Anda di halaman 1dari 38

1

SKENARIO 1
KEPUTIHAN

Pasien wanita,umur 26 tahun, Ibu rumah tangga, baru2 bulan menikah dating berobat ke dokter dengan keluhan
keputihan yang banyak,cair, berbau anyir yang kadang kadang disertai gatal sejak 3 minggu yang lalu. Penderita
mempunyai siklus menstruasi yang normal dan tidak menggunakan kontrasepsi. Suami penderita bekerja sebagai supir
dan riwayat melakukan hubungan seksual dengan wanita lain disangkal. Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan :
discharge vagina homogeny, keabu abuan dan tampak melekat pada dinding vagina. Pasien disarankan melakukan
pemeriksaan PAPsmear.

2
SASARAN BELAJAR
LI 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran genitalia eksterna dan interna pada wanita
LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro
LO 1.2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikro
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Leucorrhea
LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi
LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi
LO.2.3 Memahami dan Menjelaskan Patogenesis
LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi klinik
LO. 2.5 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding
LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan
LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Prognosis
LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
LI.3 Memahami dan menjelaskan pemeriksaan Pap Smear
LI.4 Memahami dan menjelaskan thaharah Keputihan

3
LI 1 MM Anatomi Saluran genitalia eksterna dan interna pada wanita
LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro
A. Eksterna

Genitalia Eksterna Wanita memiliki 3 fungsi utama :


1. Jalan masuk sperma kedalam tubuh
2. Melindungi organ genitalia interna dari mikroorganisme
3. Seksual
Pudenda sering disebut sebagai vulva dan meliputi semua struktur yang terlihat diantara pubis sampai
perineum.
Mons Pubis ( mons veneris ) terdiri dari jaringan lemak yang berada pada dinding depan abdomen diatas
simfisis pubis.
Labium Majus. Terdiri dari 2 buah lipatan kulit memanjang dari mons pubis kearah postero-inferior dan
menyatu dibagian posterior membentuk commisura posterior. Secara morfologis struktur ini identik
dengan skrotum pada laki-laki.
Labium Minus. Berupa dua buah lipatan kulit yang berjalan dari klitoris dan menyatu dibagian posterior
untuk membentuk frenulum labia minora atau fourchette.
Klitoris. Berada di ujung anterior labia minor. Terdiri dari 2 buah corpus cavernosum yang merupakan
jaringan erektil di dalam selaput tipis jaringan ikat dan sebagian diantaranya menyatu sepanjang tepi medial untuk
membentuk korpus klitoris.

Vestibulum vaginae. Berupa cekungan memanjang antara labia minor dan orifisium vaginae. Lokasi
klitoris berada dibagian ujung anterior vestibulum yang berbentuk segitiga. Pada orang dewasa memiliki 6 buah
lubang yaitu :
1. Urethra
2. Vagina
3. 2 buah saluran kelenjar Bartholine
4. 2 buah saluran kelenjar paraurethral (Skene)
Meatus urethra eksternus. Terletak 2 2.5 cm dibagian posterior basis klitoris. Pada kedua sisi MUE
terdapat 2 pasang saluran kelenjar paraurethralis (Skenes) yang mempunyai arti klinis dalam infeksi Gonococcus
atau infeksi non-spesifik lain.
Ductus paraurethralis identik dengan kelenjar Prostate pada laki-laki.
Bulbus vestibuli. Struktur jaringan erektil yang berada dikedua sisi orofisium vaginae yang menempel
dengan permukaan inferior diafragma urogenitalis dan tertutup oleh muskulus Bulbocavernosus(sfingter
vaginae).
Bulbus vestibuli berukuran panjang 3 4 cm dan diameter 1 2 cm. Mudah cedera saat persalinan dan
menyebabkan hematoma vulva atau perdarahan eksternal.
Struktur ini homoloog dengan corpus cavernosus urethrae pada laki-laki.
Glandula Bartholine. Sepasang kelenjar yang terletak pada kedua sisi orifisium vaginae. Berupa masa
bulat dengan ukuran bervariasi antara 0.5 1 cm. Masing-masing kelenjar memiliki saluran sepanjang 2 cm
dengan orifisum yang terletak diantara labia minor dan orifisium vagina. Fungsinya adalah menghasilkan sekret
pada saat libido meningkat. Mudah mengalami infeksi dengan kuman Gonococcus. Struktur ini identik
dengan glandula Bulbourethral (Cowpers) pada laki-laki.
B.Interna
Orifisium Vaginae. Terletak postero-inferior dari Meatus Urethrae Eksternus dengan bentuk dan lebar
yang derajatnya sesuai dengan virginitas usia dan paritas.
Himen. Lipatan selaput membran tipis yang melingkari orifisium vagina. Terdapat berbagai jenis lubang
hymen: annular semilunaris cribiformis septum imperforatus. Sisa-sisa himen pada multipara disebut
sebagai caruncula Myritiformis.
Pada virgo intacta introitus vaginae sebagian ditutupi oleh suatu selaput yang disebut hymen. Menurut
bentuknya dapat dibedakan :
a. Hymen anularis (cincin)
b. Hymen semilunaris (bulan sabit)
c. Hymen cribriformis (berlubang-lubang sebagai saringan)
d. Hymen fimbriatus ( dengan tepi sebagai jari-jari)
e. Hymen imperforatus (tidak berlubang)

VAGINA.
1. Merupakan saluran muskulo-membranasea (otot-selaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia luar.
2. Bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot dubur) sehingga dapat dikendalikan dan
dilatih.
3. Dinding vagina mempunyai lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut rugae.
4. Ditengahnya ada bagian yg lebih keras disebut kolumna rugarum, memungkinkan vagina pada persalinan
melebar. Dinding depan vagina berukuran 9cm dan dinding belakangnya 11cm.
5. Pada kehamilan terdapat hipervaskularisasi, vagina tampak kebiruan, disebut LIVIDE
6. Disebelah depan dinding vagina depan bagian bawah terdapat uretra, sedangkan bagian atasnya berbatasan
dengan kandung kencing, sampai forniks anterior vagina
Penonjolan servik kedalam vagina akan membentuk Cavum Douglassi dan membagi puncak vagina
menjadi fornix anterior - posterior danlateralis.

Di bagian anterior, vagina berbatasan dengan trigonum vesicalis ; dan di bagian posterior dengan rektum.
Dibagian posterior, bagian distal vagina terpisah dari saluran anus dengan corpus perinealis ; 2/4
bagian tengah vagina berhimpitan dengan ampula recti ; bagian proksimal vagina dibelakang fornix posterior
tertutup dengan peritoneum membentuk Cavum Douglassi.
Lendir yang membasahi vagina berasal dari servik yang menjadi asam akibat fermentasi glikogen epitel
oleh bakteri vagina.
Vagina terdiri dari lapisan epitel pipih bertatah, otot dan jaringan ikat dibagian luar.
Fungsi vagina : organ copulasi, saluran keluar (darah haid), dan sebagai jalan lahir.
Syaraf-syaraf otonom system urogenital wanita adalah Nervus Pudendus.

6
Interna
UTERUS
Organ muskuler yang tebal, memiliki rongga dan berada di antara vesika urinaria disebelah anterior dan
rektum disebelah posterior. Panjang uterus 7.5 cm dan lebar 4 5 cm dengan berat sekitar 60 gram.
Bagian uterus diatas isthmus disebut corpus uteri dan bagian dibawah isthmus disebut servik. Dalam
keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi anteversi.
Servik uteri dibagi menjadi 2 bagian: pars vaginalis dan pars supravaginalis ; dibagian dalam servik
terdapat kanalis servikalis.
Fungsi Uterus :
1. Sebagai alat tempat terjadinya menstruasi
2. Sebagai alat tumbuh dan berkembangnya hasil konsepsi
3. Tempat pembuatan hormon misal HCG
Bentuk rahim seperti buah pir/Alpukat, dengan :
a. Berat sekitar 30 gr.
b. Ukuran panjang uterus 7-7,5cm
c. Lebar 5,25cm
d. Tebal 2,5cm
e. Tebal dinding 1,25 cm
Terletak di panggul kecil diantara rektum dan di depannya terletak kandung kemih.
Hanya bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat
kehamilan
Uterus terdiri atas :
1. Fundus uteri
a. Bagian uterus proksimal, disitu kedua tuba falopii masuk uterus.
b. Didalam klinik penting untuk mengetahui sampai dimana fundus uteri berada oleh karena tuanya
kehamilan.
2. Korpus uteri
a. Bagian uterus yg terbesar
b. Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang
Merupakan bagian terbesar uterus ; dibagian anterior menempel pada vesika urinaria dan dibagian posterior
menempel pada intestinum ; dibagian lateral menempel pada berbagai struktur yang berada didalam ligamentum latum
( tuba falopii ligamentum rotundum ligamentum ovarii proprium vasa uterina dan ureter ).
Arteria uterina menyilang ureter sebelum berjalan di dinding lateral uterus. Titik persilangan tersebut kirakira 1.5 cm dari fornix lateralis
Cavum uteri berbentuk segitiga dengan kubah yang berada pada bidang setinggi kedua ostium tuba falopii dan
apex bagian bawah setinggi ostium uteri internum.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
a. Serosa ( peritoneum visceralis)
b. Miometrium
c. Endometrium
Selama kehamilan, serabut otot tersebut tidak bertambah banyak namun mengalami hipertrofi.
Endometrium adalah lapisan berongga yang lunak yang mengandung sejumlah kelenjar dan dilapisi
dengan ciliated collumnar epithelium ; bentuk kelenjar dan stroma bervariasi sesuai dengan siklus haid ; ketebalan
pasca menstruasi dini 1 2 mm dan menjelang menstruasi 4 7 mm.
3.
a.
b.
c.

Serviks uteri
Ostium Uteri Internum
Ostium Uteri Eksternum
Kanalis servikalis
Ligamentum-ligamentum yang mengfiksir uterus :

7
1. Ligamentum cardinale sinistra & dextra (Mackenrodt)
fungsinya:
a. Mencegah supaya uterus tidak turun
b. Di dalamnya terdapat pembuluh darah yang arteria & vena uterine
2. Ligamentum Sakro Uterinum sinistra & dextra
Menahan uterus supaya tidak dapat bergerak
3. Ligamentum Rotundum sinistra & dextra
a. Menahan uterus dalam antefleksi, Pada perempuan hamil sering mengalami nyeri pada daerah
kaki bawah dikarenakan ligamen rotundum tegang
4. Ligamentum Latum sinistra & dextra
Merupakan suatu jaringan lapis tipis yang menutupi tuba uterina dan uterus di sebelah belakang
ligamentum latum terdapat ovarium/indung telur
5. Ligamentum infundibulum pelvikum sinistra & dextra
Ligamentum yang menahan tuba falopii berjalan dari arah infundibulum kedinding pelvis
TUBA FALOPII

1.
2.
3.
4.

Dua buah saluran muskuler yang terbentang dari sudut superior uterus kearah lateral dengan panjang
masing-masing sekitar 8 14 cm.
Saluran ini menghubungan cavum uteri dengan cavum peritoneale.
Tuba dapat dibagi menjadi 4 bagian :
Pars uterina / interstitsialis
Pars Isthmica ( penampang melintang paling sempit )
Pars Ampullaris
Pars Infundibularis [fimbriae]

Penampang melintang Tuba falopii pada wanita dewasa


c = isthmus uteri b = ampulla c = fimbriae
Dinding Tuba Falopii terdiri dari 3 lapisan :
1. Lapisan serosa
2. Lapisan muskularis
3. Lapisan mucosa
Mukosa tuba dilapisi selapis sel kolumnar yang sebagian memiliki bulu-getar (silia) dan sebagian lain
memiliki kelenjar.
OVARIUM.

8
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond yang berada disamping
uterus didekat dinding lateral pelvis dan berada pada lapisan posterior ligamentum latum, postero-caudal tuba
falopii.
Panjang kira-kira 2.5 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 3.0 cm.
Masing-masing memiliki permukaan medial dan lateral

Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium) dan tepi posterior yang bebas.
Ligamentum penyangga ovarium adalah :
1. ligamentum suspensorium ovarii ( ligamentum infundibulo-pelvicum )
2. ligamentum Ovarii Proprium.
Pembuluh darah ovarium terutama berasal dari arteri ovarica yang merupakan cabang aorta
abdominalis dan selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena ovarica.
Ovarium terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada testis.
Bagian luar ovarium disebut cortex yang memiliki gameet dan dibagian dalam disebut medula yang
mengandung banyak pembuluh darah besar serta syaraf.
Cortex ovarium relatif avaskular dan dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing folikel
mengandung ovum immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel.
Bila oosit hanya dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakansel folikel, bila dilapisi oleh beberapa
lapisan sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa.
Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai derajat maturasi.
Pada folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium).
Folikel primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit.
Folikel sekunder mengandung ruang-ruang berisi cairan diantara sel granulosa.
Ruangan tersebut sering mengalami penyatuan (coalesence) membuat cavum sentral yang disebut sebagai
antrum.
Folikel dgraf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum yang sangat dominan dan folikel
biasanya menonjol keluar permukaan ovarium.
Setiap bulan, pada wanita dewasa, satu dari folikel yang masak mengeluarkan oosit dari ovarium,
peristiwa ini disebut ovulasi.
PERKEMBANGAN UTERUS TUBA FALOPII dan VAGINA
Pada minggu ke 6 kehamilan, embrio pria dan wanita memiliki sepasang saluran genital :
1. Ductus Wolfii ( mesonefrik)
2. Ductus Mulleri (paramesonefrik)
Pada embrio wanita, ductus Mulerii tubuh secara lengkap membentuk tuba falopii dan uterus sementara
itu ductus Wolfii lenyap pada beberapa kasus menjadi rudimenter ; Ductus Mulleri biasanya menyatu dibagian
tengah dengan bagian caudal yang menyatu membentuk saluran uterus dan bagian cranial membentuk Tuba
Falopii (oviducts).
Sisa sistem mesonefrik (ductus wolfii) dapat dijumpai pada mesovarium dimana tabung mesonefrik
membentuk epoophoron danparoophoron ; Ductus Wolfii seluruhnya lenyap kecuali bagian cranial yang

9
ditemukan pada epooophoron dan kadang-kadang dibagian caudal tersisa dalam bentuk kista yang disebut
sebagai Kista Gartnerpada dinding vagina atau didalam uterus.
Vagina seluruhnya berasal dari sinus urogenitalis. Ujung caudal yang padat dari ductus Mulleri mencapai
dinding posterior sinus urogentalis pada minggu ke 9.
Selanjutnya, evaginasi padat yang disebut sebagai bulbo sinovaginal membentuk lempeng padat (vaginal
plate). Vaginal plate tersebut melipat kedalam ujung uterus untuk membentuk sebuah lumen pada ujung caudal.
Pada saat itu, proliferasi terus berlangsung pada bagian ujung cranial dari vaginal plate sehingga menambah
panjang antara lumen uterus dengan sinus urogenitalis.
Pada bulan kelima, pertumbuhan vagina berlangsung dengan membentuk sebuah saluran dan ekspansi
vaginal plate sekitar ujung uterus membentuk fornix vaginae.
Lumen vagina masih tetap terpisah dari sinus urogenitalis oleh struktur yang disebut sebagai himen.

VASKULARISASI ORGAN PANGGUL

VASKULARISASI DAN INERVASI


Pasokan darah uterus terutama berasal dari arteri uterina dan arteri ovarica.
Arteria Uterina
Adalah cabang utama arteria Iliaca Interna (arteria Hypogastrica) yang masuk uterus melalui
ligamentum latum. Pada tempat setinggi servik pars supravaginalis, arteria Uterina terbagi menjadi dua, sebagian
kecil menjadi arteria servicovaginalis kearah bawah, dan sebagian besar berjalan kearah atas melalui dinding
lateral uterus.
Kira-kira 2 cm lateral servik, arteria uterina menyilang ureter dan hal ini perlu memperoleh perhatian saat
melakukan histerektomi atau ligasi arteri uterina.
Arteria Ovarica
Cabang
langsung
dari Aorta yang
memasuki
ligamentum
latum
melalui ligamentum
infundibulopelvicum. Didaerah hillus ovarii, arteria ovarica terbagi menjadi sejumlah cabang kecil yang masuk
ovarium. Cabang utama arteria ovarica selanjutnya berjalan sepanjang mesosalphynx.

10

Pasokan darah pada ovarium , tuba falopiii dan sisi kiri uterus. Terdapat anastomosis
pembuluh arteri uterina dan ovarica . Perhatikan adanya arteri dan vena uterina yang
menyilang ureter didekat servik
Inervasi
Saraf-saraf otonom system urogenitale wanita :
N.Pudendus, meninggalkan pelvis melalui foramen infrapiriformis, dorsal spina ischiadica, masuk ke
foramen ischiadicum minus sebagai n.clitoridis. Cabang yang lain : n.hemorrhoidalis inferior untuk
sphincter ani externus dan ke kulit pada regio analis. N.perinealis berakhir sebagai n.labialis untuk labium
majus, ia memberi ke rr.cutanei ke kulit.
Vasa lymphatica dan nodi lymphatici (lymphonodi)
o
o
o

Bagian proximal mengikuti kembali r.vaginalis a.uternae ke Inn.Iliaci interni.


Bagian medial mengikuti kembali r.vaginali a.vesicalis inferior ke Inn sepanjang a.vesicalis
inferior ke Inn.Iliaci interni.
Bagian dari vagina distal, dinding vestibulum vagina, labium minora, labium majora pergi ke Inn
inguinale superficialis

LO1.2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikro


A. OVARIUM
Ovarium
Ovarium atau indung telur berfungsi menghasilkan gamet betina (sel telur). Selain itu juga
menghasilkah hormone-hormon kelamin seperti progesterone dan estrogen. Ovarium terletak di rongga pelvis
dan diikatkan pada dinding bagian tubuh bagian dorsal oleh selaput jaringan ikat yang disebut mesovarium.
Ovarium pada mamalia terutama pada manusia memiliki ukuran yang relative kecil dan diselaputi oleh selapis
sel berasal dari peritoneum disebut epitel germinal. Di sebelah dalam terdapat tunika albugenia (jaringan ikat
penyebab ovarium berwarna putih). Jaringan dasar ovarium disebut stroma.

11

Gb 1.2. Ovarium
Struktur histology ovarium, terdiri atas dua daerah :

1.
2.
3.
4.

5.

Daerah korteks : mengandung banyak folikel telur yang masing-masing terdiri dari sebuah oosit yang
diselaputi oleh sel-sel folikel. Sel-sel folikel adalah oosit beserta sel granulose yang mengelilinginya.
Terdapat 3 macam folikel yaitu :
Folikel primordial : terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepi yang dialapisi sel folikel berbentuk
pipih.
Folikel primer : terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel granulose) berbentuk kubus dan terjadi
pembentukan zona pelusida. Adalah suatu lapisan glikoprotein yang terdapat diantara oosit dan sel-sel
granulose.
Folikel sekunder : terdiri oosit primer yang dilapisi sel granulose berbentuk kubus berlapis banyak atau
disebut staratum granulose.
Folikel tersier : terdiri dari oosit primer, volume stratum granulosanya bertambah besar. Terdapat beberapa
celah antrum diantara sel-sel granulose. Dan jaringan ikat stroma di luar stratum granulose membentuk
theca intern (mengandung banyak pembuluh darah) dan theca extern (banyak mengandung serat
kolagen).
Folikel Graff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah siap diovulasikan dari ovarium.
Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa lapis sel granulose berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum
disebut cumulus ooforus. Sel-sel granulose yang mengelilingi oosit disebut korona radiate. Antrum
berisi liquor follicul yang mengandung hormone esterogen.

12

Gb 1.3. Macam-macam Folikel Telur


Merupakan perkembangan dari duktus muller yaitu sepasang saluran panjang yang terletak berdampingan
dengan duktus mesonefros yang terbentuk waktu embrio. Saluran ini berfungsi diantaranya sebagai berikut :
1.
Untuk menerima dan menyalurkan telur yang diovulasikan oleh ovarium
2.
Untuk menerima dan menyalurkan spermatozoa ke tempat terjadinya fertilisasi
3.
Untuk perkembangan embrio
Pada mamalia khususnya manusia reproduksi betina terpisah dengan saluran ekskresi.

Gb 1.4. Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Duktus muller berkembang menjadi oviduk, uterus, dan vagina.

B. OVIDUK (TUBA FALLOPII)


Berdasar struktur histology terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan peritoneum.
1. Lapisan mukosa : tersusun atas epitel kolumnar tinggi bersilia dan sel-sel kelenjar
2. Lapisan otot : tersusun atas
a. lapisan otot intrinsic yang tebal mukosa
b. Berkas otot menyerupai darah
c. Lapisan sub peritoneal adalah serabut seperti kisis-kisi dan pita.
3. Lapisan peritoneum :memungkinkan tuba uterine bergerak terhadap sekitarnya.

13

Epitel
kolumna
r bersilia
Lamina
Propria

Mukos
a

Lapisan
otot

vascular
Lapisan
Serosa

Gb 1.5. Penampang melintang Tuba Fallopii


C. UTERUS
Saluran berdinding tebal, berfungsi untuk menyalurkan sperma ke tempat fertilisasi, sebagai tempat
terjadinya implantasi dan perkembangan embrio.
Dindingnya terdiri atas 3 lapis :
1.
Endometrium (Mukosa) : bagian dalam dilapisi epitel selapis silindris bersilia dan terdapat
pula kelenjar uterus yang bermukosa dari permukaan.
2.
Miometrium (dinding otot): terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas. Tiga
lapisan otot tersebut adalah
a. Lapisan Sub vascular : serat-serat otot tersusun memanjang
b. Lapisan Vaskular : lapisan otot tengah tebal, serat tersusun melingkar dan serong dengan
banyak pembuluh darah.
c. Lapisan Supravaskular : lapisan otot luar memanjang tipis.
3.
Peritoneum : adalah serosa khas khas terdiri selapis sel mesotel yang ditunjang oleh jaringan
ikat tipis.

14

Gb 1.5. Penampang melintang Uterus


D. VAGINA
Merupakan bagian terakhir dari saluran reproduksi betina. Berbentuk pipa panjang,untuk menerima
penis terdiri dari 3 lapis yaitu :
1.
Lapisan Mukosa : mempunyai lipatan mendatar dan tersusun atas epitel berlapis pipih tanpa
lapisan tanduk. Dan terdapat lamina propria yang tersusun atas jaringan ikat padat dengan
banyak serat elastin, leukosit, limfosit dan nodulus limfatikus (jarang terlihat).
2.
Lapisan otot : terdiri dari berkas-berkas otot polos yang tersusun berjalinan.
3.
Lapisan Adventisia/ Serosa: berupa lapisan tipis yang tersusun dari jaringan ikat yang berbaur
dengan adventisia organ sekitarnya.
Servik terutama terdiri dari jaringan ikat. Struktur ini dilapisi satu lapisepitel kelenjar penghasil
mukus dibagian dalam servik (canalis endoservicalis) dan epitel skuamosa berlapis pada ektoservik.
Transisi epitel kelenjar dan skuamosa dikenal sebagai zona transformasi yang penting oleh karena sering
mengalami
perubahan
displastik
yang
dapat
menjadi
keganasan.
Vagina dilapisi oleh epitel skuamosa

15

1 tunika mukosa
4
a. epitel
3
2
1 1ab. lamina propria
2 tunika submukosa
3b
3a
3 tunika muskularis
1b
Gb 1.6. Penampang melintang Vagina
a. otot sirkuler
b. otot longitudinal
4 tunika adventitia

Kelenjar Tambahan
Terdiri dari :
1.
Kelenjar Bartholin (kelenjar vestibules mayor) : adalah kelenjar tubuloalveolar terletak di dalam dinding
lateral vestibulum, yang sekretnya berupa lendir, bermuara di dekat pangkal hymen.
2.
Kelenjar Vestibular Minor : bermuara di sekitar uretra dan klitoris
3.
Kelenjar susu/ mamae : kelenjar kulit khusus yang terletak di dalam jaringan di bawah kulit(subkutan),
modifikasi dari kelenjar keringat, dan bergetah tipe apokrin. Terdiri dari 15-20 lobus yang mandiri,
salurannya bermuara di puncak nipel/putting susu.
Kelenjar susu yang aktif tersusun atas lobules-lobulus yang masin-masing terdiri dari sejumlah alveoli,
yaitu kumpulan dari sel-sel sekretori. Dari alveoli keluar saluran kecil yang bermuara ke saluran yang
lebih besar. Saluran dari duktus laktiferus (lobulus-lobulus) bermuara pada putting susu (nipple). Di dekat
nipple duktus laktiferus menggembung atau disebut ampula. Diantara duktus laktiferus terdapat jaringan
ikat dan jaringan lemak yang berperan penting dalam menentukan besar kelenjar susu.

16

Gb 1.7. Kelenjar Bartholin


LI 2. Memahami dan Menjelaskan Leucorrhea
LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar dari saluran genitalia
wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan
Leukorrhea adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus.
Walaupun arti kata lekore yang sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya
warna sekret bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan
merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.

LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi


Tujuan pertama adalah membedakan sekret vagina fisiologis atau patologis, dengan kriteria klinis,
laboratorium dan mikrobiologi. Setiap penyakit atau kelainan dari organ seperti vagina, serviks,
uterus, tuba dapat menimbulkan gejala lekore.
A.

Lekore Fisiologis

Yaitu sekret dari vagina normal yang berwarna jernih atau putih, menjadi kekuningan bila kontak
dengan udara yang disebabkan oleh proses oksidasi. Secara mikroskopik terdiri dari sel-sel epitel vagina yang
terdeskuamasi, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi dari endoserviks berupa mukus, sekresi dari
saluran yang lebih atas dalam jumlah bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama
Lactobacillus doderlein. Memiliki pH < 4,5 yang terjadi karena produksi asam laktat oleh Lactobacillus dari
metabolisme glikogen pada sel epitel vagina.

17
Leukorrhea fisiologis terdapat pada keadaan sebagai berikut :
1. Bayi baru lahir sampai dengan usia 10 hari, hal ini disebabkan pengaruh estrogen di plasenta terhadap
uterus dan vagina bayi.
2. Premenarche, mulai timbul pengaruh estrogen
3. Saat sebelum dan sesudah haid
4. Saat atau sekitar ovulasi, keadaan sekret dari kelenjar pada serviks uteri menjadi lebih encer
5. Adanya rangsangan seksual pada wanita dewasa karena pengeluaran transudasi dinding vagina
6. Pada kehamilan, karena pengaruh peningkatan vaskularisasi dan bendungan di vagina dan di daerah
pelvis
7. Stress emosional
8. Penyakit kronis, penyakit saraf, karena pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah
9. Pakaian (celana dalam ketat, pemakaian celana yang jarang ganti, pembalut)
10. Leukorrhea yang disebabkan oleh gangguan kondisi tubuh, seperti keadaan anemia, kekurangan gizi,
kelelahan, kegemukan, dan usia tua > 45 tahun
B. Lekore Patologis
Lekore dikatakan patologis jika terjadi peningkatan volume (khususnya jika membasahai
pakaian), terdapat bau yang khas, perubahan konsistensi maupun perubahan warna. Sekret patologis
biasanya terdapat pada dinding anterior dan lateral vagina. Lekore patologis dapat disebabkan oleh:
1. Infeksi
Merupakan penyebab utama dari lekorea patologis, dapat berupa infeksi vagina (vaginitis)
dan serviks (servisitis). Penyebab terbesar dari infeksi adalah hubungan seksual. Lekorea karena
PMS bersfat abnormal dalam warna, bau atau jumlahnya, dapat disertai gatal pembengkakan disuria,
nyeri perut atau pinggang. Sebab lain masuknya kuman bisa pada waktu pemeriksaan dalam,
pertolongan persalinan atau abortus, pemasangan AKDR. Perubah flora dapat terjadi karena
pencucian vagina yang kurang pada tempatnya, pengobatan yang berlebihan. Pada anak-anak sering
karena higienis yang kurang baik.
Berdasarkan penyebabnya, infeksi-infeksi tersebut adalah:
a. Infeksi bakteri
1 Neisseria gonorrhoeae : Gonorrhoe
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual, yang paling sering
ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan kencing nanah, sedangkan
pada perempuan menyebabkan keputihan.
2

Chlamydia trachomatis : infeksi Chlamydial


Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila
dibandingkan dengan penyakit gonore.
3

Gardnerella vaginalis : vaginosis


Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih keruh keabu-abuan, agak
lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.
4
1

Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum : Mycoplasmosis

b. Infeksi virus
Herpes virus (H. Simplex, H. Zoster, Varicella)
Keluhan yang timbul pada infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar, nyeri, atau rasa
kesemutan pada tempat masuknya virus tersebut. Pada pemeriksaan tampak gelembung
gelembung kecil berisi vesikel (cairan), berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat
pecah dan membentuk tukak yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri.
Pada perempuan, penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan
radang di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas seks, sengatan
matahari, beberapa jenis makanan, dan kelelahan.

18
2
3

Poxvirus : Moluscum contagiosum


Papovavirus : Condyloma
c. Infeksi jamur
Candida albicans : Kandidiasis
Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina. Bila jamur candida
di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis
vaginalis. Gejala yang timbul sangat bervariasi, tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang
keluar biasanya kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepala susu atau susu pecah,
disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau asam. Daerah vulva (bibir genitalia) dan vagina
meradang disertai maserasi, fisura, dan kadang-kadang disertai papulopustular.
Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang dilahirkan melalui saluran
vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena jamur tersebut akan tertelan dan masuk kedalam
usus. Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi
pengobatan. Pada suatu saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke organ lain, termasuk ke alat
kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.

d. Infeksi protozoa
Trichomonas vaginalis : Trikomoniasis
Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi akut akibat
parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer,
berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan baunya tidak enak. Meskipun
dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun
vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan pedih bila kencing. Kadangkadang terlihat bintik
bintik perdarahan seperti buah strawberry. Bila keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi di
lipat paha dan sekitar bibir genitalia. Pada infeksi yang telah menjadi kronis, cairan yang keluar
biasanya telah berkurang dan warnanya menjadi abuabu atau hijau muda sampai kuning.
Entamoeba histolytica : Amoebiasis vaginae
e. Infeksi cacing
Enterobius vermicularis
Cacing ini biasanya menyerang anak perempuan umur 28 tahun. Infeksi terjadi akibat sering
bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur ke alat genital. Keputihan akibat cacing
kremi dasertai rasa gatal, sehingga anak sering menggaruk genitalianya sampai menimbulkan luka
2. Non Infeksi
Dapat disebabkan oleh :
a. Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari vagina yang tercampur dengan urine atau
feses. Hal ini dapat terjadi akibat adanya fistel uterovagina, fistel rektovagina yang disebabkan
kelainan kongenital, cedera persalinan, radiasi pada kanker alat kandungan atau akibat kanker itu
sendiri
b. Benda asing
Adanya benda asing seperti kotoran tanah atau biji-bijian pada anak-anak ataupun
tertinggalnya tampon maupun kondom pada wanita dewasa, adanya cincin pesariumpada wanita yang
menderita prolaps uteri serta pemakaian alat kontrasepsi seperti IUD dapat merangsang pengeluaran
sekret secara berlebihan.
c. Hormonal
Perubahan hormonal estrogen dan progesteron yang terjadi dapat dikarenakan adanya
perubahan konstitusi dalam tubuh wanitu itu sendiri atau karena pengaruh dari luar misalnya karena
obat/cara kontrasepsi, dapat juga karena penderita sedang dalam pengobatan hormonal

19
d. Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga
mengakibatkan sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi
pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan
makanan dan oksigen pada sel kanker tersebut. Pada Ca cerviks terjadi pengeluaran cairan yang
banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi, dan acapkali disertai adanya
darah yang tidak segar.
e. Vaginitis atrofi
Usia pra pubertas, masa laktasi, pasca menopause dan beberapa keadan yang menyebabkan
kurangnya estrogen, akan menyebabkan meningkatnya pH vagina. Naiknya pH akan menyebabkan
pertumbuhan bakteri normal dalam vagina menjadi berkurang, tetapi sebaliknya pH yang meningkat
akan memicu pertumbuhan bakteri patogen di vagina. Kurangnya estrogen akan menyebabkan
penipisan mukosa vagina sehingga mudah terluka dan terinfeksi
f.

. Fistel di vagina
Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan kandung kemih
atau usus, bisaterjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada
pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang
bercampur feses atau air kemih. Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya

LO.2.3 Memahami dan Menjelaskan Patogenesis

Suasana vagina normal


1. Tahan terhadap serangan bakteri patogen karena
adanya Lactobacillus acidophilus
2. Suasana asam yang diciptakan oleh estrogen,
glikogen, dan metabolit dari Lactobacillus

Terjadi
ketidakseimbangan
pertumbuhan antara
flora normal dan
bakteri patogen
Pertumbuhan bakteri
patogen yang
berlebihan
Sifat vagina yang
protektif terhadap
bakteri patogen
menjadi berkurang

Infeksi

20

LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi klinik


Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu tanda
infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah
mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus:
1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
2 Sekret vagina yang bertambah banyak
3. Rasa panas saat kencing
4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
a. Infeksi Jamur
Kandidiosis vulvovaginal (KV)
Kandidiosis vulvovaginal merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida spp terutama
Candida albicans. Diperkirakan sekitar 50% wanita pernah mengalami kandidiosis vulvovaginitis paling
sedikit dua kali dalam hidupnya. Jamur ini hidup dalam suasana asam yang mengandung glikogen.
Keadaan-keadaan yang mendukung timbulnya infeksi adalah kehamilan, pemakaian pil kontrasepsi,
pemakaian kortikosteroid dan pada penderita Diabetes Melitus.

Gambaran Mikroskopis Candida albicans

Gejala klinis Kandidiosis Vulvovaginal (KV)


1. Duh tubuh vagina disertai gatal pada vula
2. Disuria eksternal dan dipareunia superfisial
3. Pada pemeriksaan tampak vulva eritem, edem dan lecet

21

Vagina dengan Fluor albus


4. Pada pemeriksaan spekulum tampak duh tubuh vagina dengan jumlah yang bervariasi, konsistensi
dapat cair atau seperti susu pecah

Pemeriksaan vagina dengan spekulum

5. Pada kasus yang lebih berat pemeriksaan inspekulo menimbulkan rasa nyeri pada penderita.
Mukosa vagina dan ektoserviks tampak eritem, serta pada dinding vagina tampak gumpalan putih
seperti keju.
6. Pemeriksaan pH vagina berkisar 4-4,5
b. Infeksi Protozoa
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh protozoa yaitu T.
vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 5-28 hari. Pada wanita T. vaginalis paling sering menyebabkan
infeksi pada epitel vagina, selain pada uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.

Gambaran mikroskopis Trichomoniasis


Trichomoniasis biasanya ditularkan melalui hubungan seksual tanpa menggunakan pelindung
(kondom) dengan seseorang yang mengidap trichomoniasis atau dapat juga ditularkan melalui
perlengkapan mandi (handuk).
Gejala klinis

22
1. Asimtomatis pada sebagian wanita penderita trichomoniasis
2. Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar 50% penderita mengeluh
bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva dan dispareunia.
3. Pada pemeriksaan, sekitar 75% penderita dapat ditemukan kelainan pada vulva dan vagina. Vulva
tampak eritem, lecet dan sembab. Pada pemasangan spekulum terasa nyeri, dan dinding vagina
tampak eritem
4. Sekitar 2-5% serviks penderita tampak gambaran khas untuk trichomoniasis, yaitu berwarna
kuning, bergelumbung, biasanya banyak dan berbau tidak enak
5. Pemeriksaan pH vagina >4,5

Gambaran fluor albus pada Trichomonas vaginalis

c. Infeksi Bakteri
Vaginosis Bakterial (VB)
Vaginosis bakterial merupakan sindroma atau kumpulan gejala klinis akibat pergeseran
lactobacilli yang merupakan flora normal vagina yang dominan oleh bakteri lain, seperti Gardnerella
vaginalis, Prevotella spp, Mobilancus spp, Mycoplasma spp dan Bacteroides spp. Vaginosis bakterial
merupakan penyebab vaginitis yang sering ditemukan terutama pada wanita yang masih aktif secara
seksual, namun demikian Vaginosis bakterial tidak ditularkan melalui hubungan seksual.

Gejala klinis
1. Asimtomatik pada sebagian penderita vaginosis bakterialis
2. Bila ada keluhan umumnya berupa cariran yang berbau amis seperti ikan terutama setelah
melakukan hubungan seksual
3. Pada pemeriksaan didapatkan jumlah duh tubuh vagina tidak banyak, berwarna putih,
keabu-abuan, homogen, cair, dan biasanya melekat pada dinding vagina

23

Gambaran Fluor albus akibat Vaginosis bakterial

4. Pada vulva atau vagina jarang atau tidak ditemukan inflamasi


5. Pemeriksaan pH vagina >4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh vagina tercium
bau amis (whiff test)
6. Pada sediaan apus vagina yang diwarnai dengan pewarnaan gram ditemkan sel epitel
vagina yang ditutupi bakteri batang sehingga batas sel menjadi kabur (clue cells)
Diagnosis vaginosis bakterial dapat ditegakkan bila ditemukan tiga dari empat gejala
berikut (Kriteria Amsell) :
a.
b.
c.
d.

Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina


pH vagina > 4,5
Whiff test (+)
Ditemukan clue cell pada pemeriksaan mikroskopik.

d. Infeksi Gonnore
Gonore merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh N. gonnorrheae pada traktus genitalis dan
organ tubuh lainnya seperti konjungtiva, faring, rektum, kulit, persendian, serta organ dalam. Ditularkan
melalui hubungan seksual. Pada wanita, N. gonnorrhoeae pertama kali mengenai kanalis servikalis. Selain
itu dapat mengenai uretra, kelenjar skene, dan kelenjar bartholini. Masa inkubasi bervariasi, umumnya 10
hari.
Gejala klinis :
1. Asimtomatik pada lebih dari sebagian penderita gonore
2. Bila ada keluhan umunya cairan vagina jumlahnya meningkat, menoragi atau perdarahan
intermenstrual
3. Pada penderita yang menunjukan gejala biasanya ditemukan duh tubuh serviks yang
mukopurulen. Serviks tampak eritem, edem, ektopi dan mudah berdarah saat pengambilan bahan
pemeriksaan
e. Chlamidia trachomatis
Penyakit yang disebabkan oleh Chlamidia trachomatis sebagian besar serupa dengan gonore.
Pada wanita, traktus genitalis yang paling sering terinfeksi oleh C. trachomatis adalah endoserviks. Pada
60 % penderita biasanya asimtomatik (silent sexually transmitted disease).

24

Gambaran Mikroskopis Chlamidia trachomatis

Gejala klinis
1. Bila penderita yang mempunyai keluhan, biasanya tidak khas dan serupa dengan keluhan
servisitis gonore, yaitu adanya duh tubuh vagina
2. Pada pemeriksaan inspekulo sekitar 1/3 penderita dijumpai duh tubuh servks yang
mukopurulen, serviks tampak eritem, ektopi dan mudah berdarah pada saat pengambilan
bahan pemeriksaan dari mukosa endoserviks

Gambaran pemeriksaan spekulum pada infeksi Chlamidia trachomatis

LO. 2.5 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding


Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis yang harus diperhatikan :
a. Usia
Harus dipikirkan pengaruh estrogen. Pad abayi wanita atau wanita dewasa, flour albus
yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen yang tinggi dan merupakan flour albus yang
fisiologis. Wanita pada usia reproduksi kemungkinan suatu PHS dan penyakit infeksi lainnya.
Pada waniyta yang lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker
serviks.
b. Metode kontrasepsi

25
Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks yang
mmerangsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.
c. Kontak seksual
Untuk mengantisipasi flour albus akibat PHS seperti GO, kondiloma akuminata, herpes
genitalia, dsb. Perlu ditanyakan kontak seksual terakhir dan dengan siapa.
d. Perilaku
Kemungkinan tertular penyakit infeksi karena kebiasaan kurang baik seperti tukar
menukar alat mandi atau handuk.
e. Sifat flour albus
Jumlah, bau, warna dan konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensi dan
telah berapa lama berlangsung.
f.

Tanya hamil atau menstrulasi


Pada keadaan ini flour albus yang terjadi merupakan hal yang fisiologis.

g. Masa inkubasi
Bila flour albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh zat kimia
ataupun pengaruh rangsangan fisik.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang khusus harus dilakukan adalah pemeriksaan genitalia yang meliputi :
inspeksi dan palpasi genitalia eksterna, pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina an serviks,
pemeriksaan pelvil bimanual. Untuk melihat cairan dining vagina, hindari kontaminasi dengan lendir
serviks.
Pada pemeriksaan gonokokus, pada orifisium urethra eksternus merah, edema, sekret yang
mukopurulen, labia mayor dapat bengkak, merah, nyri tekan.kadang-kadang kel. Bartolini ikut meradang
dan terasa nyeri saat berjalan dan duduk.
Pada Trikomonas vaginalis, dinding vagina merah dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil
pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai granulasi berwarna merah yang dikenal sebagai
strawberry appearence. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau
sekitar genitalia eksterna.
Infeksi Gardnerella vaginalis, vulva dan vagina hiperemis, sekret melekat pada dinding
vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis/berkilau. Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang
disertai lendir bercampur darah yang keluar dari ostium uteri internum.
Pada Herpes genitalis terlihat adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia mayor, minor, vagina
dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks.
Adanya benda asing dapat dilihat dengan adanya benda yang mengiritasi seperti IUD, tampon
vagina, pesarium, kondom yang tertinggal, dsb.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Penentuan pH
Penentuan pH dengan kertas indikator pH (normal : 3 - 4,5)
b. Penilaian sediaan basah
Trikomonas vaginalis terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk
lonjong dengan flagel adn gerakannya cepat. Kandida albicans terlihat jelas dengan KOH
10% tampak sel ragi (blastospora) atau hifa semu.

26
Gardnerella vaginalis, berkelompok basil, leukosit tidak banyak, sel epitel sebagian besar
permukaannya berbintil-bintil. Sel ini disebut clue cell yang merupakan ciri khas infeksi
Gardnerella vaginalis.
c. Pewarnaan gram
Lebih umum untuk infeksi jamur. Bisa untuk mendeteksi adanya Neisseria
gonorrhoeae memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra seluler. Gardnerella
vaginalis memberikan gambaran batang kecil gram negatif yang tidak dapat dihitung
jumlahnya dann banyak sel epitel dengan kokobasil tanpa ditemukan laktobasil.
d. Kultur
Dapat ditemukan etiologi secara pasti tapi seringkali tidak tumbuh sehingga harus
berhati-hati dalam penafsiran.
e. Pemeriksaan serologis
Untuk mendeteksi Herpes genitalis dan HPV.
f.

Pap smear
Untuk mendeteksi adanya keganasan pada serviks termasuk Human Papiloma Virus,
peradangan, sitologi hormonal dan evaluasi hasil terapi.

DIAGNOSIS BANDING

27

LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan


A. Farmakologis
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
2. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi
sesuai dengan penyebabnya.
3. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan
flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi
infeksi bakteri dan parasit
Tujuan pengobatan:
Menghilangkan gejala - Memberantas penyebabrnya- Mencegah terjadinya infeksi ulangPasangan diikutkan dalam pengobatan
Fisiologis : tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya
Pengobatan

28
1. Klotrimazol
Asal dan kimia
Berbentuk bubuk tidak berwarna yang praktis tidak larut dalam air, larut dalam
alkohol dan kloroform, sedikit larut dalam eter.
Aktivitas antijamur
Mempunyai aktivitas antijamur dan antibakteri dengan mekanisme kerja mirip
dengan mikonazol dan secara topikal digunakan untuk pengobatan tinea pedis, kruris dan
korporis yang disebabkan oleh T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum, dan M.canis dan
untuk tinea vesikolor. Juga untuk infeksi kulit dan vulvovaginitis yang disebabkan oleh
Candiada albicans.
Efek samping
Pada pemakaian topikal dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema, gatal dan
urtikaria.
Sediaan dan posologi
Tesedia dalam bentuk krim dan laritan dengan kadar 1% untuk dioleskan 2 kali
sehari. Krim vagina 1% untuk tablet vagina 100mg digunakan sekali sehari pada malam hari
selama 7 hari, atau tablet vaginal 500mg, dosis tunggal.
2. Metronidazol
a. Pada infeksi trikomonas vaginalis :
Diberikan peroral (2g sebagai dosis tunggal, 1g setiap 12 jam x 2 atau 250 mg tiga x
sehari selama 5-7 hari). Memiliki ES seperti mual kadang-kadang muntah, rasa seperti logam
dan intoleransi terhadap alkohol. Metronidazol tidak boleh diberikan pada trimester pertama
kehamilan.
Pada kasus sensitivitas dpt dipakai klotrimazol topikal.
b. Pada infeksi gardnerella vaginalis:
Dapat diberikan 500 mg 2 x sehari selama seminggu dan lebih baik juga
direncanakan mitra seksual
3. Penisilin
Absorbsi:
a. Ampisilin pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan
dalam saluran cerna.
b. Amoksisilin lebih baik diberikan oral ketimbang ampisilin karena tidak terhambat
makanan dalam absorbsinya.
Biotransformasi dan ekskresi:
Biotransformasi penisilin umumnya dilakukan oleh mikroba berdasarkan berdasarkan
pengaruh enzim penisilinase dan amidase.
Efek Samping
a. Reaksi alergi paling sering dijumpai pada golongan penisilin bahkan golongan G khususnya
merupakan obat yang tersiring membuat alergi.
b. Nefropati efek nefrotoksik dari penisilin.
c. Syok anafilaksis dapat sesegera mungkin diberi larutan adrenalin 1:1.000 secara SK
sebanyak 0,3-0,4 ml.

29
d. Reaksi toksik dan iritasi local kulit kemerahan sebagian, suntikan IM membuat nyeri dan
peradangan pada lokasi pemberian obat. Efek toksik penisilin terhadap susunan saraf
menimbulkan gejala epilepsy grnad mal dan bias timbul karena pemberian IV dosis besar.
e. Reaksi jarisch-Herxheimer yang berat pada pemberian penisilin untuk pasien sifilis diduga
reaksi tubuh terhadap antigen spirochaeta.
Sediaan dan Posologi
Ampisilin
a. Tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul ampisilin trihidrat atau anhidrat 125 mg, 250 mg,
500 mg/5 mL
b. Dalam suntuikan 0,1; 0,25; 0,5; dan 1 gram per vial.
Amoksisilin
Dalam bentuk kapsul atau tablet berukuran 125, 250, dan 500 mg dan sirup 125 mg/ 5
mL. Dosis dapat diberikan 3 kali 250-500 mg sehari.

Antibiotik : Monobaktam, Aztreonam


Mekanisme Kerja:
1. Bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel kuman seperti antibiotic betalaktam lainnya
2. Mudah menembus dinding dan membrane sel kuman gram-negatif aerobic dan kemudian
mengikat erat penicillin-binding-profein 3 (=PBP 3). Pengaruh interaksi tersebut pada kuman
ialah terjadi perubahan bentuk filament, pembelahan sel terhambat dan mati.
Farmakokinetik:
1. Aztreonam harus diberikan secara IM atau IV, karena tidak diabsorbsi melalui saluran cerna.
2. Kadar puncak dalam serum darah pada pemberian 1 g IM dalam waktu 60 menit mencapai 46
microgram/mL.
3. Obat didistribusi luas ke dalam berbagai jaringan dan cairan tubuh yaitu synovial, pleural, pericardial,
peritoneal, cairan lepuh, sekresi bronkus, tulang, empedu hati, paru-paru, ginjal, otot, endometrium
dan usus.
4. Ekskresi melalui filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus ginjal dalam bentuk utuh, yaitu sekitar 70%
dosis yang diberikan.
5. Sekitar 7% obat dmetabolisme dan metabolitnya kemudian diekskresi melaui urin. Hanya 1% yang
melalui tinja dalam bentuk utuh.
Indikasi:
1. Efektif untuk infeksi berat kuman gram negative aerobic.
2. Infeksi saluran kemih dengan komplikasi, saluran napas bawah, kulit dan struktur kulit, alat
kelamin, intra abdomen, tulang dan bakteremia pada dewasa dan anak.
Efek Samping:
Tidak banyak berbeda dengan ES dari antibiotic betalaktam lainnya, penggunaan neonates
secara rutin tidak dianjurkan.
Posologi:
1. Aztreonam diberikan secara suntikan IM yang dalam, bolus IV perlahan-lahan atau infuse
intermiten dengan periode 20 sampai 60 menit.

30
2. Dosis dewasa 1-8 g/hari, dibagi untuk pemberian setiap 6 sampai 12 jam. Untuk infeksi
saluran kemih 500 mg atau 1 g setiap 8-12 jam.
3. Pemberian IV dianjurkan untuk yeng memerlukan dosis lebih dari 1 g misalnya pasien
septisemia bacterial, abses intra-abdominal, peritonitis atau infeksi sistemik berat lainnya.
B. Non farmakologis
Pasangan seksual juga harus diobati walaupun tidak ditemukan gejala klinik, hubungan seks
selama masa pengobatan sebaiknya dihindari, hindari pemakaian barang-barang yang mudah
menimbulkan fluor albus rekuren.
LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
Infertilitas/masalah kesuburan; pelvic inflamatori disease; vulvovaginitis, uretritis; pada wanita hamil
dapat menyebabkan bayi prematur, gangguan perkembangan dan berat badan lahir rendah (BBLR)
terutama akibat bacterial vaginosis dan infeksi Trichomonas; serta dapat memfasilitasi terjadinya HIV.
LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan
dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan perawatan kesehatan akan
menentukan pengobatan yang lebih efektif
LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
Menurut Army (2007), beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keputihan patologis
antara lain :
a. Menjaga kebersihan, diantaranya:
1). Mencuci bagian vulva (bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering untuk
mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur;
2). Saat menstruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembab;
3). Menggunakan sabun non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina;
4). Menghindari penggunaan cairan pembersih kewanitaan yang mengandung deodoran dan bahan
kimia terlalu berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat
merangsang munculnya jamur atau bakteri;
5). Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan ke belakang untuk
mencegah penyebaran bakteri dari anus ke vagina;
6). Menjaga kuku tetap bersih dan pendek. Kuku dapat terinfeksi Candida akibat garukan pada kulit
yang terinfeksi. Candida yang tertimbun dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi
atau cebok.
b. Memperhatikan pakaian, diantaranya:
1). Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segera diganti dengan yang
kering dan bersih;
2). Menghindari pemakaian pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat karena dapat
meningkatkan organ kewanitaan;
3). Tidak duduk dengan pakaian basah (misalnya: selesai olahraga dan selesai renang karena jamur
lebih senang pada lingkungan yang basah dan lembab;
4). Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap kelembaban dan menjaga
agar sirkulasi udara tetap terjaga.
c. Mengatur gaya hidup, diantaranya:
1). Menghindari seks bebas atau bergantiganti pasangan tanpa menggunakan alat pelindung seperti
kondom;
2). Mengendalikan stres;
3). Rajin berolahraga agar stamina tubuh meningkat untuk melawan serangan infeksi;

31
4). Mengkonsumsi diit yang tinggi protein. Mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat karena
dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan;
5). Menjaga berat badan tetap ideal dan seimbang. Kegemukan dapat membuat kedua paha tertutup
rapat sehingga mengganggu sirkulasi udara dan meningkatkan kelembaban sekitar vagina;
6). Apabila mengalami keputihan dan mendapatkan pengobatan antibiotik oral (yang diminum)
sebaiknya mengkonsumsi antibiotik tersebut sampai habis sesuai dengan yang diresepkan agar bakteri
tidak kebal dan keputihan tidak datang lagi;
7). Apabila mengalami keputihan yang tidak normal segera datang ke fasilitas pelayanan kesehatan
agar segera mendapatkan penanganan dan tidak memperparah keputihan.
Menurut Dalimartha beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mencegah keputihan antara
lain :
a. Menjaga kebersihan organ genitalia. Salah satunya dengan mengganti pakaian dalam dua kali sehari.
b. Dalam keadaan haid atau memakai pembalut wanita, mengunakan celana dalam harus yang pas
sehingga pembalut tidak bergeser dari belakang ke depan.
c. Cara cebok / membilas yang benar adalah dari depan kebelakang. Jika terbalik, ada kemungkinan
masuknya bakteri atau jasad renik dari dubur ke alat genitalia dan saluran kencing.
d. Menghindari penggunaan celana dalam yang ketat atau dari bahan yang tidak menyerap keringat seperti
nilon, serta tidak memakai celana yang berlapislapis atau celana yang terlalu tebal karena akan
menyebabkan kondisi lembab disekitar genitalia. Keadaan yang lembab akan menyuburkan
pertumbuhan jamur. Usahakan memakai celana dalam dari bahan katun atau kaos.
e. Usahakan tidak memakai celana dalam atau celana orang lain. Karena hal ini memungkinkan terjadinya
penularan infeksi jamur Candida, Trichomonas, atau virus yang cukup besar

LI.3 Memahami dan menjelaskan pemeriksaan Pap Smear


Definisi
Papanikolaou test atau Pap smear adalah metode screening ginekologi,Dicetuskan oleh
Georgios Papanikolaou, untuk menemukan proses-proses premalignant dan malignant di ectocervix,
dan infeksi dalam endocervix dan endometrium. Pap smear digunakan untuk mendeteksi kanker rahim
yang disebabkan oleh human papillomavirus atau HPV. Wanita yang aktif secara seksual disarankan
menjalani Pap smear sekali setahun.
Pengambilan specimen dengan memasukkan speculum ke vagina pasien untuk mengambil
sample dari cervix. Pap smear biasanya tidak dilakukan selama menstruasi. Prosedur ini dapat
menimbulkan sedikit rasa sakit, namun hal ini bergantung kepada anatomi pasien, faktor psikologi,
dan lain-lain. Sample kemudian diuji di laboratorium dan hasil diperoleh dalam waktu sekitar 3
minggu. Sedikit pendarahan, kram, dan lain-lain dapat terjadi sesudahnya.
Di Indonesia, pap smear dianjurkan untuk dilakukan secara rutin bagi wanita yang sudah
melakukan hubungan seksual dan berusia lebih dari 25 tahun hingga 60 tahun. Sebaiknya, pap smear
dilakukan setiap tahun atau bila hasil pemeriksaan dua kali berturut-turut normal, pemeriksaan boleh
dilakukan dua tahun sekali.
Manfaat
Pap Smear berguna untuk mendeteksi secara dini kanker mulut rahim (karsinoma serviks).
Kanker mulut rahim yang ditemukan pada stadium dini atau masih terbatas di daerah mulut rahim,
relatif lebih mudah pengobatannya dan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh,
dibanding dengan kanker mulut rahim stadium lanjut.
Waktu untuk dilakukan pap smears

32
Pemeriksaan Pap Smear dilakukan paling tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah
menikah atau yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri
sampai usia 70 tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk
melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 3 hari sebelum pemeriksaan
dilakukan dan tidak sedang menggunakan obat obatan vaginal.
Indikasi pap smears
Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada wanita setelah
kanker payudara. Kanker ini termasuk penyebab kematian terbanyak akibat kanker. Secara
internasional setiap tahun terdiagnosa 500.000 kasus baru. Seperti halnya kanker yang lain, deteksi
dini merupakan kunci keberhasilan terapi, semakin awal diketahui, dalam artian masih dalam stadium
yang tidak begitu tinggi atau bahkan baru pada tahap displasia atau prekanker, maka penanganan dan
kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar. Meskipun sekarang ini sensitivitas dari pap smear ini
ramai diperdebatkan dalam skrening kanker leher rahim, Pap smear ini merupakan pemeriksaan non
invasif yang cukup spesifik dan sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan pada sel-sel di leher
rahim sejak dini, apalagi bila dilakukan secara teratur. Cervicography dan tes HPV DNA diusulkan
sebagai metode alternatif bagi skrening kanker leher rahim ini, karena kombinasi antara pap smear
dan cervicography atau tes HPV DNA memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dibanding pap smear
saja.
Siapa saja yang perlu melakukan pemeriksaan pap smears
Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk melakukan pap smear untuk pertama kali
kira-kira 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual yang pertama kali. American College of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan pap smear dilakukan setiap tahun bagi
wanita yang berumur 21-29 tahun, dan setiap 2-3 tahun sekali bagi wanita yang berumur lebih dari 30
tahun dengan catatan hasil pap testnya negatif 3 kali berturut-turut. Namun apabila seorang wanita
mempunyai faktor resiko terkena kanker leher rahim (misalnya : hasil pap smear menunjukkan
prekanker,terkena infeksi HIV, atau pada saat hamil ibu mengkonsumsi diethylstilbestrol (DES)) maka
pap smear dilakukan setiap tahun tanpa memandang umur. Batasan seorang wanita untuk berhenti
melakukan pap smear menurut American Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah berumur 70
tahun dan hasil pap smear negatif 3 kali berturut-turut selama 10 tahun.
Persiapan sebelum melakukan pap smears
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pap smear antara lain :
Hindari melakukan hubungan seksual, gurah vagina, penggunaan kream dan jelly 2 hari sebelum pap
smear karena dapat menyamarkan hasil pemeriksaan.
Meskipun pap smear ini dapat dilakukan pada saat menstruasi, namun disarankan untuk
melakukannya pada saat tidak menstruasi, karena akan menyulitkan pameriksaan.
Prosedur pap smears
Pemeriksaan pap smear hanya berlangsung beberapa menit dan tidak menyakitkan, dokter
akan menyuruh pasien membuka pakaian bagian bawah dan pasien terlentang di tempat tidur periksa
dengan posisi lithotomy (kaki membuka dan lutut menekuk seperti posisi pada saat
melahirkan).Dokter akan memasukkan alat bernama spekulum (cocor bebek) ke dalam vagina untuk
membuka vagina sehingga dokter dapat memeriksa kondisi leher rahim, kemudian dokter akan
mengambil sampel sel yang ada pada leher rahim dengan menggunakan Aylesbury spatula atau
endocervical brush atau semacam sapu lidi kecil dari plastik untuk mengumpulkan sel-sel tersebut.
Kemudian dokter akan memproses sel-sel tersebut, tergantung metode yang digunakan apakah
konvensional pap smear (sel-sel tadi akan dibuat hapusan tipis secara langsung pada slide dari kaca
baru difiksasi) atau liquid-based cytology (sel-sel tadi dimasukkan ke dalam wadah yang berisi cairan
khusus biasanya berbasis etanol untuk menjaga kondisi sel-sel tersebut, kemudian sampel tadi dibawa
ke laboratorium patologi anatomi untuk dibuatkan hapusan tipis sel).Setelah dibuat hapusan sel, slide
kaca tadi dicat dengan metode Papanicolau dan didiagnosis oleh dokter spesialis patologi anatomi

33
dengan menggunakan mikroskop. Kedua metode tersebut tidak mempunyai perbedaaan yang
bermakna. Setelah melakukan pap smear pasien dapat langsung melanjutkan aktivitasnya.
1.
2.

Ada 2 cara pemeriksaan Pap Smear:


Konvensional
Berbasis cairan atau Liquid

A. Keterbatasan pemeriksaan Sitologi Konvensional :


Sampel tidak memadai karena sebagian sel tertinggal pada brus (sikat untuk pengambilan
sampel), sehingga sampel tidak representatif dan tidak menggambarkan kondisi pasien
sebenarnya
2. Subyektif dan bervariasi, dimana kualitas preparat yang dihasilkan tergantung pada
operator yang membuat usapan pada kaca benda
3. Kemampuan deteksi terbatas (karena sebagian sel tidak terbawa dan preparat yang
bertumpuk dan kabur karena kotoran/faktor pengganggu)
1.

B. Pemeriksaan Sitologi Berbasis Cairan/Liquid


Merupakan metode baru untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-sel leher
rahim. Dengan metode ini, sampel (cara pengambilan sama seperti pengambilan untuk sampel
sitologi biasa/Pap Smear) dimasukkan ke dalam cairan khusus sehingga sel atau faktor
pengganggu lainnya dapat dieliminasi. Selanjutnya, sampel diproses dengan alat otomatis lalu
dilekatkan pada kaca benda kemudian diwarnai lalu dilihat di bawah mikroskop oleh seorang
dokter ahli Patologi Anatomi.
Keungulan pemeriksaan sitologi berbasis cairan/Liquid :
a. Sampel memadai karena hampir 100 % sel yang terambil dimasukkan ke dalam cairan
dalam tabung sampel
b. Proses terstandardisasi karena menggunakan prosesor otomatis, sehingga preparat
(usapan sel pada kaca benda) representatif, lapisan sel tipis, serta bebas dari
kotoran/pengganggu
c. Meningkatkan kemampuan/keakuratan deteksi awal adanya kelainan sel leher rahim
d. Sampel dapat digunakan untuk pemeriksaan HPV-DNA

Klasifikasi Pap Smear


Negative: tidak ditemukan sel ganas.

Klasifikasi menurut Papanicolau adalah sebagai berikut :


a. Kelas I : Hanya ditemukan sel-sel normal.
b. Kelas II : Ditemukan beberapa sel atipik, akan tetapi tidak ada bukti keganasan.
c. Kelas III : Gambaran sitologi mengesankan ,tetapi tidak konklusif keganasan.
d. Kelas IV : Gambaran sitologi yang mencurigakan keganasan.

34
e. Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan. (Tim PKTP RSUD Dr.
Soetomo/FK UNAIR, 2000).

Interpretasi hasil pap test menurut Papanicolaou:


1) Kelas I : Identik dengan normal smear pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
2) Kelas II : Menunjukkan adanya infeksi ringan non spesifik, kadang disertai:
(a) Kuman atau virus tertentu.
(b) Sel dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan ulang 1 tahun lagi, pengobatan yang sesuai dengan kausalnya
Bila ada erosi atau radang bernanah, pemeriksaan ulang 1 bulan setelah pengobatan.

3) Kelas III : Ditemukannya sel diaknostik sedang dengan keradangan berat. Periksa ulang 1
bulan sesudah pengobatan

4) Kelas IV : Ditemukannya sel-sel yang mencurigakan ganas dalam hal demikian dapat
ditempuh 3 jalan, yaitu:
(a) Dilakukan biopsi.
(b) Dilakukan pap test ulang segera, dengan skreping lebih dalam diambil 3 sediaan
(c) Rujuk untuk biopsi konfirmasi.

5) Kelas V : Ditemukannya sel-sel ganas. Dalam hal ini seperti ditempuh 3 jalan seperti pada
hasil kelas IV untuk konfirmasi. (Tim PKTP RSUD Dr. Soetomo/FK UNAIR, 2000).

Alat-alat yang diperlukan untuk pengambilan pap test yaitu :

35
1) Formulir konsultasi sitologi.
2) Spatula ayre yang dimodifikasi dan cytobrush.
3) Kaca benda yang pada satu sisinya telah diberikan tanda/label.
4) Spekulum cocor bebek (gravels) kering.
5) Tabung berisikan larutan fiksasi alcohol 95 %. (Arif Mansjoer, 2000).

Cara pengambilan sediaan :


1) Sebelum memulai prosedur, pastikan bahwa label wadah specimen diisi, pastikan bahwa preparat
diberi label yang menulis tanggal dan nama serta nomor identitas wanita.
2) Gunakan sarung tangan.
3) Insersi spekulum dengan ukuran tepat, visualisasi serviks, fiksasi speculum untuk memperoleh
pajanan yang diperoleh. Pastikan secara cermat membuang setiap materi yang menghalangi
visualisasi serviks/ mengganggu studi sitologi.
4) Salah satu dari 4 metode pengumpulan spesimen berikut untuk apusan pap dapat digunakan :
(a) Tempatkan bagian panjang ujung spatula kayu yang ujungnya sedikit runcing/ pengerik
plastic mengenai dan masuk ke dalam mulut eksterna serviks dan tekan. Ambil specimen
kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh
(b) Ujung kapas aplikator berujung kapas dilembabkan dengan normal saline, insersi aplikator
tersebut ke dalam saluran serviks 2 cm dan putar 3600.
(c) Insersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran serviks dan putar 90-1800.
(d) Gunakan kombinasi metode untuk metode memasukkan spatula.

5) Sebarkan sel-sel pada preparat yang sudah diberi label. Apabila sel-sel dikumpulkan pada spatula
kayu, tempatkan satu sisi diatas dekat label diatas setengah bagian atas preparat dan usap 1 kali
sampai ke ujung preparat. Kemudian balikkan spatula dan tempatkan sisi datar lain dekat label pada
setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat.

6) Segera semprot preparat dengan bahan fiksasi/ masukkan bahan tersebut didalam tabun berisi
larutan fiksasi.(Helen Varney, 2007).

7) Bila fasilitas pewarnaan jauh dari tempat praktek sederhana, dapat dimasukkan dalam
amplop/pembungkus yang dapat menjamin kaca sediaan tidak pecah. Dengan pengambilan sediaan
yang baik, fiksasi dan pewarnaan sediaan baik serta pengamatan mikroskopik yang cermat,
merupakan langkah yang memadai dalam menegakkan diagnosis. (Ramli,dkk, 2000).

36
Interpretasi hasil
Hasil pemeriksaan pap smear dikategorikan berdasarkan Bethesda sistem, secara garis besar
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.
Negative for Intraepithelial Lesion or Malignancy
2.
Epithelial Cell Abnormalities
3.
Atypical glandular cells (AGC)
4.
Other
Beberapa kemungkinan dari hasil pemeriksaan pap smear adalah sbb :
1

Infeksi, proses yang amat sering bersarang pada mulut rahim. Sebagian besar kasusnya tanpa
gejala. Kadang-kadang satu-satunya keluhan yang muncul adalah keputihan. Sekalipun
mayoritas kasus boleh dikata tidak berbahaya, sebagian kecil dapat muncul dalam intensitas
yang tergolong berat. Dokter akan menelusuri penyebabnya dan memberi terapi yang spesifik.
Jika dianggap perlu pap smear ulangan, mesti dikerjakan dalam waktu 6 bulan untuk melihat
atau mengevaluasi apakah radang sudah menyembuh.

ASCUS (atypical squamous cells of undetermined significance) yang artinya ada sedikit
kelainan atau abnormalitas pada sel-sel mulut rahim. Pasien sering dibuat cemas dan tidak
bahagia oleh konklusi ini karena makna dari hasil pemeriksaan ini masih belum jelas. Karena
itu, langkah yang berikutnya ditempuh ialah dengan melakukan pap smear ulangan setiap 6
bulan selama dua tahun. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan tambahan yang disebut
kolposkopi, yaitu peneropongan langsung mulut rahim dengan mikroskop.

Karsinoma intra-epitelial, lingkup kelainan ini ialah diplasia hingga neoplasia yang terbatas
pada sel-sel permukaan. Displasia ialah kelainan prakanker yang sifatnya reversible. Namun
begitu, jika ia tidak diobati dapat timbul transformasi menuju keganasan.

Karsinoma invasif. Pada akhirnya sel kanker tumbuh menembus melewati lapisan epitel
permukaan, masuklah kita pada stadium invasif. Pada tahap ini penyembuhan menjadi jauh
lebih sulit.

Tindak lanjut
Jika hasil pap smear negatif yang berarti tidak ditemukan adanya abnormal sel, maka tidak
diperlukan terapi sampai jadwal pap smear yang berikutnya
a. Apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti ditemukan adanya sel yang abnormal,maka
penanganannya tergantung pada tipe sel yang ditemukan.
b. Apabila ditemukan displasia atau prekanker dokter akan melakukan kolposkopi menggunakan
mikroskup untuk memeriksa area leher rahim dan melakukan biopsi.
c. Apabila hasil biopsi juga menunjukkan displasia maka dokter kandungan akan melakukan
cryosurgery atau cone biopsi sebagai terapi terhadap displasia tersebut.
d. Apabila ditemukan keganasan dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk
menentukan stadium dari keganasan tersebut dan akan melakukan terapi sesuai stadium yang
ditemukan.
LI.4 Memahami dan menjelaskan thaharah Keputihan
Cairan yang keluar dari kemaluan akibat adanya rangsangan, tatapan, lintasan pikiran, atau keinginan untuk
jima di mana keluarnya tidak disertai perasaan nikmat disebut dengan madzi.
Menurut para ulama madzi hukumnya najis. Kalau terkena badan, wajib dicuci. Namun kalau terkena pakaian
cukup dengan diperciki air sebagaimana tuntunan Nabi saw. Ali ra berkata, "Aku sering mengeluarkan madzi.
Maka kusuruh seseorang untuk bertanya kepada Nabi saw karena kedudukan puterinya. Maka orang itupun
bertanya. Nabi saw menjawab, 'Berwuduklah dan basuhlah kemaluanmu!'" (HR al-Bukhari)

37
Sementara terkait dengan keputihan, maka sebagian ulama menyamakannya dengan darah istihadah
(penyakit). Dan sesuai dengan kaidah fikih bahwa keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur membatalkan
wudhu maka demikian pula dengan keluarnya keputihan. Keputihan membatalkan wudhu. Kalau darah
keputihan itu membasahi pakaian, maka harus dibersihkan.
Jika keputihan terus-menerus keluar bahkan ketika salat, maka ada keringanan yang diberikan oleh agama.
Wanita yang mendapatkan keputihan terus-menerus semacam itu cukup berwudhu setiap kali melaksanakan
shalat fardhu. Kalaupun darah keputihannya keluar lagi di saat salat, salatnya tidak batal.

38

DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick, &Adelbergs. Vaginosis Bacterial, Trichomonas: Jawetz, Melnick, &Adelbergs. Vaginosis
Bacterial, Trichomonas: Medical Microbiology Medical Microbiology Ed. 22nd.
Sofwan, Achmad. Sistem Reproduksi. 2011. FK YARSI: Jakarta
Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada alat genital
wanita in Ilmu Kandungan. 2009. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirodihardjo : Jakarta
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://geagreen.blog.com/files/2011/09/ovarium.jpg&imgrefu,
(online), diakses tanggal 23 Oktober 2013.
http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://www.highlands.edu/academics/divisions/scipe/biology/faculty/harnden/2122/images/ovary.jpg,
(online), diakses tanggal 23 Oktober 2013.
http://www.patient.co.uk/doctor/Vaginal-Discharge.html

Anda mungkin juga menyukai