Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING)

SISTEM KARDIOVASCULAR
OLEH:
KELAS B
KELOMPOK III
Apriani Fransiska Djaini
Ariyanti Halid
Ayu Devinasari
Citra Ibrahim
Dini Fitriani Maspeka
Rano Mamonto
Riksan Kiliu
Sinta Mohammad
Sry Putriani Mee
Taufik Djakaria
Wahyuni J Amiri

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
TAHUN 2015
SKENARIO I

1. KLASIFIKASI ISTILAH-ISTILAH PENTING


a. Kebiruan dan sianosis: adalah warna kulit dan membrane mukosa kebiruan
atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah. Kondisi
ini terutama mencolok dibibir dan kuku.
b. Tinggi badan:
Nilai normal:
Lahir-1 tahun: 50,5-75,5 cm
1-2 tahun: 78,0 cm
3-4 tahun: 96,0 cm
4 tahun : 100,3 cm
5 tahun 109,0 cm
c. Berat badan:
Sangat kurus < -16,00-17,0
Kurus < -18,50-17,0-18,5
Normal: 18,50-24,99
Normal: 18,5-25,0
Kegemukan > 25,00
Kegemukan > 25,0-27,0
Obesitas > 30,00
Obesitas > 27,0
d. Tekaanan Darah (TD): jumlah tenaga darah yang ditekan terhadap dinding
Arteri (pembuluh nadi) saat jantung memompakan darah keseluruh tubuh
manusia.
Sistolik: dewasa< 120 mmhg
1 bulan: 86/54 mmhg
Diastolic < 80 mmhg
1 tahun: 96/65 mmhg
2 tahun: 99/65 mmhg
Sistolik: 121-129 mmhg
4 tahun: 99/65 mmhg
Diastolic: 81-84 mmhg
6 tahun: 100/65 mmhg
8 tahun: 105/60 mmhg
10 tahun: 110/60 mmhg
12 tahun: 115/60 mmhg
15-20 tahun: 90/60-120/80 mmhg
30 tahun: 110/70-140/90 mmhg
e. Nadi: adalah denyutan yang muncul, nadi teraba pada dinding pembuluh
darah arteri yang berdasarkan systole dan diastole dari jantung yang

disebabkan oleh gelombang tekanan yang bergerak menuruni cabang


vascular.
BBL: 120/60x/menit
<1 bulan : 90-170x/menit
1-12 bulan: 80-120x/menit
1 tahun : 80-160x/menit
1-2 tahun: 80-130x/menit
2 tahun: 80-120x/menit
2-6 tahun: 75-120x/menit
6 tahun: 75-115x/menit
6-12 tahun: 75-110x/menit
10 tahun: 70-110x/menit
12 tahun-dewasa: 60-100x/menit
14 tahun: 65-100x/menit > 60-100x/menit
lansia: 60-70x/menit
f. Suhu Badan (SB) : suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan
menggunakan thermometer yang dapat dibagi beberapa standar penilaian
antara lain : normal atau afebris, hipertermi atau febris, dan hipotermi.
Suhu normal: - 36-37,50C
37,2-37,50C
Bayi: 37,50C
Suhu Normal: 36,7-37,220C
Anak: 36,7-37,00C
Dewasa: 36,40C > 70 tahun: 36,00C
g. RR (Respirtory Rate): Tingkat respirasi atau respiratory rate adalah
jumlah seseorang mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya
diukur ketika seseorang dalam posisidia dan hanya melibatkan menghitung
jumlah napas selama satu menit dengan meghitung beberapa kali dada
meningkat.
BBL: 30-40x/menit
Bayi: 30-60x/menit
Anak: 20-30x/menit
1 tahun: 30x/menit
Remaja: 15-24x/menit
2-5 tahun: 24x/menit
Dewasa: 16-120x/menit
Dewasa: 10-20x/menit
2. KATA KUNCI/PROBLEM KUNCI
a. Kebiruan
b. Tingga badan rendah
c. Berat badan rendah
d. Berjongkok
2

e. Susah bicara
f. Tekanan darah rendah
g. Pernafasan meningkat
h. Suhu tubuh rendah
3. MAIN MAP/ Lembar Cheklis
a. MIND MAP

SIANOSIS
TOF
Definisi
Tetralogy of Fallot (TOF)
adalah
penyakit
jantung
kongenital
dengankelainan
struktur jantung yang muncul
pada saat lahir dan terjadi
perubahan aliran darah di
jantung
Etiologi
Penyebabnya
masih
belum diketahui. Beberapa
Faktor endogen diantaranya
Berbagai
jenis
penyakit
genetik
seperti
kelainan
kromosom, ada riwayat Anak
yang
lahir
sebelumnya
menderita penyakit jantung
bawaan, Adanya penyakit
tertentu dalam keluarga seperti
diabetes melitus, hipertensi,
penyakit jantung atau kelainan
bawaan
Manifestasi klinis
1. Sesak, biasanya terjadi
ketika anak melakukan
aktivitas
(misalnya
menangis atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak
bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung
lambat
4. Jari tangan seperti tabuh
gendering/ gada (clubbing
fingers)

b. Lembar Cheklis

GAGAL JANTUNG

ARITMIA
Definisi
Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan
irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrolit abnormal
atau otomatis
Etiologi
Penyebab dasar suatu aritmia
sering sulit dikenali tetapi
beberapa faktor aritmogenik
berikut ini dapat menjadi
perhatian :
Peradangan
jantung,
gangguan sirkulasi koroner , obat
,
gangguan
keseimbangan
elektrolit,
gangguan
pada
pengaturan
susunan
saraf
autonom,
ganggguan
psikoneurotik dan susunan saraf
pusat,
gangguan
metabolik,
gangguan endokrin, gangguan
irama jantung, gangguan irama
jantung
Manifestasi klinis
1. Perubahan TD ( hipertensi
atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi;
bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun;
kulit
pucat,
sianosis, berkeringat; edema;
haluaran urin menurun bila
curah jantung menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut,
sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan
pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai
berat
4. Nafas
pendek,
batuk,
perubahan kecepatan atau
kedalaman pernafasan
5. Demam; kemerahan
kulit
3
(reaksi obat)

No

Manifestasi Klinis

TOF

Gagal

Aritmia

Jantun
1
2
3
4
5
6
7

Kebiruan
Tinggi dan berat badan rendah
Berjongkok
Susah bicara
Tekanan darah rendah
Pernafasan meningkat
Suhu tubuh rendah

4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
a. Apa penyebab kebiruan pada anak berhubungan dengan Teralogi Of
Fallot?
b. Mengapa anak dengan TOF sering berjongkok?
c. Mengapa anak dengan TOF sulit berbicara?
d. Mengapa anak dengan TOF berat badan, tinggi badan dan tanda vitalnya
tidak dalam batas normal?
5. JAWABAN PERTANYAAN PENTING
a. TOF menyebbkan oksigenasi rendah, dikarenakan tercampurnya darah
yang deoksigenasi dan teroksigenasi pada ventrikel kiri yang akan
dipompakan keaorta karena obstruksi pada katup pulmonal dan defek
septum ventrikel. Hal ini sering kulit anak atau bayi penderita TOF terlihat
biru.
b. Posisi jongkok merupakan posisi terbaik pada anak yang sering melakukan
aktivitas, posisi itu diambil sebagai solusi anak untuk mengatasi kelelahan.
Anak akan lebih merasa nyaman setelah lelah beraktivitas. Pada anak
penderita TOF akan lebih sering melakukan hal tersebut sebagai
manifestasi dari kelelahan yang sering dirasakannya. Dengan posisi
jongkok akan menurunkan alirah darah balik yang kurang oksigen,
meningkatkan resistensi sistemik dengan cara menekukkan arteri
femoralis, dapat meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih
banyak dari ventrikel kanan ke paru-paru.
c. Pada TOF dengan kondisi VSD, akan memperlihatkan adanya gagal
tumbuh kembang, yang mempengaruhi kemampuan bicara. Dari
pemeriksaan vital sign diatas didapatkan bahwa Respirasi Rate di kisarkan
4

45x/menit,, mengindikasikan Tachipneu,, atau pernapasan yang cepat.


Kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat sehingga kompensasinya ritme
pernapasan harus lebih cepat dari kondisi normal yang hanya pada kisaran
14-20x/m, sehingga anak akan lebih ekstra menggunakan saluran
pernapasannya (mulut dan hidung) untuk mendukung fungsi respirasinya
ketimbang digunakan untuk bicara.
d. Berat badan anak normal diatas 5 tahunberusia pada kisaran 14-18 kg.
Pada kondisi anak dengan TOF, terjadi gangguan pada tahap tumbuh
kembang,

dimana

mereka

mengalami

malnutrisi

kronik

dengan

pengurangan lemak subkutan dan otot yang mengecil. Takipneu dan


takikardi mempengaruhi peningkatan kebutuhan energy, peningkatan
kebutuhuhan nutrisi otot otot jantung dan pernapasan, mempengaruhi
berkurangnya asupan makan serta penggunaan nutrisi yang tidak efisien.
Batasan kisaran normal tanda vital untuk anak usia 5 tahun yakni TD
kisaran 108-116 untuk sistolikdan 69-74 untuk diastolic. Heart reat pada
kisaran 75-115 kali permenit, RR pada kisaran 20-25 kali permenit dan
Suhu Bada pada kisaran 36-37 derajat celcius. Pada anak penderita TOF
didapatkan TD hanya 70/50 mmHg atau dikatakan hipotensi sebagai akibat
dari menurunnya kemampuan jantung untuk memompakan darah. HR
120X/menit atau takikardi didapatkan sebagai kompensasi jantung untuk
memenuhi kebutuhan organ akan darah yang tidak bias dipenuhi melalui
mkanisme pompa jantung sendiri. RR 45x/menit atau takipneu muncul
sebagai akibat dari kompensasi paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh
dan organ akan oksigenasi akibat adanya efek dari defek katup ventrikel,
yang menyebabkan tercampurnya darah deoksigenasi dan teroksigenasi.
SB 35 derajat celcius didapatkan karena efek desaturasi oksigen
menyebabkan menurunnya perfusi kejaringan perifer.
6. TUJUAN PEMBELAJARAN SELANJUTNYA
a. Terdapat berbagai macam manifestasi klinis TOF atau tanda dan
gejalanya, bagaimanakah seseorang penderita TOF bisa memiliki
berbagai macam tanda dan gejala tersebut?

b. Apakah TOF hanya terjadi pada anak apakah factor umur berperan dalam
terjadinya penyakit TOF pada seseorang?
c. Apasajakah diagnose keperawatan yang memungkinkan terjadi pada
penderita TOF?
7. INFORMASI TAMBAHAN
8. KLARIFIKASI INFORMASI
9. ANALISA DAN SINTESIS
Anak usia 5 tahun datang ke rumah sakit bersama orang tua dengan keluhan
kebiruan, TB 80 cm, BB 10 kg. orang tua klien mengeluh sering berjongkok, tidak
bisa bermain dengan teman sebaya, klien susah bicara, TD 70/50 mmHg, Nadi
100`x/m, RR 45 x/m, SB 35oC.
Pada kasus diatas informasi yang tertera merupakan informasi yang informasi
yang sangat umum, gejala-gejala yang muncul merupakan gejala umum pada
penyakit kardiovasculer sehingga pengambilan diagnosis yang pasti merupakan
hal yang kurang bijak dan tidak tepat. Oleh karena itu dengan berdasarkan gejalagejala tersebut, dapat dimunculkan beberapa diagnosis banding yang masih
memerlukan tahap-tahap tertentu seperti pemeriksaan penunjang lainnya yang
memungkinkan munculnya kausa penyakit dan penegakan diagnosa yang tepat.
Diagnosa bandingnya merupakan penyakit pada gangguan jantung. Diantaranya
adalah : Tetralogi Of Fallot (TOF) dan aritmia.
Berdasarkan analis kelompok kami mengenai tanda dan gejala yang dialami
oleh anak pada kasus diatas, maka dapat ditetapkan bahwa Differensial Diagnosis
utama adalah penyakit Tetralogi of Fallot.
Pada TOF dapat menyebabkan oksigenasi rendah, dikarenakan tercampurnya
darah yang deoksigenasi dan teroksigenasi pada ventrikel kiri yang akan
dipompakan ke aorta karena obstruksi pada katup pulmonal dan adanya defek
septum ventrikel. Hal ini sering mengakibatkan kulit anak atau bayi penderita
TOF terlihat biru. Anak dengan TOF akan lebih sering melakukan posisi jongkok,
posisi itu diambil sebagai solusi anak untuk mengatasi kelelahan. Anak akan lebih
merasa nyaman setelah lelah beraktivitas. Pada anak penderita TOF akan lebih
sering melakukan hal tersebut sebagai manifestasi dari kelelahan yang sering
6

dirasakannya. Dengan posisi jongkok akan menurunkan aliran darah balik yang
kurang oksigen, meningkatkan resistensi sistemik dengan cara menekukkan arteri
femoralis, sehingga dapat meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih
banyak dari ventrikel kanan ke paru paru.
Gagal tumbuh kembang juga dapat terjadi pada anak penderita TOF, yang
mempengaruhi kemampuan bicara. Dari pemeriksaan vital sign diatas didapatkan
bahwa Respirasi Rate di kisaran 45x/menit,, mengindikasikan Tachipneu,, atau
pernapasan yang cepat. Kebutuhan tubuh akan oksigen meningkat sehingga
kompensasinya ritme pernapasan harus lebih cepat dari kondisi normal yang
hanya pada kisaran 14-20x/m, sehingga anak akan lebih ekstra menggunakan
saluran pernapasannya (mulut dan hidung) untuk mendukung fungsi respirasinya
ketimbang digunakan untuk bicara.
Pada kondisi anak dengan TOF, terjadi gangguan pada tahap tumbuh
kembang, dimana

mereka mengalami malnutrisi kronik dengan pengurangan

lemak subkutan dan otot yang mengecil. Takipneu dan takikardi mempengaruhi
peningkatan kebutuhan energy, peningkatan kebutuhan nutrisi otot otot jantung
dan pernapasan, mempengaruhi berkurangnya asupan makanan serta penggunaan
nutrisi yang tidak efisien.
Pada anak penderita TOF diatas didapatkan TD hanya 70/50 mmhg atau
dikatakan hipotensi sebagai akibat dari menurunnya kemampuan jantung untuk
memompakan darah. HR 120X /menit atau

takikardi didapatkan sebagai

kompensasi jantung untuk memenuhi kebutuhan organ akan darah, yang tidak bisa
dipenuhi melalui mekanisme pompa jantung sendiri. RR 45x/menit atau takipneu
muncul sebagai akibat dari kompensasi paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh
dan organ akan oksigenasi akibat adanya efek dari defek katup ventrikel, yg
menyebabkan tercampurnya darah deoksigenasi dan teroksigenasi. SB 35 derajat
celcius didapatkan karena efek desaturasi oksigen, menyebabkan menurunnya
perfusi ke jaringan perifer.
10. LAPORAN DISKUSI

Setelah menganalisa skenario di atas telah di simpulkan dalam diskusi


kelompok, bahwa manifestasi klinik yang dialami klien menunjukan klien
menderita penyakit jantung bawaan khususnya TOF (Tetralogy of Fallot) dengan
diagnosa keperawatan yang di angkat yakni penurunan curah jantung dan
keletihan.

LAPORAN PENDAHULUAN
TOF (Tetralogi Of Fallot)
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Tetralogy of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung kongenital dengankelainan
struktur jantung yang muncul pada saat lahir dan terjadi perubahan aliran darah di
jantung
TOF melibatkan empat kelainan jantung, yaitu:a
a. Stenosis Pulmonal
Hal ini diakibatkan oleh penyempitan dari katup pulmonal, di mana
darahmengalir dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Secara fisiologis,

darahyang sedikit oksigen dari ventrikel kanan akan mengalir melalui


katuppulmonal, masuk ke dalam arteri pulmonalis, dan keluar ke paru-paru
untuk mengambil oksigen. Pada stenosis pulmonal, jantung harus bekerja
lebih kerasdari biasanya untuk memompa darah dan tidak cukup darah untuk
mencapai paru-paru
b. Ventricular Septal Defect (VSD)
Jantung memiliki dinding yang memisahkan dua bilik pada sisi kiri dari
duabilik di sisi kanan yang disebut septum. Septum berfungsi untuk
mencegahbercampurnya darah yang miskin oksigen dengan darah yang kaya oksigenantara
kedua sisi jantung. Pada VSD dijumpai lubang di bagian septum
yangmemisahkan kedua ventrikel di ruang bawah jantung. Lubang ini
memungkinkan darah yang kaya oksigen dari ventrikel kiri untuk bercampur
dengan darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan.
Jika VSD cukup besar, maka akan ada peningkatan dalam aliran darah ke
parudan akan menyebabkan dilatasi ventrikel kiri dan arteri kiri dan
akhirnyamengakibatkan gagal jantung karena ketika ventrikel kiri menjadi
melebarsesuai dengan "frank-starling law" yaitu ketika otot jantung
mengalamidilatasi maka kontraktilitas jantung akan menurun dan jantung
tidak bisamengkompensasi lagi sehingga curah jantung akan berkurang dan
gagal jantung bisa terjadi.
c. Dekstroposisi dari aorta
Ini merupakan kelainan pada aorta yang merupakan arteri utama
yangmembawa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Secara anatomi
jantungyang normal, aorta melekat pada ventrikel kiri. Hal ini memungkinkan
hanyadarah yang kaya oksigen mengalir ke seluruh tubuh. Pada TOF, aorta
beradadiantara ventrikel kiri dan kanan, langsung di atas VSD. Hal
inimengakibatkan darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan
mengalirlangsung ke aorta bukan ke dalam arteri pulmonalis kemudian ke
paru-paru.
d. Hipertrofi

ventrikel kananKelainan ini terjadi jika ventrikel kanan menebal karena


jantung harusmemompa lebih keras dari seharusnya agar darah dapat
melewati katuppulmonal yang menyempit.
Obstruksi

aliran

darah

arteri

pulmonal

biasanya

pada

kedua

infundibulumventrikel kanan dan katup pulmonal. Obstruksi total dari aliran


ventrikel kanan(atresia pulmonal) dengan VSD diklasifikasikan dalam bentuk
ekstrim dariTOF.
Darah dari kedua ventrikel dipompa ke seluruh tubuh, termasuk
darahyang miskin oksigen. Hal ini mengakibatkan bayi dan anak-anak dengan
TOFsering memiliki warna kulit biru yang disebut sianosis karena miskinnya
oksigendi dalam darah. Saat lahir kemungkinan bayi tidak terlihat biru tetapi
kemudian bisa terjadi episode mendadak yang disebut spell ditandai dengan
kulit kebiruansaat menangis atau makan
2. Klasifikasi
Terdapat berbagai varian dari ToF, yaitu:
a. ToF dengan atresia pulmonal
b. ToF dengan atresia pulmonal dengan kolateral aortapulmonal multiple
c. ToF dengan absennya katup pulmonal
d. ToF dengan double outlet RV
e. ToF dengan defek septum atrium
3. Etiologi
Tetralogi fallot muncul pada masa perkembangan janin, ketika jantung sedang
berkembang. Sejumlah faktor seperti gizi buruk, infeksi virus, atau kelainan
genetik dapat meningkatkan risiko penyakit ini, namun dalam kebanyakan kasus,
penyebabnya masih belum diketahui.
Beberapa Faktor endogen diantaranya Berbagai jenis penyakit genetik seperti
kelainan kromosom, ada riwayat Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit
jantung bawaan, Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan

10

4. Patofosiologi
Embriologi jantung bermulai dari adanya tuba. Terdapat dua bagian tuba,
yaitu trunkus arteriosus dan bulbus kordis yang berkembang menuju satu sama
lainnya. Trunkus arteriosus akan mengalami perputaran 180 o dan tumbuh ke arah
bawan, menuju bulbus kordis. Peprutaran ini akan memisahkan aorta dengan
arteri pulmonal. Deviasi ke arah anterior dari perputaran ini menyebabkan ToF.
Deviasi antero-sefalad pada pembentukan lubang septum ventrikular dapat
disertai dengan pembentukan jaringan fibrosa pada septum yang gagal mengalami
proses muskularisasi. Deviasi ini dapat ditemukan pada absennya obsrtuksi
subpulmonal, seperti pada defek septum ventrikel Eisenmenger. Oleh karena itu,
pada pasien dengan ToF, perlu dipastikan adanya morfologi abnormal dari
trabekula septoparietal yang melingkari traktur aliran subpulmonal. Kombinasi
adanya deviasi septum dan trabekulasi septoparietal yang hipertrofi menghasilkan
karakteristik adanya obstruksi aliran ventrikel kanan. Deviasi jaringan muskular
pada lubang septum juga menyebabkan adanya defek septum ventrikel dengan
gangguan alignment dan menyebabkan munculnya overriding dari aorta.
Hipertrofi miokardium ventrikel kanan merupakan konsekuensi hemodinamik
akibat adanya lesi yang disebabkan oleh deviasi lubang septum.
ToF dicirikan dengan empat abnormalitas pada jantung, yaitu
a. Ventricular septal defect (VSD) yang besar
Komunikasi interventrikular muncul karena adanya malaligntment lubang
aliran keluar dari septum ventrikel bagian muskular, ke arah anterior dan
sefalad. Munculnya lubang pada septum merupakan salah satu ciri defek
malalignment. Pada beberapa pasien, batas postero-inferior dari lubang antara
ventrikel dibentuk dengan area fibrosa yang kontinyu antara katup trikuspid
dan aorta, serta melibatkan sisa dari bagian interventrikular pada septum
membranosa. Pada pasien ini, defek VSD disebut diklasifikasikan sebagai
perimembranosa. Ketika aorta meng-override VSD lebih dari 50% dari
bagiannya dan jika ada konus subaortik, defek ini diklasifikasikan sebagai
bentuk double-outlet right ventricle, namun dinamika sirkulasinya sama
dengan tetralogi Fallot .
11

b. Obstruksi pada right vetricular outflow tract (RVOT)


Deviasi antero-sefalad pada lubang septum, ditambah dengan anomali
pada trabekulasi septoparietal, menyebabkan adanya penyempitan pada
traktus aliran subpulmonal. Obstruksi muskular pada area subpulmonal dapat
meningkat dengan adanya katekolamin, atau pada kondisi volume
intravaskular yang menurun, dan menjadi predisposisi untuk pasien
mengalami episode akut desaturasi (hypercyanotic spells). Obstruksi aliran
menuju paru ini dapat mengalami ekstensi. Katup pulmonal dapat mengalami
hipolasia, dengan katup fungsional yang abnormal, dan kadang mengalami
konfigurasi bifoliata. Otot infundibular, atau krista supraventrikularis,
mengalami

hipertrofi,

yang

memperberat

stenosis

subvalvuler

dan

menghasilkan ruang infundibular dengan ukuran dan kontur bervariasi. Aliran


darah ke paru dapat dibantu oleh adanya patent ductus arteriosus (PDA) atau
oleh beberapa arteri kolateral aortopulmoner utama (MAPCAs) yang muncul
dari aorta asendens dan desendens dan memasok berbagai segmen paru.
Tingkat obstruksi aliran keluar ventrikel kanan menentukan waktu timbulnya
gejala, tingkat keparahan sianosis, dan derajat hipertrofi ventrikel kanan.
Ketika obstruksi aliran ventrikel kanan hanya memiliki derajat ringan sampai
sedang dan shunt pada VSD terbilang seimbang, pasien mungkin tidak
tampak sianosis (tetralogi Fallot asianotik/pink). Ketika obstruksi parah,
sianosis akan muncul sejak lahir dan memburuk ketika PDA mulai menutup.
c. Right ventricle hypertrophy (RVH)
d. Aorta yang overriding
Karena adanya displacement pada lubang septum yang mengalami
malalignment ke ventrikel kanan, aorta dapat mengalami overriding pada
septum ventrikel muskular. Pada kondisi dengan obsrtuksi subpulmonal yang
signifikan, shunting pada perhubungan interventrikular umumnya bersifat
right-to-left, sehingga menyebabkan ejeksi aliran darah yang terdeoksigenasi
ke sirkulasi sistemik. Beban volume kronik pada overriding aorta
menyebabkan dilatasi pada dasar aorta.

12

Jika seorang anak minimal memiliki dua dari empat kelainan patologis
(umumnya VSD yang besar untuk menyeimbangkan tekanan pada kedua ventrikel
dan obstruksi RVOT), maka anak tersebut dapat didiagnosis sebagai ToF. Kondisi
hipertrofi pada ventrikel kanan umumnya bersifat sekunder karena adanya
obstruksi RVOT dan VSD. VSD pada pasien ToF berbentuk defek
perimembranosa dengan ekstensi ke arah subpulmonal. Obstruksi RVOT
umumnya ditemukan dalam bentuk stenosis infundibular (45%), namun dapat
juga dalam bentuk atresia pulmonal (15%), setingkat katup pulmonal (10%),
maupun kombinasi antara tingkat infundibular dan katup pulmonal (10%). Pada
kebanyakan pasien, arteri pulmonal utama mengalami hipoplasia. Cabang-cabang
arteri pulmonal pada ToF biasanya berukuran kecil. Stenosis pada origin cabang
arteri pulmonal sering ditemukan. Akibatnya, sering ditemukan pula arteri
kolateral sistemik untuk memperdarahi paru-paru, terutama pada kasus ToF berat.
Pada pasien ToF, perlu dilihat pula apakah terdapat abnormalitas pada arteri
koroner, yang umumnya berbentuk cabang desendens yang muncul dari arteri
koroner dekstra dan memasuki aliran RVOT sehingga insisi pembedahan di
daerah tersebut tidak dapat dilakukan. Defek septum AV komplit juga dapat
ditemukan pada 2% pasien ToF, umumnya pada pasien dengan sindrom Down.
VSD memiliki komponen lubang yang besar yang muncul seiring dengan adanya
komponen inlet pada kanal AV.
5. Manifestasi klinis
1. Sesak, biasanya terjadi ketika anak melakukan aktivitas (misalnya
menangis atau mengedan)
2. Berat badan bayi tidak bertambah
3. Pertumbuhan berlangsung lambat
4. Jari tangan seperti tabuh gendering/ gada (clubbing fingers)
5. Sianosis/ kebiruan : sianosis akan muncul saat anak beraktivitas,
makan/menyusu, atau menangis dimana vasodilatasi sistemik (pelebaran
pembuluh darah di seluruh tubuh) muncul dan menyebabkan peningkatan
shunt dari kanan ke kiri (right to left shunt). Darah yang miskin oksigen
13

akan bercampur dengan darah yang kaya oksigen dimana percampuran


darah tersebut dialirkan ke seluruh tubuh. Akibatnya jaringan akan
kekurangan oksigen dan menimbulkan gejala kebiruan.
Anak akan mencoba mengurangi keluhan yang mereka alami dengan
berjongkok yang justru dapat meningkatkan resistensi pembuluh darah sistemik
karena arteri femoralis yang terlipat. Hal ini akan
meningkatkan right to left shunt dan membawa lebih banyak darah dari
ventrikel kananke dalam paru-paru. Semakin berat stenosis pulmonal yang terjadi
maka akan semakin berat gejala yang terjadi.
6. Pemeriksaan fisik
1) Sianosis dengan derajat yang bervariasi, nafas cepat, jari tabuh.2.
2) Tampak peningkatan aktifitas ventrikel kanan sepanjang tepi sternum
danthrill sistolik dibagian atas dan tengah tepi sternum kiri.
3) Klik ejeksi yang berasal dari aorta dapat terdengar. Bunyi jantung II
biasanyatunggal, keras, bising ejeksi sistolik (grade 3-5/6) pada bagian
atas dan tengahtepi sternum kiri.4.
4) Pada tipe asianotik, dijumpai bising sistolik yang panjang.
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
Tatalaksana farmakologi untuk ToF salah satunya adalah mengetahui dan
menatalaksana kondisi hypoxic spell dengan cepat agar tidak berujung pada
komplikasi yang membahayakan. Terapi propanolol oral dengan dosis 0,5
1,5 mg/kg tiap 6 jam dapat diberikan untuk mencegah hypoxic spell selama
menunggu koreksi melalui pembedahan pada keadaan tidak terdapatnya
prosedur pembedahan dengan bedah toraks. Dilatasi dengan balon pada
RVOT dan katup pulmonal, meskipun jarang dilakukan, dapat menjadi
pilihan untuk menunggu proses koreksi pembedahan yang ditunda dalam
jangka waktu beberapa bulan. Perawatan kebersihan mulut dan gigi serta
pemberian profilaksis antibiotik untuk mencegah terjadinya subacute
bacterial endocarditis. Pada beberapa pasien, dapat ditemukan kondisi
defisiensi besi relatif karena adanya polisitemia. Kondisi ini dapat membuat
14

anak rentan mengalami komplikasi serebrovaskular sehingga perlu dideteksi


sedini mungkin. Nilai hemoglobin atau hematokrit yang normal, atau
menurunnya jumlah eritrosit mengindikasikan adanya defisiensi besi pada
pasien sianotik.
b. Non farmakologi
1) Prosedur Palliative Shunt
Prosedur ini ditujukan untuk meningkatkan aliran darah pulmonal. Operasi
shunt lebih dipilih dibandingkan koreksi primer pada kondisi di bawah ini:
a) Neonatus dengan ToF dan atresia pulmonal
b) Bayi dengan anulus pulmonal hipolastik yang membutuhkan
transannular patch untuk perbaikan komplit
c) Anak dengan arteri pulmonal hipoplastik
d) Anatomi arteri koroner yang menyulitkan koreksi primer
e) Bayi dengan usia di bawah 3-4 bulan yang mengalami hypoxic
spell yang tidak tertangani dengan pengobatam
f) Bayi dengan berat kurang dari 2,5 kg
Jenis prosedur yang dapat dilakukan sangat beragam, yaitu:
a) Classic Blalock-Taussig (BT) shunt
Metode ini bertujuan untuk membuat anastomosis antara arteri
subklavia dengan arteri pulmonal ipsilateral. Classic BT shunt
umumnya dilakukan pada bayi berusia lebih dari 3 bulan, karena
shunt ini sering mengalami tromosis pada bayi dengan usia yang lebih
muda. Pada pasien dengan arkus aorta kiri, maka dilakukan rightsided shunt. Sebaliknya, pada pasien dengan arkus aorta kanan,
dilakukan left-sided shunt.
b)Modified Blalock-Taussig (BT) shunt
Metode ini menggunakan shunt interposisi Gore-Tex yang
bertempat di antara arteri subklavia dan arteri pulmonal ipsilateral.
Prosedur ini sering digunakan pada pasien dengan usia yang berbedabeda, terutama pada bayi dengan usia kurang dari 3 bulan. Pasien
15

dengan arkus aorta kiri ditatalaksana dengan left-sided shunt dan


pasien dengan arkus aorta kanan dengan right-sided shunt.
c) Waterston shunt
Waterston shunt memiliki prinsip untuk membuat anastomosis
antara aorta asendens dan arteri pulmonal kanan. Namun demikian,
karena tingginya komplikasi pascapembedahan, metode ini sudah
tidak lagi dilakukan. Komplikasi yang muncul pada prosedur ini
adalah hipertensi pulmonal maupun shunt besar yang berujung pada
gagal jantung, serta menyempit dan terpuntirnya arteri pulmonal
kanan pada daerah anastomosis. Hal ini akan mempersulit prosedur
untuk menutup shunt dan merekonstruksi arteri pulmonal kanan saat
pembedahan korektif.
d)Operasi Potts
Operasi Potts membuat adanya anastomsis antara aorta desendens
dengan arteri pulmonal kiri. Sama halnya dengan Waterston shunt,
metode ini juga tidak lagi dilakukan, karena dapat menyebabkan gagal
jantung atau hipertensi pulmonal. Insisi yang pada daerah berbeda
(misal: torakotomi kiri) juga dibutuhkan untuk menutup shunt pada
saat pembedahan korektif yang dilakukan pada insisi midsternal.
2) Koreksi Tota
Koreksi total sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Indikasi dilakukannya
pembedahan untuk menentukan waktu pembedahan adalah sebagai
berikut:
a) Saturasi oksigen kurang dari 75% 80%. Munculnya hypoxic spell
merupakan pertimbangan utama indikasi operasi.
b) Bayi simtomatik dengan anatomi RVOT dan atresia pulmonal dapat
menjalani pembedahan korektif pada usia 3-4 bulan. Namun
demikian, pada beberapa tempat, pembedahan elektif primer
dilakukan pada usia 1-2 tahun, meskipun pasien asimtomatik,
asianotik, atau sianotik minimal. Pembedahan dini memiliki
keuntungan yaitu menurunkan derajat hipertrofi dan fibrosis pada
16

ventrikel kanan, pertumbuhan normal dari arteri pulmonal hingga


unit alveolar, dan menurunkan insidens kontraksi ventrikular
prematur paskaoperasi, serta kematian. Pembedahan dini juga
menurunkan kebutuhan akan prosedur pembedahan tambahan,
sehingga dapat mereduksi lama rawat dan biaya operasi.
c) Bayi sianotik ringan yang memiliki riwayat pembedahan shunt dapat
menjalani koreksi total 1-2 tahun setelah operasi shunt.
d) Pada pasien dengan ToF asimtomatik yang disertai dengan anomali
arteri koroner dapat menjalani pembedahan setelah usia 1 tahun,
karena dibutuhkan pembuatan kanal/saluran antara ventrikel kanan
dan arteri pulmonal.
Koreksi total dilakukan pada kondisi bypass kardiopulmonal, arrest
pada sirkulasi, dan hipotermia. Prosedur ini akan menutup VSD, melalui
jalur transatrial dan arteri transpulmonal; pelebaran RVOT dengan
membagi dan/atau mereseksi jaringan infundibular; dan valvotomi
pulmonal. Koreksi total umumnya menghindari pemasangan fabric patch.
Pelebaran RVOT tanpa meletakkan patch umumnya dilakukan jika koreksi
dilakukan pada bayi usia muda. Namun demikian, jika terdapat hipoplasia
arteri pulmonal utama dan anulus pulmonal, transannular patch harus
dipasang. Pemasangan katup monokuspid pada beberapa pusat pelayanan
dilakukan saat pembedahan inisial, sementara pada beberapa pusat
pelayanan lainnya, pemasangan katup pulmonal dilakukan hanya jika
diindikasikan..
Adanya VSD yang besar dengan stenosis infundibular. Pada gambar
(B), VSD ditutup dengan patch dan reseksi dilakukan pada stenosis
infundibular. Pada gambar (C), ditempatkan fabric patch pada RVOT. AO,
aorta; PA, pulmonary artery; RA, right atrium.
Pada pasien dengan ToF tanpa komplikasi, angka mortalitas dalam 2
tahun awal kehidupan adalah 2%-3%. Pasien berisiko adalah pasien
dengan usia kurang dari 3 bulan atau lebih dari 4 tahun, serta pasien
dengan hipoplasia berat pada anulus dan trunkus pulmonal. Faktor risiko
17

lainnya mencakup VSD multipel, arteri kolateral aortopulmonal besar, dan


sindrom Down.
Komplikasi yang dapat muncul pada pasien ToF adalah gangguan
perdarahan, terutama pada periode paskaoperasi pada pasien yang berusia
lebih tua dengan polisitemia, regurgitasi katup pulmonal, gagal jantung
yang umumnya bersifat transien, right bundle branch block (RBBB)
karena adanya ventrikulotomi kanan, dan blokade jantung komplit serta
aritmia ventrikular (jarang ditemukan).
Anomali pada Arteri Koroner
Adanya anomali pada arteri koroner desendens anterior yang
merupakan

percabangan

dari

arteri

koroner

kanan

merupakan

kontraindikasi untuk koreksi primer. Hal ini disebabkan karena kondisi ini
membutuhkan pemasangan kanal antara ventrikular kanan dan atresia
pulmonal untuk meningkatkan jalur aliran darah, yang umumnya
dilakukan setelah pasien berusia 1 tahun. Namun demikian, hal ini dapat
diatasi dengan pendekatan transatrial dan dengan short outflow patch di
atas ataupun di bawah anomali arteri koroner. Metode lainnya adalah
dengan memperbesar aliran outflow tract melalui atrium, sehingga
menghasilkan double outlet (lubang asli dan kanal buatan) yang muncul
dari ventrikel kanan.
Follow-Up Paskaoperasi
Follow-up jangka panjang dilakukan setiap 6-12 bulan, terutama pada
pasien dengan shunt VSD residual, obstruksi residual dari RVOT,
obsrtuksi residual dari arteri pulmonal, aritmia, atau gangguan konduksi.
Adanya regurgitasi katup pulmonal yang signifikan membutuhkan insersi
katup pulmonal homograft melalui prosedur pembedahan paskakoreksi
ToF. Regurgitasi ini umumnya disebabkan oleh stenosis arteri pulmonal
utama maupun percabangannya (baik primer maupun sekunder akibat
operasi shunt). Pada beberapa kasus, membuka stenosis arteri pulmonal
dengan menggunakan balon atau stenting, dibutuhkan untuk mengatasi
regurgitas pulmonal. Pembedahan diindikasikan pada kondisi regurgitasi
18

pulmonal jika pasien simtomatik atau kondisi yang berhubungan dengan


regurgitasi trikuspid yang signifikan, fungsi ventrikel kanan yang buruk,
atau dilatasi ventrikel kanan progresif. Jika tidak ditangani, regurgitasi
pulmonal dapat membatasi aktivitas fisik pasien.
Pada beberapa pasien, terutama pasien yang menjalani operasi Rastelli,
dapat muncul stenosis atau regurgitas valvular. Stenosis valvular dapat
membaik dengan dilatasi menggunakan balon, namun regurgitasi pulmonal
akan memberat. Teknik implantasi katup pulmonal perkutan yang tidak
melalui proses pembedahan dikembangkan oleh Bonhoeffer dan
menunjukan hasil yang baik.
Pada beberapa anak dapat muncul aritmia, umumnya ventrikular
takikardia, yang dapat menyebabkan kematian. Aritmia ini berhubungan
dengan hipertrofi ventrikel kanan yang persisten akibat adanya koreksi
yang tidak adekuat. Keluhan pusing, pingsan, atau palpitasi dapat
mengindikasikan terjadinya aritmia.
Terapi dengan pacemaker diindikasikan pada pasien dengan blokade
jantung komplit atau disfungsi sinus node yang terinduksi oleh prosedur
pembedahan. Setelah terpasang pacemaker, perlu dilakukan follow up
rutin.
Setelah dilakukannya operasi, aktivitas fisik pasien perlu dibatasi.
Munculnya subacute bacterial endocarditis perlu diobservasi seumur
hidup setelah dilakukan prosedur koreksi ToF.
8. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis antenatal dapat dilakukan minimal pada usia janin 12 minggu. 3
Namun demikian, pada populasi, hanya 50% kasus yang terdeteksi melalui
skrining USG obstetrik. Pasien yang dirujuk untuk ekokardiografi fetal cenderung
memiliki outcome yang lebih buruk dibandingkan pada pasien yang terdiagnosis
paskakelahiran. Fetus yang mengalami ToF dapat lahir secara spontan, namun
perlu dipastikan terdapat kardiologis pediatik pada pusat pelayanannya.

19

a. Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan ini, dapat ditemukan right axis deviation (RAD),
terutama pasien ToF dengan sianosis. Pada pasien asianosis, umumnya aksis
QRS normal. RVH juga dapat ditemukan dengan pola yang tidak biasa,
karena tekanan RV bukan suprasistemik. Pada kondisi asianotik, dapat
ditemukan hipertrofi ventrikel bilateral. Hipertrofi atrium kanan juga dapat
ditemukan dengan pemeriksaan EKG.
b. Foto X-Ray
Pada foto rontgen toraks pasien ToF sianotik, ukuran jantung normal atau
lebih kecil dari normal. Corakan vaskular pulmonal cenderung menurun.
Lapang paru yang hitam terlihat pada pasien ToF dengan atresia pulmonal.
Segmen arteri pulmonal dalam bentuk konkaf dengan apeks yang berbentuk
melengkung ke atas (berbentuk boot-shaped atau coueur en sabot
merupakan ciri khas dari ToF. Pembesaran atrium kanan (25%) dan arkus
aorta kanan (25%) dapat ditemukan. Sementara itu, pada pasien ToF
asianotik, hasil foto toraks tidak dapat dibedakan pada kondisi VSD ukuran
kecil hingga sedang.

c. Ekokardiografi
Pemeriksaan ini dapat mendiagnosis adanya ToF dan mengetahui derajat
keparagannya.

Pasien

dengan

ToF

menunjukkan

adanya

VSD

perimembranosa infundibular yang berukuran besar dan aorta yang


overriding pada gambaran di daerah parasternal long-axis view. Pada
tampilan shor-axis view di bagian parasternal, dapat terlihat anatomi RVOT,
katup pulmonal, anulus pulmonal, dan arteri pulmonal utama beserta
percabangannya. Dengan menggunakan studi Doppler, dapat diukur perkiraan
gradien tekanan pada daerah obstruksi. Distribusi arteri koroner yang anomali
20

dapat terlihat dengan menggunakan ekokardiografi. Gambaran anomali yang


berhubungan dengan ToF, seperti ASD dan vena kava superior sinistra yang
persisten dapat pula terlihat.

9. Komplikasi
a. Abses cerebri
b. Gagal jantung
c. Endokarditis
d. Polisitemia dan Sindrom Hiperviskositas
B. KONSEP KEPERAWATAN (PENGKAJIAN)
Pada pasien dengan ToF, umumnya muncul gejala biru yang muncul langsung
setelah kelahiran, maupun beberapa waktu setelah hari. Bayi yang awalnya lahir
tanpa gejala biru akan secara gradual mengalami sianosis.
Pasien yang lahir dengan kondisi biru dapat mengalami perburukan kondisi
karena adanya stenosis infundibular dan polisitemia, sehingga seiring dengan
bertambahnya usia, gejala biru akan semakin memberat. Seringkali, sianosis baru
terjadi kemudian pada usia 1 tahun. Kondisi polisitemia ini juga mengharuskan
klinisi untuk melihat apakah adanya kondisi defisiensi besi relatif yang memberat.
Adanya sesak saat beraktivitas, squatting, maupun hypoxic spells dapat muncul
kemudian. Bayi dengan ToF asianotik dapat mengalami episode asimtomatik
ataupun tanda-tanda gagal jantung karena adanya left to right shunt pada
ventrikel. Jika pada pasien terdapat atresia pulmonal, dapat sianosis berat dapat
muncul langsung setelah lahir. Pada pasien dengan sianosis berat, dapat pula
terjadi retardasi mental. Kondisi koagulopati dapat muncul sebagai komplikasi
pada sianosis dalam jangka panjang.
Pada bayi dengan obstruksi RVOT berat, maka sianosis akan terlihat pada
saat neonatus. Aliran darah paru hampir sepenuhnya bergantung pada aliran
melalui duktus arteriosus. Saat duktus mulai menutup dalam beberapa jam atau
hari usia bayi, maka derajat sianosis akan meningkat dan dapat terjadi kegagalan
21

sirkulasi. Pada anak dengan sianosis yang berusia lebih tua, maka dapat tampak
kulit biru kehitaman, sklera abu-abu dengan pembuluh darah membesar, serta
clubbing pada jari.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan sianosis dengan derajat yang
bervariasi. Laju pernapasan cenderung cepat. Pada ekstremitas, dapat ditemukan
clubbing finger. Pada pemeriksaan jantung, dapat ditemukan tap pada ventrikel
kanan di sepanjang garis sternal kiri dan systolic thrill pada garis sternal kiri
bagian atas dan tengah (50%). Ejection click pada auskultasi dapat terdengar.
Bunyi S2 umumnya tunggal karena bunyi komponen pulmonal yang terlalu pelan
untuk terdengar. Murmur ejection systolic dengan derajat 3/6 hingga 5/6, yang
dihasilkan oleh stenosis pulmonal, terdengar pada garis sternal kiri atas dan
tengah. Pada pasien, dapat pula terdengar murmur regurgitasi holosistolik karena
adanya VSD. Jika obstruksi RVOT cenderung berat, maka murmur sistolik akan
lebih terdengar pendek dan lebih lembut. Neonatus dengan sianosis berat yang
didiagnosis mengalami ToF dengan atresia pulmonal, murmur terkadang tidak
ditemukan atau terdengar sangat pelan. Jika terdapat PDA, dapat terdengar mumur
kontinyu pada auskultasi. Pada bentuk asianotik, murmur sistolik yang panjang
muncul dari adanya VSD dan stenosis infundibular, terdengar pada garis sternalis
kiri. Hal ini disebabkan oleh adanya VSD dengan small-shunt.
Hypoxic Spell
Hypoxic spell, atau dapat disebut cyanotic spell, hypercyanotic spell, atau
tet spell, harus disadari dengan cepat agar tidak menimbulkan komplikasi yang
membahayakan sistem saraf pusat. Kondisi ini dikarakteristikkan dengan
hiperpnea paroksismal (respirasi dalam dan cepat), iritabilitas dan prolonged
crying, sianosis yang bertambah, dan menurunnya intensitas murmur jantung
karena absennya aliran antegrade yang melewati jalur RVOT. Dengan adanya
asidosis metabolik, terdapat peningkatan resistansi vaskular pulmonal dengan
menurunnya resistansi vaskular sistemik. Cardiac output dapat berkurang karena
adanya iskemi miokard.
22

Hypoxic spell dapat ditemukan pada bayi dengan puncak insidens pada usai 2
hingga 4 bulan. Umumnya, hypoxic spell muncul pada pagi hari setelah menangis,
makan, maupun defekasi. Pada kondisi berat, spell dapat berujung pada lunglai,
kejang, gangguan serebrovaskular, hingga kematian. Munculnya spell tidak
memiliki hubungan dengan adanya sianosis pada kondisi istirahat.
Tatalaksana spell ditujukan untuk memutus siklus yang memperberat spell
dengan cara menurunkan resistansi pulmonal, meningkatkan resistansi sistemik,
meningkatkan resistansi vaskular sehingga berujung pada aliran left to right yang
melewati defek septum dan menuju aliran subpulmonal.. Bayi sebaiknya
ditempatkan pada posisi knee-chest. Posisi ini dapat meningkatkan resistansi
vaskular sistemik dan meningkatkan aliran balik vena sistemik menuju sisi kanan
jantung. Hal ini dapat meningkatkan shunting intrakardiak left to right yang
melewati hubungan interventrikular, sehingga meningkatkan preload dari
ventrikel kanan. Sulfat morfin untuk menurunkan katekolamin dengan dosis 0,2
mg/lg dapat diberikan melalui subkutan atau intramuskular untuk menyupresi
pusat pernapasan dan meredakan hiperpnea. Hal ini dapat memutus vicious circle
dari spell. Morfin dapat meningkatkan periode pengisian ventrikel kanan dengan
menurunkan laju jantung dan meningkatkan relaksasi spasme infundibular.
Oksigen dapat diberikan namun umumnya tidak memberikan efek yang signifikan
pada saturasi oksigen. Oksigen dapat menurunkan vasokonstriksi pulmonal perifer
dan memperbaiki oksigenasi saat aliran darah menuju paru muncul kembali.
Kondisi asidosis pada bayi diatasi dengan pemberian NaHCO3 dengan dosis 1
mEq/kg yang diberikan melalui intravena dan dapat diulang dalam 10 hingga 15
menit. NaHCO3 dapat mereduksi efek asidosis yang menstimulasi pusat respirasi
pada otak. Setelah tatalaksana ini, bayi umumnya akan mengalami penurunan
sianosis dan murmur jantung terdengar lebih keras, menunjukkan adanya
peningkatan aliran darah melalui RVOT yang stenosis.
Jika hypoxic spell tidak merespon dengan tatalaksana yang telah disebutkan,
maka pada bayi dapat diberikan vasokonstriktor (seperti fenilefrin dengan dosis
0,02 mg/kg IV yang dapat meningkatkan tekanan arteri sistemik), ketamin dengan
23

dosis 1 hingga 3 mg/kg IV dalam 60 detik yang bekerja dengan meningkatkan


resistansi vaskular sistemik dan bersifat sedatif, ataupun propanolol dengan dosis
0,01 hingga 0,25 mg/kg dengan bolus pelan yang bertujuan untuk mereduksi
frekuensi denyut jantung. pemberian propanolol digunakan dalam dosis kecil pada
perawatan kronik pasien yang berisiko mengalami spells untuk meminimalisasi
spasme infundiblar.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASCULAR
TOF (TETRALOGY OF FALLOT)

Anak usia 5 tahun datang ke rumah sakit bersama orang tua dengan keluhan
kebiruan, TB 80 cm, BB 10 kg. orang tua klien mengeluh sering berjongkok, tidak
bisa bermain dengan teman sebaya, klien susah bicara, TD 70/50 mmHg, Nadi
100`x/m, RR 45 x/m, SB 35oC.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
24

1) Identitas Pasien
a. Nama
: An.
b. Umur
: 5 Tahun
c. Diagnosa medis
: Tetralogi of fallot
b. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama
Klien mengeluh kebiruan dan orang tua klien mengeluh sering
berjongkok, tidak bisa bermain dengan teman sebaya, klien susah
bicara.
c. Pengkajian Fisik
1) Tanda-tanda Vital
a) Suhu badan
b) Tekanan Darah
c) Nadi
d) Respirasi
2) Keadaan fisik
a) Integumen

: 35o c
: 70/50 mmHg,
: 120/menit
: 45x/menit,
:Kebiruan (sianosis)

d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan penunjang diagnostik lain :
- TB: 80 cm
- BB: 10 kg.
2. ANALISA DATA
N
O
1
2

Data

Etiologi

Problem

Ds:
DO:
DS:
DO:

3. RUMUSAN DIAGNOSA / PRIORITAS MASALAH


1. Penurunan Curah Jantung (00029)
2. Keletihan (00093)

25

4. INTERVENSI DAN RASIONAL


NO

Diagnosa keperawatan

NOC

NI

26

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather. 2012 Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Huda. Nurarif & Kusuma, 2015, NANDA NIC-NOC, Edisi I. Jogjakarta :
Mediaction Publishing.
Judith M, Wilkinson.2015. Diagnosa Keperawatan edisi 9. Jakarta: ECG.
Nike, Budi. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EEGC.
Nurarif , Amin H dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA, Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction Jogja
Nurarif, Amin. 2015. Nanda Jilid 1.Yogyakarta: Mediaction.
Nurarif, Amin. 2015. Nanda Jilid 2.Yogyakarta: Mediaction.
Nurarif,Amin.2015.Nanda Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction.
Rianda, Davrina, S.Ked. 2014. Tetralogy of Fallot (ToF). [Online].
http://www.medicinesia.com/kedokteran-klinis/tumbuhkembang/tetralogy-of-fallot-tof/. Diakses: 5 april 2016.

Anda mungkin juga menyukai