GANGGUAN PENGUNYAHAN
Diajukan guna melengkapi tugas tutorial dan memenuhi salah satu syarat
untuk kelulusan Blok Kuratif dan Rehabilitatif IV
Disusun oleh :
Kelompok Tutorial VI
ANGGOTA KELOMPOK
Ketua
: Nurbaetty Rochmah
(111610101074)
(111610101054)
Sciber meja
(111610101071)
Anggota
1. Choiril Faizol A.
(111610101021)
2. Eddy Yudha Y.
(111610101022)
(111610101038)
4. Ayu Nurfitria
(111610101058)
(111610101063)
6. Fitria Krisnawati
(111610101064)
(111610101066)
8. Tiara Fortuna B. B.
(111610101067)
9. Adinda Martina
(111610101072)
(111610101173)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah
rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat
menyusun laporan ini meskipun kami menyadari masih ada beberapa kekurangan
di dalamnya.
Dalam laporan ini kami membahas tentang Gangguan Pengunyahan yang
terdapat pada Blok Kuratif dan Rehabilitatif IV. Semoga bisa bermanfaat,
khususnya bagi kalangan mahasiswa yang bertujuan untuk menggali pengetahuan
serta untuk memperoleh ilmu di dalamnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Sulistiyani, M.Kes sebagai tutor selaku dosen pembimbing pada
diskusi tutorial yang telah memberi bimbingan dan waktu untuk
menyelesaikan laporan ini.
2.
Akhirnya kami pun berharap, Semoga laporan ini bisa memenuhi syarat
untuk tugas tutorial. Dan kami pun berharap semoga Allah SWT meridhoi amal
usaha kami juga memberikan balasan kebaikan yang lebih baik, Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu memahami dan menjelaskan faktor kegagalan dari gigi tiruan
jembatan.
2. Mampu memahami dan menjelaskan evaluasi kegagalan pada gigi tiruan
jembatan.
3. Mampu memahami dan menjelaskan rangkaian penatalaksanaan secara
kompleks dari kegagalan gigi tiruan jembatan.
4. Mampu mengetahui dan menjelaskan pencegahan kegagalan gigi tiruan
jembatan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan tutorial ini adalah
dapat melengkapi informasi tentang faktor kegagalan gigi tiruan jembatan serta
penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan jembatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gigi
insisivus
atas
dapat
menganggu
pengucapan seseorang.
5. Sebagai splinting periodontal
Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi tetangganya
goyang, jadi gigi tiruan jembatan dapat berfungsi juga sebagai
splinting.
6. Membuat pasien merasa sempurna
Pasien percaya
gigi
asli
yang
hilang
dan
berfungsi
untuk
kebersihan
mulut
yang
menyebabkan
respon
tidak
BAB III
PEMBAHASAN
Pemeriksaan :
-
Penatalaksanaan
-
margin
Pada daerah dengan akses yang terbatas, amalgam lebih dipilih
2. Degenerasi pulpa
Saat pemeriksaan pasien mengeluhkan adanya sensitivitas
pada gigi abutment pasca insersi gigi tiruan jembatan, rasa sakit spontan
atau kelainan periapikal yang terdeteksi pada gambaran radiografi.
Penyebab:
-
Penatalaksanaan
-
protesa.
3. Kerusakan jaringan periodontal
Pemeriksaan klinis menunjukkan
adanya
resesi
gingiva,
Penatalaksanaan
-
harus dicabut
4. Masalah oklusal
Kegagalan gigi tiruan jembatan yang berhubungan dengan masalah
oklusal dapat ditandai dengan adanya facet yang besar, kegoyangan gigi,
rasa nyeri pada saat di perkusi, kontak yang terbuka, fraktur cusp, dan
keterlibatan nyeri pada otot-otot pengunyahan.
Penatalaksanaan
-
2. Fraktur konektor
Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti patutan
yang disolder dapat patah. Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan
kegagalan tersebut, tetapi perlu diperiksa juga gangguan oklusi dengan
palpasi jari, kertas artikulasi, atau malam indikator oklusal.
Penatalaksanaan :
-
prostesa.
Jika hal ini tidak mungkin dan pembuatan ulang tidak dapat
dengan cepat dicapai, konektor tersebut harus dihilangkan dengan
memotong melalui konektor utuh. Gigi tiruan sebagian lepasan
sementara dapat diinsersikan untuk menjaga ruang yang ada dan
memenuhi persyaratan estetika.
- Akan lebih baik bila memungkinkan untuk menggabungkan
beberapa satuan jembatan dengan menyolder sendi pada tengah
pontics
sebelum
porselen
ditambahkan.
Hal
ini
dapat
3. Fraktur gigi
-
Fraktur koronal
Fraktur koronal dapat disebabkan karena karies pada gigi
abutment. Fraktur juga dapat disebabkan karena preparasi gigi
yang berlebihan sehingga menyebabkan struktur gigi tidak
mampu untuk menahan beban oklusal.
Penatalaksanaan :
o Apabila defek kecil dapat direstorasi dengan amalgam,
gold foil, atau resin.
o Apabila terdapat fraktur koronal yang besar di sekeliling
retainer, maka dibuatkan ful coverage retainer.
o Apabila fraktur menyebabkan terbukanya pulpa, maka
4. Fraktur porselen
Fraktur porselen terjadi baik dengan logam keramik dan
restorasi all ceramic. Sebagian besar fraktur porcelain fused to metal
dapat dikaitkan dengan karakteristik desain yang tidak tepat dari
kerangka logam atau masalah yang berhubungan dengan oklusi.
Restorasi all ceramic umumnya gagal karena kekurangan dalam
preparasi gigi atau adanya gaya oklusal yang berat. Sudut yang tajam
atau sudut tajam atau daerah yang sangat kasar dan tidak teratur di
atas area pelapisan bertindak sebagai titik konsentrasi tegangan yang
menyebabkan penjalaran retak dan patah keramik. Pengecoran logam
yang terlalu tipis tidak cukup mendukung porselen, sehingga lentur
dan patah pada porselen. porselen yang tidak didukung oleh logam
dalam porcelain fused to metal mungkin patah karena kegagalan
kohesif dalam porselen. Penanganan yang tidak tepat dari alloy selama
pengecoran, finishing atau aplikasi dari porselen dapat menyebabkan
kontaminasi logam.
Penatalaksanaan :
-
kegagalan.
Apabila fraktur disebabkan karena tekanan oklusal yang besar,
bagian yang berkontak dengan gigi tersebut dihindarkan mada
karena
diterima.
Bentuk margin
atau
bentuk
serviks
dari
protesa
dapat
benang.
Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva. Merupakan kedudukan pada
gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak goyang, memutar,
ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor
ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga.
Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan menekan gusi
meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna
pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan
sudah
nyaman
dan
tidak
ada
yang
mengganjal
atau
dan kariostatik
Kelarutan. Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva (tidak larut
dalam saliva)
Mekanis. Memiliki daya tahan abrasi yang baik dan momdulus
Biasanya
kontraindikasinya
-
diindikasikan
adalah
gigi
pada
gigi
abutment
posterior
yang
dan
digunakan
mahkota
antagonisnya.
In ceram (keramik bridge)
menimbukan
keausan
pada
gigi
gigi,
jaringan
lunak
maupun
keras,
dalam
rangka
besar
sehingga
memenuhi
palatum
dan
akan
mendapatkan
Menghilangkan kalkulus
Menghilangkan pocket periodontal
Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti
Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan
menggantung.
e. Menghilangkan gangguan oklusal
f. Tindakan Konservasi
Sebelum
merencanakan
gigitiruan
harus
diketahui
3. Pemilihan desain
Pertimbangan pemilihan desain gigi tiruan cekat adalah sebagai
berikut :
1. Retainer
Merupakan
bagian
dari
gigi
tiruan
jembatan
yg
Keuntungan
-
Indikasi luas
Kerugian:
-
Keuntungan
-
Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
-
b. Intracoronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi
penyangga. Bentuk dari intracoronal retainer dapat berupa:
-
Onlay
Inlay MO/DO/MOD
Indikasi:
-
Keuntungan:
-
Kerugian:
-
Indikasi terbatas
Mudah lepas/patah
c. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan
sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak
sebagai retainer yang berdiri sendiri.
Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan pendek
- Tekanan kunyah ringan
- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
-
Estetis baik
Kerugian:
-
2. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
menggantikan gigi asli yang hilang dan berfungsi untuk
mengembalikan:
-
Estetis
dibagi menjadi:
1. Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama
sekali dengan linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak
antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan
permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan
pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat
dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang
demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis
sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang
bawah.
4. Penyangga (Abutment)
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
4. Terminal abutment
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted
Oral hygiene
3.
Jaringan periodontal
Hukum
Ante
menyatakan
bahwa
daerah
membran
periodontal pada akar-akar dari gigi abutment harus sekurangkurangnya sama dengan daerah membran periodontal yang ada
pada gigi-gigi yang akan diganti.
4.
5.
6.
Kegoyangan gigi
7.
Frekwensi karies
8.
Discoloration
BAB 1V
KESIMPULAN
Kegagalan dari gigi tiruan jembatan dapat dibagi menjadi 3, yaitu
kegagalan biologis, kegagalan mekanis dan kegagalan estetis. Kegagalan biologis
dapat disebabkan karena karies pada gigi penyangga, penyakit periodontal,
masalah oklusal, dsb. Kegagalan mekanis terjadi akibat pemilihan atau manipulasi
bahan yang salah atau bisa karena prosedur yang salah. Kegagalan estetis dapat
terjadi karena pemilihan warna yang salah dan hilangnya lapisan estetis dari gigi
tiruan jembatan. Sebelum dilakukan pembuatan gigi tiruan yang baru maka
dilakukan perawatan pendahuluan untuk memperbaiki kegagalan tersebut
kemudian dilakukan pemilihan kembali desain untuk gigi tiruan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Annusavice. 2003. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta: Hipokrates.
Barclay,
C.W;
Walmsley,
A.D.
1998.
Fixed
and
Removable