Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Larutan
II.1.1 Pengertian larutan
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara
molekul, atom ataupun ion daridua zat atau lebih. Disebut
campuran karena susunannya atau komposisinya dapat
berubah.Disebut homogen karena susunanya begitu seragam
sehingga tidak dapat diamati adanya bagian- bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase
larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas
misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam
dan
paduan
logam
yang lain. Larutan cair misalnya air
laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain (Faizal, 2011).
Larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari
molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Larutan akan
terjadi jika atom, molekul atau dari suatu zat semuanya
terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut)
yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent.
Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah
yanglebih besar sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih
sedikit disebut solute atau zat terlarut (Baroroh, 2004).
Pembuatan larutan adalah
suatu
cara mempelajari
tentang
pencampuran
2
bahan
antara
cair atau
padat dengan konsentrasi
tertentu.
Untuk
menyatakan
kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat dilakukan
berbagai cara tergantung padatujuan penggunaannya. Adapun
satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan larutan
adalah molaritas. Molalitas, persen berat, persen volume, atau
sebagainya (Faizal, 2013).
Prosedur untuk menyiapkan suatu larutan yang
molaritasnya diketahui adalah sebagai berikut, zat terlarut
ditimbang secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam
labu volumeterik melalui corong, selanjutnya air ditambahkan
secara perlahan kedalam labu ukur kemudian labu ukur
digoyang perlahan untuk melarutkan padatan. Setelah semua
padatan melarut, air di tambahkan kembali secara perlahan
sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda volume.
Dengan mengetahui volume larutan dan kuantitasnya senyawa
yang terlarut, kita dapat menghitung molaritas larutan dengan
II-3

Bab II Tinjauan Pustaka


persamaan mol zat terlarut dibagi dengan liter larutan (Chang,
2004)
II.1.2 Molaritas (M)
Menurut tim Dosen Kimia UB (2014), molaritas (M) adalah
jumlah zat terlarut dalam setiap liter larutan. Harga kemolaran
dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan
volume larutan. Keuntungan menggunakan satuan molar adalah
kemudahan perhitungan dalam stoikiometri, karena konsentrasi
dinyatakan dalam jumlah mol (sebanding dengan jumlah
partikel yang sebenarnya). Kerugian dari penggunaan
satuan ini adalah ketidaktepatan dalam pengukuran volume.
Selain itu, volume suatu cairan berubah sesuai temperatur,
sehingga molaritas larutan dapat berubah tanpa menambahkan
atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada larutan yang
tidak
begitu encer,
volume molar
dari zat
itu sendiri
merupakan fungsi
darikonsentrasi,
sehingga
hubungan
molaritas-konsentrasi tidak linear (Wikipedia, 2014).
Molaritas dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
M=

n
v

atau

m
Mr

1000
v

Dimana :
M
= Molaritas (M)
n
= Mol (n)
m
= Massa (g)
v
= Volume (L/ml)
Mr
= Massa relatif
II.1.3 Pengenceran
pengenceran
adalah
mencampur
larutan
pekat
(konsentrasi
tinggi)
dengan
cara
menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air
ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik.
Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak
kulit (Brady, 2000).
Rumus sederhana pengenceran adalah sebagai berikut :
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana
:
M1
= molaritas larutan sebelum pelarutan
V1
= volume larutan sebelum pelarutan
M2
= molaritas larutan sesudah pelarutan
V2
= volume larutan sesudah pelarutan

II.2 pH
Kekuatan asam dan basa tergantung pada kemampuannya berionisasi. Kekuatan
basa tergantung dari ukuran ion positifnya. Jika ion positifnya bertambah besar dan
muatannya lebih kecil maka kecenderungannya mengadakan pemisahan antara ion
positif dan OH- besar. Basa dari logam alkali adalah basa kuat. Karena ukuran ion
positifnya besar dan muatannya kecil.
Contoh :
KOH adalah basa kuat dibanding dengan NaOH karena ion K+ lebih besar dari ion Na+ .
Dalam periode yang sama pada susunan berkala di jumpai NaOH adalah basa kuat dari
Mg(OH2). Susunan kebasaannya adalah Na+ > Mg2+ > Al3+.
Untuk asam-asam yang berasal dari unsur yang sama, maka kekuatan asamnya
bergantung dari bilangan oksidasi dari unsur tersebut. Bilangan oksidasi yang lebih
tinggi mempunyai asam yang lebih besar.
Contoh :
H2SO4 dan H2SO3
Jumlah S pasa H2SO4 mempunyai biloks +6, sedangkan S pada H2SO3 mempunyai
biloks +4, maka H2SO4 bersifat asam lebih kuat daripada H2SO3 karena atom S pada
H2SO4 mempunyai gaya tarik terhadap elektron lebih besar pada elektron yang dipakai
bersama antara atom O dan ataom H sehingga H mudah lepas (Tim dosen kimia, 2003:
2).
Dalam analisis kimia, kita sering berhadapan dengan konsentrasi-konsentrasi ion
hidrogen yang rendah. Untuk menghindari kerumitan penulisan angka-angka dengan

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


faktor 10 berpangkat negatif, Sorensen memperkenalkan eksponen ion-hidrogen (pH),
yang didefinisikan sebagai berikut :
H

+
PH = - log [H+] = log
1

atau [H+] = 10-pH.

Jadi besarnya pH adalah sama dengan logaritma dari konsentrasi ion hidrogen
dengan diberi tanda negatif, atau logaritma dari kebalikan konsentrasi ion-hidrogen.
Untuk larutan asam, pH < 7
Untuk larutan basa, pH > 7
Untuk larutan netral, pH = 7
Istilah pOH kadang-kadang dipakai secara analog untuk eksponen ion hidroksi, yaitu:
OH

pOH = -log [OH-] = log

= 10-pOH

pH + pOH = 14
Untuk setiap asam dengan tetapan disosiasi ka
pKa = - log ka = log

1
ka

Begitu pula, untuk setiap basa dengan tetapan disosiasi kb


pKb = - log kb = log log

1
kb

II.3 Larutan buffer


II.3.1 Pengertian larutan buffer
Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempert
ahankan pHnya, jika ditambahkan sedikit asam atau sedikit
basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau
campuran basa lemah dengan asam konjugasinya. Nilai
pH larutan buffer tidak berubah (konstan) setelah penambahan
sejumlah asam, basa, maupun air. Larutan buffer mampu
menetralkan penambahan asam maupun basa dari luar (Utami,
2009).
Larutan buffer bisa dibuat bukan dari campuran antara
basa lemah dengan garamnya saja. Larutan buffer dapat juga
berupa campuran hasil reaksi dari basa lemah dan asam kuat
asalkan banyaknya basa lemah lebih banyak dari pada asam
kuat yang dicampurkan. Cara ini lebih umum dilakukan untuk
larutan buffer (Tim Dosen kimia Universitas Hasanuddin, 2010).
Larutan buffer dapat dibuat dengan berbagai cara.
Larutan buffer asam dapat dibuat dengan cara mencampurkan
sejumlah
larutan
asam lemah
dengan
larutan
basa
konjugasinya secara langsung. Selain itu, larutan buffer asam
juga dapat dibuat dengan mencampurkan sejumlah larutan
basa kuat dengan larutan asam lemah berlebih. Setelah reaksi
selesai, campuran dari larutan basa konjugasi yang terbentuk
dan sisa larutan asam lemah membentuk larutan buffer asam.
Cara yang serupa, larutan buffer basa juga dapat dibuat melalui
dua
cara.
Pertama,
mencampurkan
sejumlah
larutan
basa lemah
dengan larutan asam
konjugasinya
secara
langsung. Cara kedua, mencampurkan sejumlah larutan asam
kuat dengan larutan basa lemah berlebih. Setelah reaksi
selesai, campuran dari larutan asam konjugasi yang terbentuk
dan sisa larutan basa lemah membentuk larutan buffer basa
(Andy, 2009).
II.3.2 Jenis-jenis larutan buffer
1. Larutan buffer yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam(pH
<7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam
lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari
asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu
asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya
dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari
asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat
yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium,
dan lain-lain.

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat
dan natrium etanoat dalam larutan. Pada kasus ini,
jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding
antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan
memiliki pH 4,76. Ini bukan suatu masalah dalam hal
konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi
yang sama. pH larutan penyangga dapat diubah dengan
mengubah rasio asam terhadap garam, atau dengan memilih
asam yang berbeda dan salah satu garamnya.
Contoh :
CH3COOH dan CH3COO- dimana CH3COO- disediakan dari
garamnya (misalnya CH3COONa atau (CH3COO)2Ca)
2. Larutan buffer yang bersifat basa
Apabila suatu basa lemah dicampur dengan asam
konjugasinya
maka
akan
terbentuk
suatu larutan buffer basa. Larutan ini akanmempertahankan
pH pada daerah basa (pH>7). Misalnya larutan campuran
NH3 dengan ion amonium (NH4+). Larutan buffer basa juga
dapat terjadi dari campuran suatu basa lemah dengan suatu
asam kuat dimana basa lemah dicampurkan berlebih. Jika ke
dalam larutan ditambahkan suatu asam kuat, maka ion H +
yang berasal dari asam itu akan mengikat atau bereaksi
dengan ion OH-. Hal itu menyebabkan kesetimbangan larutan
menjadi bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH dapat dipertahankan atau dengan kata lain pH larutan stabil
atau dapat bertahan.
Demikian juga pada penambahan suatu basa kuat, jumlah
ion OH- dalam larutan akan bertambah. Hal ini akan
menyebabkan kesetimbangan larutan menjadi bergeser ke
kiri sehingga konsentasi ion OH - dapat dipertahankan dan pH
larutan tidak berubah.
Contoh :
Larutan NH4OH (NH3) dan NH4+ dimana NH4+ disediakan
dari garamnya (misalnya NH4Cl atau (NH4)2SO4)
II.3.3 Sifat larutan buffer
1. pH larutan tidak berubah jika diencerkan
pengeceran larutan yang mengandung NH4OH 0,1 M dan
NH4Cl 0,1 M hingga volumenya = 2 kali volume semula. Jika
larutan ini diencerkan hingga volumenya = 2 kali volume

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


semula,
maka
a
NH4OH
bertambah
yang
dapat
menyebabkan jumlah OH- dalam larutan bertambah. Tetapi,
konsentrasi OH- tidak berubah sebab volume larutan
bertambah. Akibatnya, pH larutan tidak berubah.
2. pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya
sedikit asam
Jika ke dalam larutan yang mengandung NH4OH 0,1 M
dan NH4Cl 0,1 M ditambahkan sedikit HCl, maka pH larutan
tidak berubah. Hal ini disebabkan H+ yang berasal dari HCl
dalam larutan akan dinetralkan dengan NH4OH berdasarkan
reaksi berikut.
H+(aq) + NH4OH (aq)
NH4+(aq) + H2O(l)
Reaksi ini menyebabkan jumlah H+ dalam larutan tidak
berubah. Akibatnya, pH larutan tidak berubah.
3. pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya
sedikit basa
Jika ke dalam larutan yang mengandung NH4OH 0,1 M
dan NH4Cl 0,1 M ditambahkan sedikit NaOH, maka pH
larutan tidak berubah. Hal ini disebabkan OH- yang berasal
dari NaOH dalam larutan akan dinetralkan NH4+ yang
berasal dari NH4Cl berdasarkan reaksi berikut.
OH-(aq) + NH4+(aq)

NH4OH(aq)

Reaksi ini menyebabkan jumlah OH- atau H+ dalam larutan


tidak berubah. Akibatnya, pH larutan tidak berubah.
II.3.4 Aplikasi larutan buffer
Larutan buffer diperlukan untuk menjaga pH yang tepat
untuk enzim dalam banyak organisme untuk bekerja. Banyak
enzim bekerja hanya pada kondisi sangat tepat; bila pH
bergerak ke luar dari rentang yang sempit, maka kerja enzim
melambat atau bahkan berhenti dan dapat mengalami
denaturasi atau kehilangan sifat alaminya. Dalam banyak kasus
denaturasi dapat melumpuh-kan aktivitas katalitiknya secara
permanen. Buffer asam karbonat (H2CO3) dan bikarbonat

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

Bab II Tinjauan Pustaka


(HCO3) terdapat dalam plasma darah, untuk mempertahankan
pH antara 7,35 dan 7,45.
Secara industri, larutan buffer digunakan dalam proses
fermentasi dan dalam pengaturan kondisi yang tepat untuk
bahan pewarna yang digunakan di pabrik pewarnaan. Larutan
buffer juga digunakan dalam analisis kimia dan kalibrasi pH
meter. Mayoritas sampel biologi yang digunakan dalam riset
dibuat dengan buffer, terutama air asin yang dibufferkan
dengan fosfat (PBS) pada pH 7,4.
Sistem penyangga digunakan dalam berbagai bidang
seperti industri farmasi, kimia analik, Bakteriologi, Fotografi,
industri Kulit, dan Zat Warna, yang menggunakan rentang pH
yangcukup sempit untuk mendapatkan kerja yang optimum.
Dalam tubuh manusia manusia, sistempenyangga berfungsi
untuk mempertahankan harga pH, seperti asam karbonat
dengan ionkarbonat. Selain aplikasi tersebut, terdapat fungsi
penerapan konsep larutan penyangga ini dalamtubuh manusia
seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam
cairan intrasel
maupuncairan
ekstrasel. Dimana
sistem
penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4 dan
HPO42 yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa.
Adapun sistem penyangga tersebut,dapat menjaga pH darah
yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan
larutanpenyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan seharihari seperti pada obat tetes mata.
II.3.5 Zat pembuffer sederhana
Untuk buffer dalam daerah asam, pH dapat diatur pada
nilai yang diinginkan dengan menambahkan asam kuat seperti
HCl untuk zat pembuffer. Untuk buffer basa, basa kuat seperti
NaOH dapat ditambahkan. Sebagai alternatif, buffer campuran
dari asam dan basa konjugatnya dapat dibuat. Misalnya, suatu
buffer asetat dapat dibuat dari campuran asam asetat dan
natrium asetat. Demikian pula dengan buffer basa dapat dibuat
dari campuran basa dan asam konjugatnya.

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka

Zat pembuffer

pKa

Rentang
pH

Asam sitrat

3,13; 4,76; 6,40

2,1 7,4

Asam asetat

4,8

3,8 5,8

K2HPO4

7,2

6,2 8,2

CHES

9,3

8,310,3

Borat

9,24

8,25
10,25

II.3.6 Campuran buffer universal


Dengan menggabungkan zat-zat dengan nilai pKa berbeda
dengan hanya dua atau kurang dan mengatur pH, rentang
buffer yang luas dapat diperoleh. Asam sitrat adalah suatu
komponen yang berguna dari campuran buffer karena ia
memiliki tiga nilai pKa, terpisah oleh kurang dari dua. Rentang
buffer dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan
penyangga lain. Campuran dua-komponen yang berikut (larutan
buffer McIlvaine) mempunyai kisaran buffer dari pH 3 sampai 8.
0,2M Na2HPO4 /mL

0,1M Asam sitrat /mL

pH

20,55

79,45

3,0

38,55

61,45

4,0

51,50

48,50

5,0

63,15

36,85

6,0

82,35

17,65

7,0

97,25

2,75

8,0

Suatu campuran yang mengandung asam sitrat, kalium


hidrogen fosfat, asam borat, dan dietil asam barbiturat dapat
dibuat untuk mengubah rentang pH 2,6 12.

II.3.7 Kapasitas buffer

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka


Kapasitas buffer, , ialah penentuan kuantitatif dari daya
tahan suatu larutan buffer terhadap perubahan pH atas
penambah-an ion hidroksida. Hal ini dapat didefinisikan sebagai
berikut:
= dn/d(p[H+])
Dimana dn adalah suatu jumlah basa yang ditambahkan sangat
kecil sekali dan d(p[H+]) ialah perubahan yang dihasilkan sangat
kecil sekali dalam logaritma konsentrasi ion hidrogen. Dengan
definisi ini kapasitas penyangga (buffer) dari suatu asam lemah,
dengan konstanta disosiasi Ka, dapat dinyatakan sebagai
berikut:
dn/d(pH) = 2,303 ([H+] + CAKa [H+]/(Ka + [H+])2 + [OH]
di mana CA adalah konsentrasi asam analitik. pH didefinisikan
sebagai log10[H+].
Ada tiga daerah kapasitas buffer tinggi:
1. Pada p[H+] sangat rendah keadaan pertama mendominasi
dan peningkatan dalam perbandingannya dengan
konsentrasi ion hidrogen. Ini tidak tergantung dari ada atau
tidak adanya bahan penyangga dan penggunaan pada semua
pelarut.
2. Dalam daerah p[H+] = pKa 2 keadaan kedua menjadi
penting. Kapasitas buffer sebanding dengan konsentrasi
bahan penyangga, CA, sehingga larutan encer mempunyai
kapasitas buffer kecil.
3. Pada p[H+] sangat tinggi keadaan ketiga mendominasi dan
meningkat dalam perbandingannya dengan konsentrasi ion
hidroksida. Ini karena ionisasi-sendiri dari air dan tidak
tergantung dari ada atau tidak adanya bahan penyangga.
Kapasitas buffer dari bahan pembuffer ialah pada p[H +] =
pKamaksimum. Hal ini merosot sampai 33% dari nilai
maksimum pada p[H+] = pKa 1 dan menjadi 10% pada p[H +]
= pKa 1,5. Atas alasan ini rentang yang berguna ialah sekitar
pKa 1.

II.4 Cara kerja larutan buffer


Laboratorium Kimia Analit
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka


Larutan penyangga mengandung komponen asam dan
basa dengan asam dan basa konjugasinya, sehinggadapat mengikat
baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam
kuat atau basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut
ini cara kerja larutan penyangga :
1. Larutan penyangga asam
Misalnya larutan penyangga HNO2/NO2campuran larutan HNO2 dengan NaNO2

yang

dibuat

dari

a. Pada penambahan asam (Misal : HCl)

Berdasarkan
Gambar
6a,
Larutan
penyangga
HNO2/NO2 dapat dibuat dari campuran HNO2 dan NaNO2.
Berarti dalam larutan ini terkandung molekul HNO 2, ion H+,
Na+ dan NO2-. Penambahan sedikit asam kuat akan
menambah konsentrasi H+ dalam larutan (6b), namun
kelebihan
ini
dinetralisasi
oleh
NO 2-,
membentuk
HNO2 sehingga kesetimbangan bergeser ke arah HNO2. Hal
ini membuat jumlah H+ dalam larutan menjadi tetap.
Akibatnya (6c) nilai pH tetap
b. Pada penambahan basa (misal : NaOH)

Berdasarkan Gambar 7b, penambahan sedikit basa


kuat akan memunculkan ion baru dalam larutan penyangga
HNO2/NO2- yaitu OH-, namun ion tersebut dinetralisasi oleh

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka


HNO2, membentuk NO2- sehingga kesetimbangan bergeser ke
arah NO2-. Hal ini membuat OH- tidak mengganggu H+ dalam
larutan. Akibatnya (7c) nilai pH tetap.
c. Pada pengenceran dengan H2O

Berdasarkan Gambar 8, jika dilakukan pengenceran


dengan H2O maka derajat ionisasi () asam lemah akan
naik (Hukum Pengenceran Ostwald) yang berarti menambah
jumlah ion H+ dan NO2- dari ionisasi asam lemah (8b). Akan
tetapi karena volume larutan juga bertambah maka
penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak berarti. Akibatnya
(8c) nilai pH tetap.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan
prinsip
kerja
larutan
penyangga
asam
dalam
mempertahankan pH adalah sebagai berikut:
1. Setiap penambahan H+ akan dinetralisasi oleh basa
konjugasi.
2. Setiap penambahan OH- akan dinetralisasi oleh asam
lemah.
3. Setiap pengenceran dengan H2O berarti memperbesar
jumlah ion H+ dan basa konjugasi dari ionisasi asam
lemah namun penambahan konsentrasi H+ menjadi tidak
berarti karena volume larutan juga bertambah.
2. Larutan penyangga basa
Misalnya larutan penyanggaNH3/NH4+
campuran larutan NH4OH dengan NH4Cl
a. Pada penambahan asam (misal : HCl)

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

yang

dibuat

dari

II-

Bab II Tinjauan Pustaka

Berdasarkan Gambar 9a, Larutan penyangga NH3/NH4+


dapat dibuat dari campuran NH4OH(bentuk NH3 dalam air)
dan NH4Cl. Berarti dalam larutan ini terkandung molekul
NH4OH, ion NH4+, ion OH- dan Cl-. Penambahan sedikit asam
kuat akan memunculkan ion baru dalam larutan (9b) yaitu
H+,
namun
ion
tersebut
dinetralisasi
oleh NH4OH,
+
membentuk NH4 sehingga kesetimbangan bergeser ke arah
NH4+. Hal ini membuat H+ tidak mengganggu OH- dalam
larutan. Akibatnya (9c) nilai pH tetap.
b. Pada penambahan basa (misal : NaOH)

Berdasarkan Gambar 10, Penambahan sedikit basa


kuat akan menambah konsentrasi OH- dalam larutan, namun
kelebihan ini dinetralisasi oleh NH4+, membentuk NH4OH
sehingga kesetimbangan bergeser ke arah NH 4OH. Hal ini
membuat jumlah OH- dalam larutan menjadi tetap. Akibatnya
(10c) nilai pH tetap.
c. Pada pengenceran dengan H2O

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka

Berdasarkan Gambar 11, jika dilakukan pengenceran


dengan H2O maka derajat ionisasi () basa lemah akan
naik/turun*(29) (Hukum Pengenceran Ostwald) yang berarti
menambah jumlah ion OH- dan NH4+ dari ionisasi basa lemah
(11b). Akan tetapi karena volume larutan juga bertambah
maka penambahan konsentrasi OH- menjadi tidak berarti.
Hal ini (11c) membuat nilai pH tetap.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan
prinsip
kerja
larutan
penyangga
basa
dalam
mempertahankan pH adalah sebagai berikut:
1. Setiap penambahan H+akan dinetralisasi oleh basa
lemah.
2. Setiap penambahan OH- akan dinetralisasi oleh asam
konjugasi.
3. Setiap pengenceran dengan H2O berarti memperbesar
jumlah ion OH- dan asam konjugasi dari ionisasi basa
lemah, namun penambahan konsentrasi OH- menjadi
tidak berarti karena volume larutan juga bertambah.

II.5 Menghitung pH larutan buffer


II.5.2 Asam monoprotik
Pertama-tama, tuliskan persamaan kesetimbangannya.

HA

A + H+

Ini menunjukkan bahwa ketika asam terdisosiasi akan


menghasilkan ion hidrogen dan anion dengan jumlah setara.

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka


Konsentrasi kesetimbangan tiga komponen ini dapat dihitung
dalam tabel ICE.

Tabel ICE untuk asam monoprotik


R

[HA]

[A]

[H+]

C0

-x

C0-x

x+y

Baris pertama, diberi label 'I', menyatakan kondisi awal:


konsentrasi asam awal adalah C0, belum terdisosiasi, sehingga
konsentrasi A dan H+ adalah nol; y konsentrasi awal asam kuat
yang ditambahkan, misalnya asam klorida. Jika yang
ditambahkan adalah basa kuat, misal natrium hidroksida, y
akan bernilai negatif karena basa menghilangkan ion hidrogen
dari larutan. Baris kedua, diberi label 'C' untuk perubahan
(Change), menyatakan perubahan yang terjadi ketika asam
mengalami disosiasi. Konsentrasi asam menurun sejumlah x dan
konsentrasi
A serta
H+ keduanya
meningkat
sejumlah +x. Hal ini mengikuti kaidah kesetimbangan. Baris
ketiga, diberi label 'E' untuk konsentrasi kesetimbangan
(Equilibrium concentrations), adalah penjumlahan dua baris di
atasnya
dan
menunjukkan
konsentrasi
pada
saat
kesetimbangan.
Untuk menentukan x, gunakan rumus untuk tetapan
kesetimbangan yang dinyatakan sebagai konsentrasi:

Ka

+
H

Substitusikan konsentrasi dengan nilai yang diperoleh dari


baris terakhir tabel ICE:

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka

Ka

x ( x+ y )
C 0x

Disederhanakan menjadi:
x2 + (Ka + y)x - KaC0 = 0

Untuk nilai C0 tertentu, Ka dan y pada persamaan ini dapat


digunakan untuk memecahkan x. Diasumsikan bahwa pH =
-log10[H+] maka pH dapat dihitung sebagai pH = -log10(x+y).

II.5.2 Asam poliprotik


Asam poliprotik adalah asam yang dapat melepaskan
lebih dari satu proton. Tetapan disosiasi proton pertama dapat
ditulis sebagai Ka1 dan tetapan disosiasi proton selanjutnya
sebagai Ka2, dst. Asam sitrat, H3A, adalah contoh asam poliprotik
yang dapat melepas tiga proton.

kesetimbangan
H3A

H2A + H
2

H2A

HA

+H

HA2

A3 + H+

nilai pKa
pKa1 = 3.13
pKa2 = 4.76
pKa3 = 6.40

Jika perbedaan nilai pK yang berturutan kurang dari tiga,


akan timbul tumpangsuh antara rentang pH spesies dalam
kesetimbangan. Semakin kecil perbedaannya, semakin besar
tumpangsuhnya. Dalam kasus asam sitrat, tumpangsuhnya luas
dan larutan asam sitrat dapat mendapar pada rentang antara
pH 2,5 to 7,5.
Perhitungan pH yang melibatkan asam poliprotik
memerlukan perhitungan spesiasi. Dalam kasus asam sitrat,
memerlukan pemecahan dua persamaan kesetimbangan massa

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka

CA = [A3-] + 1[A3-][H+] + 2[A3-][H+]2 + 3[A3-][H+]3


CH = [H+] + 1[A3-][H+] + 22[A3-][H+]2 + 33[A3-][H+]3

CA adalah
konsentrasi
analitik
asam,
CH adalah
konsentrasi
analitik
ion
hidrogen
yang
ditambahkan,
q adalah tetapan asosiasi kumulatif.
Log 1 = pKa3, Log 2 = pKa2 + pKa3, Log 3 = pKa1 + pKa2 +
pKa3

Kw adalah tetapan ionisasi air. Terdapat dua persamaan


simultan non-linear untuk dua variabel yang tak diketahui [A3]
dan [H+]. Banyak program komputer tersedia untuk melakukan
perhitungan ini. Diagram spesiasi asam sitrat juga dapat
dihasilkan oleh program HySS
II.5.3 Menghitung pH larutan buffer asam
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam
lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai
pH < 7) digunakan rumus :
[H+] = Ka. Ca/Cg
pH
= pKa + log Ca/Cg
dimana
:
Ca
= konsentrasi asam lemah
Cg
= konsentrasi garamnya
Ka
= tetapan ionisasi asam lemah
Contoh :
Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam
asetat dengan0.1 mol natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
Ka bagi asam asetat = 10-5
Jawab :
Ca
= 0.01 mol/liter = 10-2 M
Cg
= 0.10 mol/liter = 10-1M
pH
= pKa + log Cg/Ca
= -log 10-5 + log-1/log-2

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Bab II Tinjauan Pustaka


= 5 + 1 = 62.
II.5.4 Menghitung pH larutan buffer basa
Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa
lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai
pH > 7), digunakan rumus:
[OH-] = Kb. Cb/Cg
pOH = pKb + log Cg/Cb
dimana :
Cb
= konsentrasi basa lemah
Cg
= konsentrasi garamnya
Kb
= tetapan ionisasi basa lemah

Contoh :
Sebanyak 50 mL larutan NH3 0,1 M (Kb = 105) dicampur
dengan 100 mL larutan NH4Cl 0,5 M. Hitunglah pH larutan
tersebut!
Jawab:
50 mL NH3 0,1 M + 100 mL NH4Cl 0,5 M
mol NH3
= 50 mL 0,1 mmol/mL = 5 mmol
mol NH4Cl = 100 mL 0,5 mmol/mL = 50 mmol
pOH
= pKb logb/g
pOH
= 5 log5/50
pOH
= 5 log 0,1
pOH
= 5 +1
=6
pH
= 14 pOH
= 14 6
=8

Laboratorium Kimia Analit


Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

II-

Anda mungkin juga menyukai