Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MAKALAH ILMIAH
...........................................................................................................................................
Hari Mulia Atmaja
D IV Program Reguler Kelas VII/B. PKN STAN, Jakarta,
Email: hary.atmaja@gmail.com
ABSTRAK
Reformasi di bidang penganggaran telah berjalan selama lebih dari 12 tahun sejak diterbitkannya paket Undangundang Keuangan Negara Indonesia. Hasil dari reformasi tersebut salah satunya adalah Penganggaran
Berbasis Kinerja dengan mengikuti kaidah anggaran fleksibel. Fleksibilitas dalam pengelolaan anggaran
merupakan kunci penting bagi para pengelola keuangan agar dapat mencapai output dan outcome organisasi.
Pimpinan organisasi diharapkan dapat mengelola anggaran secara efektif, efisien dan akuntabel. Para pimpinan
organisasi berperan penting dalam mengoptimalkan anggaran yang terbatas untuk mencapai hasil yang
maksimal. Sebelum era reformasi, mereka kesulitan dalam melakukan revisi anggaran karena inefisiensi waktu
dan kesulitan administratif. Penganggaran berbasis kinerja memberikan solusi melalui fleksibilitas atau
kemudahan dalam melakukan revisi. Fleksibilitas yang diberikan ternyata rawan penyalahgunaan untuk
kepentingan pribadi daripada memprioritaskan kepentingan organisasi. Kondisi ini juga dialami oleh suatu unit
organisasi di Kementerian Keuangan, yaitu di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta
Kata Kunci:
ABSTRACT
Reformation in budgeting has been running for more than 12 years since the publication of the package of
Undang-undang Keuangan Negara Indonesia. The outcome of these reformation is a performance-based
budgeting following the rules of the flexible budget. Flexibility in budget management is an important key for the
financial management in order to achieve the outputs and outcomes of the organization. Leaders of the
organization are expected to manage the budget effectively, efficiently and accountability. The leader of the
organization plays an important role in optimizing the limited budget to achieve maximum results. Before the
reformation era, they had difficulty in revising the budget because of the inefficiency of time and administrative
difficulties. Performance based budgeting provide solutions through flexibility or ease of doing revision. The
flexibility provided was prone to misuse of personal interest rather than prioritizing the interests of the
organization. This condition is also experienced by an organizational unit in the Ministry of Finance, Balai Diklat
Keuangan Yogyakarta
Key Word:
BAB I
PENDAHULUAN
Perbaikan Berkelanjutan atau yang dikenal dengan istilah Continuous Improvement
merupakan kata kunci dan landasan utama dalam menggerakkan dan mensukseskan
penerapan Sistem Akuntansi yang menghasilkan perampingan atau pengurangan biaya,
efisiensi dan pengendalian yang lebih baik yang disebut dengan Lean Accounting.
Perbaikan berkelanjutan dilakukan agar tujuan diterapkannya Lean Accounting tercapai.
Sehubungan dengan hal itu, Hansen Mowen (2007, 25) menyatakan bahwa:
The management accounting information system provides information needed to
satisfy specific management objectives. The management accounting system has
three broad objectives: to provide information for costing out services, products, and
other objects of interest to management; to provide information for planning,
controlling, evaluation, and continuous improvement; and to provide information for
decision making.
Lean Accounting- sekilas
Lean Accounting di pemerintahan- sekilas
Sekilas peraturan tentang menpan rb
Sekilas implementasi di kantor
Berangkat dari masalah tersebut, terutama penulis telah berkecimpung cukup lama
dalam menatausahakan penganggaran dari dokumentasi perencanaan sampai dengan
pelaporan. Penulis mengangkat masalah ini berdasarkan hasil observasi yang dimanfaatkan
sebagai pembelajaran (lesson learned) demi perbaikan kedepan yang terus menerus
(continuous improvement) baik untuk refleksi penulis maupun untuk kemajuan organisasi.
Oleh karena itu, pada makalah ini penulis mengambil topik mengenai perencanaan
dan pengendalian dan secara khusus menyoroti tentang anggaran fleksibel dikarenakan
setelah era reformasi penganggaran dan reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan
secara khususnya di Balai Diklat Keuangan Yogyakarta dibawah naungan Badan Pendidikan
dan Pelatihan Keuangan, masih ditemukan indikasi dan tindakan penyimpangan dalam
memanfaatkan fleksibilitas pengelolaan anggaran.
Makalah ini bertujuan sebagai bahan pembelajaran penulis mengenai implementasi
materi Akuntansi Manajemen, khususunya materi perencanaan dan pengendalian dan
bertujuan sebagai referensi bagi orang di luar penyusun yang membutuhkan serta sebagai
kelengkapan penugasan pada ujian tengah semester mata kuliah Akuntansi Manajemen
pada Semester VII Program Diploma IV 2015-2016
BAB II
LANDASAN TEORITIS
yang ada bisa jadi memiliki tanggung jawab berbeda (desainer, supplier, sales dan
marketing), namun semuanya bekerja untuk membawa produk final sedekat mungkin
kepada titik penjualan yang disebut dengan konsep just in time. Pada intinya, baik Kaizen,
Toyota Production System, dan pendekatan assembly line memiliki konsep dan tujuan yang
sama dengan Lean manufacturing yang berujung kepada perbaikan yang berkelanjutan.
Sistem lean manufacturing memungkinkan para manajer untuk meniadakan
buangan, mengurangi biaya, dan menjadi lebih efisien. Perusahaan yang mengembangkan
lean manufacturing mengejar strategi pengurangan biaya dengan cara mendefinisikan
ulang berbagai aktivitas yang dilaksanakan perusahaan. Pengurangan biaya secara
langsung berkaitan dengan kepemimpinan biaya. Lean manufacturing menambah nilai
melalui pengurangan biaya. Implementasi lean manufacturing yang baik telah memberi
berbagai perbaikan besar, seperti: kualitas yang lebih baik, peningkatan produktivitas,
pengurangan waktu tunggu, pengurangan persediaan dalam jumlah besar, pengurangan
waktu penyetelan, penurunan biaya produksi, dan peningkatan tingkat produksi (Hansen
Mowen, 2007).
2.2.
Lean Accounting
Sumber: Brian H.Maskell. 2014. Benefits of One Hour Lean Accounting Overview and
Problems with Traditional Accounting. http://www.maskell.com/lean_accounting.html
Terdapat dua hal penting dalam konsep lean accounting. Pertama, lean accounting
adalah penerapan lean methods ke dalam proses akuntansi, pengendalian dan pengukuran
kinerja perusahaan. Yang lebih penting lagi, bahwa penerapan lean accounting tersebut,
yaitu perubahan dalam proses akuntansi, pengendalian, dan pengukuran kinerja harus
dilakukan secara mendasar (Emiliani, 2007).
Sejalan dengan pendapat Bob Emiliani, Zoe Radnor di dalam presentasi di Warwick
Business Schooll yang berjudul Lean in the Public Sector: What, What, What? (2006, 2)
menyatakan bahwa:
Lean within Public Services can be considered in the broadest sense to be a
philosophy, which aims to develop good practice of process/operations improvement
that allows a reduction of waste, improvement of flow and better concept of customer
and process view through a culture of continuous improvement involving everyone.
Menurut pemikiran Zoe Radnor, Sektor pemerintahan dapat mengadopsi filosofi dari
penerapan lean manufacturing di sektor bisnis dalam rangka pengurangan biaya dan
perbaikan berkelanjutan. Filosofi tersebut berupa pemikiran-pemikiran yang berorientasi
kepada perampingan biaya dan proses kerja (lean thinking). Lean thinking yang
diaplikasikan ke dalam sektor publik tidak mencakup sistem dan teknik akuntansi karena
perbedaan tujuan dan proses bisnis dimana bagi sektor bisnis mereka semata-mata mencari
keuntungan. Kegiatan yang bernilai tambah bagi pelanggan sangat diperhatikan oleh sektor
bisnis, meskipun sektor pemerintahan juga bekerja demi pelayanan pelanggan dalam hal ini
masyarakat, namun teknik akuntansi yang diterapkan oleh manajer di sektor bisnis secara
keseluruhan berfungsi demi pencapaian kepuasan pelanggan yang pada akhirnya akan
meningkatkan omzet perusahaan.
Teknik akuntansi yang dikembangkan oleh sektor pemerintahan di Indonesia yang
berbasis akrual4 secara umum sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi publik belum
sampai kepada cara dan teknik akuntansi yang mendorong pencapaian lean manufacturing.
Lean thinking yang dikembangkan baru pada tahapan manajemen kepemerintahan.
Pemikiran ini sejalan dengan pernyataan Radnor et al (2006, 26) yang menyebutkan bahwa:
There was a difference between the actual type of Lean thinking considered and
used in the public service sector and that used in manufacturing. In manufacturing,
the emphasis is on a set of management tools and techniques that are used to
standardise processes. Within the public sector, it could be argued that, there is
engagement with the principles of Lean, but not with the tools and techniques...
Lean thinking dan filosofi lean manajemen dapat diadopsi dan diterapkan di sektor
pemerintahan apabila mengembangkan metodologi yang membantu mengintegrasikan
proses yang berfokus kepada pelayanan masyarakat, menggunakan staf lini depan (frontline staff) yang bertugas menghasilkan analisis terhadap kelemahan dan kesalahan sistem
dan proses bagaimana melakukan perbaikan yang berkelanjutan. Dan kesuksesan
implementasi lean thinking pada sektor pemerintahan disebabkan antara lain: Kultur
Organisasi. Kesiapan Organisasi, Manajemen Lini Atas, Sumber daya yang cukup, dan
Komunikasi yang jelas dan efektif (Zoe Radnor, 2006). Implementasi lean thinking pada
sektor pemerintahan (publik) dapat dilihat pada gambar2.
Gambar 2. Kerangka Lean Thinking pada Sektor Pemerintahan (Publik)
Sumber: Zoe Radnor. 2006. Lean in the Public Sector: What, What, What?. UK: Warwick
Business School. Hal. 22
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja di Balai Diklat Keuangan
Yogyakarta
Surat Edaran
Menpan RB
Tentang
Informasi terkait
Aspek Ekonomis,
Efektvitas &
Efisiensi
2001
Langkah-langkah
Efisiensi
dan
Penghematan serta hidup sederhana
di Lingkungan Aparatur Negara
87
2005
10
2008
Langkah-langkah
listrik, AC dan
pemerintahan
07
2012
10
2014
No
Nomor
SE
Tahun
357
penghematan
Air di kantor
11
2014
Pembatasan Kegiatan
/Rapat di Luar Kantor
Pertemuan 1. Menyelenggarakan
seluruh
kegiatan di kantor sendiri
2. Menghentikan
rencana
kegiatan
konsinyiring/FGD/
rapat di luar kantor
3. Kegiatan dengan fasilitas di luar
kantor agar berakhir pada
tanggal 30 Nov 2014
Balai Diklat Keuangan (BDK) Yogyakarta merupakan unit pelaksana teknis Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan yang mempunyai tugas
melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penataran keuangan Negara5.
Pada DIPA Tahun 2011 hingga revisi ke-3 pada tanggal 21 Oktober 2011, BDK
Yogyakarta memiliki Hasil (outcome) utama yaitu untuk Meningkatkan pemahaman
masyarakat dan pelaku ekonomi akan penyelenggaraan dan pengelolaan keuangan dan
Keluaran (output) sebagai berikut:
1. Layanan Perkantoran selama 12 bulan
2. Laporan Keuangan dan Kegiatan sejumlah 4 laporan
3. Jumlah Peserta Diklat sejumlah 852 peserta
4. Tanah, Gedung dan Bangunan Lainnya seluas 80 M2
5. Peralatan Kantor dan Kendaraan Operasional sejumlah 21 unit
data anggaran untuk masing-masing output dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 DIPA BDK Yogyakarta Tahun 2011
Jenis
Revisi
Kewenangan
Revisi
Tanggal Revisi
Uraian Revisi
POK (1)
KPA
6 Juni 2011
POK (2)
KPA
13 Juni 2011
POK (3)
KPA
9 Agustus 2011
DIPA (1)
Kanwil Ditjen
Perbendaharaa
n D.I.
Yogyakarta
19 September
2011
Kanwil Ditjen
Perbendaharaa
n D.I.
Yogyakarta
14 Oktober 2011
POK (4)
KPA
14 Oktober 2011
DIPA (3)
Kanwil Ditjen
Perbendaharaa
n D.I.
Yogyakarta
21 Oktober 2011
POK (5)
KPA
25 November
2011
Sumber : Data Diolah dari Arsip Data Keuangan Balai Diklat Keuangan Yogyakarta
Dari tabel 1, dapat dianalisis bahwa revisi anggaran BDK Yogyakarta selama tahun
2011, sebagai berikut:
1. Telah dilakukan revisi anggaran dengan total sebanyak 8 kali revisi, yang meliputi revisi
DIPA sebanyak 3x dan Revisi POK sebanyak 5x. Artinya KPA lebih banyak melakukan
revisi internal di dalam kewenangan KPA daripada eksternal dengan persetujuan dan
pengesahan Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
2. Revisi dilakukan sebagian besar untuk pencapaian output Jumlah Peserta Diklat
(Proporsi 87,5%). Revisi ini memberikan indikasi bahwa KPA berusaha mencapai output
yang merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) BDK Yogyakarta yang fungsi utamanya
adalah menyelenggarakan diklat. Selain demi pencapaian output juga demi pencapaian
penyerapan anggaran di atas persyaratan penyerapan nasional sebesar 85%.
3. Revisi DIPA semuanya dilakukan pada kuartal IV, menjelang akhir tahun anggaran 2011
sehingga menyisakan waktu yang cukup singkat untuk melakukan eksekusi atas hasil
revisi DIPA.
4. Banyaknya revisi anggaran merupakan perwujudan fleksibilitas anggaran dan
ketercapaian (attainability) output dan outcome secara lebih baik (best possible
outcome) serta optimalisasi penggunaan anggaran yang terbatas.
1.1.3
Pada perkembangan saat ini dalam teori Perencanaan dan Evaluasi dikembangkan
konsep Logic Model6. Konsep Logic Model (Kerangka Logis Program) dalam penganggaran
merupakan suatu gambaran visual logis dari suatu program yang menunjukkan rangkaian
/hubungan antara input, aktivitas sampai dengan output dan outcome yang diharapkan
sebagai respon terhadap suatu situasi yang dihadapi organisasi. Konsep Logic Model
dikembangkan demi perencanaan penganggaran yang lebih baik, terstruktur, optimal, efektif
dan efisien.
1.1.3.2 Indikasi Penyalahgunaaan Kewenangan dalam Revisi Anggaran
Fleksibilitas atas kewenangan KPA dalam melakukan revisi anggaran rawan adanya
penyalahgunaan pada saat melakukan kegiatan pengadaan barang/jasa sebagai bentuk
pelaksanaan anggaran dan tindakan ini merupakan penyimpangan di tingkat manajerial.
Pimpinan BDK Yogyakarta menyalahgunakan kewenangannya atas revisi POK,
dimana revisi POK merupakan revisi yang mudah, cepat, dan tanpa supervisi oleh pihak
Kanwil Ditjen Perbendaharaan. Berikut ini kronologis penyalahgunaan kewenangan revisi
POK:
1. KPA menginstruksikan Kepala Subbagian Umum dan selanjutnya diteruskan kepada staf
untuk melakukan revisi POK secara khusus pada Output Jumlah Peserta Diklat dengan
detil komponen pada Belanja Bahan Akomodasi dan Konsumsi Diklat DTU
Kesamaptaan yang telah masuk babak pelaksanaan kontrak Pengadaan Barang/Jasa.
2. Semula pada Diklat DTU Kesamaptaan dianggarkan Belanja Bahan Konsumsi untuk
diasramakan pada asrama BDK Yogyakarta sebesar Rp 115.500.000,- Berikut ini
gambar yang menunjukkan detil komponen belanja konsumsi yang sesuai rencana awal
dan belum mengalami perubahan/revisi anggaran
Gambar 3. Detil Komponen POK Diklat Sebelum Revisi
6 Paul F.McCawly, (unknown year), The Logic Model for Program Planning and Evaluation
Para pihak yang bertanggung jawab atas penyimpangan yang dilakukan telah diberi
sanksi administratif dan keuangan, yaitu:
1. Sanksi administratif, berupa kebijakan dari bidang kepegawaian BPPK telah
memutuskan untuk mengeluarkan Surat Keputusan Mutasi kepada semua pejabat
maupun pegawai yang terlibat.
2. Sanksi keuangan, berupa kebijakan dari bidang keuangan BPPK telah memutuskan
untuk mengeluarkan surat pemotongan Tunjangan TKPKN selama 6 bulan dengan
gradasi pemotongan sebagai berikut: KPA menerima pemotongan sebesar 75%, PPK
menerima pemotongan sebesar 50% dan staf pengadaan menerima pemotongan
sebesar 25%.
1.4.
Tindakan pengendalian yang tidak dilakukan oleh KPA BDK Yogyakarta selaku
pimpinan organisasi, antara lain:
1. KPA tidak melakukan supervisi, konsultasi, dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan
dan anggaran sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan. Monitoring dan
evaluasi (Monev) dalam pelaksanaan penganggaran berbasis kinerja tidak berjalan
secara optimal. Monev bukan hanya dilakukan untuk menilai apakah kegiatan berjalan
seara efektif dan efisien melainkan juga untuk mengetahui apakah langkah-langkah
dalam pelaksanaan kegiatan sudah benar dan ditempuh dengan cara yang tepat.
2. Tidak adanya quality assurance (jaminan atas kualitas) dengan pihak eksternal,
misalnya Sekretariat BPPK, Kanwil Ditjen Perbendaharaan atau pihak yang independen
untuk memastikan bahwa setiap revisi yang dilakukan demi pencapaian output dan
outcome tanpa adanya pemanfaatan dana untuk output dan outcome pribadi.
Untuk meningkatkan tingkat keyakinan yang tinggi atas kualitas perlu menerpakan
konsep operational efficiency7 yang dijalankan dengan 3 aspek yaitu:
a. kontrol eksternal, kontrol yang dilakukan terhadap input dengan mekanisme akuntabilitas
terhadap kesesuaian aturan pemerintah atau aturan penganggaran
b. kontrol internal, kontrol yang dilakukan terhadap input yang lebih detil seperti komponen
dan belanja
c. akuntabilitas manajemen, kontrol yang dilakukan terhadap output dan biaya operasional
dengan mekanisme akuntabilitas terhadap output
3. Tidak adanya Komitmen, Integritas dan Tanggung jawab
merencanakan, melaksanakan, dan melakukan revisi anggaran.
pimpinan
dalam
Pimpinan bukan hanya dituntut untuk sekedar memiliki kompetensi tetapi juga integritas
yang tinggi dalam mengelola kegiatan dan menatausahakan anggaran sesuai dengan
kaidah aturan
BAB IV
SIMPULAN
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada Bab III mengenai penyimpangan atas
fleksibilitas revisi anggaran, bagian akhir makalah ini akan memberikan kesimpulan serta
memberikan saran dan perbaikan dalam menghadapi dan mencegah penyimpangan
tersebut.
4.1 Kesimpulan
Anggaran berbasis kinerja memberikan fleksibilitas dan keleluasaan yang tinggi bagi
KPA selaku pemimpin organisasi untuk mengelola anggaran dalam rangka mencapai
keluaran (output) dan hasil (outcome) organisasi. Fleksibilitas ditunjukkan dalam kemudahan
bagi KPA untuk melakukan revisi anggaran secara internal dengan mudah dan cepat
sebagaimana telah diatur oleh Menteri Keuangan setiap tahunnya. Sebelumnya revisi
anggaran memakan waktu yang lama dengan persyaratan yang rumit sehingga
pelaksanaan kegiatan menjadi lambat dan berjalan tidak efisien.
Revisi anggaran secara ideal dilakukan agar tujuan organisasi tetap tercapai di
tengah keterbatasan dana dan perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan anggaran.
Namun perlu diperhatikan apakah revisi anggaran telah dilakukan dengan cara yang tepat
dan bertanggung jawab. Meskipun dokumentasi revisi anggaran telah sesuai dengan aturan,
dokumen tersebut belum dapat menjamin untuk mencegah adanya penyimpangan. Baik
KPA maupun para pengelola anggaran perlu menerapkan pengendalian anggaran yang
efektif dalam mencegah setiap penyimpangan yang terjadi.
4.2 Saran
Berdasarkan pernyataan kesimpulan diatas, penulis memberikan saran sebagai
berikut:
1
Terkait Revisi POK, diperlukan mekanisme akuntabilitas, yaitu KPA selain mengirimkan
surat yang menyatakan telah melakukan revisi POK namun juga wajib melaporkan
pertanggungjawaban Revisi POK dengan dilampiri Surat Pernyataan Tanggung Jawab
Mutlak (SPTJM). Pelaporan atas pertanggungjawaban Revisi POK sebagai bentuk
akuntabilitas atas fleksibilitas anggaran.
Perlu dilakukannya monitoring dan evaluasi (monev) bukan hanya terhadap pencapaian
output dan outcome melainkan juga terhadap kinerja proses penganggaran. Monev
tersebut melibatkan seluruh pengelola anggaran dari level pimpinan hingga pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Management
and
Its
Use
in
the
Public
Sector. Available
on