Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

II.

IDENTIFIKASI

Nama

: Kaco syamsuddin

RM

: 736512

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir : 01-07-1995

Umur

: 20 tahun, 7 bulan, 21hari

Alamat

: Jl. A.Pettarani

MRS

: 19-02-2016

Perawatan

: Unit luka bakar

DPJP

: dr. A.J Rieuwpassa. Sp.B, Sp.BP

ANAMNESIS

Keluhan Utama
Luka bakar listrik daerah kepala

Anamnesis Terpimpin
Luka bakar dialami sejak 2 minggu sebelum masuk RSWS. Awalnya pasien dirawat
di Rumah Sakit Nene Mallomo, Sidrap, selama 10 hari dengan keluhan luka bakar
listrik pada daerah kepala dan kedua kaki, dan telah dilakukan debridement di RS
Sidrap. Setelah itu dirujuk di rumah sakit Makkasau tipe c di Pare-pare selama 3 hari
dan dilakukan operasi amputasi pada kelima jari-jari kaki kiri dan kelima jari-jari kaki
kanan. Pasien dirujuk ke RSWS (20-12-2016) untuk rencana operasi skin graft pada
daerah kepala. Riwayat pasien kehilangan kesadaran(-), mual (-), muntah (-), demam
(+) selama di RS.Pare-pare, rambut terbakar (+), bulu hidung terbakar (-), alis
terbakar (-).
Mekanisme trauma: Pasien memperbaiki atap mesjid yang bocor. Pada saat selesai
memperbaiki pasien berdiri kemudian kepala pasien terkena kabel listrik terkelupas
sehingga pasien jatuh posisi terlentang dan kaki pasien terangkat sehingga kabel
listrik mengenai kaki pasien.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
-

Keadaan Umum
Sakit sedang/ gizi cukup/ sadar

Status vitalis
TD = 130/80 mmHg
N= 80x/menit
P= 20x/menit
S= 36,6 C

Status lokalis
Regio Parietal
I : tampak bone exposed ukuran 20 x 20 cm, perdarahan aktif (-), tepi kulit kepala
tampak berwarna kehitaman
P : nyeri tekan ada
Regio pedis dextra dan sinistra
Pedis dextra
I : tampak luka ganggren
P : ukuran 10 x 5 cm. Jari I-V teramputasi, edema ada
Pedis sinistra
I : luka ganggren
P : ukuran 10 x 6 cm. Jari I-V teramputasi, edema ada, Nyeri tekan ada
Regio Parietal

Regio Pedis Dextra

Regio Pedis Sinistra

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tanggal 20-2-2016

HASIL

NILAI RUJUKAN
4

DARAH RUTIN

WBC

10,8x 103/uL

4 - 10 x 103/uL

RBC

3,78 x 106/uL

46 x 106/uL

HGB

11,8g/dL

12 - 16 g/dL

HCT

35,9%

37 48 %

PLT

266x103/uL

150 - 400 x 103/uL

HASIL

NILAI RUJUKAN

Ureum

mg/dL

10-50 mg/dL

Kreatinin

mg/dL

< 1,1 mg/dL

Tanggal
Kimia Darah

Penanda Jantung

D-dimer

<0.5

Elektrolit

NA

136-145

3.5-5.1

CL

97-111

Tanggal 20-2-2016
Hemostasis

Kimia darah

PT

14,4

10.8-14.4

APTT

26,5

26.4-37.6

INR

1,38

Albumin

3.5-5

V. DIAGNOSIS KERJA
1. Elektric burn injury
2. Post amputasi digiti I-V Pedis dextra et sinistra
3. Bone exposed cranium regio parietal
VI. PENATALAKSANAAN
1. Pro Boor Hole
2. Debridement

VII. RESUME
Pasien laki-laki umur 20 tahun masuk RSWS dengan keluhan luka bakar
listrik yang dialami sejak 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
Luka bakar terdapat di kepala, pada kaki kanan, dan kaki kiri. Pasien sebelumnya dirawat
selama 10 hari di rumah sakit nene mallomo dan dilakukan debridement. Setelah itu
dirujuk di rumah sakit Makkasau tipe c Pare-pare dilakukan operasi amputasi kelima jarijari kaki kiri

dan kelima jari-jari kaki kanan, dirawat selama 3 hari. Pasien kemudian

dirujuk ke RSWS (20-12-2016) untuk rencana operasi skin graft pada daerah kepala.
Riwayat pasien tidak sadar (-), mual (-), muntah (-), demam (+) selama di RS Pare-pare,
rambut terbakar (+), bulu hidung terbakar (-), alis terbakar (-).
Keadaan umum pasien sakit sedang/gizi cukup/saadar. Status vital dalam batas normal.
Status lokalis regio parietal tampak luka bakar 4%, bulla tidak ada, hiperemis tidak ada,
tampak bone exposed ukuran 20 x 20 cm, tepi kulit kepala tampak berwarna kehitaman.
Regio pedis dextra tampak luka bakar 1%, bulla tidak ada, hiperemis tidak ada, luka
ganggren ukuran 10 x 5 cm, jari I-V teramputasi, edema ada.
Regio Pedis sisnitra tampak luka bakar 1%, bulla tidak ada, hiperemis tidak ada. Tampak
luka ganggren ukuran 10 x 6 cm. Jari I-V teramputasi, edema ada
Dari pemeriksaan laboratorim didapatkan leukositosis. Pasien didiagnosa dengan luka
bakar derajat IIb-III et causa electrical burn injury. Terapi yang diberikan (1) Pro Boor
Hole dan (2) Debridement.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I

PENDAHULUAN
Luka bakar memberikan pengaruh bencana pada orang-orang dalam hal kehidupan
manusia, penderitaan, cacat, dan kerugian finansial. Lebih dari sekitar 2 juta orang dalam
pengalaman Amerika Serikat membakar luka, sebagian besar adalah kecil dan dirawat
terutama di UGD. Pada tahun 1991, luka bakar mengakibatkan kematian 5.053. Sekitar 1,4
juta orang di Amerika Serikat mempertahankan membakar setiap tahun; diperkirakan 54.000
untuk 180.000 dirawat di rumah sakit.
Luka bakar merupakan cedera yang menimbulkan derita besar pada penderitanya.
Selain mengancam jiwa, luka bakar juga menyebabkan berbagai morbiditas berupa gangguan
fisik yang berat serta dampak psikologis yang serius yang dapat menganggu fungsi sosial
penderitanya. Mekanisme terjadinya, luas, dan kedalaman luka bakar, serta usia merupakan
faktor yang sangat menentukan mortalitas kasusluka bakar. Penderita anak-anak dan usia
lanjut merupakan faktor-faktor yang sangat menenfukan mortalitas kasus luka bakar. Setelah
lolos dari maut di tempat kejadian dan dirawat di suatu instansi kesehatan, masih dapat terjadi
komplikasi atau penanganan yang kurang tepat. Bahkan selepas rawat inap, penderita luka
bakar yang sudah "sembuh" kerap kali pulang dengan masalah sosio-psikologis akibat
kecacatan yang sangat membutuhkan pertolongan ahli rekonstruksi dan rehabilitasi. Seorang
penderita yang mengalami lukabakar seluas 5% LPT (luas permukaan tubuh) membutuhkan
waktu satu bulan untuk bisa kembali ke aktivitas kerja sehari-harinya dan penderita dengan
luka, I0% LPT butuh 1 -6 bulan, 20%o LPT butuh 6 bulan- I tahun, dan35% LPT butuh lebih
dari I tahun. Pertolongan pada waktu, dengan cara, dan oleh orang yang tepat sangatlah
krusial dalam tatalaksana kasus luka bakar.

II

ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT


Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang terdiri dari lapisan sel dipermukaan. Kulit
terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan
berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin dari kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat sangat kompleks, elastis,
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi
tubuh.
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel epitel. Sel
sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel terbanyak pada lapisan
7

epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans. Epidermis terdiri dari lima lapisan
yang paling dalam yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum
lucidum dan stratum corneum.
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah dan
pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papillaris dan
lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan retikularis.

Gambar 1. Anatomi kulit

Secara fisiologis, kulit mempunyai fungsi sebagai berikut:


Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi, misalnya zat-zat kimiawi
terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol, karbol, asam, dan alkali. Gangguan yang
bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet; gangguan infeksi luar

terutama kuman/bakteri maupun jamur.


fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel

menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.


fungsi ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu meminyaki kulit jua menahan

evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.


fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.

Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffini di dermis dan sukutis.
Fungsi termoregulasi(pengaturan suhu tubuh), kulit melakukan peranan ini dengan cara

mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.


Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan
basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangantangan dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag.

Fungsi keratinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu keratinosit,

sel langerhans, melanosis.


Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi
kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.

III

PATOFISIOLOGI
Ketika kulit terbakar, stratum korneum yang rusak akan menginvasi mikroorganisme, dan selsel Langerhans. Pada pasien luka bakar dengan luka parah, respon imun sistemik berkurang,
membuat rentan terhadap infeksi serius.
Perpindahan panas dari agen panas ke kulit
Keparahan dari luka bakar berhubungan dengan tingkat di mana panas dipindahkan
dari panas ke kulit. Laju perpindahan panas tergantung pada kapasitas panas, suhu, durasi
kontaknya, koefisien perpindahan, dan panas spesifik dan konduktivitas dari jaringan lokal.
Pentingnya kapasitas panas sebagai penentu keparahan luka bakar yang diilustrasikan dengan
membandingkan jumlah panas yang disimpan dalam 10 g 2 bahan yang berbeda (tembaga
dan air) dipanaskan sampai suhu yang sama (100 C).
Suhu
Temperatur awal dari bahan pada saat kontak merupakan penentu penting dari
keparahan luka bakar. Air hanya dapat dipanaskan sampai 100 C pada tekanan atmosfer
sebelum berhenti menjadi cairan dan menguap. Ketika cairan lain mencapai suhu tertentu,
mereka menyalakan atau mengoksidasi dengan menggabungkan dengan oksigen.
Titik nyala cairan adalah suhu di mana uap dari cairan yang mudah menguap
dicampur dengan udara secara spontan terbakar. Sebuah cairan yang mudah terbakar
didefinisikan sebagai cairan yang memiliki titik nyala kurang dari 37,8 C. Cairan dengan
titik nyala di atas suhu ini dianggap mudah terbakar. Selain suhu tinggi, pembakaran cairan
juga dapat memicu pakaian korban, sehingga lebih memperburuk keparahan cedera.
Durasi kontak
Kulit manusia dapat mentolerir suhu setinggi 44 C (111 F) untuk waktu yang
relatif lama (6 jam) sebelum cedera ireversibel terjadi. Durasi kontak antara cairan dan kulit
tergantung pada kedua viskositas cairan dan cara yang diterapkan pada kulit korban. Pada
luka bakar perendaman durasi kontak antara cairan panas dan kulit jauh lebih lama dari itu
dengan luka bakar tumpahan, sehingga meningkatkan keparahan cedera.

Perpindahan panas.
Bahkan ketika suatu zat memiliki panas yang cukup untuk menyebabkan luka bakar,
tidak akan melakukannya kecuali panasnya dapat ditransfer ke kulit. Kemampuan untuk
mentransfer panas antara 2 bahan yang berbeda diatur oleh koefisien perpindahan panas,
yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang melewati area unit kontak antara 2 bahan
ketika perbedaan suhu antara bahan-bahan ini adalah derajat 1.
Tiga metode yang berbeda dari perpindahan panas ada: konduksi, konveksi, dan
radiasi. Metode paling sederhana perpindahan panas adalah konduksi, yang terjadi ketika
sebuah benda padat panas datang yang kontak langsung dengan kulit. Konveksi adalah
transfer panas dengan bahan yang melibatkan gerakan fisik dari bahan itu sendiri dan
ditentukan oleh konduksi panas dan dengan penyimpanan energi dan pencampuran gerak.
Konveksi yang paling penting sebagai mekanisme transfer energi antara kulit dan cairan
panas atau gas. Air panas tumpah pada kulit memindahkan panas secara konveksi antara
tetesan air dan permukaan kulit. Uap atau udara yang panas juga memindahkan panas ke kulit
dengan konveksi.
Tissue konduktivitas
Konduktivitas jaringan tertentu yang terlibat memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat luka bakar. Kadar air, minyak alami atau sekresi dari kulit, dan adanya bahan
(misalnya, lapisan keratin cornified kulit) konduktivitas jaringan pengaruh isolasi. Selain itu,
perubahan dalam aliran darah jaringan lokal menghasilkan efek yang besar pada perpindahan
panas dan distribusi. Ketidakmampuan untuk melakukan panas dari titik kontak secara efisien
menghasilkan berbagai tingkat cedera jaringan.
Karena kulit adalah konduktor panas yang relatif buruk, ia menyediakan penghalang
yang luas pada cedera panas. Lapisan paling atas nya, epidermis, relatif seragam dengan
ketebalan di semua wilayah tubuh (75-100 mm) kecuali untuk sol dan telapak tangan, di
mana ia mencapai ketebalan lebih besar (0,4-0,6 mm). Kelangkaan cedera ketebalan penuh
dengan telapak tangan dan telapak kaki dapat dikaitkan dengan penutup epitel tebal.
Cedera luka bakar
Selama hari pertama setelah luka bakar, 3 zona konsentris cedera jaringan luka bakar
dengan ketebalan penuh: zona koagulasi, stasis, dan hiperemia. Zona pusat koagulasi
memiliki kontak yang paling intim dengan sumber panas.. Ini terdiri dari sel-sel mati akibat
10

koagulasi nekrosis dan aliran darah tidak ada. Ini biasanya muncul putih atau hangus. Zona
menengah stasis biasanya merah dan menjadi pucat pada tekanan, muncul untuk memiliki
sirkulasi yang utuh; Namun, setelah 24 jam, sirkulasi melalui pembuluh dangkal yang sering
telah berhenti. Perdarahan petekie mungkin hadir. Pada hari ketiga, zona menengah stasis
menjadi putih karena dermis superfisial adalah avaskular dan nekrotik. Zona luar hiperemia
adalah zona merah yang memucat karena tekanan, menunjukkan bahwa ia memiliki sirkulasi
utuh. Pada hari keempat, zona ini memiliki warna yang lebih merah. Penyembuhan hadir
pada hari ketujuh.
Transformasi dari zona stasis untuk koagulasi terjadi dan telah berhubungan dengan
banyak faktor, termasuk iskemia dermal progresif. Studi eksperimental telah melibatkan
prostaglandin, histamin, bradikinin dan sebagai mediator kimia oklusi vaskular progresif.
Mereka dapat menghasilkan edema dengan mengubah sel dan membran dasar fungsi endotel
untuk meningkatkan permeabilitas. Ketika iskemia ini terus berlanjut, zona stasis akhirnya
menjadi luka bakar ketebalan penuh.

Infeksi
Pada pasien dengan luka bakar utama, infeksi masih menjadi penyebab utama
kematian. Konsekuensi kekebalan cedera ini telah diidentifikasi dan defisit spesifik di
kemotaksis neutrofil, fagositosis, dan bakteri intraseluler. Diperantarai sel kekebalan, yang
diukur dengan tes kulit, juga terganggu dan telah berhubungan baik dengan penurunan
aktivasi limfosit dan mediator supresif yang hadir dalam serum pasien luka bakar. Penurunan
sintesis immunoglobulin juga telah ditemui pada pasien sakit parah.
Perubahan fisiologi lainnya
Perubahan fisiologis lainnya terlihat dengan cedera termal, untuk sebagian besar,
respon volume sirkulasi darah yang berkurang. Respon kardiovaskular segera cedera termal
adalah pengurangan curah jantung disertai dengan ketinggian resistensi pembuluh darah
perifer. Dengan tidak adanya penyakit jantung, fraksi ejeksi ventrikel dan kecepatan serat
pemendekan miokard benar-benar meningkat di fase luka bakar. Dengan penggantian volume
plasma, output meningkatkan jantung ke tingkat yang berada di atas normal.
IV

KLASIFIKASI DAN LUAS LUKA BAKAR

11

Kelangsungan hidup pasien luka bakar 'terkait dengan faktor-faktor berikut: ukuran /
kedalaman, usia, adanya luka inhalasi, dan komorbiditas pasien. Kedalaman luka bakar
biasanya diklasifikasikan menurut derajat.
Kriteria

Patologi

Derajat I
(Superficial)

Derajat IIa
(Partial thickness

Derajat IIb
(Partial thickness

Hanya

Superficial dermal)
Seluruh epidermis dan

Deep dermal)
Seluruh epidermis,

Seluruh

epidermis,

mengenai

lapisan atas dermis

lapisan dermis lebih

seluruh

dermis,

dalam lagi

hingga

lapisan

epidermis
(contoh:

sun

(tidak

Derajat III
(Full thickness)

seluruh dermis)

subkutan

Merah putih

Putih

burn)
Kemerahan

Merah

Bulla
Capillary

+
+

kemerahan
+/+

+/+

kehitaman
-

Refill
Nyeri
Kekeringan
Lainnya

+
Kering
-

+
Lembab
Edema, pucat

+(tumpul)
Lembab
Tidak terlalu pucat

Kering
Hangus,

Warna

Terapi

Tidak

perlu

(terapi suportif:

muda

coklat

disertai

Dressing: Polyurethrane film, foam dressing,

eskar
Silversulfadiazine,

atau bacterial sellulose

eksisi

analgetik)

tangensial,

skin graft

Luas luka bakar


Perkiraan yang akurat dari ukuran luka bakar penting untuk perawatan dan pemindahan
keputusan. Ukuran atau batas luka bakar dapat diperkirakan dalam berbagai cara. Mungkin
yang paling akurat adalah grafik usia tertentu berdasarkan diagram Lund-Browder yang

12

mengkompensasi perubahan proporsi tubuh dengan pertumbuhan (lihat gambar di bawah).

Gambar 2. Initial Burn Chart(7)

13

Gambar 3. Wallence Rule of Nines

Trauma listrik terbagi atas 3, yaitu :


Listrik setempat
Terkena tegangan rendah yang menyebabkan luka kecil namun dalam. Dapat
mengganggu siklus jantung dan menyebabkan aritmia.
Trauma tegangan tinggi sesungguhnya
Terkena tegangan >1.000 volt. Dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang luas hingga
menyebabkan kehilangan ekstremitas. Kerusakan otot dapat menyebabkan tabdomiolisis
hingga gagal ginjal. Resusitasi dan debridement yang segera dan agresif sangat
dibutuhkan. Kontak dengan tegangan >70.000 volt dapat berakibat fatal.
Flash Injury
Terjadi ketika terdapat percikan api dari sumber tegangan tinggi yang menyebabkan luka
superficial pada bagian tubuh yang terpajan. Biasanya pada tangan dan wajah. Pada
kasus ini tidak terdapat aliran listrik yang mengalir langsung ke tubuh pasien.
V

PENATALAKSANAAN
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein
sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga

14

destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu
dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
e. Evaluasi awal
f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma yang
lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan pendekatan
khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder

PERAWATAN LUKA BAKAR


Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan dilakukan
perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka. Tujuan
dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa sakit yang minimal.Setelah
luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa
fungsi: pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan
meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup
untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan
semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit
Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan
kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk
mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama
luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi
dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang
terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau
bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok
kulit (early exicision and grafting )
15

NUTRISI
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda dari orang
normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami keadaan hipermetabolik. Kondisi
yang berpengaruh dan dapat memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:
Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh, massa bebas lemak.
Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat, penyakit ginjal dan lainlain.
Luas dan derajat luka bakar
Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas melalui evaporasi)
Aktivitas fisik dan fisioterapi
Penggantian balutan
Rasa sakit dan kecemasan
Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan.
Dalam menentukan kebutuhan kalori basal pasien yang paling ideal adalah dengan
mengukur kebutuhan kalori secara langsung menggunakan indirek kalorimetri karena alat ini
telah memperhitungkan beberapa faktor seperti BB, jenis kelamin, luas luka bakar, luas
permukan tubuh dan adanya infeksi. Untuk menghitung kebutuhan kalori total harus
ditambahkan faktor stress sebesar 20-30%. Tapi alat ini jarang tersedia di rumah sakit.
Yang sering di rekomendasikan adalah perhitungan kebutuhan kalori basal dengan
formula HARRIS BENEDICK yang melibatkan faktor BB, TB dan Umur. Sedangkan untuk
kebutuhan kalori total perlu dilakukan modifikasi formula dengan menambahkan faktor
aktifitas fisik dan faktor stress.
Pria : 66,5 + (13,7 X BB) + (5 X TB) (6.8 X U) X AF X FS
Wanita : 65,6 + (9,6 X BB) + (1,8 X TB)- (4,7 X U) X AF X FS
Perhitungan kebutuhan kalori pada penderita luka bakar perlu perhatian khusus karena
kurangnya asupan kalori akan berakibat penyembuhan luka yang lama dan juga
meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Disisi lain, kelebihan asupan kalori dapat
menyebabkan hiperglikemi, perlemakan hati. Penatalaksanaan nutrisi pada luka bakar dapat
dilakukan dengan beberapa metode yaitu : oral, enteral dan parenteral.
Untuk menentukan waktu dimualinya pemberian nutrisi dini pada penderita luka
bakar, masih sangat bervariasi, dimulai sejak 4 jam pascatrauma sampai dengan 48 jam
pascatrauma.

16

EARLY EXICISION AND GRAFTING (E&G)


Dengan metode ini eschar di angkat secara operatif dan kemudian luka ditutup
dengan cangkok kulit (autograft atau allograft ), setelah terjadi penyembuhan, graft akan
terkelupas dengan sendirinya. E&G dilakukan 3-7 hari setelah terjadi luka, pada umumnya
tiap harinya dilakukan eksisi 20% dari luka bakar kemudian dilanjutkan pada hari berikutnya.
Tapi ada juga ahli bedah yang sekaligus melakukan eksisi pada seluruh luka bakar, tapi cara
ini memiliki resiko yang lebih besar yaitu : dapat terjadi hipotermi, atau terjadi perdarahan
masive akibat eksisi.
Metode ini mempunyai beberapa keuntungan dengan penutupan luka dini, mencegah
terjadinya infeksi pada luka bila dibiarkan terlalu lama, mempersingkat durasi sakit dan lama
perawatan di rumah sakit, memperingan biaya perawatan di rumah sakit, mencegah
komplikasi seperti sepsis dan mengurangi angka mortalitas. Beberapa penelitian membandingkan teknik E&G dengan teknik konvensional, hasilnya tidak ada perbedaan dalam hal
kosmetik atau fungsi organ, bahkan lebih baik hasilnya bila dilakukan pada luka bakar yang
terdapat pada muka, tangan dan kaki.
Pada luka bakar yang luas (>80% TBSA), akan timbul kesulitan mendapatkan donor
kulit. Untuk itu telah dikembangkan metode baru yaitu dengan kultur keratinocyte.
Keratinocyte didapat dengan cara biopsi kulit dari kulit pasien sendiri. Tapi kerugian dari
metode ini adalah membuthkan waktu yang cukup lama (2-3 minggu) sampai kulit (autograft)
yang baru tumbuh dan sering timbul luka parut. Metode ini juga sangat mahal.
ESCHAROTOMY
Luka bakar grade III yang melingkar pada ekstremitas dapat menyebabkan iskemik
distal yang progresif, terutama apabila terjadi edema saat resusitasi cairan, dan saat adanya
pengerutan keropeng. Iskemi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada jarijari tangan dan
kaki. Tanda dini iskemi adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai baal pada ujungujung distal. Juga luka bakar menyeluruh pada bagian thorax atau abdomen dapat
menyebabkan gangguan respirasi, dan hal ini dapat dihilangkan dengan escharotomy.
Dilakukan insisi memanjang yang membuka keropeng sampai penjepitan bebas.
ANTIMIKROBA
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit sehingga
memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka. Bila jumlah kuman sudah
mencapai 105 organisme jaringan, kuman tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang
17

lebih dalam kemudian menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik
yang dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara topikal atau
sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep atau cairan untuk merendam.
Contoh antibiotik yang sering dipakai :
Salep : Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine, Bacitracin
(biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B, Nysatatin, mupirocin ,Mebo
(Moist Exposed Burn Ointment / Therapy)

KONTROL RASA SAKIT


Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang mengalami luka
bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar yang mengenai jaringan epidermis
akan menghasilkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan
epidermis (jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi oleh
rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri, sedangkan luka bakar
derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali.
Saat timbul rasa nyeri terjadi peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan
denyut nadi, tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi
berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil.
Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi, atau saat
terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan biasanya dari golongan opioid dan NSAID.
Preparat anestesi seperti ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur yang
dirasakan sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik sepeti
anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan benzodiazepin dbersama opioid dapat
menyebabkan ketergantungan dan mengurangi efek dari opioid.
PERMASALAHAN PASCA LUKA BAKAR
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan
juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
Infeksi dan sepsis
18

Oliguria dan anuria


Oedem paru
ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
Anemia
Kontraktur
Kematian

VI

PROGNOSIS
Bergantung pada lokasi, luasnya cedera, perjalanan komplikasi, dan terapi awal. Karena
kebanyakan cedera listrik dapat dicegah, maka diperlukan pencegahan, pendidikan, dan
kepatuhan terhadap langkah-langkah keamanan baik di rumah maupun di tempat kerja
merupakan aspek yang paling penting dari manajemen prehospital.

19

DAFTAR PUSTAKA
1

Dr E J Van Hasselt dkk.2008. Burns Manual - A Manual For Health Worker 2nd edition.
Departement of Surgery College of Medicine. Blantyre. Malawi.

Gjorge Dzhokic dkk. 2008. Electrical Injuries : Etiology, Pathophysiology and


Mechanism of Injury. University clinic of Plastic & Reconstructive Surgery, Medical
Faculty. Skopje. Republicof Macedonia.

Cindya Klarisa dkk. 2014. Kapita Selecta Kedokteran Luka Bakar. Media Aesculapius.
Jakarta. Indonesia.

Tam N Pham dkk. 2008. American Burn Association Paractice Guidelines Burn Shock
Resuscitation.University of Washington Burn Center. Seattle. United State

Ahmet Cinar Yasti dkk. 2015. Guideline and Treatment Algorithm for Burn Injuries.
Departement of General Surgery. Ankara. Turkey.

20

Anda mungkin juga menyukai