optimal
b.
c.
c.
d.
e.
c.
c.
d.
b.
d.
6.
d.
e.
f.
g.
d.
8.
sistem
perencanaan
dan
pengangaran,
pelaksanaan
dan
b.
c.
2. Jelaskan proses pembuatan kebijakan dan menggunakan model sistem dengan contoh
Jabaw
Paine dan Naumes menawarkan suatu model proses pembuatan kebijakan merujuk
pada model sistem yang dikembangkan oleh David Easton. Model ini menurut Paine
dan Naumes merupakan model deskripitif karena lebih berusaha menggambarkan
senyatanya yang terjadi dalam pembuatan kebijakan.
3. Lakukanlah identifikasi kelebihan dan kekurangan kebijakan sistem JKN (kritik dan saran)!
Jawab
1.
2.
3.
4.
5.
1. Sosialisasi oleh BPJS yang Masih Sangat KurangMeskipun BPJS sudah berupaya
untuk melakukan sosialisasi melalui iklan di TV atau media cetak dan berbagai
bentuk penyebaran informasi lainnya, namun informasi ini rupanya tidak mampu
menjangkau masyarakat di berbagai daerah. Hal ini dapat dilihat dari sepinya
pendaftaran peserta BPJS mandiri di beberapa tempat (misalnya terjadi di
Yogyakarta, Tebingtinggi, Nunukan, Samarinda). Bahkan ada isu bahwa pendaftaran
sebagai peserta BPJS harus menggunakan e-KTP dan kartu keluarga yang
menyebabkan banyak warga Papua dan Papua Barat tidak bisa mendaftar. Kurangnya
sosialisasi menyebabkan informasi yang beredar mengenai prosedur pendaftaran dan
peserta)
periode pasien
(misalnya pada kasus stroke) lewat dan pasien berpotensi tidak bisa diselamatkan.
Disisi lain, pelayanan RS buka selama 124 jam, dan 7hari seminggu. Seharusnya
layanan BPJS juga mengikuti jam kerja ini agar tidak menimbulkan masalah
komunikasi dengan pasien/masyarakat. Namun kenyataannya tidak demikian.
3.
Banyak pelayanan penunjang yang harus diberikan untuk penyakit tertentu, misalnya
untuk diagnosisi hepatitis harus didukung oleh pemeriksaan anti HBc, anti HaV.
Padahal belum tentu semua RS memiliki fasilitas pemeriksaan ini, atau bahkan
reagennya (biasanya terjadi pada RS yang belum BLUD, sehingga pembelian bahan
habis pakai masih mengikuti sistem perencanaan yang rigid). Disisi lain, kasus stroke
cukup dengan Siriraj score dan pemeriksaan klinis tanpa perlu didukung oleh hasil
pemeriksaan CT scan. Ini membingungkan bagi petugas di RS dan berpotensi
perawat dengan keterampilan khusus dan peralatan yang juga khusus. Masih banyak
kejanggalan yang terdapat pada besaran tarif dalam daftar tarif INA-CBGs tersebut,
jika diltelusuri satu per satu.
Selain terkait dengan perbandingan besaran tarif, kejanggalan lain juga terdapat pada
jenis layanan. Setidaknya ada sembilan puluh jenis pelayanan di RS Jiwa Kelas A
yang tidak ada dalam daftar tarif tersebut yang telah teridentifikasi. Ini ditemukan di
RSJ Ghrasia Yogyakarta. Selain itu, juga tidak ada tarif untuk pelayanan ICU dan
IGD.
Hal yang juga dianggap merugikan rumah sakit maupun masyarakat adalah
perbedaan besaran tarif antar-regional tidak signifikan. Hal ini menyebabkan
kurangnya motivasi tenaga medis untuk mengisi kekosongan di luar Jawa, sehingga
upaya untuk memeratakan distribusi tenaga kesehatan belum efektif.