Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUTORIAL

GANGGUAN PENGUNYAHAN

Diajukan guna melengkapi tugas tutorial dan memenuhi salah satu syarat
untuk kelulusan Blok Kuratif dan Rehabilitatif IV

Disusun oleh :
Kelompok Tutorial VI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2014

ANGGOTA KELOMPOK

Ketua

: Nurbaetty Rochmah

(111610101074)

Sciber papan : Lita Damafitra

(111610101054)

Sciber meja

: Sheila Dian Pradipta

(111610101071)

Anggota

1. Choiril Faizol A.

(111610101021)

2. Eddy Yudha Y.

(111610101022)

3. Whylda Dyastie E.F.

(111610101038)

4. Ayu Nurfitria

(111610101058)

5. Anugerah Nur Yuhyi

(111610101063)

6. Fitria Krisnawati

(111610101064)

7. Sitti Nur Qomariah

(111610101066)

8. Tiara Fortuna B. B.

(111610101067)

9. Adinda Martina

(111610101072)

10. Dewi Martinda H.

(111610101173)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah

SWT yang telah senantiasa memberikan

rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kita, sehingga kelompok kami dapat
menyusun laporan ini meskipun kami menyadari masih ada beberapa kekurangan
di dalamnya.
Dalam laporan ini kami membahas tentang Gangguan Pengunyahan yang
terdapat pada Blok Kuratif dan Rehabilitatif IV. Semoga bisa bermanfaat,
khususnya bagi kalangan mahasiswa yang bertujuan untuk menggali pengetahuan
serta untuk memperoleh ilmu di dalamnya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. drg. Sulistiyani, M.Kes sebagai tutor selaku dosen pembimbing pada
diskusi tutorial yang telah memberi bimbingan dan waktu untuk
menyelesaikan laporan ini.
2.

Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulisan laporan ini.

Akhirnya kami pun berharap, Semoga laporan ini bisa memenuhi syarat
untuk tugas tutorial. Dan kami pun berharap semoga Allah SWT meridhoi amal
usaha kami juga memberikan balasan kebaikan yang lebih baik, Amin.

Jember, April 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, trauma, penyakit
periodontal atau atrisi yang berat. Kehilangan gigigeligi dapat menimbulkan
berbagai dampak, yaitu dampak fungsional, sistemik dan emosional. Dampak
fungsional yaitu berkurangnya kemampuan mengunyah, menggigit serta
berbicara. Dampak sistemik berupa penyakit sistemik seperti defisiensi
nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular, akibat status kesehatan
gigigeligi yang buruk dan perubahan pola konsumsi. Dampak emosional
kehilangan gigigeligi menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri sehingga
dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas. Untuk dapat mengembalikan
fungsi tersebut maka dibuatkan gigi tiruan yang dapat menggantikan gigi
yang hilang. Gigi tiruan adalah suatu protesa yang berfungsi untuk
menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada
rahang atas maupun rahang bawah.
Gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu gigi tiruan
lepasan (GTL) dan gigi tiruan cekat (GTC). Gigi tiruan lepasan terdiri atas
gigi tiruan penuh (GTP) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL). Gigi tiruan
cekat (GTC) adalah gigi tiruan jembatan. Pemilihan jenis gigi tiruan yang
dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang
hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang hilang, usia
pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan pasien. Gigi
tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih gigi yang
hilang, dan dilekatkan ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang
bertindak sebagai penyangga. Jembatan dapat terlepas setelah dipasangkan
beberapa lama di dalam rongga mulut. Terlepasnya jembatan dapat
disebabkan karena perubahan bentuk retainer, gigi penyangga yang goyah,

terlarutnya semen, kesalahan dalam pemilihan retainer, karies, dan bentuk


preparasi yang kurang memberikan retensi bagi retainer.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud
untuk membahas faktor kegagalan gigi tiruan jembatan serta penatalaksanaan
dari kegagalan gigi tiruan jembatan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa saja faktor kegagalan gigi tiruan jembatan?
2. Bagaimana evaluasi kegagalan pada gigi tiruan jembatan?
3. Bagaimana rangkaian penatalaksanaan secara kompleks dari kegagalan
gigi tiruan jembatan?
4. Bagaimana upaya pencegahan kegagalan gigi tiruan jembatan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu memahami dan menjelaskan faktor kegagalan dari gigi tiruan
jembatan.
2. Mampu memahami dan menjelaskan evaluasi kegagalan pada gigi tiruan
jembatan.
3. Mampu memahami dan menjelaskan rangkaian penatalaksanaan secara
kompleks dari kegagalan gigi tiruan jembatan.
4. Mampu mengetahui dan menjelaskan pencegahan kegagalan gigi tiruan
jembatan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan tutorial ini adalah
dapat melengkapi informasi tentang faktor kegagalan gigi tiruan jembatan serta
penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan jembatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Jembatan


2.1.1 Definisi
Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan
kehilangan satu atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen
dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi,
akar gigi atau implan yang telah dipersiapkan.
2.1.2 Tujuan Pemakaian
Kegunaan pemakaian gigi tiruan jembatan antara lain:
1. Memperbaiki penampilan
Pada pasien dengan kehilangan gigi, terutama gigi anterior,
tentu saja penampuilan harus diperhatikan.
2. Kemampuan mengunyah
Banyak pasien tidak bisa makan dengan baik karena
banyaknya gigi yang hilang.
3. Stabilitas Oklusal
Stabilitas oklusal dapat hilang karena adanya gigi yang
hilang. Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi disekitarnya
ekstrusi, migrasi dan merusak stabilitas oklusi pasien.
4. Memperbaiki pengucapan
Kehilangan

gigi

insisivus

atas

dapat

menganggu

pengucapan seseorang.
5. Sebagai splinting periodontal
Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi tetangganya
goyang, jadi gigi tiruan jembatan dapat berfungsi juga sebagai
splinting.
6. Membuat pasien merasa sempurna

Pasien percaya

jika penggunaan gigi tiruan dapat

memberikan banyak keuntungan terhadap kesehatannya secara


umum.
2.1.3 Indikasi dan Kontra Indikasi
Adapun indikasi dari pemakaian gigi tiruan jembatan, adalah
sebagai berikut :
1. Kehilangan satu atau lebih gigi
2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah
edentulus
3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring
4. Splintbagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk
dietsa.
Adapun kontraindikasi dari pemakaian gigi tiruan jembatan adalah
sebagai berikut :
1. Pasien yang tidak kooperatif
2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang
3. Kelainan jaringan periodonsium
4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga
5. Diastema yang panjang
6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama

7. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.

2.1.4 Komponen Gigi Tiruan Jembatan


Adapun komponen dari gigi tiruan jembatan adalah sebagai
berikut:
1. Retainer
Retainer merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
menghubungkan gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Retainer
berfungsi untuk memegang/menahan (to retain) gigi tiruan agar tetap
stabil di tempatnya serta menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang
diganti) ke gigi penyangga.
2. Konektor
Konektor adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer.
Konektor dapat berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina
derajat tinggi, jika terbuat dari porselen seluruhnya).
3. Pontik
Pontik merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
menggantikan

gigi

asli

yang

hilang

dan

berfungsi

untuk

mengembalikan fungsi kunyah dan bicara, estetis, rasa nyaman, serta


mempertahankan hubungan antar gigi tetangga untuk mencegah
migrasi atau hubungan gigi tersebut dan ektrusi gigi lawan.
4. Penyangga (abutment)
Abutment adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam
kemampuan untuk menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada
faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang serta jumlah
akar.

2.2 Dampak Desain Gigi Tiruan Jembatan yang Buruk


Desain gigitiruan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan
pengaruh buruk pada beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada
jaringan gingiva, misalnya :
a. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi yang
tidak cukup, umumnya dapat mengakibatkan migrasi dari komponen-

komponen logam ke apikal sehingga terjadi gingivitis hiperplasia. Jika


migrasi dibiarkan berlanjut, maka dapat terjadi dehiscence dan penetrasi
akar..
b. Celah antara lengan cengkram dan tepi gingiva menyebabkan makanan
terperangkap dan meningkatkan kemungkinan besar pembusukan makanan
dan gingivitis.
c. Penempatan cengkram atau konektor yang terlalu cepat ke tepi gingiva.
d. Adanya penimbunan sisa makanan diantara pinggiran basis gigitiruan dan
gigi alami. Timbunan sisa makanan akan mendorong tepi gingiva keluar
dari perlekatannya terhadap inflamasi jaringan akibat toksin yang dibentuk
oleh mikroorganisme yang berinkubasi.
e. Penekanan atau penutupan basis yang terlalu menekan pada tepi gingiva
dapat mengakibatkan trauma mekanik, respon inflamasi dan jika dalam
keadaan kronik, dapat mempercepat terbentuknya poket.
f. Kontrol plak yang kurang dari pasien
g. Kurangnya perawatan di rumah, baik pada kebersihan gigitiruan cekat
maupun

kebersihan

mulut

yang

menyebabkan

respon

tidak

menguntungkan karena makanan terperangkap. Dengan berkurangnya


perawatan di rumah, maka masalah jaringan periodontal sering mengikuti
gingivitis dan karies gigi.
h. Konstruksi GTC yang tidak benar mempengaruhi kondisi kesehatan
rongga mulut, menghambat kemampuan saliva sebagai self-cleaning,
trauma mekanis pada gingiva, mengalami kesulitan dalam membersihkan
rongga mulut yang dapat menimbulkan bau mulut.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan


3.1.1 Faktor Biologis
1. Karies pada gigi penyangga
Karies pada gigi penyangga merupakan kegagalan biologis
yang paling umum. Karies dapat mempengaruhi jembatan dalam
beberapa cara, baik secara langsung pada margin dari retainer atau
tidak langsung dengan di tempat lain pada gigi dan menyebar ke
permukaan casting atau mungkin disebabkan karena kegagalan
sementasi.
Penyebab :
-

Tepi retainer yang terlalu panjang


Tepi retainer yang terbuka
Kerusakan atau keausan pada retainer
Oral hygiene yang buruk
Kesalahan pemilihan retainer

Pemeriksaan :
-

Pemeriksaan visual (diskolorasi di sekitar margin)


Melakukan sondasi pada retainer dengan eksplorer yang tajam
Radiografi pada karies interproksimal

Penatalaksanaan
-

Apabi lesi karies kecil maka dapat dilakukan prosedur konservatif


Lapian emas adalah pilihan bahan yang tepat untuk karies pada

margin
Pada daerah dengan akses yang terbatas, amalgam lebih dipilih

daripada emas karena marginal seal jangka panjang


Pada area yang membutuhkan estetik dapat digunakan glass
ionomer

Apabila karies terletak di proksimal, protesa harus dilepas untuk


meningkatkan akses. Apabila lesi kecil maka dilakukan perluasan
untuk mengambil jaringan kariesnya kemudian ditumpat dengan
menggunakan amalgam.

2. Degenerasi pulpa
Saat pemeriksaan pasien mengeluhkan adanya sensitivitas
pada gigi abutment pasca insersi gigi tiruan jembatan, rasa sakit spontan
atau kelainan periapikal yang terdeteksi pada gambaran radiografi.
Penyebab:
-

Panas yang berlebih pada saat preparasi


Pengurangan gigi yang berlebihan
Trauma oklusal
Keterlibatan semen

Penatalaksanaan
-

Membuat perforasi dan direstorasi dengan gold foil atau amalgam


Apabila retainer logam menjadi longgar atau terjadi fraktur

porselen maka dilakukan pembuata protesa baru


Dilakukan perawatan endodontic untuk mengembalikan kualitas
dan kuantitas truktur gigi untuk pendukung dan retensi dari

protesa.
3. Kerusakan jaringan periodontal
Pemeriksaan klinis menunjukkan

adanya

resesi

gingiva,

keterlibatan daerah furkasi, pembentukan poket, dan kegoyangan gigi.


Halini dapat berupa kerusakan periodontal yang menyeluruh di rongga
mulut yang mungkin berhubungan dengan drifting gigi atau mungkin
terlokalisasi pada abutment jembatan.
Penyebab :
-

Instruksi tidak adekuat pada prosthesis hygiene atau pasien dengan


implementasi rendah
Protesa yang menghalangi oral hygiene yang baik
o Adaptasi marginal buruk
o Permukaan axial over kontur

o Konektor terlalu besar sehingga membatasi embrasur pada


servikal
o Kontak pontik yang besar pada puncak edentolous
o Protesa dengan permukaan yang kasar sehingga
-

menyebabkan akumulasi plak


Trauma oklusi
Jumlah gigi abutment kurang

Penatalaksanaan
-

Apabila penyakit periodontal ringan hingga sedang dilakukan

scaling dan root planning serta kontroll plask


Apabila penyakit periodontal sedang hingga berat dilkukan bedah

flap, bone graft, dsb.


Occlusal adjustment
Apabila prognosis dari gigi abutment menurun, maka gigi tersebut

harus dicabut
4. Masalah oklusal
Kegagalan gigi tiruan jembatan yang berhubungan dengan masalah
oklusal dapat ditandai dengan adanya facet yang besar, kegoyangan gigi,
rasa nyeri pada saat di perkusi, kontak yang terbuka, fraktur cusp, dan
keterlibatan nyeri pada otot-otot pengunyahan.
Penatalaksanaan
-

Kontak oklusal yang sentrik dan eksentrik dapat menyebabkan


egoyangan gigi. Apabila dapat terdeteksi secara dini, hal ini dapat

dihilangkan dengan cara occlusal adjustment


Pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism, maka dibuatkan

night guard atau occlusal splint.


Ketidanyamanan neuromuscular berhubungan dengan oklusi yang
salah dalam kegagalan gigi tiruan cekat dapat diatasi dengan cara

membentuk kembali kontak giginya


5. Perforasi gigi
Lubang pasak atau pasak yang digunakan dalam restorasi dengan pin
retained yang teletak salah dapat menyebabkan perforasi lateral.
- Apabila perforasi terletak lebih ke oklusal ligamen periodontal,
maka preparasi diperluas untuk menutupi defek.

Apabila perforasi meluas ke ligamen periodontal maka dilakukan


bedah periodontal untuk menghaluskan atau menempatkan

restorasi pada area perforasi.


Appabila area tersebut tidak dapat diakses maka gigi tersebut
harus diekstraksi.

6. Intrusi gigi pendukung


Intrusi gigi pendukung dapat terjadi karena perubahan yang terjadi
dimana posisi gigi pendukung menjauhi bidang oklusal.
3.1.2 Kegagalan mekanis
1. Kehilangan retensi
Hal ini terjadi akibat pengaruh beban oklusi yang tidak
seimbang pada bagian lain dari gigi tiruan jembatan. Retainer yang
longgar menyebabkan kerusakan yang cepat dari gigi abutment. Pasien
mungkin menyadari kelonggaran atau sensitivitas terhadap suhu atau
permen. juga mungkin ada rasa tidak enak yang berulang dan bau, yang
harus dibedakan dari gejala serupa yang disebabkan oleh kebersihan
atau periodontal masalah mulut yang buruk.
Penatalaksanaan :
-

Apabila retainer menjadi longgar, gigi tiruan jembatan harus

dilepas sehingga gigi abutment dapat dievaluasi.


Apabila restorasi dapat dilepas dari gigi yang dipreparasi tanpa
kerusakan dan tidak ada karies, maka penyemenan kembali dapat
dilakukan. Prosedur penyemenan yang salah, seperti kontaminasi
dengan pelembab atau ruang kosong pada semen meningkat
mungkin dapat menyebabkan masalah.

2. Fraktur konektor
Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti patutan
yang disolder dapat patah. Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan
kegagalan tersebut, tetapi perlu diperiksa juga gangguan oklusi dengan
palpasi jari, kertas artikulasi, atau malam indikator oklusal.

Penatalaksanaan :
-

Fraktur konektor sulit untuk dideteksi pada gigi penyangga


dengan tanpa mobilitas. Wedges ditempatkan di bawah konektor
untuk memisahkan komponen gigi tiruan jembatan untuk
memastikan diagnosis. Kadang-kadang inlay seperti preparasi
Dovetail dapat dikembangkan dalam logam untuk menjangkau
lokasi fraktur dan casting dapat disemen untuk menstabilkan

prostesa.
Jika hal ini tidak mungkin dan pembuatan ulang tidak dapat
dengan cepat dicapai, konektor tersebut harus dihilangkan dengan
memotong melalui konektor utuh. Gigi tiruan sebagian lepasan
sementara dapat diinsersikan untuk menjaga ruang yang ada dan
memenuhi persyaratan estetika.
- Akan lebih baik bila memungkinkan untuk menggabungkan
beberapa satuan jembatan dengan menyolder sendi pada tengah
pontics

sebelum

porselen

ditambahkan.

Hal

ini

dapat

memberikan luas permukaan yang lebih besar untuk sendi yang


disolder dan juga diperkuat oleh porselen penutup.

3. Fraktur gigi
-

Fraktur koronal
Fraktur koronal dapat disebabkan karena karies pada gigi
abutment. Fraktur juga dapat disebabkan karena preparasi gigi
yang berlebihan sehingga menyebabkan struktur gigi tidak
mampu untuk menahan beban oklusal.
Penatalaksanaan :
o Apabila defek kecil dapat direstorasi dengan amalgam,
gold foil, atau resin.
o Apabila terdapat fraktur koronal yang besar di sekeliling
retainer, maka dibuatkan ful coverage retainer.
o Apabila fraktur menyebabkan terbukanya pulpa, maka

dilakukan perawatan endodontic.


Fraktur akar
Fraktur akar sering terjadi pada gigi yang mengalami
trauma. Fraktur juga dapat terjadi selama perawatan endodontik
akibat preparasi yang berlebihan. Apabila fraktur akar terletak jauh
dibawah tulang alveolar, maka harus diekstraksi dan dibuatkan
protesa baru.

4. Fraktur porselen
Fraktur porselen terjadi baik dengan logam keramik dan
restorasi all ceramic. Sebagian besar fraktur porcelain fused to metal
dapat dikaitkan dengan karakteristik desain yang tidak tepat dari
kerangka logam atau masalah yang berhubungan dengan oklusi.
Restorasi all ceramic umumnya gagal karena kekurangan dalam
preparasi gigi atau adanya gaya oklusal yang berat. Sudut yang tajam
atau sudut tajam atau daerah yang sangat kasar dan tidak teratur di
atas area pelapisan bertindak sebagai titik konsentrasi tegangan yang
menyebabkan penjalaran retak dan patah keramik. Pengecoran logam
yang terlalu tipis tidak cukup mendukung porselen, sehingga lentur
dan patah pada porselen. porselen yang tidak didukung oleh logam
dalam porcelain fused to metal mungkin patah karena kegagalan

kohesif dalam porselen. Penanganan yang tidak tepat dari alloy selama
pengecoran, finishing atau aplikasi dari porselen dapat menyebabkan
kontaminasi logam.
Penatalaksanaan :
-

Metode terbaik adalah membuat protesa baru.


Bahan resin sering digunakan untuk membangun kembali bentuk
porselen di daerah dimana fraktur terjadi, memadai untuk
pencocokan warna yang baik dapat dicapai. Retensi dari material
ini umumnya dengan mechanical interlocking, apabila diletakkan
pada gigi dengan tekanan kunyah yang besar seringkali mengalami

kegagalan.
Apabila fraktur disebabkan karena tekanan oklusal yang besar,
bagian yang berkontak dengan gigi tersebut dihindarkan mada

metal-ceramic junction dan harus 1.5 mm dari junction.


5. Kegagalan penyemenan
Kegagalan penyemenan dapat disebabkan

karena

melonggarnya retainer karena retensi mekanis yang tidak memadai


sebagai kekuatan adhesi kimia, dan kekuatan kohesif semen yang
terbatas. Kegagalan penyemenan juga dapat terjadi karena teknik
sementasi yang buruk. Semen resin dianggap paling kuat. Namun
kelemahan utama dari semen resin yaitu perembesan H2O yang
menyebabkan peningkatan tekanan pada interface yang bertindak
sebagai ruang hidrolik, yang mengarah ke kegagalan.
6. Gigi tiruan jembatan yang lepas dari penyangga
Gigi tiruan jembatan yang lepas dari gigi penyangga dapat
terjadi karena sebagai berikut :
- Adanya torsi atau ungkitan
- Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen kurang baik atau
-

pengadukan yang kurang sempurna)


Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi
Gigi penyangga goyang
Gigi penyangga mengalami karies
Kesalahan dalam pemilihan retainer
Restorasi tidak akurat

3.1.3 Kegagalan estetis


1. Ketidakcocokan warna

Ketidakcocokan warna disebabkan oleh sebagai berikut :


-

Ketidakmampuan operator untuk mencocokkan gigi alami pasien

dengan tersedia warna porselen.


Pilihan warna yang tidak memadai karena metamerism.
Pengurangan gigi tidak cukup atau kegagalan untuk karena bentuk

yang salah atau desain kerangka yang menampilkan logam.


Di samping itu, gigi alami mengalami perubahan warna yang tidak
terjadi dalam porselen, sehingga pencocokan warna tidak dapat

diterima.
Bentuk margin

atau

bentuk

serviks

dari

protesa

dapat

meningkatkan akumulasi plak, menyebabkan inflamasi gingiva,


yang menghasilkan warna jaringan lunak yang tidak wajar atau
bentuk yang estetis tidak dapat diterima
2. Hilangnya facing (porcelain)
Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan
karena kurangnya retensi, perubahan dari kerangka logam, maloklusi
dan pengolahan bahan pelapis yang salah serta keausan bahan.

3.2 Evaluasi Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan


Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi
sepenuhnya baru backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini
perlu dievaluasi terlebih dahulu, terutama pada kualitas backing logam dan
facing porcelainnya (pada tipe PFM), namun jika tidak menggunakan bahan
ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini dievaluasi kecekatan GTC, ketepatan
marginal, kontak proksimal, ruang untuk facing, kontak oklusal dan
artikulasi. Jika evaluasinya baik, maka backing logam ini dikembalikan lagi
ke laboratorium untuk dibuatkan facing porselennya. Setelah jadi
sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi pemeriksaan di gigi pasien namun
belum disementasi secara permanen. Evaluasi ini meliputi:
-

Kecekatan ( fitness/self retention ). GTC harus memiliki kecekatan yang


maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di

gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan yang


-

berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.


Marginal fitness & integrity. Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi
menggunakan sonde half- moon; apakah ada bagian yang terlalu pendek
atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi servikal.
Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan
(menandakan tepi servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi).
Disini perlu dilakukan pengurangan panjang namun jangan sampai

terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.


Kontak proksimal. Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging,
atau overkontur (terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan
juga efek dari ACF karena gaya ini sangat berpengaruh terhadap kondisi
inklinasi gigi. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi
dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini
benang harus mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek

benang.
Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva. Merupakan kedudukan pada
gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak goyang, memutar,
ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor
ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga.
Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan menekan gusi
meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna
pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan

efek self cleansing pada daerah embrasurnya.


Penyesuaian oklusal. Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas
artikulasi dan diletakan di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien
menggigit kertas tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik
adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa
oklusi

sudah

nyaman

dan

tidak

ada

yang

mengganjal

atau

ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan


-

ini dapat berujung pada gangguan sistem mastikasi.


Estetika. Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi,
khususnya pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya
sewarna gigi dan seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat

tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior) maka restorasi harus


sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan
bentuk normal gigi tersebut.

3.3 Rangkaian Penatalaksanaan Gigi Tiruan Jembatan


1. Perawatan bahan
Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek:
-

Biologis. Bahan hendaknya tidak menimbulkan iritasi, non toksik,

dan kariostatik
Kelarutan. Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva (tidak larut

dalam saliva)
Mekanis. Memiliki daya tahan abrasi yang baik dan momdulus

elastisitasnya sama dengan enamel dan dentin.


Sifat termis. Koefisien muai panas sama dengan enamel dan
dentin.
Macam-macam bahan gigi tiruan adalah sebagai berikut :

All porcelain bridge


Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini.
Kelebihannya adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan
permukaannya mengkilat. Bahan porselen sangat sulit dibedakan
dengan gigi yang asli. Kekuatannya lebih besar daripada akrilik
namun tidak sekuat logam. Kekurangan dari bahan porselen ini
bersifat rapuh sehingga tidak dapat diasah dan tidak dapat
diletakkan pada permukaan oklusal gigi belakang. Biasanya juga
digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik tinggi. Bahan
porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan kebiasaan
buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi

antagonisnya akan menyebabkan porcelain cepat pecah.


All acrylic bridge
Bahan akrilik
biasanya digunakan untuk pembuatan
mahkota jaket sementara (menunggu mahkota jaket permanen).
Bahan akrilik biasanya dikombinasikan dengan logam karena sifat

bahan akrilik tidak kuat menahan beban kunyah. Kelebihan dari


bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan gigi asli, namun
mudah berubah warnyanya. Harganya pun murah tetapi tampilan
menarik. Kontraindikasi dari bahan ini adalah tidak digunakan
pada gigi yang memiliki beban kunyah yang besar karena
kekerasan akrilik hanya 1/16 kekerasan dentin. Gigi tiruan yang
menggunakan bahan ini juga tidak cocok digunakan pada
-

penderita dengan bruxism.


All metal bridge
Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas
mempunyai kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan
sampai bertahun-tahun, keuntungan yang lain adalah logam dan
emas tidak korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi tiruan dari bahan
logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi
asli.

Biasanya

kontraindikasinya
-

diindikasikan
adalah

gigi

pada

gigi

abutment

posterior
yang

dan

digunakan

mempunyai ketebalan dentin yang kecil.


Porcelain fused to metal
Porcelain fused to metal adalah jenis hibrida antara
mahkota logam dan mahkota porselen. Mereka terutama dipilih
untuk gigi depan tetapi tidak menutup kemungkinan juga
digunakan pada gigi posterior. Porcelain fused to metal ini lebih
kuat dari all porcelain bridge. Meskipun porcelain fused to metal
dipilih untuk penampilan yang sangat baik karena keestetikannya,
ada beberapa kelemahan utama yang terkait dengan logam yang
menyatu di dalamnya. Kelemahan porcelain fused to metal adalah
ketidaknyamanan gigi akibat sensitive terhadap panas dan dingin.
Hal ini disebabkan karena gigi masih vital dan logam merupakan
konduktr termal yang baik. Selain itu, ada beberapa kasus dimana
permukaan

mahkota

antagonisnya.
In ceram (keramik bridge)

menimbukan

keausan

pada

gigi

Terbuat dari porselen alumina yang sangat kuat. Memiiki estetika


yang sangat baik dan cukup kuat untuk dapat di semen den semen
gigi konvensional.
a. Spinell. Porselen spinel digunakan untuk anterior unt tunggal
yang memerlukan estetika dan translusensi yang baik.
b. Alumina. Porsselen alumina digunakan untuk posterior unit
tunggal dan kasus anterior, dan sampai restorasi 3 unit
jembatan.
c. Zirkonia. Zirkonia porselen digunakan untuk posterior tunggal
dan kasus anterior, dan sampai restorasi 5 unit jembatan.
2. Perawatan pendahuluan
Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan
terhadap

gigi,

jaringan

lunak

maupun

keras,

dalam

rangka

mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan. Keberhasilan atau


gagalnya gigitiruan sebagian lepasan tergantung pada beberapa faktor
diantarnya meliputi:
1. Kondisi mulut pasien
2. Keadaan periodontal gigi yang dipilih
3. Prognosa gigi tersebut.
Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan
sanitasi mulut, juga untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang
menjamin kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya.
Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2
(dua) hal penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.
2. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.
Perawatan pendahuluan meliputi:
1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah
Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan
jaringan lunak yang memerlukan waktu penyembuhan yang cukup
sebelum pembuatan gigi tiruan. Makin lama jarak waktu
pembedahan dengan pencetakan makin sempurna penyembuhan
sehingga gigi tiruan lebih stabil.
a. Pencabutan.

Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti.


Setiap gigi diperiksa apakah cukup penting dan masih dapat
dipertahankan untuk keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat
atau harus dicabut. Gigi yang cukup kuat yang akan dijadikan
sandaran dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang dapat
menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya
dicabut.
b. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi
Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan
dari permukaan labial/bukal, atau palatal tanpa mengurangi
tinggi alveolar ridge. Pengambilan gigi yang impaksi dilakukan
sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut dan kronis.
c. Kista dan tumor odontogenik
Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus
diselidiki. Penderita

harus diyakinkan tentang keadaan

mulutnya yang mempunyai kelainan berdasarkan laporan akhir


patologis.
d. Penonjolan tulang
Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan
gigitiruan harus disingkirkan. Misalnya torus palatinus yang
meluas sampai pada pertemuan palatum mole sehingga
menghalangi adanya posteror palatal seal, torus palatinus yang
sangat

besar

sehingga

memenuhi

palatum

dan

akan

menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang


menyebabkan penumpukan debris.
e. Bedah periodontal
Bedah

periodontal dilakukan untuk

mendapatkan

keadaan jaringan yang sehat sebagai pendukung gigitiruan.


Penyingkiran saku gusi dapat dilakukan dengan cara kuretase
dan eksisi surgical. Misalnya gingivectomy, reposisi flap.
2. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan
pendukung.

Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada


gigi yang ada sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang
baik untuk gigitiruan, antara lain:
a.
b.
c.
d.

Menghilangkan kalkulus
Menghilangkan pocket periodontal
Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti
Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan

menggantung.
e. Menghilangkan gangguan oklusal
f. Tindakan Konservasi
Sebelum

merencanakan

gigitiruan

harus

diketahui

perbaikan yang akurat terhadap gigi-gigi yang ada, antara lain :


a. Penambalan
b. Pembuatan inlay, dsb
c. Kedudukan rest
3. Tindakan-tindakan ortodonti
Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis,
sebaiknya dilakukan perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum
pembuatan gigitiruan.
Skenario : Gangguan Pengunyahan
Ibu Akhamd 49 tahun merasakan adanya ketidaknyamanan karena
adanya kegoyangan gigi tiruan tetap pada rahang atas kiri. Keadaan ini
telah dirasakan 3 hari yang lalu setelah mengunyah makanan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan foto panoramic dan periapikal yaitu pada gigi 25
menunjukkan post perawatan endodontic dengan pemasangan pasak,
radiolucent berbatas jelas pada apical gigi dan tampak fraktur pada
retainer. Pada gigi 27 menunjukkan fraktur pada akar palatal, radiolucent
pada bagian apical gigi dan resorbsi tulang alveolar sampai 2/3 panjang
akar gigi. Secara klinis gigi 25 dan 27 merupakan retainer dengan desain
extracoronal retainer berupa porcelain fuse to metal dan pontic pada gigi
26 dengan tipe ridge lap pontic. Retainer dan pontic dihubungkan dengan
connector tipe fixed-fixed bridge. Disamping itu pada gigi 25 terdapat
karies permukaan akarpada bagian bukal dan gigi 27 tampak adanya resesi
gingival dan karies permukaan akar pada bagian bukal dan palatal. Tampak

adanya pengelupasan lapisan estetik (lapisan porcelain) pada oklusal


retainer gigi 25. Penderita menginginkan penggantian gigi tiruan tersebut.
Penatalaksanaan pada skenario tersebut adalah Gigi tiruan sebagian
lepasan karena kondisi gigi 25 dan 27 tidak dapat dipertahankan lagi
dikarenakan kondisi yang telah disebutkan di skenario. Maka gigi 25 dan
27 diindikasikan untuk dilakukan ekstraksi. Selain itu, dilihat dari data foto
panoramik di skenario, tampak gambarak radiolusen pada beberapa gigi
seperti pada gigi 16, 17, 36, 37, 45, 46 dan 47 yang menandakan bahwa
telah dilakukan perawatan pada gigi tersebut. Selain itu terlihat resorbsi
tulang alveolar horizontal yang terjadi secara general dari gigi 37 sampai
47. Oleh karena itu pasien diindikasikan untuk menggunakan GTSL.

3. Pemilihan desain
Pertimbangan pemilihan desain gigi tiruan cekat adalah sebagai
berikut :
1. Retainer
Merupakan

bagian

dari

gigi

tiruan

jembatan

yg

menghubungkan gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga.


Fungsinya:
a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil
di tempatnya.
b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi
penyangga.
Macam-macam retainer:
a. Extra Coronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi,
dapat berupa:
1) Full Veneer Crown Retainer
Indikasi:
-

Tekanan kunyah normal/besar

Gigi-gigi penyangga yang pendek

Intermediate abutment pasca perawatan periodontal

Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun


panjang

Keuntungan
-

Indikasi luas

Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik

Memberikan efek splinting yg terbaik

Kerugian:
-

Jaringan gigi yg diasah lebih banyak

Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all


metal)

Gambar 3. Extra Coronal Retainer


2) Partial Veneer Crown Retainer
Indikasi :
-

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan/normal

Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

Salah satu gigi penyangga miring

Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer

Keuntungan
-

Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

Estetis lebih baik daripada full veneer crown retainer

Kerugian:
- Indikasi terbatas
- Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit
- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang
-

Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).

b. Intracoronal Retainer
Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi
penyangga. Bentuk dari intracoronal retainer dapat berupa:
-

Onlay

Inlay MO/DO/MOD

Indikasi:
-

Gigi tiruan jembatan yang pendek

Tekanan kunyah ringan atau normal

Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar

Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal

Keuntungan:
-

Jaringan gigi yang diasah sedikit

Preparasi lebih mudah

Estetis cukup baik

Kerugian:
-

Indikasi terbatas

Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang

Mudah lepas/patah

Gambar 5. Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.

c. Dowel retainer
Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan
sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak
sebagai retainer yang berdiri sendiri.
Indikasi:
- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf
- Gigi tiruan pendek
- Tekanan kunyah ringan
- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi
Keuntungan:
-

Estetis baik

Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:
-

Sering terjadi fraktur akar

Gambar 6. Dowel Retainer.

2. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
menggantikan gigi asli yang hilang dan berfungsi untuk
mengembalikan:
-

Fungsi kunyah dan bicara

Estetis

Comfort (rasa nyaman)

Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah


migrasi / hubungan dengan gigi lawan ektrusi
Berdasarkan hubungan dengan jaringan lunak, pontik dapat

dibagi menjadi:
1. Pontik Sanitary
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama
sekali dengan linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak
antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan
permukaan dasar pontik cembung dalam segala aspek. Tujuan
pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat
dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang
demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis
sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang
bawah.

Gambar 7. Pontik Sanitary


2. Pontik Ridge Lap
Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan
linggir alveolus sedangkan bagian palatal menjauhi linggir
ataupun sedikit menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini
mengakibatkan estetis pada bagian labial/bukal lebih baik, dan
mudah dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun demikian
menurut beberapa hasil penelitian, sisa makanan masih mudah

masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan.


Pontik jenis ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior
dan posterior.

Gambar 8. Pontik Ridge Lap


3. Pontik Conical Root
Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk
jembatan imediat yang dibuatkan atas permintaan pasien yang
sangat mengutamakan estetis dalam kegiatan sehari-hari.
Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik masuk ke
dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini
dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada
pembuatan ini tidak menggunakan restorasi provisional.4

Gambar 9. Pontik Conical Root.


3. Konektor (Connector)
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang
menghubungkan pontik dengan retainer, pontik dengan pontik atau
retainer dengan retainer sehingga menyatukan bagian-bagian
tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur
beban kunyah.
Terdapat 2 macam konektor, yakni:
1. Rigid connector
2. Non Rigid Connnector

4. Penyangga (Abutment)
Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:
1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga
2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga
3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga
4. Terminal abutment
5. Intermediate/pier abutment
6. Splinted abutment
7. Double splinted

Gambar 10. Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.

Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan


adalah sebagai berikut :
1. Oklusi gigi
Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu
area di dalam rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka
gigi-gigi yang ada di antara gigi yang hilang tersebut akan bergerak
ke daerah yang kosong, sedangkan gigi lawannya (oklusinya) akan
cenderung memanjang karena tidak ada gigi yang menopangnya
pada saat oklusi. Bergeraknya gigi kedaerah yang kosong dinamakan
shifting/drifting, sedangkan gigi yang memanjang dinamakan
elongation/extrusion.

Gambar 12. Gigi Bergerak ke Daerah yang Kosong (Shifting/drifting.)

Gambar 13. Gigi yang Memanjang (elongation/extrusion).


Bila kondisi ini berlanjut, maka akan menyebabkan :
a. Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular
Joint)
b. Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction)
dan dapat menyebabkan penyakit periodontal .
c. Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi
lawannya. Beban fungsional pada oklusal pontik terutama gigi
posterior dapat dikurangi dengan mempersempit lebar buko-

lingual atau buko-palatal untuk mengurangi beban oklusi yang


dapat merusak gigi tiruan pada pasien-pasien tertentu.
2.

Oral hygiene

3.

Jaringan periodontal
Hukum

Ante

menyatakan

bahwa

daerah

membran

periodontal pada akar-akar dari gigi abutment harus sekurangkurangnya sama dengan daerah membran periodontal yang ada
pada gigi-gigi yang akan diganti.
4.

Posisi gigi dan kesejajaran gigi


Abutment yang melibatkan gigi anterior hanya gigi gigi
insisivus biasanya mempunyai inklinasi labial yang serupa dan
tidak terlalu sulit untuk menyusun kesejajarannya. Apabila
abutment melibatkan gigi anterior seperti caninus dan gigi
posterior seperti premolar kedua atas supaya diperoleh kesejajaran,
kaninus harus dipreparasi pada arah yang sama seperti premolar.

5.

Jumlah dan lokasi kehilangan gigi

6.

Kegoyangan gigi

7.

Frekwensi karies

8.

Discoloration

3.4 Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan


Usaha pencegahan yang dilakukan terhadap kegagalan gigi tiruan
jembatan adalah :
1. Mengetahui pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung. Pemilihan
jumlah dan distribusi gigi pendukung yang baik dapat mengurangi resiko
terjadinya kegagalan gigi tiruan jembatan. Hukum Ante tetap merupakan
acuan utama untuk menentukan distribusi jumlah gigi yang tepat pada gigi
tiruan jembatan, idealnya dua pendukung digunakan untuk satu pontik
yang terletak pada ujung-ujungnya.

2. Dokter gigi mengetahui dengan baik prosedur perawatannya


3. Pasien menjaga oral hygiene dengan baik agar tidak ada akumulasi plak
4. Aplikasi bahan pelapis lunak
5. Pemakaian stres absorbing elemen
6. Pemakaian konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat
menyebabkan berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan
dukungan gigi dan implant. Usaha yang paling penting untuk diperhatikan
dalam mencegah berbagai bentuk kegagalan tersebut adalah dengan
mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada pendukung gigi tiruan
jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.
7. Pada pasien dengan indeks karies yang tinggi, mengatur waktu kunjungan
untuk melakukan control plak perlu dilakukan. Serta menggunakan pasta
gigi dan obat kumur yang mengandung fluoride.

BAB 1V
KESIMPULAN
Kegagalan dari gigi tiruan jembatan dapat dibagi menjadi 3, yaitu
kegagalan biologis, kegagalan mekanis dan kegagalan estetis. Kegagalan biologis
dapat disebabkan karena karies pada gigi penyangga, penyakit periodontal,
masalah oklusal, dsb. Kegagalan mekanis terjadi akibat pemilihan atau manipulasi
bahan yang salah atau bisa karena prosedur yang salah. Kegagalan estetis dapat
terjadi karena pemilihan warna yang salah dan hilangnya lapisan estetis dari gigi
tiruan jembatan. Sebelum dilakukan pembuatan gigi tiruan yang baru maka
dilakukan perawatan pendahuluan untuk memperbaiki kegagalan tersebut
kemudian dilakukan pemilihan kembali desain untuk gigi tiruan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Annusavice. 2003. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Gigi. Jakarta:
EGC.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan Jilid I. Jakarta: Hipokrates.
Aryanto, Gunadi H., dkk. 1993. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan
Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta: Hipokrates.
Barclay,

C.W;

Walmsley,

A.D.

1998.

Fixed

and

Removable

Prosthodontics.Birmingham: Churcill Livingstone, hal 115.


Basker RM. 2003. Perawatan Prostodontik Bagi Pasien Tak
Bergigi Edisi 3. Jakarta: EGC.
Ewing JE. Fixed Partial Prosthesis. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febinger,
1959: 169-77.
Martanto, P. 1985. Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan
Jembatan Jilid 1 Edisi 2. Bandung: Penerbit Alumni.
Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan
Dasar dan Rancangan Pembuatan. Jakarta: EGC.
Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and
Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare.
Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications,
Types, and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed
Partial Prosthodontics. 6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165,
650-81.

Anda mungkin juga menyukai