Dosen :
Lengsi Manurung
Di Susun Oleh :
Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
Ade Setiwan
Adhitya Ramadhan
Putri Eka Prasetianingsih
Rizky Fauzi
: 201343501960
: 201343501961
: 201343501956
: 201343501943
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Pengertian Epistemologi.......................................................................................3
Epistemologi Filsafat.............................................................................................4
Ruang Lingkup Epistemologi.............................................................................7
Objek Dan Tujuan Epistemologi........................................................................9
Aliran-Aliran Epistemologi...............................................................................10
Landasan Epistemologi......................................................................................13
Pengaruh Epistemologi Terhadap Peradaban Manusia.............................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah epistemologi bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan
tentang pengetahuan. Sebelum dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
kefilsafatan, perlu diperhatikan bagaimana dan sarana apakah kita dapat
memperoleh pengetahuan. Jika kita mengetahui batas-batas pengetahuan, kita
tidak akan mencoba untuk mengetahui hal-hal yang pada akhirnya tidak dapat
diketahui. Sebenarnya kita baru dapat menganggap mempunyai suatu
pengetahuan setelah kita meneliti pertanyaan-pertanyaan epistemologi. Kita
mungkin terpaksa mengingkari kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan,
atau mungkin sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang kita punyai hanya
kemungkinan-kemungkinan dan bukannya kepastian, atau mungkin dapat
menenatapkan batas-batas antara bidang-bidang yang memungkinkan adanya
kepastian yang mutlak dengan bidang-bidang yang tidak memungkinkannya
(Luis O. Kattsoff, 2004)
Dalam pembahasan filsafat, epistemologi dikenal sebagai sub sistem
dari filsafat. Sistem filsafat disamping meliputi epistemologi, ontologi dan
aksiologi. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas tentang
bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan.
Ontologi adalah teori tentang ada, yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang
menjadi objek pemikiran. Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang
membahas tentang manfaat, kegunaan maupun fungsi dari objek yang
dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga sub sistem ini biasanya disebutkan
secara berurutan, mulai dari ontologi, epistemologi, kemudian aksiologi.
Dengan gambaran senderhana dapat dikatakan, ada sesuatu yang dipikirkan
(ontologi), lalu dicari cara-cara memikirkannnya (epistemologi), kemudian
timbul hasil pemikiran yang memberikan suatu manfaat atau kegunaan
(aksiologi).
B. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
C. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang dan tujuan penulisan di atas, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi (filsafat ilmu) adalah pengetahuan sistematik mengenai
pengetahuan. Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat,
epistemologi
dapat
menggambarkan
manusia
mencintai
pengetahuan
mereka
membicarakan
lebih
dahulu
(dan
empiris. Ini tidak mendalam tetapi itu pun mempunyai rentangan, sejauh
mana hal abstrak di belakang fakta empiris itu dapat di ketahui oleh
seseorang, akan banyak tergantung pada kemampuan berpikir seseorang.
Jika kita ingin mengetahui sesuatu yang tidak empiris, apa yang akan kita
gunakan? Ya, akal itu, apapun kelemahan akal, bahkan sekali pun akal amat
di ragukan hakikat keberadannya, toh akal yang menghasilkan apa yang di
sebut filsafat. Kelihatanya, ada satu hal yang penting di sini : janganlah
hidup ini di gantungkan pada filsafat, janganlah hidup ini di tentukan
seluruhnya oleh filsafat, filsafat itu adalah produk akal dan akal itu belum
di ketahui secara jelas identitasnya.
C. Ruang Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat,
sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam
aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan.
Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup
pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa
sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan
benar, apa kebenaran itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa
yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya.
Semua pertanyaan itu dapat diringkas menjadi dua masalah pokok : masalah
sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi mencakup
aspek yang begitu luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan,
bahwa epistemologi sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan
mengungkapkan kenyataan selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa
yang diketahui dibidang tertentu.
Dalam pembahasan-pembahsan epistemologi, ternyata hanya aspek-aspek
tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga
mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya
terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang
jumlahnya lebih banyak cenderung diabaikan.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah
metode eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena
keterbatasan indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil,
sebenarnya benda itu kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat
dari dekat benda itu besar.
2. Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan melalui kegiatan
akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes (1596-1650).
Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat scholastic yang
pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan oleh
kurangnya metode berpikir yang tepat.
Dan ia juga mengemukakan metode baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika
orang ragu terhadap segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang
berpikir. Sebab, yang sedang berpikir itu tentu ada dan jelas ia sedang erang
menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir, maka saya ada). Rasio
merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa
orang kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakan akal yang terang
benderang yang disebut Ideas Claires el Distictes (pikiran yang terang
benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang inilah pemberian
tuhan seorang dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Sebagai pemberian
tuhan, maka tak mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap
sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionlisme. Aliran
rasionalisme ada dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang
filsafat. Dalam bidang agama, aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas
dan biasanya digunakan untuk mengkritik ajaran agama. Adapun dalam
bidang filsafat, rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering
berguna dalam menyusun teori pengetahuan.
3. Positivisme
Tokoh aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia menganut paham
empirisme. Ia berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam
memperoleh pengetahuan. Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan
10
suatu
aliran
yang
dapat
berdiri
sendiri.
Aliran
ini
tetapi
adanya
pengertian
timbul
dari
pengalaman
11
mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak
mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal.
6. Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme
diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini
dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern. Idealisme mempunyai
argumen epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang
mengajarkan bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme
karena mereka tidak menggunakan argumen epistemologi yang digunakan
oleh idealisme. Idealisme secara umum berhubungan dengan rasionalisme.
Ini adalah mazhab epistemologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan
apriori atau deduktif dapat diperoleh dari manusia dengan akalnya.
F. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah, yaitu cara yag
dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi,
ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat
tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa
disebut ilmu yang tercantum dalam metode ilmiah. Metode ilmiah berperan
dalam
tataran
transformasi
dari
wujud
pengetahuan
menjadi
ilmu
12
engumpulkan
fakta
melalui
pengamatan
langsung,
maka
dia
13
yang
canggih
adalah
hasil
pemikiran-pemikiran
secara
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa Epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan
yang benar dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara
terminologi epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan
atau ilmu filsafat tentang pengetahuan.
Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa Segenap
proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut? Jacques
Martain mengatakan, Tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan
syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari wujud
pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian
metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan
fakta secara integratif. Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi
berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh
ilmu pengetahuan. Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi
terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat. Jakarta: PT. Rineka Cipta
[2] Tafsir, Ahmad. 2009. Filsafat Ilmu. Bandung: PT. Remaja Posdakarya
[3] Achmadi, asmoro. 2012. Filsafat umum. PT. Raja grafindo persada, Jakarta.
Hal 118-119
[4] Hakim, M.A. dan Drs. Bani Ahmad Saebani, M.Si. 2008. Filsafat Umum
Dari Metologi Sampai Teofilosofi. Pustaka Setia, Bandung. Hal 206
[5] Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: PT. Pancaranintan Indahgraha
[6] http://barabbasayin.blogspot.com/2013/07/pengertian-dan-ruanglingkup.html (diakses tanggal 18 September 2016)
[7] http://ebookcollage.blogspot.com/2013/06/pengaruh-epistemologi.html
(diakses tanggal 18 September 2016)
16