OLEH:
GLOBALISASI
Globalisasi sendiri merupakan suatu sistem saling ketergantungan antar negara
di seluruh dunia yang saling menguntungkan, baik dalam hal sospol maupun
pembangunan ekonomi yang didasari oleh aturan hukum. Sedangkan menurut IMF,
globalisasi merupakan pertumbuhan saling ketergantungan ekonomi antar negara
di seluruh dunia melalui peningkatan volume dan berbagai transaksi barang dan
jasa melalui lintas perbatasan dan arus modal internasional, dan juga melalui
penyebaran difusi teknologi yang cepat dan luas.
Perkembangan globalisasi di dunia tidak lepas dari pengaruh negara Barat.
Dimana secara tradisional perkembangan globalisasi dapat ditelusuri melalui jejakjejak pada jaman kolonisasi di negara Barat. Sedangkan secara eksternal kolonisasi
negara Barat tidak dapat diacuhkan, walau pada awalnya melalui kegiatan
perdagangan yang masuk ke wilayah Timur dengan misi kebudayaan dan
kemanusiaan. Hingga akhirnya misi ini menciptakan kolonisasi intelektual,
pembentukan sistem negara-bangsa, dan kontrol Eropa-Amerika dalam ekonomi
dan teknologi informasi.
GLOBALISASI EKONOMI
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan
perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara.
Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan
hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur
dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan
semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar
produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga
membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
2. Dimulai dengan investasi kolonial, yaitu (1) investasi lama untuk eksploitasi
sumberdaya alam dan pertanian; (2) investasi baru untuk menguasai pasar lokal
serta penguasaan bahan baku dan buruh murah agar kompetitif di pasar
internasional.
3. Aturan-aturan investasi dengan begitu lebih mengenai rejim perdagangan,
bukan mengenai hubungan yang kompleks antara investor dengan negara
penerima investasi. Ini adalah konsep yang sempit tentang investasi.
Dampak Ekonomi Pada Kebijakan Neo-Liberalisme
1. Hilangnya ruang pengambilan kebijakan (The loss of policy space) pemerintah
lama kelamaan tidak lagi dapat menentukan kebijakan yang tepat sesuai
kebutuhan masyarakatnya;
2. Negara-negara tersebut tidak lagi dapat menikmati pendapatan dari
pemberlakuan tarif;
3. Banyak negara ini mengalami proses de-industrialisasi dimana banyak sektor
industri yang mati atau gulung tikar (mis. tekstil, alas kaki, elektronik, dll.);
4. Semakin meluasnya kemiskinan, kelaparan dan pengangguran; Kerusakan
lingkungan meluas.
GLOBALISASI SOSIAL-BUDAYA
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Sosial adalah bermasyarakat, hubungan interaksi dengan
orang lain. Budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yanng meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat-istiadat, dan
kemampuan lain serta yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Jadi pengaruh globalisasi terhadap sosial budaya adalah suatu proses tatanan
masyarakat yang tidak mengenal batas wilayah yang bisa mempengaruhi terhadap
hubungan masyarakat dan budaya.
Akhir-akhir ini kita melihat bahwa kesadaran kemanusiaan mengalami
penurunan. Konformisme pada perilaku kolektif mendominasi kehidupan sehari-hari.
Kekasaran, kekerasan, kebrutalan, dan sadisme terus terjadi. Seolah-olah bangsa ini
sedang melakukan berbagai eksperimen dalam berperilaku.
Perubahan yang demikian drastis sejak terjadinya krisis ekonomi 1997, yang
berkembang menjadi krisis multidemensi termasuk di dalamnya sosial budaya,
membuat suatu pilihan tentang apa yang telah dilakukan oleh masyarakat
Indonesia. Pilihan dimaksud adalah reformasi, transformasi atau deformasi.
Sepertinya ketiga pilihan sudah diambil oleh masyarakat kita, coba perhatikan :
1. Reformasi : Pada hakekatnya reformasi adalah pilihan utama rakyat Indonesia,
hal ini terjadi karena terfokusnya elit politik pada era orde baru, sehingga
masyarakat dengan dipelopori oleh kalangan kampus (mahasiswa) merubah
tatanan yang tidak semestinya dilakukan, dengan memformulasikan aturanaturan baru, dengan memegang pada nilai-nilai lama yang diharapkan dapat
mengentaskan Indonesia dari keterpurukannya.
GLOBALISASI POLITIK
Globalisasi politik adalah proses masuknya suatu pola atau nilai-nilai yang
diterimasecara menyeluruh Karen amembawa pembaharuan dan menguntungkan
di bidang politik,seperti kerja sama-kerja sama politik antar Negara dengan
membentuk suatu organisasiinternasional multilateral. Globalisasi politik disebut
juga global governance.
Globalisasi memudahkan manusia dalam berhubungan, termasuk dalam
menjalin kerja sama dalam bidang diplomatic dengan Negara-negara lain. Hal ini
dimungkinkan karena kerja sama, baik dalam perdagangan maupun dalam politik
mampu membuat negeri kita dikenal oleh bangsa lain dengan lebih baik dengan
adanya kunjungan dan komunikasi baik langsung maupun tidak langsung, mampu
mempererat hubungan antara dua Negara atau lebih. Jadi, jika sebuah Negara tidak
mau terasing oleh masyarakat dunia, kita harus mau membuka diri supaya tidak
tertinggal dalam hal apapun. Globalisasi memungkinkan untuk menjadikan Negaranegara yang lebih terbuka dengan ekonomi kita dan bahkan dalam hal ratifikasiratifikasi undang-undang tertentu.
Kekuatan demokrasi (yang dipahami sebagai kekuatan massa) memakai media
partai sebagai corong pembelaan ideologinya. Partai sendiri mencoba untuk
mengatur kesejahteraan anggota partainya masing-masing. Untuk itu perlu
stabilitas politik yang mantap. Konsep stabilitas politik yang mantap, bukan hanya
trade mark penganut Rostowian, fenomena negara-negara komunis pun
menunjukkan hal yang serupa. Sebagai langkah taktis maka negara telah membuat
beberapa kerangka kebijakan. Kebijakan tersebut dijabarkan oleh Waters (1995)
menjadi pertama pembangunan kapasitas negara itu sendiri, sehingga
pemberdayaan swasta menjadi sektor yang penting. Di titik ini negara hanya
berperan untuk mancerdaskan masyarakatnya dengan melakukan pendidikan
politik. Kedua tempat atau kekuasaan negara menjadi tersembunyi dibalik
kekuasaan para birokrat. Ketiga intervensi dari negara cenderung merusak
kestabilan dan mekanisme pasar. Keempat negara tidak mampu lagi memberikan
kemanan seperti terorisme, sindikat obat-obatan, AIDS dan lingkungan. Kelima
Dengan persekutuan internasional, negara menjadi lebih berbahaya dari keamanan.
Hal ini membagi dunia kepada permusuhan dimana komitmen pengadaan teknologi
militer mempunyai satu tujuan.
Globalisasi politik ini menjadikan negara mengalami disetisasi atau pelemahan
negara. Kelompok pendukung negara mulai melokal. Komunitas perdagangan
menjadi mengecil dan digantikan oleh kepentingan lokal dan menjadi inisiatif warga
negara.
Akibat globalisasi, ada beberapa masalah yang dulu dianggap lokal menjadi
masalah global. Isu masalah ini sangat sensitif dan krusial, sehingga sering kali
mengundang intervensi dari suatu negara ke negara lain. Padahal setiap negara
mempunyai hak yang absolut untuk menentukan otonomi dari suatu negara.
Masalah hak-hak manusia (atau disebut dengan etatocentric) akan membawa
dan mengangkat kemampuan manusia untuk melawan kedaulatan negara.
Pelembagaan etatosentrik dari legal secara politik sampai kepada ekonomi telah
memberikan
kesempatan
kepada
porsi
nilai-nilai
kemanusiaan
dalam
pembangunan. Dalam posisi ini negara harus tunduk kepada beberapa konvensi
hak asasi manusia dan beberapa turunannya dalam konvensi hak PBB. Implikasinya,
sebuah negara harus bersikap demokratis dan siap untuk merubah beberapa
kebijakan yang melanggar etatosentrik. Internasionalisasi etatosentrik lebih
cenderung mengambarkan keberpihakan politik negara maju kepada negara dunia
ketiga.
Isu lingkungan hidup menggambarkan kecemasan dunia barat terhadap perilaku
negara dunia ketiga dalam mengeksplorasi sumber dayanya. Pemanasan global,
polusi, efek rumah kaca dan kelangkaan flora fauna dijadikan komoditas politik
negara maju dalam mengatur kebijakan politik dan ekonomi negara dunia ketiga.
Sebuah bantuan (baca : hutang) luar negeri negara dunia ketiga, acap kali dibumbui
proposal lingkungan hidup (termasuk demokratisasi tentunya) dengan versi negara
investor. Standarisasi ini menjadikan negara dunia ketiga menjadi tidak independen
dalam menentukan sikap politik negara masing-masing.
Kebutuhan akan agenda dan masalah bersama di antara negara-negara di dunia
mengerucut kepada ide untuk membentuk organisasi internasional. Konsensus dari
organisasi internasional ini telah membawa kesadaran kolektif beberapa negara
tehadap permasalahan yang dihadapinya. Sebuah pembangunan di kawasan akan
berhadapan dengan perbedaan budaya, kebutuhan dan cara pandang suatu negara
terhadap sikap sosial, politik, ekonomi, budaya sampai pertahanan dan kemanan.
Komunitas professional juga mempunyai kebutuhan bersama terhadap ratifikasi
traktat atau konvensi yang diberikan oleh PBB. Pada akhirnya, jaringan organisasi
ini lebih mudah untuk digunakan dari pada kemampuan kekuatan diplomatik antara
negara.
Fenomena cukup menarik ditunjukkan bahwa globalisasi politik berimplikasi
pada model hubungan internasional, secara spesifik dengan globalisasi tiga dunia
(kapitalis, sosialis maupun dunia ketiga) dapat bersatu. Perang dingin telah menjadi
sejarah, dan kepentingan untuk membentuk dunia baru telah menjadi kepentingan
bersama. Interpretasi dari analisis ini ditunjukkan Waters (1995). Pertama
pembangunan liberalisasi demi menunjukkan meleburnya kekuatan super power
(pasca Soviet). Kedua Kemenangan USA dalam perang dingin dan perang di Kuwait
(dan terbaru di Afghan) merupakan kombinasi antara negara adi daya militeristik
dengan negara yang kuat pendanaan. Ketiga kepentingan dunia yang multipolar
telah berganti menjadi model hubungan internasional.