Anda di halaman 1dari 36

LI 1: Fisiologi kehamilan

LO 1.1: Fertilisasi, Nidasi, dan Plasentasi


Embriogenesis
Embriogenesis adalah proses pembentukan dan perkembangan embrio. Proses ini merupakan
taha-pan perkembangan sel setelah mengalami pembuahan atau fertilisasi. Embriogenesis
meliputi pembelahan sel dan pengaturan di tingkat sel. Sel pada embriogenesis disebut sebagai
sel embrio-genik. Pembuahan pada saat kopulasi antara pria dan wanita (coitus) dengan
ejakulasi, pria mengeluarkan 300-400 juta sel sperma dari saluran reproduksi di dalam vagina
wanita. Proses pembuahan terjadi didalam tuba fallopi.
Tahap Embrionik
1. Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi didaerah ampulla tuba
fallopii. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke
dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba.
Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi dan
reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang pada
manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu ini, suatu selubung dari glikoprotein dari
protein-protein plasma segmen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom
sperma-tozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan
mengalami reaksi akrosom. Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan
diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Fase fertilisasi mencakup fase 3 fase:

Penembusan korona radiata. Spermatozoa-spermatozoa yang mengalami kapasitasi tidak


akan sulit untuk menembusnya.
Penembusan zona pelusida. Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein yang mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi kromosom. Hanya 1
spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa yang ada di saluran kelamin yang
berhasil menembus zona pelusida. Saat spermatozoa masuk ke dalam membrane oosit,
spermatozoa lain tidak akan bisa masuk lagi karena aktifasi dari enzim oosit sendiri.
Fusi oosit dan membran plasma. Spermatozoa bergerak masuk ke membrane oosit dan
mencapai inti oosit. Perlu diketahui bahwa spermatozoa dan oosit masing-masing
memiliki 23 kromosom (haploid), selama masa penyatuan masing-masing pronukleus
melakukan sintesis DNA. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam
gelendong untuk melakukan pembelahan secara mitosis yang normal. Dua puluh tiga
kromosom dari ibu dan dua puluh tiga kromosom dari ayah membelah sepanjang
sentromer, dan kromatid-kromatid yang berpasangan tersebut saling bergerak ke kutub

yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai


jumlah kromosom yang normal.
2. Fase Embrionik (Fase Pembelahan)
Fase Embrionik yaitu fase pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio
yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk
betina. Fase embrionik terbagimenjadi 3 fase, yaitu:

Fase Morula
Morula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan selterus menerus.
Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat. Morulasi yaitu proses
terbentuk-nya morula. Dalam fase ini zigot membelah secaramitosis berturut-turut
sehingga menjadi 2, 4, 8, 16 dan akhirnya 32 buah sel.

Gambar. Pemebelahan Sel

Pembentukan morula bukanlah proses pertumbuhan yang sebenarnya, melainkan murni


perbanyakan sel untuk melipatgandakan material genetika untuk pembentukan kembali
hubungan inti-plasma dan pembentukan elemen sel yang sesuai dan lebih kecil untuk
proses pertumbuhan dan diferensiasi. Yang juga terjadi dalam jumlah ganjil pada
blastomer (2,3,5,9,dst.) selama berlangsung morulasi pada manusia. Alur pembelahan
pertama terjadi pada pengembaraan sel benih di tuba.

Fase Blastula
Stadium pembelahan terjadi pada saat embrio digerakkan kedalam uterus. Blastula adalah
bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan. Bentuk blastula
ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak
beraturan. Pada awal pembelahan sel yang terjadi segera setelah pembuhaan, sel yang
berukuran besar ini membagi dirinya memalui pembelahan mitosis yang berulang kali.
Sel-sel hasil pembelahan ini dinamakan balstomer. Pada fase blastulla ditandainya
dengan terjadinya pembentukan rongga tubuh dan jaringannya disebut balstokista. Di
dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosel tetapi salah satu
kutubnya lebih tebal tersusun oleh lebih banyak sel yang paling luar disebut
trofektoderm, sedangkan kumpulansel pada salah satu kutup disebelah dalam
trofektoderm disebut kumpulan sel-sel dalam (inner cell mass).

Zona pelusida, yang sampai waktu tertentu melindungi sel benih sebelum terjadinya implantasi
di selaput lender tuba, sekarang terlepas bagian perbagian sehingga blastokista yang perlahan-

lahan menjadi besar memalui penumpukan cairan.Kirakira pada hari ke 6 setelah konsepsi (yaitu pada hari ke
20 setelah mentruasi terakhir setelah siklus 28 hari)
balstokista mulai bersarang di selaput lender uterus
(implantasi). Hal tersebut terjadi melalui peluruhan epitel
uterus, antara lain memalui enzim proteolitik sel trofobal
dan penetrasi membrane basal epitel uterus. Implantasi
terjadi selalu di sisi blastokista tempat embrioblas berada.
Pada perkembangan hari ke-8, blastokista sebagian
terbenam di dalam stroma endometrium.Pada daerah di
atas embrioblast, trofoblast berdiferensiasi menjadi 2
lapisan: (a) sitotrofoblast ,(b) sinsitiotrofoblast.
Trofoblast
mempunyai
kemampuan
untuk
menghancurkan dan mencairkan jaringan permukaan
endometrium dalam masa sekresi, yaitu sel-sel decidua.
Sel-sel dari embrio-blast juga berdiferensiasi menjadi dua
lapisan, yaitu lapisan hipoblast dan epiblast. Sel-sel dari
masing-masing lapisan mudigah membentuk sebuah
cakram datar dan keduanya dikenal sebagai cakram
mudigah bilaminer.
Pada saat yang sama terdapat rongga kecil muncul di dalam epiblast, dan rongga ini membesar
menjadi rongga amnion. Pada hari ke-9, blastokista semakin terbenam di dalam endometrium,
dan luka berkas penembusan pada permukaan epitel ditutup dengan fibrin, pada masa ini terlihat
proses lakunaris, dimana vakuola-vakuola pada sinsitium trophoblast menyatu membentuk
lakuna-lakuna yang besar. Sementara pada kutuban embrional, sel-sel gepeng bersama dengan
hipoblast mem-bentuk lapisan eksoselom (kantung kuning telur primitif). Pada hari ke-11 dan
12, blastokista telah tertanam sepenuhnya di dalam stroma endometrium. Trofoblast yang
ditandai dengan lacuna dan sinsitium akan membentuk sebuah jalinan yang saling berhubungan,
Sel-sel sinsitiotrofoblast menembus lebih dalam ke stroma dan merusak lapisan endotel
pembuluh-pembuluh kapiler ibu. Pembuluh-pembuluh rambut ini tersumbat dan melebar dan
dikenal sebagai sinusoid. Lakuna sinsitium kemudian berhubungan dengan sinusoid, dan darah
ibu mulai mengalir melalui system trofoblast, sehingga terjadilah sirkulasi uteroplasenta.Semetara itu, sekelompok sel baru muncul di antara permukaan dalam sitotrofoblast dan
permukaan luar rongga eksoselom. Sel-sel ini berasal dari kantong kuning telur dan akan
membentuk suatu jaringan penyambung yang disebut meso-derm ekstraembrional; di mana pada
akhirnya akan mengisi semua ruang antara trofoblast di sebelah luar dan amnion beserta selaput
eksoselom disebelah dalam.Segera setelah terbentuk rongga-ronga besar di dalam mesoderm
ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga ini menyatu, terbentuklah sebuah rongga baru, yang
dikenal dengan nama rongga khorion. Rongga khorion ini terbentuk dari sel-sel fibroblast
mesodermal yang tumbuh disekitar embrio dan yang melapisi trofoblast sebelah dalam. Rongga
ini mengelilingi kantung kuning telur primitive dan rongga amnion kecuali pada tempat cakram
mudigah berhubungan dengan trofoblast melalui tangkai peghubung.

Fase Gastrula

Gastrula adalah
semakin nyata
rongga tubuh.
dinding

berasal dari
fase gastrula.

bentukan

lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah


dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta
Pada fase ini terjadi pembentukan 3 lapisan pada
rahim, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm.
Gastrulasi yaitu proses pembentukan gastrula.
Organogenesis yaitu proses pembentukan organ-organ
tubuh pada makhluk hidup. Organ yang dibentuk ini
masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada

1. Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (system saraf),
integumen (kulit), rambut dan alat indera.
2. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat
reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
3. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan,
dan alat respirasi seperti pulmo.
Grastulasi pada manusia terjadi pada blastokista yang terdiri atas tropoblast dan masa sel dalam
yang merupakan bakal tumbuh embrio. Pemisahan pertama dari sel-sel pada masa sel dalam
adalah untuk pembentukan hipoblast, yang membatasi rongga blastula dan yang akan mejadi
endoderm kantung yolk. Sisa dari masa sel dalam yang terletak diatas hipoblast terbentu suatu
keping, yang disebut keping embrio. Epiblast memisahkan diri, dengan membentuk suatu rongga
yang disebut amnion, dari epiblast yang mengandung semua bahan untuk pembentukan
tubuhnya. Sambil epi-blast mengalami grastulasi. Sel-sel ekstraembrio mulai membentuk
jaringan khusus agar embrio dapat hidup dalam uterusinduk. Sel-sel tropoblast membentuk suatu
populasi sel dan membentuk sinsistropoblast. Sinsitropoblast memasuki permukaan uterus
sehingg tertanam dalam uterus. Uterus sebaliknya membentuk banyak pembuluh darah yang
berhubungan dengan sinsitio-ropoblast. Tidak lama sesudah ini, mesoderm meluas keluar
embrio. Pembuluh ini merupakan pembuluh darah dari tali puasat dan berda pada tangkai
penyokong. Jaringan tropoblast dengan mesoderm yang mengandung pembuluh darah dari tali
pusat berada pada tangki penyokong. Jaringan tropoblast dengan mesoderm yang mengandung
pembuluh darah disebut korion dengan dinding uterus membetuk plasenta. Korion dapat
berlekatan sekali dengan jaringan maternal, tetapi masih dapat berdekatan sekali atau dapat
berdekatan sangat erat sehingga kedua jaringan tidak dapat dipisahkan tanpa merusak jaringan
induk manpun fetus.
1. Amnion yaitu selaput yang berhubungan langsung dengan embrio danmenghasilkan
cairan ketuban. Berfungsi untuk melindungi embrio dariguncangan.
2. Korion yaitu selaput yang terdapat diluar amnion dan membentuk jonjot yang menghubungkan dengan dinding utama uterus. Bagian dalamnya terdapat pembuluh darah.
3. Alantois yaitu selaput terdapat di tali pusat dengan jaringan epithel menghilang dan
pembuluh darah tetap. Berfungsi sebagai pengatur sirkulasi embrio dengan plasenta,
mengangkut sari makanan dan O2,termasuk zat sisa dan CO2.

4. Sacus vitelinus yaitu selaput yang terletak diantara plasenta dan amnion yang merupakan
tempat munculnya pembuluh darah yang pertama.

Gambar. Pemebelahan sel dari morula sampai gastrula


https://www.scribd.com/doc/170269527/BAB-II

LO 1.2: Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Ibu hamil


PERUBAHAN FISIK
Perubahan sistim reproduksi
a. Uterus: Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami
hipertrofi dan hiper plasia, sehingga menjadi seberat 1.000 gram saat akhir kehamilan.
Dinding lebih tipis (dinding korpus uteri 1.5 cm/kurang). Perubahan pada isthmus uteri
menjadi lebih panjang dan lunak.
b. Serviks: Perubahan warna dan konsistensi.
c. Vagina dan vulva: Mengalami peningkatan sirkulasi darah karena pengaruh esterogen,
sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.
d. Ovarium: Ovulasi tidak terjadi. Terjadinya kehamilan indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta
yang sempurna pada usia 16 minggu.
e. Payudara: Nyeri, payudara bertambah besar karena hipertrofi alveoli mamae. Hiperpigmentasi areola.
Perubahan Sistim Sirkulasi
a.
b.
c.
d.

Denyut nadi menigkat waktu istirahat sekitar 10 15x/menit.


Apeks jantung berpindah sedikit ke lateral.
Bising sistolik pada saat aspirasi.
Kardiac output meningkat sekitar 30% tampak pada kehamilan 16 minggu.

e. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya agar mengimbangi pertumbuhan janin
dalam rahim tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume
darah se-hingga terjadi hemodilusi yang disertai anemi fisiologis.
Perubahan Sistim Respirasi
a. Tidal volum meningkat pergerakan diafragma lebih besar akibat dari dorongan rahim, ibu
hamil akan bernapas lebih dalam sekitar 20%-25% dari biasanya.
b. Penurunan PCO2 darah (alkalosis respiratorik). Pada ibu hamil akan terlihat napas cepat,
cepat lelah akibat dari kerja jantung dan paru paru lebih berat.
Perubahan Sistim Gastrointestinal
Selama periode kehamilan kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan
persiapan memberikan ASI. Perubahan metabolisme pada kehamilan antara lain :
a. Metabolisme basal naik sebesar 15% - 20% dari semula terutama trimester ke III.
b. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq/liter menjadi 145
mEq/liter karena hemodilusi darah dan kebutuhan mineral yang diperlukan janin.
c. Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
perkembangan organ kehamilan serta persiapan laktasi.
d. Kebutuhan kalori dan zat mineral meningkat, maka berat badan ibu hamil meningkat.
Oleh karena pengaruh estrogen pengeluaran asam lambung meningkat yang menyebabkan : air
liur berlebihan, daerah lambung terasa panas terjadi mual dan sakit kepala terutama pada pagi
hari (morning sickness), muntah berlebihan yang biasa disebut hiperimesis gravidarum, gerak
usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obsitipasi akibat hormon progesteron.
Perubahan Sistim Renal
a.
b.
c.
d.

GFR (glomerulus filtasi rate) dan aliran plasma ginjal meningkat.


Konsentrasi kreatinin dan urea plasma menurun
Glukosuria sehingga GFR turun dapat menimbulkan infeksi.
Pengaruh desakan hamil muda atau pembesaran rahim seiring bertambahnya usia kehamilan menekan kandung kemih dan turunnya kepala bayi pada hamil tua akan menyebabkan gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.

Perubahan Integumen
a.
b.
c.
d.

Striae gravidarum.
Distensi rekti.
Pigmentasi berupa linea nigra.
Cloasma gravidarum karena peningkatan hormon estrogen dan progesterone. Setelah
persalinan hiperpigmentasi ini akan menghilang.

PERUBAHAN PSIKOLOGIS
Trimester I

Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia
sedang mengandung. Beberapa ketidaknyamanan pada trimester pertama, seperti mual, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua ini dapat mencerminkan konflik dan
defresi yang ia alami dan pada saat bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilannya. Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara wanita yang satu dan
yang lain. Meski beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual, tetapi secara umum
trimester pertama merupakan waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan
komunikasi yang jujur dan terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak wanita merasakan
kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks.
Trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika wanita
merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil.
Trimester kedua sebenarnya terbagi atas dua fase: pra-quickening dan pasca-quickening.
Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan
bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamannya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Pada trimester kedua, mulai terjadi perubahan pada tubuh. Orang akan mengenali Anda sedang
hamil. Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang labih 80%
wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada
trimester pertama dan sebelum hamil.
Trimester III
Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini
wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak
sabar menanti kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir kapanpun.
Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala
persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi
dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera
dilahir-kan. Wanita tersebut lebih protektif terhadap bayinya. Sebagian besar pemikiran
difokuskan pada perawatan bayi. Ada banyak spekulasi mengenai jenis kelamin dan wajah bayi
itu kelak. Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ketiga.Wanita mungkin merasa cemas
dengan kehidupan bayi dan kehidupannya sendiri. Seperti: apakah nanti bayinya akan lahir
abnormal, terkait persalinan dan pelahiran (nyeri, kehilangan kendali, hal-hal lain yang tidak
diketahui), apakah ia akan menyadari bahwa ia akan bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar
karena perutnya sudah luar biasa besar, atau apakah organ vitalnya akan mengalami cedera
akibat tendangan bayi.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang semakin kuat menjelang akhir
kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat
besar dan konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat

seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan menghilang karena abdomennya yang
semakin besar menjadi halangan.
Purwaningsih W. Dan Fatmawati S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Nuha Medika. Yogyakarta

LO 1.3: Fisiologi Janin


A. Pertumbuhan dan perkembangan
Selama 8 minggu pertama, terminologi embrio digunakan terhadap perkembangan organisme
oleh karena pada masa ini semua organ besar sedang dibentuk, setelah 8 minggu, terminologi janin digunakan oleh karena sebagian besar organ sudah dibentuk dan telah masuk kedalam
tahap pertumbuhan dan perkembangan lanjut. Janin dengan berat 500 1000 gram (22-23
minggu) disebut imature. Dari minggu 28 36 disebut preterm dan janin aterm adalah bila
usia kehamilan lebih dari 37 minggu.
Kehamilan 8 minggu

Panjang 2.1 2.5 cm

Berat 1 gram

Bagian kepala lebih dari setengah tubuh janin

Dapat dikenali lobus hepar

Ginjal mulai terbentuk

Sel darah merah terdapat pada yolc sac dan hepar

Kehamilan 12 minggu

Panjang 7 9 cm

Berat 12 15 gram

Jari-jari memiliki kuku

Genitalia eksterna sudah dapat dibedakan antara laki dan perempuan

Volume cairan amnion 30 ml

Peristaltik usus sudah terjadi dan memilki kemampuan menyerap glukosa

Kehamilan 16 minggu

Panjang 14 17 cm

Berat 100 gram

Terdapat HbF

Pembentukan HbA mulai terjadi

Kehamilan 20 minggu

Berat 300 gram

Detik jantung dapat terdengar dengan menggunakan stetoskop delee

Terasa gerakan janin

Tinggi fundus uteri sekitar umbilikus

Kehamilan 24 minggu

Berat 600 gram

Timbunan lemak mulai terjadi

Viabilitas mungkin dapat tercapai meski amat jarang terjadi

Kehamilan 28 minggu

Berat 1050 gram, panjang 37 cm

Gerakan pernafasan mulai terlihat, surfactan paru masih sangat rendah

Kehamilan 32 minggu

Berat 1700 gram dan panjang 42 cm

Persalinan pada periode ini 5 dan 6 neonatus dapat bertahan hidup

Kehamilan 36 minggu

Berat 2500 gram dan panjang 47 cm

Gambaran kulit keriput lenyap

Kemungkinan hidup besar

Kehamilan 40 minggu

Berat 3200 3500 gram ; panjang 50 cm

Diameter biparietal 9.5 cm

B. Nutrisi intrauterin
Pertumbuhan janin ditentukan sejumlah faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan yang
penting adalah perfusi plasenta dan fungsi plasenta. Faktor gizi ibu bukan faktor terpenting,

kecuali pada keadaan starvasi hebat. Gangguan gizi menahun dapat menyebabkan terjadinya anemia dan BBLR ( berat badan lahir rendah )
Energi yang diperoleh janin dipergunakan untuk pertumbuhan dan terutama berasal dari glukosa.
Kelebihan pasokan karbohidrat di konversi menjadi lemak dan konversi ini terus meningkat
sampai aterm.
Sejak kehamilan 30 minggu, hepar menjadi lebih efisien dan mampu melakukan konversi
glukosa menjadi glikogen yang ditimbun di otot jantung otot gerak dan plasenta. Bila terjadi
hipoksia, janin memperoleh energi melalui glikolisis anerobik yang berasal dari dari cadangan
dalam otot jantung dan plasenta. Cadangan lemak janin dengan berat 800 gram (kehamilan 24
26 minggu) kira 1% dari BB ; pada kehamilan 35 minggu cadangan tersebut sekitar 15% dari bb.
Plasenta memiliki kemampuan untuk clears bilirubin dan produk metabolit lain melalui
aktivitas dari enzym transferase.
Janin menghasilkan protein spesifik yang disebut sebagai alfafetoprotein - afp dari hepar.
Puncak kadar AFP tercapai pada kehamilan 12 16 minggu dan setelah itu terus menurun
sampai aterm. Protein tersebut disekresi melalui ginjal janin dan ditelan kembali untuk
mengalami degradasi dalam usus. Bila janin mengalami gangguan menelan (misalnya pada janin
anensepalus atau kelainan lain) maka kadar serum afp tersebut meningkat.
C. Cairan amnion
Volume cairan amnion saat aterm kira-kira 800 ml dan pH 7.2
Polihidramnion (hidramnion): volume air ketuban > 2000 ml, dapat terjadi pada kehamilan
normal akan tetapi 50% keadaan ini disertai dengan kelainan pada ibu atau janin.
Oligohidramnion secara objektif ditentukan dengan pengukuran kantung terbesar dengan ultrasonografi yang menunjukkan angka kurang dari 2 cm x 2 cm atau jumlah dari 4 kuadran total
kurang dari 5 cm ( amniotic fluid index ). Oligohidramnion sering berkaitan dengan: Janin kecil,
Agenesis renal, Displasia traktus urinarius.
Amniotic fluid marker: Alfafetoprotein berasal dari janin, kadar AFP dalam cairan amnion
dan serum maternal mempunyai nilai prediktif yang tinggi dalam diagnosa prenatal NTDS dan
kelainan kongenital lain. Kadar MS-AFP yang tinggi menunjukkan adanya peningkatan kadar
protein cairan amnion dan kemungkinan adanya NTDS
D. Sistem kardiovaskular
Perubahan mendadak dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan penyesuaian
sirkulasi neonatus berupa :

Pengalihan aliran darah dari paru,

Penutupan ductus arteriosus bottali dan foramen ovale serta

Obliterasi ductus venosus arantii dan vasa umbilikalis.

E. Sirkulasi Bayi
Sirkulasi bayi terdiri dari 3 fase :

Fase intrauterin dimana janin sangat tergantung pada plasenta.

Vena umbilikalis membawa darah yang teroksigenasi dari plasenta menuju. Lebih dari 50%
cardiac output berjalan menuju plasenta melewati arteri umbilikalis. Cardiac output terus
meningkat sampai aterm dengan nilai 200 ml/menit. Frekuensi detak jantung untuk
mempertahan-kan cardiac output tersebut 110 150 kali per menit.
Tekanan darah fetus terus meningkat sampai aterm, pada kehamilan 35 minggu tekanan sistolik
75 mmHg dan tekanan diastolik 55 mmHg.
Sel darah merah, kadar hemoglobin dan packed cell volume terus meningkat selama
kehamilan. Sebagian besar eritrosit mengandung HbF. Pada kehamilan 15 minggu semua sel
darah merah mengandung HbF. Ada kehamilan 36 minggu, terdapat 70% HbF dan 30% HbA.
HbF memiliki kemampuan mengikat oksigen lebih besar dibanding HbA. HbF lebih resisten
terhadap hemolisis namun lebih rentan terhadap trauma.

Fase transisi yang dimulai segera setelah lahir dan tangisan pertama

Saat persalinan, terjadi dua kejadian yang merubah hemodinamika janin


1. Ligasi talipusat yang menyebabkan kenaikan tekanan arterial.
2. Kenaikan kadar CO2 dan penurunan PO2 yang menyebabkan awal pernafasan janin.
Setelah beberapa tarikan nafas, tekanan intrathoracal neonatus masih rendah (-40 50 mmhg);
setelah jalan nafas mengembang, tekanan meningkat yaitu -7 sampai -8 mmHg.
Tahanan vaskular dalam paru yang semula tinggi terus menurun sampai 75 80%. Tekanan
dalam arteri pulmonalis menurun sampai 50% saat tekanan atrium kiri meningkat dua kali lipat.
Sirkulasi neonatus menjadi sempurna setelah penutupan ductus arteriousus dan foramen ovale
berlangsung, namun proses penyesuaian terus berlangsung sampai 1 2 bulan kemudian.

Fase dewasa yang umumnya berlangsung secara lengkap pada bulan pertama kehidupan.

Ductus arteriousus umumnya mengalami obliterasi pada awal periode post natal sebagai reflek
adanya kenaikan oksigen dan prostaglandin. Bila ductus tetap terbuka, akan terdengar bising
crescendo yang berkurang saat diastolik (machinery murmur) yang terdengar diatas celah
intercosta ke-2 kiri.
Obliterase foramen ovale biasanya berlangsung dalam 6 8 minggu. Foramen ovale tetap ada
pada beberapa individu tanpa menimbulkan gejala. Obliterasi ductus venosus dari hepar ke vena
cava menyisakan ligamentum venosum. Sisa penutupan vena umbilikalis menjadi ligamentum
teres hepatis.
F. Fungsi respirasi

Pada kehamilan 22 minggu, sistem kapiler terbentuk dan paru sudah memiliki kemampuan untuk
melakukan pertukaran gas. Pada saat aterm, sudah terbentuk 3 4 generasi alvoulus. Epitel yang
semula berbentuk kubis merubah menjadi pipih saat pernafasan pertama.
Pada kehamilan 24 minggu, cairan yang mengisi alvolus dan saluran nafas lain. Saat ini, paru
mengeluarkan surfactan lipoprotein yang memungkinkan berkembangnya paru janin setelah lahir
dan membantu mempertahankan volume ruangan udara dalam paru. Sampai kehamilan 35
minggu jumlah surfactan masih belum mencukupi dan dapat menyebabkan terjadinya hyalin
membrane disease. Janin melakukan gerakan nafas intrauterin yang menjadi semakin sering
dengan ber-tambahnya usia kehamilan
Pertukaran gas pada janin berlangsung di plasenta. Pertukaran gas sebanding dengan perbedaan
tekanan partial masing-masing gas dan luas permukaan dan berbanding terbalik dengan
ketebalan membran. Jadi plasenta dapat dilihat sebagai paru janin intrauterin. Tekanan parsial
O2 (PO2) darah janin lebih rendah dibandingkan darah ibu, namun oleh karena darah janin
mengandung banyak HbF maka saturasi oksigen janin yang ada sudah dapat mencukupi
kebutuhan.
G. Fungsi gastrointestinal
Sebelum dilahirkan, traktus gastrointestinal tidak pernah menjalankan fungsi yang sebenarnya.
Sebagian cairan amnion yang ditelan berikut materi seluler yang terkandung didalamnya melalui
aktivitas enzymatik dan bakteri dirubah menjadi mekonium. Mekonium tetap berada didalam
usus kecuali bila terjadi hipoksia hebat yang menyebabkan kontraksi otot usus sehingga
mekonium keluar dan bercampur dengan cairan ketuban. Dalam beberapa kadaan keberadaaan
mekonium dalam cairan amnion merupakan bentuk kematangan traktus digestivus dan bukan
merupakan indikasi adanya hipoksia akut.
Pada janin, hepar berperan sebagai tempat penyimpanan glikogen dan zat besi. Vitamin K dalam
hepar pada neonatus sangat minimal oleh karena pembentukannya tergantung pada aktivitas
bakteri. Defisiensi vitamin K dapat menyebabkan perdarahan neonatus pada beberapa hari
pertama pasca persalinan.
Proses glukoneogenesis dari asam amino dan timbunan glukosa yang memadai dalam hepar
belum terjadi saat kehidupan neonatus. Lebih lanjut, aktivitas kadar hormon pengatur
karbohidrat seperti cortisol, epinefrin dan glukagon juga masih belum efisien. Dengan demikian,
hipoglikemia neonatal adalah merupakan keadaan yang sering terjadi bila janin berada pada suhu
yang dingin atau malnutrisi. Proses glukoronidasi pada kehidupan awal neonatus sangat terbatas
sehingga bilirubin tak dapat langsung dikonjugasi menjadi empedu.
H. Fungsi ginjal
Ginjal terbentuk dari mesonefros, glomerulus terbentuk sampai kehamilan minggu ke 36. Ginjal
tidak terlampau diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Plasenta, paru dan ginjal
maternal dalam keadaan normal akan mengatur keseimbangan air dan elektrolit pada janin. Pembentukan urine dimulai pada minggu 9 12. Pada kehamilan 32 minggu, produksi urine

mencapai 12 ml/jam, saat aterm 28 ml/jam. Urine janin adalah komponen utama dari cairan
amnion.
I. Sistem imunologi
Pada awal kehamilan kapasitas janin untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen maternal
atau invasi bakteri sangat buruk. Respon imunologi pada janin diperkirakan mulai terjadi sejak
minggu ke 20. Respon janin dibantu dengan transfer antibodi maternal dalam bentuk
perlindungan pasif yang menetap sampai beberapa saat pasca persalinan. Terdapat 3 jenis
leukosit yang berada dalam darah: granulosit monosit dan limfosit.
Pada neonatus, limpa janin mulai menghasilkan IgG dan IgM. Pembentukan IgG semakin
mening-kat 3 4 minggu pasca persalinan. Kadar serum IgG janin aterm sama dengan kadar
maternal oleh karena dapat melewati plasenta. IgG merupakan 90% dari antibodi serum jain
yang berasal dari ibu. IgM terutama berasal dari janin sehingga dapat digunakan untuk
menentukan adanya infeksi.
J. Endokrin
Thyroid adalah kelenjar endokrin pertama yang terbentuk pada tubuh janin. Pancreas terbentuk
pada minggu ke 12 dan insulin dihasilkan oleh sel B pankreas. Insulin maternal tidak dapat melewati plasenta sehingga janin harus membentuk insulin sendiri untuk kepentingan metabolisme
glukosa. Semua hormon pertumbuhan yang disintesa kelenjar hipofise anterior terdapat pada
janin, namun peranan sebenarnya dari hormon protein pada kehidupan janin belum diketahui
dengan pasti. Kortek adrenal janin adalah organ endokrin aktif yang memproduksi hormon
steroid dalam jumlah besar. Atrofi kelenjar adrenal seperti yang terjadi pada janin anensepali
dapat menyebabkan kehamilan postmatur. Janin memproduksi TSH (thyroid stimulating hormon)
sejak minggu ke 14.

LI 2: Anemia Pada Kehamilan


LO 2.1: Pengaruh Anemia Pada Kehamilan
1. Definisi Anemia Pada ibu Hamil
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya anemia pada
ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang
dikandungnya.
2. Tanda dan gejala anemia pada Ibu Hamil
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang
diguna-kan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO 1972:
Normal > 11gr%

Ringan 8-11gr%

Berat <8gr%

Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah pingsan
walau-pun tekanan darah masih dalam batas normal. Kulit pucat progresif, denyut jantung cepat,
sesak napas, konsentrasi terganggu
3.

Penyebab Anemia Pada Ibu Hamil


Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan
akibat luka.

Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah
salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb.
Anemia defisiensi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:

Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.

Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan:

Mengalami dua kehamilan yang berdekatan.


Hamil dengan lebih dari satu anak.
Sering mual dan muntah.
Tidak mengkonsumsi cukup zat besi.
Hamil saat masih remaja

4. Patofisiologi Anemia Pada Ibu Hamil


Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang
semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 4565% pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada bulan ke-9, menurun sedikit
menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus.
5. Diagnosis Anemia pada kehamilan
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli, yaitu membandingkan secara
visual warna darah dengan alat standar.
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Jenis Kelamin
Hb Normal
Hb Anemia Kurang Dari (gr/dl)
Lahir (aterm)
Perempuan dewasa tidak hamil

13.5-18.5

13.5

12.0-15.0

12.0

Trimester Pertama : 0-12 minggu

11.0-14.0

11.0

Trimester Kedua : 13-28 minggu

10.5-14.5

10.5

Trimester ketiga : 29 aterm

11.0-14.0

11.0

Perempuan dewasa hamil:

6. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan


Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil cenderung terkena
anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk
dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir.
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada
wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko
kemati-an maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian
perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat
ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus),
gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan
terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia,
BBLR, kematian perinatal).
7. Pengobatan Anemia Kehamilan
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat
dan 0,25 mg asam folat. Minumlah 1 (satu) tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan
minum 1 (satu) tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah
darah paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. Perawatan
diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika
gejala yang dialami cukup parah.
LO 2.2: Jenis Anemia Pada Kehamilan
1. Anemia Defesiensi Besi
Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia, yang disebabkan oleh
suplai besi kurang dalam tubuh. Anemia jenis ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup
zat besi untuk menghasilkan hemoglobin dalam jumlah yang cukup. Hemoglobin merupakan
salah satu protein dalam sel darah merah, dan ia membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh
tubuh. Dalam anemia defisiensi zat besi, darah tidak dapat membawa oksigen yang cukup
untuk seluruh jaringan tubuh.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia defisiensi folat: Folat termasuk dalam kelompok vitamin B. Tubuh membutuhkan
folat untuk menghasilkan sel-sel baru, termasuk sel darah merah yang sehat. Selama
kehamilan, wanita membutuhkan folat tambahan. Tapi kadang-kadang mereka tidak
mendapatkan cukup dari makanannya. Ketika itu terjadi, tubuh tidak dapat membuat sel-sel
darah merah yang normal yang cukup untuk mengangkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh.
Kekurangan folat bisa langsung berkontribusi terhadap beberapa jenis cacat lahir.
Anemia defisiensi vitamin B12: Tubuh membutuhkan vitamin B12 untuk membentuk sel
darah merah yang sehat. Ketika seorang wanita hamil tidak mendapatkan cukup vitamin B12
dari makanan, tubuhnya tidak dapat memproduksi cukup sel darah merah yang sehat. Wanita

yang tidak mengkonsumsi daging, unggas, produk susu, dan telur memiliki risiko lebih besar
terkena kekurangan vitamin B12, yang dapat berkontribusi untuk cacat lahir.
3. Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan
tersebut disebabkan kerusakan primer sistem sel yang mengakibatkan anemia.
4. Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik disebabkan karena terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga
usianya lebih pendek.
5. Anemia Sel Sabit
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan pembesaran limpa akibat molekul Hb.
LI 3: Proses Persalinan Normal
Mekanisme Persalinan Normal
Mekanisme persalinan adalah serangkaian perubahan posisi dari bagian presentasi janin yang
merupakan suatu bentuk adaptasi atau akomodasi bagian kepala janin terhadap jalan lahir.
Presen-tasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat
sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina. Mekanisme persalinan
sangat penting untuk kelahiran bayi melalui vagina karena janin harus menyesuaikan diri dengan
ruangan yang tersedia di panggul. Sehingga janin harus menyesuaikan dengan menempati posisi
diameter pang-gul yang paling besar. Adapun gerakan-gerakan utama dalam mekanisme
persalinan ada 7, yakni:
1. Penurunan kepala (Engagement)
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah terjadi pada
bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan
per-salinan. Masuknya kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP), dapat dalam
keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di
antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke
depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka dikatakan
kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu:

Asinklitismus posterior:
Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal
belakang lebih rendah dari os parietal depan.
Asinklitismus anterior:
Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os
parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

2. Fleksi

Di awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala,
biasanya fleksi juga bertambah. Sehingga dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga
ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan
dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Sampai di dasar panggul, biasanya kepala
janin berada dalam keadaan fleksi maksimal. Fleksi ini salah satunya disebabkan karena janin di
dorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
Akibat dari keadaan ini terjadilah fleksi.
3. Putar paksi dalam (Rotasi interna)
Adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian
depan memutar ke depan ke bawah symphisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang
terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan dan ke
bawah symphysis. Putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul. Putaran
paksi dalam bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai Hodge
III, kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.
4. Ekstensi
Ekstensi terjadi setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai di dasar panggul. Hal ini
disebab-kan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
5. Putar paksi luar
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala
bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu menempatkan diri dalam
diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga
melanjutkan putaran hingga belakang kepala. Gerakan yang terakhir ini adalah putaran paksi luar
yang sebenar-nya dan disebabkan karena ukuran bahu (diameter biacromial) menempatkan diri
dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah symphysis dan menjadi hypomoclion
untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan
anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.
Peran Dokter Sebagai Pemimpin Persalinan
1. Membantu mengatur posisi Ibu
Apabila Ibu tersebut tampak kesakitan, anjurkan Ibu untuk mencoba melakukan perubahan posisi
yang dapat membuat Ibu merasa nyaman selama persalinan dan melahirkan bayi dimana posisi

tersebut juga sebaiknya merupakan posisi yang di inginkan oleh Ibu. Ibu boleh duduk, jongkok,
berbaring miring. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turunnya
kepala bayi dan sering kali memperpendek waktu persalinan. Beritahukan kepada Ibu untuk
tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menit.
Jika Ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isi nya atau janin, cairan ketuban, plasenta,
akan menekan vena cava Inferior. Hal ini akan mengakibatkan turun nya aliran darah dari
sirkulasi Ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan
pasokan oksigen pada janin.
2. Memberikan cairan dan nutrisi
Anjurkan Ibu untuk mendapatkan apapun (makanan ringan dan minum air) selama persalinan
dan proses kelahiran bayi. Sebagian Ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan, tetapi
setelah memasuki fase aktif, mereka hanya ingin mengkonsumsi cairan saja. Makanan ringan dan
asupan cairan yang cukup selama persalinan akan memberi lebih banyak energi dan mencegah
dehidrasi. Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan / atau membuat kontraksi menjadi tidak
teratur dan kurang efektif.
3. Menggunakan kamar mandi secara teratur
Anjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemih nya secara rutin selama persalinan, Ibu harus
berkemih sedikit nya setiap 2 jam, atau lebih sering jika Ibu merasa ingin berkemih atau jika
kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum memeriksa denyut jantung janin
(amati atau lakukan palpasi tepat di atas simpisis pubis untuk mengetahui apakah kandung kemih
penuh).
4. Pencegahan Infeksi
Cuci tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan
gunakan sarung tangan saat diperlukan. Anjurkan anggota keluarga untuk mencuci tangan
mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan Ibu dan bayi baru lahir.
Alasan: Pencegahan Infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan kematian Ibu dan
bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur pencegahan infeksi secara
baik dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap resiko infeksi.
5. Pengurangan Rasa Sakit
Mengurangi rasa sakit/ memberikan ketenangan disebut dengan Hypnobirting yang berguna
untuk meningkatkan ketenangan pikiran sehingg dapat menghadapi persalinan dengan nyaman.
Metode Hynobirting bisa dilakukan di usia kehamilan berapa pun. Namun umumnya dilakukan
di usia kehamilan 7 bulan / 2 minggu sebelum proses persalinan.
6. Persiapan Persalinan

KALA I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan
lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida 8 jam.
Kala satu persalian terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten
1. Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks
secara bertahap.
2. Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3. Pada umumnya, berlangsung hampir atau hingga 8 jam.
Fase aktif
1. Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi diangap
adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan berlangsung
selama 40 detik atau lebih).
2. Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 sampai 2
cm (multipara).
3. Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
Hal yang perlu dilakukan dalam kala I adalah:
1. Memperhatikan kesabaran parturien.
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi temperatur perna-fasan berkala sekitar 2
sampai 3 jam.
3. Pemeriksaan denyut jantung janin setiap jam sampai 1 jam.
4. Memperhatikan keadaan kandung kemih agar selalu kosong.
5. Memperhatikan keadaan patologis (meningkatnya lingkaran Bandle, ketuban pecah
sebelum waktu atau disertai bagian janin yang menumbung, perubahan denyut jantung
janin, pengeluaran mekoneum pada letak kepala, keadaan his yang bersifat patologis,
perubahan posisi atau penurunan bagian terendah janin).
6. Parturien tidak diperkenankan mengejan.
KALA II
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir
dengan lahirnya bayi. Kala dua disebut juga kala pengeluaran bayi. Proses ini biasanya
berlangsung selama 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Tanda dan gejala kala dua persalinan adalah:

Ibu merasa ingin mengedan bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.

Perineum menonjol.

Vulva vagina dan sfingter ani membuka.

Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks
telah lengkap atau terlihatnya bagian kepala bayi melalui introinvus vagina.
Pada kala II dimulai, bila pembukaan serviks lengkap, umumnya pada kala I atau permulaan kala
II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul atau ketuban pecah sendiri. Kadangkadang pada permulaan kala II wanita ingin muntah atau muntah disertai timbulnya rasa ingin
mengedan kuat. His akan timbil lebih sering dan merupakan tenaga pendorong janin.
Melahirkan kepala
Setelah ada melihat puncak kepala tahan perineum dengan tangan kanan anda dibawah tangan
kiri anda pada kepala bayi. Biarkan secara bertahap keluar dibawah tangan kiri anda dengan
tangan kanan yang cukup kuat namun tidak menghalanginya.
Alasan: Tindakan ini akan mengurangi robekan perineum akibat proses defleksi kepala janin
yang tepat. Letakkan ibu jari dan jari telunjuk serta jari tengah kanan anda dilipatkan sengkangan
pada sisi perineum. Awasi setelah seluruh kepala lahir, usap muka bayi menggunakan kain
bersih. Apabila cairan ketuban mengandung mekonium, hisap cairan dari mulut dan hidung
dengan menggunakan penghisap lendir setelah kepala lahir sebelum melahirkan bahu.
Membantu kelahiran bahu
Setelah kepala janin keluar selanjutnya melahirkan bahu janin bagian depan dengan cara kedua
telapak tangan pada samping kiri dan kanan kepala janin. Kepala janin ditarik perlahan-lahan
kearah anus sehingga bahu depan lahir. Tidak dibenarkan penarikan yang terlalu keras dan kasar
oleh karena dapat menimbulkan robekan pada muskulus sternokledomastoideus, kemudian
kepala janin diangkat kearah simfisis untuk melahirkan bahu depan.
Melahirkan seluruh tubuh bayi
1. Saat bahu posterior lahir geser tangan bawah atau posterior kearah perineum dan sanggah
bahu dan lengan atas bayi pada tangan tersebut.
2. Gunakan tangan yang sama untuk menopang lahirnya siku dan tangan posterior saat
melewati perineum.
3. Tangan bawah atau posterior menopang samping lateral tubuh bayi saat lahir.
4. Lanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi kebagian punggung janin, bokong dan
kaki.
5. Dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan diantara kedua kaki bayi yang kemudian
dipegang dengan ibu jari dan ketiga jari tangan lainnya.
6. Letakkan bayi diatas kain atau handuk yang telah disiapkan pada perut bawah ibu dan
posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.

Setelah janin lahir bayi sehat dan normal umumnya. Segera menarik nafas dan menangis keras.
Kemudian bayi diletakkan dengan kepala dibawah kira-kira membentuk sudut 30 dengan bidang
datar. Lendir pada jalan nafas segera dibersihkan atau dihisap pada penghisap lendir. Tali pusat
digunting 5-10 cm dari umbilikus dan ujung tali pusat bagian bayi didesinfeksi dan diikat dengan
kuat. Ikatan dapat terlepas dan pendarahan tali pusat masih dapat terjadi dan membahayakan
bayi.
Kemudian diperhatikan kandung kencing ibu bila penuh. Dilakukan pengosongan kandung
kencing. Sedapat-dapatnya wanita bersangkutan disuruh kencing sendiri. Kandung kemih yang
penuh dapat menimbulkan atonia uteri dan mengganggu pelepasan plasenta, yang berarti menimbulkan perdarahan post partum.
Kebutuhan ibu pada kala II
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu.
2. Menjaga kebersihan ibu. Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.
3. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu . beri
penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan. Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan. Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah
mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dari infeksi.
4. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.
5. Memberikan cukup minum dan memberi tenaga serta mencegah dehidrasi.
6. Memimpin mengedan. Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambil nafas. Mengedan tanpa diselingi bernafas, kemungkinan menyebabkan
denyut jantung tidak normal.
7. Ibu diminta bernafas sebagai kontraksi ketika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar
perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan.
KALA III
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.
Keuntungan manajemen atif kala tiga adalah persalinan kala tiga lebih singkat, mengurangi
jumlah kehilangan darah, me-ngurangi kejadian retensio plasenta. Tiga langkah utama dalam
manajemen aktif kala tiga adalah peberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, measase fundus uteri.
Kala III persalinan terdiri atas 2 fase yaitu :
1. Fase pelepasan plasenta.
2. Fase pengeluaran plasenta
Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi, mulai terjadi lagi setelah berhenti
singkat setelah kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih setiap 2-2,5 menit selama kala III
persalinan. Setelah bayi lahir kontraksi berikutnya tidak terjadi selama 3 5 menit. Kontraksi
mungkin berlanjut setiap 4-5 menit,sampai plasenta telah lepas keluar, setelah itu uterus
kosong dan berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus otot baik.

Apabila tonus tidak baik seorang wanita akan mengalami kontraksi uterus berulang sewaktu
uterus relaksasi. Hal ini menyebabkan nyeri setelah melahirkan.
Untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempatnya implantasi dipakai beberapa
perasat:

Perasat Kustner :

Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri menekan daerah atas
simfisis bila tali pusat ini masuk kembali kedalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus, bila tidak masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta sudah lepas dari
dinding uterus. Prasat ini hendaknya dilakukan hati-hati,apabila hanya sebagian plasenta terlepas
pendarahan akan banyak terjadi.

Perasat Strassmann:

Tangan kanan meregangkan atau tarik sedikit tali pusat, tangan kiri mengetuk-ngetuk fundus
uteri, bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini berarti plasenta lepas dari dinding
uterus, bila tidak terasa getaran berarti plasenta tidak lepas dari dinding uterus.

Perasat Klien

Wanita tersebut disuruh mengedan, tali pusat tampak turun kebawah, bila pengedanannya
dihenti-kan dan tali pusat masuk kembali kedalam vagina berarti plasenta belum lepas dari
dinding uterus.

Perasat Crede

Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar supaya plasenta lepas dari dinding
uterus, hanya dipergunakan bila terpaksa. Misalnya pendarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan
pendarahan post partum.
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atua semua hal dibawah ini :
Perubahan bentuk dan tinggi fundus, setelah bayi lahir dan sebelum miomerium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat, penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah
uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
alpukat dan fundus berada diatas pusat. Tali pusat memanjang,tali pusat terlihat menjulur keluar
melalui vulva. Semburan darah mendadak dan singkat.
KALA IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Kala IV
dimaksud-kan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Observasi yang harus dilakukan adalah:

Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk melahirkan bayi


telah selesai.

Pemeriksaan yang dilakukan: tekanan darah, nadi, pernafa-san, dan suhu; kontraksi rahim
yang keras; perdarahan yang mungkin terjadi dari plasenta rest, luka episiotomi,
perlukaan pada serviks; kandung kemih dikosongkan, karena dapat mengganggu
kontraksi rahim.

Bayi yang telah dibersihkan diletakan di samping ibunya agar dapat memulai pemberian
ASI.

Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemerik-saan setiap 2 jam.

Bila keadaan baik, parturien dipindahkan ke ruangan inap bersama sama dengan bayinya.

LI 4: Hukum Islam Tentang Puasa Pada Ibu Hamil


Wanita menyusui, begitu pula wanita hami, ada dua kondisi; Pertama, jika tidak ada pengaruh
baginya bepuasa dan tidak kesulitan baginya untuk berpuasa serta tidak dikhawatirkan terhadap
anaknya, maka wajib baginya berpuasa, dan dia tidak boleh berbuka. Kedua, Dia khawatir
terhadap dirinya atau anaknya jika berpuasa, atau dirinya akan sangat payah. Maka dia boleh
berbuka dan mengqadha hari-hari yang dia berbuka.
Al-Mardawai berkata: Dimakruhkan berpuasa dalam kondisi seperti ini. Ibnu Aqil menyebutkan,
'Jika wanita hamil atau menyusui khawatir terhadap kehamilannya dan anaknya saat dia
menyusui, maka diharamkan baginya berpuasa, jika tidak khawatir, maka tidak boleh baginya
berbuka."
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah Ta'ala ditanya dalam Fatawa Shiyam: "Jika seorang wanita
hamil dan menyusui tidak berpuasa tanpa uzur, sementara dirinya kuat dan giat dan tidak ada
pengaruhnya dengan berpuasa, apah hukumnya?"
Beliau menjawab, "Tidak dibolehkan bagi wanita hamil dan menyusui untuk berbuka di siang
hari bulan Ramadan kecuali ada uzur. Jika keduanya berbuka karena uzur, maka keduanya harus
mengqadha puasanya.
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah Ta'ala juga ditanya dalam Fatawa As-Shiyam: tentang wanita
hamil jika dia khawatir terhadap dirinya atau khawatir terhadap anaknya. Jika dia berbuka, apa
hukumnya?
Beliau menjawab, "Jawaban kami terhadap pertanyaan ini adalah bahwa kondisi wanita hamil itu
ada dua; Pertama, dia giat dan kuat, tidak merasa payah dan tidak ada pengaruhnya terhadap
janin. Maka wanita seperti ini wajib baginya berpuasa. Karena tidak ada uzur baginya untuk
meninggal-kan berpuasa. Kedua, kondisi kehamilannya membuat dia tidak kuasa menanggung
puasa. Apakah karena hamilnya yang berat, atau karena fisiknya yang lemah, atau sebab selain
itu. Dalam kondisi ini sebaiknya dia berbuka, khususnya jika bahayanya dikhawatirkan menimpa
sang janin. Ketika itu, berbuka baginya dapat menjadi wajib.
Jika dia berbuka, maka sebagaimana lainnya yang berbuka karena uzur, wajib baginya
mengqadha puasanya kapan saja jika sebabnya telah sirna. Jika dia melahirkan, maka wajib
baginya mengqadha puasanya setelah suci dari nifas. Akan tetapi, kadang uzur karena kehamilan

selesai, datang uzur baru lagi, yaitu menyusui. Karena wanita menyusui, kadang butuh makan
dan minum khususnya pada musim panas yang siang harinya panjang dan panas yang terik.
Boleh jadi dia butuh untuk berbuka agar dapat memberi makan anaknya dengan ASI. Dalam
kondisi seperti ini juga kita katakan kepadanya, 'Berbukalah, jika sudah hilang uzurnya, maka
anda hendaknya mengqadha puasa yang tertinggal."
http://islamqa.info/id/50005

LI 5: Gizi pada Ibu Hamil


LO 5.1: Peran zat gizi bagi janin dan ibu hamil
1. Kalori (energi)
Seperti yang telah dijelaskan diatas, wanita hamil membutuhkan gizi yang cukup serta seimbang
dalam kesehariannya, begitu juga dengan gizi kalori. Karena wanita hamil membutuhkan energi
yang lebih banyak dari biasanya. Ini disebabkan energi tersebut dibutuhkan untuk pembentukan
plasenta, pembuluh darah, jaringan yang baru dan pastinya untuk pertumbuhan janin pula.
Setidak-nya wanita hamil membutuhkan 300 kalori setiap harinya, akan tetapi sebaiknya dalam
proses penambahan kalori ini wanita hamil tidak makan terlalu banyak supaya berat badan
wanita hamil tetap normal.
2. Protein
Pada umumnya wanita biasa membutuhkan protein sekitar 50 gr saja, namun ibu yang dalam
keadaan hamil membutuhkan protein 25 gr lebih banyak atau 75 gr. Protein sendiri disini
berperan untuk untuk pertumbuhan jaringan pada janin. Ibu hamil bisa menambahkan protein
pada makanan agar bisa sekalian menambah kalori yang dibutuhkan tadi, jadi protein dan kalori
pun bisa ter-penuhi. Ikan, telur, susu merupakan sebagian makanan yang mengandung protein
yang bisa dikonsumsi ibu hamil yang membutuhkan.
3. Asam Folat
Gizi selanjutnya yang dibutuhkan oleh ibu hamil adalah asam folat. Asam folat disini berperan
sebagai vitamin B yang berfungsi untuk pertumbuhan janin serta membantu mencegah cacat
pada otak dan tulang belakang. Ibu hamil sangat membutuhkan asam folat yang cukup sebab jika
kekurangan asam folat akan menyebabkab proses kelahiran bayi secara prematur, pertumbuhan
janin tidak sempurna dan lahirnya bayi dengan berat badan yang rendah. Asam folat yang
dibutuh-kan wanita hamil kira-kira sekitar 600 gr. Asam folat sendiri bisa didapatkan pada
makanan/ minuman seperti buncis, kacang-kacangan, roti, jus jeruk atau dari suplemen.
4. Zat Besi
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah untuk mengangkut oksigen ke jaringan tubuh.
Dan wanita yang dalam keadaan hamil, volume darah bertambah untuk menampung perubahan
tubuh serta pasokan darah bayi. Maka dari itu ibu hamil membutuhkan zat besi yang lebih
daripada wanita yang tidak sedang dalam keadaan hamil. Apabila hal ini tidak terpenuhi akan
berakibat pada kondisinya yang akan mudah lelah juga rentan infeksi, bahkan juga akan

berakibat pada kelahiran bayi prematur serta berat badan bayi. Ibu hamil bisa mendapatkan gizi
zat besi pada makanan seperti ikan, unggas, daging merah dan lainnya.
5. Zat Seng

Ibu hamil juga membutuhkan zat seng untuk menghindari bayi lahir prematur dan lahirnya bayi
dengan berat badan rendah. Ibu hamil membutuhkan zat seng kira-kira 25 gr dalam sehari.
Sumber zat seng diantaranya berada pada makanan daging merah, kacang-kacangan, gandum
utuh dan lainnya.
6. Kalsium
Dalam sehari ibu hamil membutuhkan kalsium sekitar 1000 gr sehari. Dari jumlah tersebut janin
dalam kandungan setidaknya akan mengambil kalsium sebanyak 20 sampai 30 gr. Kalsium
sendiri disini berperan untuk menguatkan tulang dan gigi bayi. Dan juga kalsium bermanfaat
untuk meng-hantarkan sinyal saraf, sekresi hormone dan kantraksi otot. Kebutuhan kalsium bisa
didapatkan pada susu serta ikan teri.
7. Vitamin C
Vitamin C berfungsi untuk antioksidan yang berperan untuk melindungi jari dari kerusakan. Dan
juga vitamin C membantu penyerapan zat besi, membentuk kolagen dan menghantar sinyal
kimia di otak. Dalam sehari, ibu hamil membutuhkan vitamin C sekitar 85 gr. Vitamin C sendiri
bisa ditemukan pada buah-buahan seperti tomat, buah mentimun, jeruk, jambu biji dan lainnya.
8. Vitamin A
Vitamin A dibutuhkan dalam keseharian tidak hanya oleh wanita hamil, namun untuk semua
kalangan. Vitamin A sendiri disini bagi ibu hamil berfungsi sebagai pertumbuhan dan perkembangan embrio serta hasil penglihatan yang baik. Jika ibu hamil kekurangan akan vitamin A akan
berakibat pada bayi lahir prematur serta berat badan bayi yang rendah. Susu, mentega, kuning
telur dan sayuran berwarna merah, kuning hijau merupakan sebagian yang bisa dikonsumsi
untuk bisa mendapatkan gizi vitamin A.
LO 5.2: Dampak dan penanganan masalah nutrisi yang timbul pada saat kehamilan
1. Kurang Energi Kronis
Keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung manahun ( kronis ), yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu. Akibat dari ketidakseimbangan antara asupan
untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.
Gejala:

Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23 cm.


Kurang cekatan dalam bekerja.
Sering terlihat lemah, letih, lesu, dan lunglai.

Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara prematur atau jika lahir secara normal
bayi yang dilahirkan biasanya berat badan lahirnya rendah atau kurang dari 2.500 gram.

Dampak bagi ibu: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal dan
terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian ibu.
Pada janin: Mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran,
abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, asfiksia intra partum, lahir dengan
berat badan rendah (BBLR).
Saat persalinan mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan prematur / sebelum
waktunya, perdarahan post partum, serta persalinan dengan tindakan operasi cesar cenderung
meningkat.
Cara Mengatasi: mengkonsumsi berbagai makanan bergizi seimbang dengan pola makan yang
sehat.
2. Anemia
Anami adalah kondisi dimana kadar HB kurang dari normal ( < 11 gr% ). Gejala mudah lelah,
lesu, lemas, kunang-kunang, wajah pucat, konjungtiva pucat, bibir pucat, kurang bergairah, mengantuk
Dampak bagi ibu: Abortus, partus lama, perdarahan post partus, infeksi, dan partus prematur.
Bagi janin: Prematur, kematian janin, kematian perinatal, cacat bawaan.
Cara Mengatasi: Mencukupi kebutuhan gizi, Meningkatkan asupan Fe dan asam folat
Syarat Diet:

Energi sesuai kebutuhan secara bertahap sejumlah 2200 kal, 300 500 kal/hari.
Lemak cukup, 53 gr/hari. Protein tinggi, 75 gr/hari.
Meningkatkan konsumsi makanan sumber pembentukan sel darah merah.

Contoh menu Gizi seimbang untuk mencegah anemia


Hari

Waktu

Menu

Hari Pertama

Pagi

Nasi putih

07.00

Capcai
Tempe goreng
Telur mata sapi
Pisang ambon

Selingan pagi

Bubur kacang hijau

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Tumis kangkung
Telur dadar
Tempe bakar
Jeruk

Selingan sore

Kue sus

15.00

Malam

Nasi putih

18.00

Sop
Tahu goreng
Ayam goreng
Apel merah

Selingan Malam

Susu

20.00
Hari kedua

Pagi

Nasi putih

07.00

Tumis daun pepaya


Telur bacem
Tahu bacem
Pepaya

Selingan pagi
10.00

Kolak pisang

Siang

Nasi putih

12.00

Sayur bayem
Penyet tempe
Ikan munjair goreng
Mangga

Selingan sore

Juice strowberi

15.00
Malam

Mie rebus campur telur + sawi

18.00

Tahu bakso
Anggur

Selingan malam

Puding

20.00
Hari ke tiga

Pagi

Hamburger

07.00

Naget tempe
Pisang susu

Selingan pagi

Pukis

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Asem asem daging sapi


Tempe krispi
Jambu air

Selingan sore

Ice cream

15.00

Malam

Nasi rawut + sawi

18.00

Bergedel tahu isi daging


Kurma

Selingan malam

Wedang ronde

20.00

3. Diabetes Gestasional
Penyakit metabolik yang berlangsung kronik progesif, yang mengenai seluruh organ tubuh karna
kekurangan insulin.
Penyebab: Obesitas, Kurang aktifitas fisik / Olahraga. Pola makan yang tidak tepat. Stress.
Konsumsi obat obat tertentu dalam jangka panjang.
Gejala: Polifagi, Polidipsi, Poliuri, BB turun drastic.
Dampak: Pre-ekslamsi, Udem, Cairan ketuban terlalu banyak, Melahirkan bayi lebih besar dari
ukuran normal ( Makrosomia ). Untuk Janin, menderita penyakit kuning. Dan kesulitan bernafas
saat lahir.
Cara Mengatasi: Kontrol darah berkala. Olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, dan
merapikan rumah yang tak terlalu berat bagi ibu hamil.
Diet:
1. Kalori diberikan menurut umur, berat badan, tinggi badan, aktivitas, dan kelainan
metabolik.
2. Makanan cukup protein, vitamin, dan mineral.
3. Karbohidrat diberikan 60 70 % dari total kalori, diutamakan karbohidrat kompleks.
4. Protein 10 15 % dari total kalori.
5. Lemak 20 25 % dari total kalori, diutamakan lemak tak jenuh.
6. Kolesterol dibatasi 25 gr/hari.
7. Asupan serat diringkatkan 25 gr/hari.
8. Penggunaan garam dibatasi.
9. Asupan gula sederhana dan makanan/minuman yang mengandung gula dibatasi.
Contoh menu Gizi seimbang untuk mencegah diabetes gestasional
Hari

Waktu

Menu

Hari pertama

Pagi

Nasi putih

07.00

Tumis buncis
Tempe kukus
Telur ceplok
Teh
Pisang ambon

Selingan pagi

Puding

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Sayur lodeh terong


Gimbal udang
Tahu goreng
Air putih
Melon

Seliang Sore

Agar agar

15.00

Malam

Nasi putih

18.00

Capcai
Bakso sapi
Mendoan
Pepaya
Teh

Selingan malam
20.00

Apel malang

Hari kedua

Pagi

Nasi putih

07.00

Tumis kangkung
Telur dadar
Tempe bakar
Buah peer
Teh

Selingan pagi

Bubur kacang hijau

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Sayur bening
Lele + tempe penyet
Juice apel

Selingan sore

Jagung rebus

15.00

Malam

Nasi putih

18.00

Sayur santan kol tahu putih


Mangut ikan panggang
Buah peer
Air putih

Selingan malam

Pisang rebus

20.00
Hari ketiga

Pagi

Nasi putih

07.00

Tumis kacang panjang


Telur bacem
Kripik tempe
Teh
Jeruk

Selingan pagi

Hungkue

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Sup daging
Tempe goreng
Semangka
Air putih

Selingan sore

Kolaj kolang kaling

15.00

Malam

Nasi putih

18.00

Opor ayam
Sambel goreng tahu
Keripik bayam
Juice jambu

Selingan malam
20.00

Agar agar

4. Obesitas
Kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
Dampak: Kehamilan lebih lama. Menderita Diebetes Gestasional. Melahirkan secara Caesar
Beresiko melahirkan bayi dengan 1 2 jenis kelainan / cacat bawaan.
Cara Mengatasi:

Kalori dikurangi sebanyak 500 700 dibawah kebutuhan normal. Dilakukan dengan
pengurangan konsumsi karbohidrat dan lemak.
Protein tinggi untuk pertumbuhan bayi dan pembentukan sel darah merah.
Tinggi vitamin dan mineral.
Tinggi serat untuk memberi rasa kenyang.

Contoh menu Gizi seimbang untuk mencegah obesitas


Hari

Waktu

Menu

Hari pertama

Pagi

Nasi putih

07.00

Sayur gudangan
Pepes tahu + daging
Mangga
Lemon tea hangat

Selingan pagi

Agar agar tanpa susu

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Sayur bening
Pepes bendeng
Tempe penyet
Belimbing
Air putih

Selingan sore

Kripik apel

15.00

Malam

Nasi putih

18.00

Ayam bakar
Lalapan kol, kemangi, timun
Sambal
Gimbal ikan teri
Wedang jahe

Selingan malam

Keripik jagung

20.00

Hari kedua

Pagi

Roti bakar

07.00

Telur ceplok
Salad + tomat + timun
Susu kedelai

Selingan pagi

Buah jeruk

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Sayur asam
Pepes pindang
Tempe krispi
Air putih

Selingan sore
15.00

Sup buah rendah gula

Malam

Nasi bakar isi suwiran ayam

18.00

Tempe bakar
Lalapan kol, kemangi, tomat
Sambal kecap
Air putih
Jambu air

Selingan malam

Biskuit marie

20.00
Hari ketiga

Pagi

Nasi kuning

07.00

Telur bacem
Kering tempe
Tumis kangkung
Jeruk hangat

Selingan pagi

Buah anggur

10.00

Siang

Nasi putih

12.00

Ikan bawal bakar


Tahu bacem
Sayur bening
Air putih
Buah semangka

Selingan sore

Asinan buah

15.00

Malam

Nasi putih

18.00

Bergedel kentang
Tahu goreng
Sup
Cincau hangat
Buah melon

Selingan malam
20.00

Naget tempe

Anda mungkin juga menyukai