Iut Roki
Iut Roki
PENDAHULUAN
1.2.
Latar Belakang
Produk yang sesuai dengan definisi terakhir adalah peta topografi,
sedangkan jenis-jenis pekerjaan yang sederhana antara lain mengukur jarak antara
dua titik, mengukur panjang dan lebar atau sisi-sisi sebidang lahan, mengukur
lereng dan penggambaran bentuk sebidang lahan.
Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk
mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (pengukuran
kerangka dasar horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat
hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (pengukuran kerangka dasar
vertikal) serta pengukuran titik-titik detail (Mulyo dan Supriatna, 2008).
Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan
yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar,
umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu
kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik
sipil. Titik-titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu
koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu,
permanen, mudah dikendalikan dan didokumentasikan secara baik sehingga
memudahkan penggunaan selanjutnya (Suharto, 2011).
Batasan datar ilmu ukur tanah cakupan wilayahnya yang relatif sempit
yaitu berkisar antara 0,5 derajat x 0,5 derajat atau 55 km x 55 km. Yang
membedakan ilmu ukur dengan geodesi yaitu kalau ilmu ukur tanah tidak
memperhatikan kelengkungan bumi sedangkan geodesi sebaliknya.
Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui
koordinatnya dalam suatu koordinat titik tertentu. Sistem koordinat disini adalah
sistem koordinat kartesian dimana bidang datarnya merupakan sebagian kecil dari
permukaan elipsioda bumi. Salah satu cara untuk menentukan koordinat banyak
titik adalah metode poligon. Pengukuran dan pemetaan poligon merupakan salah
satu metode pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk
memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik ikat pengukuran.
Metoda poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak
titik dimana titik satu dengan yang lainnya dihubungkan satu sama lain dengan
pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon).
Pengukuran sudut berarti mengukur suatu sudut yang berbentuk antara
suatu titik dan dua titik lainnya. Pada pengukuran ini diukur arah dari pada dua
titik atau lebih yang dibidik dari satu titik kontrol dan jarak antara titik-titik
diabaikan. Pengukuran-pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
bayangan daripada keadaan lapangan, dengan menentukan tempat titik-titik diatas
permukaan bumi terhadap satu sama lainnya, untuk mendapatkan hubungan
mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi perlu dilakukan
pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah pengukuran kerangka dasar
horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data sudut mendatar yang
diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar.
C. Tujuan
Untuk mengetahui jarak dan sudut menggunakan metode poligon dalam
pengukuran jarak dan sudut dari kerangka horizontal pada suatu wilayah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengukuran Kerangka Horizontal
Tahap awal sebelum melakukan suatu pengukuran adalah dengan
melakukan penentuan titik-titik kerangka dasar pemetaan pada daerah atau areal
yang akan dilakukan pengukuran yaitu penentuan titik-titik yang ada di lapangan
yang ditandai dengan patok kayu, paku atau patok permanen yang dipasang
dengan kerapatan tertentu, fungsi dari sistem kerangka dasar pemetaan dengan
penentuan titik-titik inilah yang nantinya akan dipakai sebagai titik acuan
( reference ) bagi penentuan titik-titik lainya dan juga akan dipakai sebagai titik
kontrol bagi pengukuran yang baru. Pengukuran dilakasanakan untuk memperoleh
data sudut dan jarak dilapangan yang akan dihasilkan suatu data posisi berupa
data koordinat (X,Y) yang dapat digunakan dalam pembuatan peta dasar teknik
(Brinker, 1987).
Kerangka dasar horizontal merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi horizontalnya berupa koordinat pada bidang datar
(X,Y) dalam sistem proyeksi tertentu. Bila dilakukan dengan cara teristris,
pengadaan kerangka horizontal bisa dilakukan menggunakan cara triangulasi,
trilaterasi atau poligon. Pemilihan cara dipengaruhi oleh bentuk medan lapangan
dan ketelitian yang dikehendaki ( Purworhardjo, 1986 ).
2.2. Poligon
Metode poligon adalah metode penentuan posisi lebih dari satu titik dipermukaan
bumi, yang terletak memanjang sehingga membentuk segi banyak, (Wongsotjitro,
1977). Unsur-unsur yang diukur adalah unsur sudut dan jarak, jika koordinat awal
diketahui, maka titik-titik yang lain pada poligon tersebut dapat ditentukan
koordinatnya. Pengukuran dengan metode poligon ini terbagi menjadi dua bentuk
yaitu:
2.2.1. Poligon Tertutup
Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal sama dengan titik akhir, jadi
dimulai dan diakhiri dengan titik yang sama.
Syarat-syarat geometris poligon tertutup adalah sebagi berikut:
( D . sin )
= X = 0
( D . cos ) = Y = 0
Pada umumnya hasil pengukuran jarak dan sudut tidak segera memenuhi syarat
diatas, tetapi akan didapat bentuk persamaan sebagai berikut :
+ = ( n 2 ) . 180 ( untuk sudut dalam )
+ = ( n + 2 ) . 180 ( untuk sudut luar )
( D . sin ) + X = 0
( D . cos ) + Y = 0
Dalam hal ini :
= kesalahan absis ( X )
= kesalahan ordinat ( Y )
= azimuth
d.
e.
f.
Melakukan koreksi pada tiap-tiap kesalahan absis dan ordinat ( kXi dan
kYi )
kXi = ( di / d ) . X
kYi = ( di / d ) . Y
X = X
Y = Y
jika kesalahan absis dan ordinat bertanda negatif (-) maka koreksinya positif
(+)
g.
dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut dianggap benar, sebaliknya jika
koordinat akhir tidak sama dengan koordinat awal maka perhitungan tersebut
dinyatakan salah karena titik awal dan titik akhir poligon tertutup adalah sama
atau kembali ketitik semula.
2.2.2. Poligon Terbuka
Poligon terbuka adalah poligon dimana titik awal dan titik akhir tidak berimpit
atau titik awal tidak bertemu dengan titik akhir. Poligon terbuka ditinjau dari
sistem pengukuran dan cara perhitungannya dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
a)
Poligon terbuka terikat sempurna adalah poligon yang titik awal dan titik akhir
terikat oleh koordinat dan azimuth atau terikat oleh dua koordinat pada awal dan
akhir pengukuran. Poligon jenis ini memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan
poligon lainnya. Pada poligon ini kesalahan sudut serta kesalahan jaraknya dapat
dikoreksi dengan diketahuinya azimuth dan koordinat awal serta azimuth dan
koordinat akhir.
Dalam poligon terbuka terikat sempurna, besaran - besaran yang harus diukur :
1. Semua sisi jarak
= B, 1, 2, , P
( D . cos ) = Y = YP - YB
Dalam hal ini :
P-Q
A-B
= azimuth
Menghitung azimuth titik ikat awal dan titik ikat akhir ( A-B dan P-Q )
= B + 1 + 2 + 3 + P
3)
B = B + ki
1 = 1 + ki
P = P + ki
7)
= 1 + ( / n )
12
= 11 + ( / n )
4. Menghitung azimuth
P1-P2
= BM-P1 + 180 - P1
= XP1 + Xawal
= 1, 2, 3 .
2)
KY)
kX A-1 = ( DA-1 / d ) . X
kY A-1 = ( DA-1 / d ) . Y
1)
Menghitung Azimuth ()
Misal diketahui azimuth ( A-1 ) maka : 1-2 = A-1 - 180 + 1
2)
d)
Poligon terbuka bebas adalah poligon lepas atau poligon yang tidak terikat kedua
ujungnya. Untuk menghitung koordinat masing-masing titiknya maka harus
ditentukan terlebih dahulu koordinat salah satu titik sebagai acuann menghitung
koordinat titik lainnya. Pada poligon ini tidak ada koreksi sudut maupun koreksi
jarak.
Proses perhitungannya :
1)
Hitungan azimuth ( )
Misal diketahui azimuth ( 1-2 ) maka :
2)
b.
Azimut
Azimuth adalah besaran sudut yang diukur dari arah utara searah jarum jam dari
sembarang meridian acuan yang besarnya berkisar antara 0 360. Azimuth
berfungsi sebagai orientasi arah utara pada peta, sebagai kontrol pada pengukuran
jaringan poligon maupun dalam hitungan koordinat.
Azimuth yang diukur dilapangan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
1)
Azimuth Magnetis
Azimuth Magnetis adalah azimuth yang berdasarkan arah utara magnetis. Untuk
mendapatkan
azimuth
magnetis
dapat
dilakukan
dengan
pengukuran
menggunakan alat ukur yang dilengkapi dengan bousole atau kompas, seperti
halnya theodolit (TO). Azimuth magnetis ini tidak berdasarkan arah utara
sebenarnya (kutub utara bumi), namun hanya berdasarkan arah utara magnetis.
2)
Azimuth Geografis
Azimuth Geografis adalah azimuth yang berdasarkan arah kutub utara bumi atau
utara sebenarnya. Untuk mendapatkan besaran azimuth geografis dapat dilakukan
dengan pengamatan benda-benda angkasa (pengamatan matahari atau pengamatan
bintang).
c.
pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak terlalu luas - sekitar
(20 km x 20km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk untuk menyesuaikan
dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan
maupun pemeriksa.
Tingkat ketelitian, sistem koordinat yang diinginkan dan keadaan medan
lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang menentukan dalam menyusun
ketentuan poligon kerangka dasar. Tingkat ketelitian umum dikaitkan dengan jenis
dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan. Sistem koordinat dikaitkan
dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan lapangan pengukuran
menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai penanda titik di lapangan
dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan titik.
Koordinat VR diketahui
Sudut sudut Poligon So, S1, ....., S6 diketahui.
Bila : VR = sudut jurusan 1 V2
12 = sudut jurusan 1 2
Rumus rumus yang digunakan dalam perhitungan :
12 = VR So
23 = 12 + 180 0 S2
34 = 23 + 180 0 S3
45 = 34 + 180 0 S4
Titik 1
X1 = XR + dR sin VR
Y1 = YR + dR cos VR
Dimana dR = jarak dari titik 1 ke VR
Titik 2
X2= X1 + d12 sin V12
Y2 = Y1+ d12 cos V12
Dimana d12 = jarak dari titik 1 ke 2
Titik 3
X3 = X2 + d23 sin V23
Y3 = Y2 + d23 cos V23
Dimana dR = jarak dari titik 2 ke 3
Demikian juga untuk titik 4, 5 dan 6
Untuk mendapatkan hasil yang cukup teliti, maka diadakan koreksi koreksi. Ada
2 macam koreksi, yaitu :
1. Koreksi Sudut f ()
S1 + S2 + S3 + S4 + S5 + S6 + f () = 720 0( jumlah sudut dalam segi enam )
Atau :
( n-2 ) X 180 0
f () = 720 0- S1
f () merupakan koreksi sudut
f () dibagi bagi pada S1 , S2 , S3 , ....... , S6
2. Koreksi Jarak
a. di sin + f (x) = (x) = Xakhir Xawal
Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :
Xakhir Xawal = 0
di sin + f (x) = 0
F(x) = koreksi x
b. di cos + f (y) = Yakhir Yawal
Karena titik awal dan akhir berimpit, maka :
Yakhir Yawal = 0
di sin + f (y) = 0
F(y) = koreksi y
Maka :
Absis xi diberi koreksi sebesar : di . f(x)/ d
Ordinat yi diberi koreksi sebesar : di . f(y)/ d
Sudut adalah lingkaran yang dibagi dalam 4 bagian yang dinamakan
kuadran. Cara menentukan besarnya sudut ada 3 cara, yaitu :
1.
dinamakan derajat, sehingga satu kuadran terdiri dari 900. Sistem besaran sudut
seksadesimal selain dalam bentuk derajat, juga disajikan dalam besaran menit dan
sekon. Nilai maksimum sudut ini adalah 3600 60 60.
10 = 60 = 3600
2.
Cara Sentisimal yaitu, membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu
kuadran terdiri dari 100 bagian yang dinamakan grade. Sistem besaran sudut
sentisimal selain disajikan dalam besaran grade, juga disajikan dalam bentuk
centigrade dan centisentigrade. Nilai maksimum sudut ini adalah 400g 100cg 100cc.
1g = 100cg = 10000cc
3.
sebagai satuan sudut. Karena keliling lingkaran adalah 2r, maka satu lingkaran
mempunyai sudut sebesar 2r/r = 2 radian.
Hubungan antara radian, derajat dan grade yaitu :
2 radial = 3600 = 4000
1.
Degree = Grade
Misal : a0bc
Maka : x = (400/360)x a0bc= dg ecg fcc
2.
Grade
= Degree
Degree = Rad
Misal : a0bc = x
Maka : x = (2 /360)x a0bc= d rad
4.
Rad
= Degree
Misal : a rad = x
Maka : x = (360/2) a rad = d0 e f
5.
Grade
= Degree
Misal : a rad = x
Maka : x = (400/2) a rad = bg ccg dcc
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
bumi.
Pengukuran dilapangan menghasilkan sudut dalam sebesar 7192125
3.2. Saran
Guna tercapainya keberhasilan dalam pengukuruan yang dilakukan agar
tidak terjadi banyak error atau selisih error terlalu jauh. Sebelum melakukan
pengukuran hendaknya dipelajari dahulu teori-teori yang nanti tentang
pengukuruan. Dalam penggunaan alat hendaknya diperhatikan ketentuanketentuan penggunaannya untuk menghindari terjadinya kerusakan dan kesalahan
pengukuran. Serius dan teliti dalam melakukan kegiatan pengukuran agar
kesalahan dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah I. Yogyakarta: Laboratorium
Ilmu Ukur Tanah Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM.
Batara, Y. D. Ilmu Ukur Tanah. Banjarmasin: Jurusan Teknik Geodesi. Politeknik
Negeri Banjarmasin.
Basuki, S. 2006. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta: Jurusan Geodesi Universitas
Gajah Mada.
Mulyo, Jarot dan Supriatna. 2008. Modul Praktikum Ilmu Ukur Tanah. Depok:
Fakultas MIPA Universitas Indonesia.
Purwaamijaya, Iskandar Muda. 2008. Teknik Survei dan Pemetaan. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
Suharto.
2011.
Pekerjaan
Survei
dan
Pemetaan.