
A:
Klien
belum
mengenal
mampu
suara-suara
yang didengarnya
P: Ulangi TUK ke 2
23-09-05
S:
Klien
mengatakan
mendengar
suara-suara
laki-laki
dan
perempuan
menyuruh
kadang
yang
klien
pergi,
menertawakan
yang
didengarnya
A: Klien mampu mengenal
suara-suara
yang
didengarnya
P: Lanjutkan TUK berikutnya
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengamatan langsung selama 5 hari ditemukan adanya
kesenjangan dan persamaan antara teori dengan kajian kasus di lapangan. Pada klien
skizofrenia tipe paranoid dengan halusinasi pendengaran disebabkan oleh faktor psikososial.
Jadi untuk konsep model yang digunakan yaitu pendekatan model interpersonal dengan
meninjau teori perkembangan Eric Erickson. Pada teori ini dikemukakan bahwa yang menjadi
basic anxietas seperti takut ditolak, kebutuhan rasa aman dan puas, dan pada klien hal ini
ditemukan.
Hal ini didukung oleh adanya data pengkajian masa lalu : keluarga tidak harmonis
(orang tua bercerai), putus sekolah, kehilangan pekerjaan, dan kehilangan orang yang
dikasihi. Adapun presipitasi penyebab penyakit klien belum begitu jelas karena dari pihak
klien sendiri sepertinya sudah tidak ingat lagi dan informasi yang akurat dari pihak panti atau
keluarga juga tidak bisa di dapatkan (tidak ada dokumentasi). Adanya faktor presipitasi yang
tidak jelas tersebut menyebabkan kecemasan klien semakin meningkat. Mekanisme koping
yang digunakan klien pada awalnya menurut petugas panti saat ini yaitu menarik diri,
menghindar. Sedangkan mekanisme koping saat ini yang ditemukan antara lain represi,
marah, mekanisme koping represi digunakan klien untuk menekan masalah yang terjadi
kealam bawah sadarnya, sehingga sampai saat ini klien cenderung melupakannya atau lupa
kejadian-kejadian yang sudah dialaminya.
Dampak dari koping yang maladaptif yang tampak pada klien meliputi 4 aspek yaitu
kognitif, persepsi, perilaku, afektif. Komplikasi yang terjadi pada klien adalah resiko
mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, karena klien berada pada fase ke- 3
halusinasi dimana halusinasinya menguasai dan mengontrol klien sehingga klien menjadi
terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasi, klien disini sulit berhubungan dengan orang
lain, perintah halusinasi ditaati, perhatian terhadap lingkungan kurang atau hanya beberapa
detik.
Terapi medis yang diberikan pada klien antara lain Chlorpromazine, Trihexilperidine
yang berguna sebagai anti Parkinson dimana Parkinson dapat terjadi akibat pemakaian
Chlorpromazine dan Haloperidol.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien adalah resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran dan perubahan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri. Diagnosa ini
diangkat karena adanya kecenderungan klien untuk berprilaku kekerasan, agresif, gelisah,
tidak mampu berkonsentrasi, dan menurunnya kemampuan kognitif. yang di sebabkan masih
asyiknya klien mendengarkan halusinasinya sehingga kemampuan klien mengontrol
emosinya masih labil sehingga perilaku kekerasan bisa saja suatu saat terjadi.
Intervensi yang belum dilakukan pada diagnosa keperawatan resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi pendengaran yaitu
informasi mengenai mengontrol halusinasi dan obat untuk mengontrol halusinasi karena
pada pelaksanaan klien baru sampai pada TUK II yaitu mengenal halusinasi. Sedangkan
dalam melibatkan keluarga tidak dilakukan karena klien tidak pernah mendapat kunjungan
keluarga. Terapi aktivitas kelompok yang sudah dilakukan oleh pihak panti adalah dengan
melibatkan klien dalam terapi kognitif untuk lebih mengenal dan mengontrol halusinasi. Terapi
aktivitas yang dapat diberikan pada klien yaitu terapi kognitif dan terapi kerja karena pada
klien dengan halusinasi dengar salah satu teknik mengontrol halusinasi adalah adanya
kegiatan rutin sehingga meminimalkan klien untuk menyendiri. Halusinasi dengar dapat
muncul bila klien sendirian dimana rangsangan internal lebih dominan. Teknik komunikasi
yang paling sering digunakan adalah mengunakan focusing, informasi dan eksplorasi karena
menurut klien selama ini jarang dikunjungi oleh petugas sehingga pengetahuan tentang
penyakitnya kurang. Klien juga cenderung menarik diri sehingga perlu eksplorasi.
Implementasi yang dapat dilakukan hanya sampai TUK II, itu pun dilakukan berulang
kali dengan kontak yang sering karena keterbatasan kognitif klien dan klien kurang
kooperatif, selain itu adanya keterbatasan waktu untuk melaksanakan implementasi
selanjutnya.
Evaluasi dilakukan setiap hari dan setiap kali interaksi. Secara umum didapatkan
gambaran evaluasi klien menunjukkan perkembangan terhadap masing-masing diagnosa
keperawatan. Hal ini terlihat ketika klien mengatakan suara-suara yang di dengar semakin
jarang dan klien mampu mengenal halusinasi yang datang, dimana ekspresi wajah klien
tampak lebih tenang, klien mau memulai perkenalan dan pembicaraan pada perawat dan
klien lain. Klien tampak mulai mengikuti aktivitas ruangan dan tidak menyendiri.
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada pengkajian klien Tn.A, klien mengalami gangguan jiwa kemungkinan
sejak di putuskan oleh pacarnya yang merupakan orang yang sangat di cintainya
selain itu tidak adanya kesibukkan atau kegiatan yang klien lakukan di rumah
mengakibatkan klien murung dan menyendiri di rumah yang pada akhirnya apabila
klien mempunyai keinginan dan tidak terpenuhi klien menjadi marah, mengamuk,
menganggu lingkungan dan sering bicara sendiri serta sulit diatur, klien akhirnya di
bawa ke Panti Sosial Bina Laras.
Selama pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis, Klien mulai kooperatif
bila di ajak bicara dengan teknik focusing dan emosinya mulai terkendali, klien juga
mau bekerja sama dengan petugas walaupun dengan paksaan dan dilakukan
berulang-ulang, klien terkadang masih sering menyendiri di kamar sehingga klien
terkadang masih mengalami halusinasi, bicara dan tersenyum sendiri, ADL dapat
dilakukan oleh klien tanpa bantuan perawat, klien juga mau membantu membersihkan
lingkungan panti seperti mencapakt rumput walaupun hasilnya belum maksimal.
Dukungan keluarga dan petugas panti masih dirasakan kurang, Terapi yang dberikan
untuk mengontrol halusinasi seperti CPZ tidak diberikan secara teratur sehingga hal
tersebutt dapat menghambat kesembuhan klien secara maksimal.
Evaluasi
keperawatan
yang
didapat
setelah
melaksanakan
asuhan
Untuk Penulis: Penulis harus lebih banyak lagi belajar tentang konsep dasar
gangguan jiwa secara umum dan khususnya pada klien dengan perubahan
Untuk klien : Klien harus lebih banyak berinteraksindengan klien lainnya serta
dilibatkan dalam kegiatan kelompok yang diadakan oleh Panti.
dengan klien dan melibatkan klien dalam setiap kegiatan yang berorientasi
dengan realita, perawat lebih dioptimalkan dalam melakukan intervensi
keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan jiwa, selain itu sebaiknya dAat
pendokumentasian catatan keperawatan dengan lengkap untuk mengevaluasi
kemajuan perkembangan klien dan perlunya keterlibatan keluarga dalam proses
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Fortinash, Katherine M, Psychiatric Nuring care Plans, Second Edition, Mosby Year Book
Inc, 1995.
Carpenito, lynda, juall, Pakku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, Jakarta, EGC, 1998.
Depkes RI, Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan Keperawatan, Jakarta, Depkes RI, 2000
Hawari Dadang, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa, Jakarta, FKUI, 2001.
Keliat dkk, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta, EGC, 1999.
Keltner. at.all, Psychiatric Nursing, 3 rd ed, Misouri, Mosby Inc, 1999.
Maslim Rusdi, Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III, Jakarta, FKUNIKA
Atmajaya, 2001.
Rasmun, SKp, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga, PT
Fajar Interpratama, Jakarta, 2001.
Stuart and Laraia, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, Seventh Edition, Mosby,
St.Louis, Philadelphia, 2002.
Stuart, G.W dan Sundeen, SJ, Pakku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi3, Jakarta, EGC, 1998.
Tim Keperawatan jiwa FKUI, Kumpulan Proses Keperawatan Jiwa, Bagian keperawatan jiwa
Komunitas FKUI, Jakarta, 1999.
Townsend,Marry,C, Pakku Saku Diagnosa Keperawatan
jiwa Pada Keperawatan
Psikiatri,pedoman untuk pempakatan rencana keperawatan. Edisi 3.EGC,Jakarta, 1998.
Lampiran :
STRATERGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
Pertemuan 1
Tgl : 21 September 2005
A. Proses keperawatan.
1. Kondisi Klien
Data subyektif :
Klien mengatakan sebelum masuk panti, klien ngamuk dan memukul adiknya
karena tidak diberi uang untuk membeli rokok, klien juga sering menganggu
lingkungan di sekitar rumahnya dengan berteriak-teriak dan melempari rumah
tetangga dengan batu.
Data obyektif
Klien tampak tersenyum dan tertawa-tawa sendirian, ekspresi wajah klien tampak
tegang, kontak mata ada kadang-kadang, pembicaraan klien sering berpindahpindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, klien tampak
gelisah dan duduknya tidak tenang, klien tampak usil (agresif) setiap melihat
temannya membawa sesuatu klien selalu ingin meminta dengan cara merebutnya
secara paksa.
2. Diagnosa Keperawtan
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b.d halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Khusus
TUK : 1 Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Rencana Keperawatan
a. Salam terapeutik
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Pertahankan kontak mata dan tanyakan nama lengkap klien dan nama
panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Terima klien apa adanya, tunjukan sikap empati dan penuh perhatian terhadap
klien
g. Beri reinforcement positif pada tiap pertemuan (topik yang dibicarakan, waktu
dan tempat)
h. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
B. Strategi Komunikasi.
1.
a. Salam Terapeutik
Fase Orientasi
Fase Kerja
Perkenalkan pak, nama saya Sr. Retnowulan, biasa dipanggil suster Wulan, saya
dari mahasiswa Carolus. Saya praktek disisni tgl 19 sampai 30 September 2005.
Saya dinas dari jam 08.00 13.00 wib.
Kehadiran saya disini untuk membantu Bapak, kalua boleh saya tahu nama Bapak
siapa? biasa dipanggil apa? Apakah Bapak sudah berkeluarga? Bapak berapa
bersaudara? Sekarang bisakah A ceritakan ke suster, apa yang menyebabkan A
dirawat disini? Siapa yang mengatar Bapak kesini? Apakah A senang tinggal
disini.
3.
Fase Terminasi
a) Evaluasi Respon klien setelah tindakan
1. Evaluasi Subjektif
Bagaimana perasaan A setelah berkenalan dengan suster tadi
2. Evaluasi Objektif
Bisakah A menyebutkan kembali nama suster dan darimana asal
suster?, iya nama suster W, Bagus, nanti diingat lagi ya?
b) Rencana Tindakan Lanjut
A tadi kita sudah berkenalan, bagaimana kalau nanti kita bertemu lagi. Tapi
nanti selama kita berpisah, coba A ingat kembali nama dan asal suster, nanti
suster tanyakan lagi, bagaimana?
c) Kontrak yang akan datang (topik, waktu,dan tempat)
Topik : A, tadi kita sepakat untuk bertemu lagi. Kira-kira apa yang kita
diskusikan?bagaimana kalau tentang nama dan asal suster,
bagaimana?
Waktu : Jam berapa kita akan bertemu? Bagaimana kalau jam 11. berapa
lama kita akan bertemu? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat: Menurut A dimana kita akan berdiskusi? Bagaimana kalau di
taman?. Baik sekarang kita berpisah dulu, selamat pagi!
Pertemuan 2
Tgl : 22 September 2005
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subyektif :
Klien mengatakan sebelum masuk panti, klien ngamuk dan memukul adiknya karena
tidak diberi uang untuk membeli rokok, klien juga sering menganggu lingkungan di
sekitar rumahnya dengan berteriak-teriak dan melempari rumah tetangga dengan
batu.
Data obyektif
Klien tampak tersenyum dan tertawa-tawa sendirian, ekspresi wajah klien tampak
tegang, kontak mata ada kadang-kadang, pembicaraan klien sering berpindah-pindah
dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, klien tampak gelisah dan
duduknya tidak tenang, klien tampak usil (agresif) setiap melihat temannya membawa
sesuatu klien selalu ingin meminta dengan cara merebutnya secara paksa.
2. Diagnosa keperawatan
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan b.d halusinasi pendengaran.
3. Tujuan Khusus
TUK : 2 Klien dapat mengenal halusinasi
4. Tindakan Keperawatan
a. Adakah kontak sering singkat secara bertahab
b. Observasi
tingkah
laku
verbal,
non
verbal
yang
berhubungan
dengan
halusinasinya
c. Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika
halusinasi timbul
d. Diskusikan dengan klien situasi yang menimbulkan halusinasi, waktu dan
frekuensi halusinasi
e. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya
B. Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi A!
b. Evaluasi Validasi
Bagaiman perasaan A pagi ini? A masih ingat dengan suster?
c. Kontrak (Topik, Waktu, dan tempat)
A, bagaimana kalau sekarang kita ngobrol-ngobrol lagi? Baik A sesuai dengan
janji kemarin, hari ini kita akan membahas tentang suara-suara yang sering A
dengar, bagaimana, A? Dimana kita akan ngobrol-ngobrol? Oh ditaman, kira-kira
berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?.
2. Fase Kerja
A kemarin kita sudah berkenalan dan kita sudah saling kenal, nah sekarang
apakah A sering mendengar suara-suara? Apakah isi suara itu? Bagaimana
perasaan A saat mendengar suara itu biasanya apa saja suara-suara itu dan kapan
saja suara-suara itu muncul?
3. Fase Terminasi
a.
Topik :
A, tadi kita sepakat untuk bertemu lagi, kira-kira apa yang akan kita
diskusikan? Bagaimana kalau tentang cara mengontrol halusinasi atau
suara-suara yang sering A dengar?
Waktu :
Jam berapa kita besok akan bertemu lagi? Bagaimana kalau jam
09.00?
Tempat:
Pertemuan ke 3
Tgl 23 September 2005
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif
Data subyektif :
Klien mengatakan sebelum masuk panti, klien ngamuk dan memukul adiknya karena
tidak diberi uang untuk membeli rokok, klien juga sering menganggu lingkungan di
sekitar rumahnya dengan berteriak-teriak dan melempari rumah tetangga dengan
batu.
Data obyektif
Klien tampak tersenyum dan tertawa-tawa sendirian, ekspresi wajah klien tampak
tegang, kontak mata ada kadang-kadang, pembicaraan klien sering berpindah-pindah
dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak ada kaitannya, klien tampak gelisah dan
duduknya tidak tenang, klien tampak usil (agresif) setiap melihat temannya membawa
sesuatu klien selalu ingin meminta dengan cara merebutnya secara paksa.
2. Diagnosa keperawatan
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi dengar.
3. Tujuan Khusus
TUK : 3 Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Rencana Keperawatan
a.
Identifikasi bersama klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
marah, menyAkkan diri).
b.
Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat berikan pujian.
c.
Meminta teman atau perawat menyapa bila klien sendirian dan melamun.
Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam TerapeutikSelamat pagi A!
b. Evaluasi Validasi
Bagaiman perasaan A pagi ini? A masih ingat dengan suster?
c. Kontrak (Topik, Waktu, dan tempat)
A sesuai dengan janji kemarin sekarang kita akan berbicara tentang cara
mengontrol halusinasi A, selama 15 menit di taman depan, A setuju?
2. Fase Kerja
A sesuai dengan janji kita kemarin sekarang kita akan berbicara tentang cara
mengontrol halusinasi atau suara-suara yang A dengar. Biasanya apa yang A
lakukan bila suara-suara itu datang?
Ohbagus itu, selain ngobrol apa lagi yang A lakukan? Baiklah sekarang saya akan
memberitahu apa saja yang dapat A lakukan bila suara itu datang. Misalnya berdoa,
mencari perawat atau teman untuk ngobrol atau A juga boleh mengatakan saya
tidak mau dengar kamu! A juga dapat melakukan kegiatan seperti menyapu,
mengepel lantai. Bagaimana A, apakah A bisa? Kira-kira mana yang A suka?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap perawat
1) EvaluasiSubjektif
Bagaimana perasaan A setelah berbincang-bincang dengan suster?
2) Respon Objektif
Bisakah A menyebutkan kembali cara-cara yang bisa dilakukan bila suara itu
datang?
b. Rencana tindakan lanjut
A tadi kita sudah bicara bagaimana cara mengontrol atau memutuskan suarasuara yang A dengar. Tetapi sebelum berpisah saya ingin A mengingat dan
melakukan apa yang telah kita diskusikan. nanti bila bertemu saya akan
menanyakannya lagi, bagaimana A?
c. Kontrak yang akan datang
Topik :
Waktu :
Tempat:
STRATEGI PELAKSANAAN I
A.
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Nama klien
: Tn.A
Umur
: 31 tahun
Klien datang ke panti bina laras diantar oleh Anya, karena mengamuk dan memukul
adiknya karena tidak diberi uang oleh Anya.
Data subyektif :
-
Data obyektif :
-
Bicara kacau
Afek tumpul
Gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi dengar.
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan keperawatan
B.
Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
1.
Salam Terapeutik
-
Perkenalkan nama saya w, biasa dipanggil w, saya mahasiswi STIK Sint Carolus
Jakarta, saya praktek disini selama dua minggu dari tanggal 19 sampai tanggal 30
september dari jam 08.00 sampai jam 13.00 wib.
2.
Kontrak topik
Topik: A pada pertemuan pertama ini, maunyan A ngobrol masalah apa?, bagaimana
kalau kita ngobrol tentang alasan A masuk ke panti ini?
Waktu: A maunya jam berapa?, bagaimana kalau jam 09.00 sampai jam 09.10 wib,
selama 10 menit.
Tempat: A tempatnya mau dimana, bagaimana kalau dibanggku depan bawah pohon
mangga.
Fase kerja
-
Fase Terminasi
1. Evaluasi respon
Evaluasi respon subyektif
A, kita tadi sudah ngobrol dan berkenalan, sekarang coba ulangi, nama suster
siapa?, Bagus, apa yang A dapatkan dari percakapan kita?
2. Tindak lanjut
Kita kan tadi sudah ngobrol dan berkenalan, nanti A bisa ingat-ingat
STRATEGI PELAKSANAAN II
A.
Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subyektif :
-
Data obyektif :
-
Bicara kacau
Klien gelisah dan duduknya tidak tenang (sebentar duduk dan berdiri)
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi dengar.
3. Tujuan khusus 2
Klien dapat mengenal halusinasi.
4. Rencana Tindakan keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
B.
Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik :
Selamat pagi A
2. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana perasaan A hari ini?
Apakah A masih ingat dengan suster?
3. Kontrak topik
Sesuai dengan janji kita, pagi ini kita akan bertemu jam jam 09.00 sampai jam
09.15wib selama 15 menit, di bangku depan
kita akan ngobrol-ngobrol tentang cara mengenal halusinasi.
Fase kerja
-
Suster lihat A tersenyum dan tertawa sendirian, apakah suster boleh tahu A
tersenyum dan tertawa dengan siapa?
Fase Terminasi
1. Evaluasi respon
Evaluasi respon subyektif
Setelah kita ngobrol-ngobrol selama 15 menit, apa yang A rasakan/ di dapat dari
ngobrol-ngobrol kita tadi?
Apakah A dapat menyebutkan kembali, kapan dan berapa kali mendengar suarasuara?
2. Tindak lanjut
Bagaimana menurut A, bila mendengar suara-suara tersepakt?
Data obyektif :
-
Bicara kacau
Afek tumpul
Gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi dengar.
3. Tujuan khusus 3
Klien dapat mengontrol halusinasinya.
4. Rencana Tindakan keperawatan
a.
Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi.
b.
c.
d.
Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
e.
f.
B. Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik :
Selamat pagi A
2. Evaluasi/ Validasi
Bagaimana keadaan A hari ini?
Apakah A masih ingat dengan suster?
3. Kontrak topik
Sesuai dengan janji kita kemarin, pagi ini kita akan membicarakan tentang cara
mengontrol halusinasi, selama 10 menit, di ruang aula, A setuju ?
Fase kerja
-
Iya, bagus itu, selain menutup telinga apa lagi yang A lakukan?
Baiklah, sekarang Suster akan memperkenalkan cara baru yang dapat dilakukan
bila suara-suara itu datang, misalnya dengan berdoa, ngombrol dengan teman
atau petugas di sini, A juga bisa mengatakan saya tidak mau dengar kamu
Selain itu A, juga dapat melakukan kegiatan seperti nyapu, ngepel dan
ngerumput
Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap perawat
Evaluasi respon subyektif
Kita
sepakat
akan
bertemu
lagi
besok
untuk
membicarakan
dan
DISUSUN OLEH
THEODORA RETNOWULAN
NIM : 200416029
2005
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Tn.A dengan Diagnosa Skizofrenia Tak
Tergolongkan dan Masalah Utama Halusinasi Dengar Di Ruangan Kakak Tua Panti
Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 02 Cipayung Jakarta Timur.
Makalah ini dapat tersusun dan selesai pada waktunya karena bantuan serta kerjasama
dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Drs. Nur Pakdiman Taufik, MM selaku Kepala Panti Sosial Bina Laras Harapan
Sentosa 02 Cipayung Jakarta Timur beserta staf yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien.
2. Yulia Wardhani, MAN, selaku koordinator dan pembimbing profesi Keperawatan Jiwa.
3. Ns. Stevanus Andang, S.Kep, selaku pembimbing profesi Keperawatan Jiwa.
4. Ellen Panggabean, SKp, selaku pembimbing profesi Keperawatan Jiwa.
5. Ns. Antonius Gaharpung, S.Kep, selaku pembimbing profesi Keperawatan Jiwa.
6. Temanteman se-angkatan pada praktek profesi dan semua saja yang telah ikut serta
menyumbangkan saran serta dukungan selama menjalankan praktek profesi dan
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka semua bentuk
kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati untuk menyempurnakan
isi dan sistematika penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa keperawatan pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Jakarta, September 2005
Penulis