Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah penekanan
yang diberikan pada unit keluarga. Keluarga - bersama dengan individu ,
kelompok dan komunitas adalah klien atau penerima asuhan keperawatan.
Kita menyadari bahwa kesehatan anggota keluarga berhubungan erat dengan
kualitas kehidupan keluarga, karena keluarga membentuk unit dasar dalam
masyarakat, merupakan lembaga sosial yang memiliki pengaruh paling besar
terhadap anggotanya. Unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan
seorang individu, sehingga dapat menjadi penentu keberhasilan atau
kegagalan hidup seseorang .
Keluarga menempati posisi antara individu dan masyarakat. Keluarga
menyediakan sumber daya penting dalam memberikan layanan kesehatan
yang efektif bagi masyarakat. Saat perawatan difokuskan pada keluarga ,
efektifitas perawatan terbukti meningkat ( Gillis & Davis , 1993 ) dalam
sebuah unit keluarga , setiap gangguan ( penyakit, cidera , perpisahan ) yang
mempengaruhi satu anggota keluarga atau lebih dapat, dan sering kali
memang , sedemikian rupa mempengaruhi anggota yang lain dan juga
mempengaruhi unit tersebut secara keseluruhan. Terdapat sebuah keterkaitan
yang kuat antara keluarga dan statu kesehatan anggotanya sehingga peran
keluarga amat penting dalam setiap aspek pelayanan kesehatan individu
anggota keluarganya , mulai dari promosi kesehatan hingga tahap rehabilitasi.
Pengkajian dan pemberian layanan kesehatan keluarga adalah hal yang
penting dalam membantu tiap anggota keluarga mencapai tingkat kesehatan
yang optimum (Gillis & Davis , 1993 dalam Friedman, 2010)
Salah satu teori keperawatan keluarga yang sering digunakan adalah teori
Friedman. Model pengkajian keluarga Friedman merupakan integrasi dari
teori sistem, teori perkembangan keluarga, dan teori struktural fungsional
sebagai teori-teori utama yang merupakan dasar dari model dan alat
pengkajian keluarga. Teori-teori lain yang ikut berperan kedalam dimensi

struktural dan fungsional adalah teori komunikasi, peran dan stress keluarga.
Diagnosa keperawatan keluarga dan strategi intervensi didasarkan pada
identifikasi data, tahap perkembangan keluarga, , struktur keluarga , fungsi
keluarga ,data lingkungan

dan stress , koping dan adaptasi pada tahap

perkembangan keluarga dengan lansia. .


1.2.
Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengkajian keperawatan keluarga dengan
perkembangan dengan lansia menurut Marilyn M. Friedman.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengkajian identifikasi data keluarga pada tahap
perkembangan lansia menurut Marilyn M. Friedman
2. Untuk mengetahui pengkajian perkembangan keluarga pada tahap
lansia menurut Marilyn M. Friedman
3. Untuk mengetahui pengkajian struktur keluarga pada tahap lansis
menurut Marilyn M. Friedman
4. Untuk mengetahui pengkajian fungsi keluarga pada tahap lansia
menurut Marilyn M. Friedman
5. Untuk mengetahui pengkajian data lingkungan pada tahap lansia
menurut Marilyn M. Friedman
Untuk mengetahui pengkajian stres, koping dan adaptasi pada lansia menurut
Marilyn M. Friedman

BAB II
LANDASAN TEORI

1. Mengidentifikasi Data
Proses pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi yang
terus menerus dan keputusan profesional yang mengandung arti terhadap
informasi yang dikumpulkan secara sitematik mengunakan alat pengkajian
keluarga,

kemudian

diklasifikasikan

dan

dianalisis

untuk

menginterperstasikan artinya. Selain itu kekuatan keluarga perlu digali dalam


proses pengkajian. Sumber data pengkajian dapat dilakukan melalui
wawancara tatap muka dengan satu anggota keluarga atau lebih.
Data data dasar yang mengambar keluarga yaitu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nama keluarga
Tipe Keluarga
Alamat dan telepon
Komposisi keluarga
Penggunaan genogram 3 generasi
Latar belakang kebudayaan (etnik)
Identifikasi Religius
- Agama keluarga
- bagaimana keluarga menangapi masalah (sehat/sakit) apakah
-

melibatkan tuhan dalam hali ini seprti berdoa


Sejauh mana keluarga terlibat dalam kegiatan keagamaan ( sholat 5

waktu apakah dilakukan dengan taat


8. Status kelas sosial
a. Kelas sosial
- Pekerjaan
- Pendidikan terakhir
- Pendapatan perhari atau perbulan
b. Status ekonomi
- Apakah pendapatan tersebut bisa mencukupi kebutuhan keluarga /
- Tabungan keluarga
- Kendaraan sendiri
- Pencari nafkah
c. Keluarga ada menerima bantuan ? jika demikian apa saja dan dari
mana asalnya.
2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahapan keluarga memiliki rentang waktu yang cukup besar dan setiap
tahap memiliki ciri perkembangan yang berbeda (Friedman, 2010). Duvall dan
Miller (1985) dalam Friedman (2010) menjelaskan bahwa terdapat delapan
tahap siklus perkembangan keluarga inti dengan dua orang tua, yaitu :
1.Tahap I : Keluarga permulaan/keluarga pasangan baru.

Keluarga baru dimulai pada saat dua orang individu menjadi pasangan
suami istri melalui perkawinan yang sah membentuk keluarga. Pasangan
suami istri baru perlu mempersiapkan kehidupan baru sehingga keduanya
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Pada tahap ini
masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan
pasangannya.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah :
a. Membentuk pernikahan yang memuaskan satu sama lainnya.
b. Berhubungan secara harmonis dengan kerabat/sanak saudara.
c. Perencanaan keluarga (keputusan menjadi orang tua atau memiliki
anak).
2. Tahap II : Keluarga dengan kelahiran anak pertama.
Tahap ini dimulai dari keluarga menantikan kelahiran yang berawal dari
kehamilan sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
bayi berusia 30 bulan.Kehamilan dan kelahiran bayi perlu dipersiapkan
oleh pasangan suami istri. Kelahiran bayi pertama memberikan perubahan
yang besar dalam keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dengan
perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Pada masa ini terjadi transisi
menjadi orang tua bagi keluarga baru sehingga membutuhkan persiapan
mental.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain adalah :
a. Membentuk

keluarga

muda

sebagai

suatu

unit

yang

stabil

(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).


b. Memperbaiki/rekonsiliasi hubungan setelah terjadinya konflik atau
pertentangan mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai
anggota keluarga.
c. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
d. Memperluas hubungan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran-peran orang tua dan menjadi kakek/nenek.
3. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ini dimulai saat anak berusia 2,5 tahun dan diakhiri ketika anak
berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhankebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan
pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan
anak sangat bergantung pada orang tua. Pada tahap ini anak prasekolah
belajar kemandirian, mereka harus mencapai otonomi dan kemandirian

yang cukup agar mampu menangani diri mereka sendiri tanpa orang tua di
berbagai tempat. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi
perkembangan

anak

khususnya

kemandirian

anak

agar

tugas

perkembangan pada fase ini terpenuhi. Pengalaman di Taman kanakkanak, pusat penitipan anak atau program lainnya adalah cara yang baik
untuk membantu anak dalam tahap perkembangan ini.
Adapun tugas perkembangan keluarga pada tahap III ini adalah :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga akan tempat tinggal/rumah,
ruang privasi, ruang bermain dan keamanan.
b. Mensosialisasikan anak.
c. Mengintegrasikan anak yang baru dan tetap memenuhi kebutuhan anak
lain.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
pernikahan, dan hubungan orang tua- anak) dan di luar keluarga
(hubungan dengan keluarga besar dan komunitas).
4. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah.
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia
6 tahun dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas yaitu pada usia 12 tahun.
Pada fase ini biasanya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Saat ini anak-anak memiliki
aktivitas dan minat mereka sendiri selain aktivitas di sekolah. Di tahap ini
pula orang tua belajar berpisah dengan anak dan memberi kesempatan
pada anak untuk bersosialisasi dengan aktivitas di sekolah dan di luar
sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi belajar
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
b. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
c. Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga.
5. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Family With Teenagers ( oldest child 13 -19/20 years )
Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 th,berlangs 6-7 th, Tujuan
keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg memungkinkan tangggung
jawab dan kebebasan yang lebih optimal bagi remaja untuk menjadi dewasa
muda. Pada tahap ini konflik perkembangan yang terjadi menjadi tantangan
bagi perawat, Otonomi yang meningkat (kebebasan anak remaja), Budaya

anak remaja (perkembangan dengan teman sebaya), Kesenjangan antar


generasi (beda nilai-nilai dengang orang tua ).
1.1 Deskripsi tugas keluarga:
a. memberi kebebasan dan tanggung jawab yang seimbang
b. mempertahankan komunikasi secara terbuka antar generasi
c. mempertahankan etika keluarga dan standar moral terkait dengan
orang tua dengan remaja yang mencari keyakinan dan nilai-nilai
mereka sendiri
d. membiarkan anak untuk mencoba kemandirian
1.2 Tugas Pekembangan :
a. Menyeimbangkan kebebasan dg tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
b. menfokuskan hubungan perkawinan
c. berkomunikasi secara terbuka antara ortu dengan anak-anak
6. Tahap VI : Keluarga dengan Anak Dewasa ( Pelepasan )
Family As Launching Center ( oldest child gone to departure of youngest )
Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau kematian
pasangan. Biasanya dimulai saat ortu berusia 45-55th dan berakhir saat masuk

a.

pensiun 16-18 th kemudian


2.1 Deskripsi tugas keluarga:
berkembangnya keluarga baru dari perkawinan
b. menerima pasangan baru dengan gaya hidup dan nilai-nilai mereka sendiri
c. menghabiskan waktu dengan aktivitas lainnya dan hubungan dengan orang
tua
d. menetapkan kembali peran istri dan suami seperti peran anak yang
mencapai kemandirian
e. membantu proses penuaan dan orang tua sebagai suami dan istri.
1.2 Tugas Perkembangan :
a. Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru
dari perkawinan anak-anaknya.
a. Melanjutkan utk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
a. Membantu orangtua lansia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri.
7. Tahap VII
: Keluarga Usia Pertengahan
Dimulai anak terakhir keluar Dan berakhir sampai pensiun atau kematian
pasangan. Biasanya dimulai saat ortu berusia 45-55th & berakhir saat masuk
pensiun 16-18 th kemudian
3.1 Tugas Perkembangan :
a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti


dengan ortu lansia(teman sebaya) & anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan
3.2 Deskripsi tugas keluarga:
a.
mempertahankan perasaan sejahtera
b.
mencapai dan menyenangi karirnya atau aktivitas lainnya
c.
mendukung kepuasan dan hubungan yang bermakna
dengan orang tua dan anak-anak
d.
menguatkan hubungan perkawinan.
8. Tahap VIII
: Keluarga Usia Lanjut
Aging Family ( retirement to death of both spouses )
Keluarga dalam kesendirian dan lansia (mulai dengan kesendirian pada salah
satu atau kedua pasangan dilanjutkan sampai kehilangan salah satu pasangan
dan diakhiri dengan kematian pasangan lainnya).
4.1 Deskripsi tugas keluarga:
a.
mempertahankan kepuasan dalam tatanan kehidupan
b.
mempertahankan hubungan perkawinan
c.
menyesuaikan diri dengan income yang menurun atau
berkurang
d.
menyesuaikan diri dengan kehilangan pasangan.
4.2 Tugas Perkembangan :
a. Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
b. Menyesuaikan dg pendapatan yg menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka ( penelaahan Dan
integrasi hidup )
Pengkajian tahapan perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Pengkajian keluarga dengan anak
pertama berbeda dengan keluarga dengan anak sekolah ataupun anak
remaja.Salah satu tujuan penting dari keperawatan keluarga adalah membantu
keluarga

dan

anggota

keluarga

ke

arah

penyelesaian

tugas-tugas

perkembangan individu dan keluarga.


Menurut Friedman (1998), area-area yang dianjurkan untuk pengkajian
perkembangan

keluarga

meliputi

empat

hal

yaitu

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Pada tahap ini dapat dikaji tentang tahap perkembangan keluarga yang
sementara dihadapi

saat ini, yang ditentukan oleh anak tertua dalam

keluarga inti, yaitu apakah keluarga berada pada tahap perkembangan I, II,
III, IV, V, VI, VII atau VIII ?
2. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan untuk tahap
perkembangan saat ini ?
Tugas perkembangan keluarga apa saja yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta apa yang menjadi kendala tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi ?
Apabila keluarga dengan anak prasekolah maka pertanyaan pengkajian
dapat meliputi
tugas-tugas perkembangan keluarga anak prasekolah, antara lain:
Apakah keluarga sudah memiliki rumah,apakah merasa nyaman,apakah
anak

sudah

sosialisasi,

bagaimana

cara

orang

tua

menstimulasi

perkembangan anak,
Apakah ada hubungan yang tidak sehat dalam keluarga ? apa penyebabnya ?
apakah pernah membicarakan penyelesaian masalah tersebut? bagaimana
hubungan keluarga dengan komunitas ?apakah anak mengalami masalah
kesehatan fisik seperti penyakit menular, cedera akibat jatuh, luka bakar dan
lain-lain yang sering terjadi pada anak prasekolah ?
3. Riwayat keluarga Inti.
Keluarga inti adalah keluarga yang terbentuk karena pernikahan, terdiri atas
suami, istri dan anak-anak (biologis, adopsi atau keduanya). Pengkajian
riwayat keluarga mulai dari lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan

penyakit (imunisasi), sumber pelayanan

kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadiankejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan
(perceraian, kematian,kehilangan dan lain-lain) yang terjadi dalam
kehidupan keluarga.
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
Menjelaskan mengenai riwayat asal kedua orang tua ( riwayat kesehatan,
seperti apa keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua orang
tua). Pengkajian dapat meliputi antara lain ; bagaimana riwayat kesehatan

keluarga atau orang tua di masa lalu,

bagaimana pertemuan pertama

pasangan, hubungan sebelum menikah, bagaimana mereka memutuskan


untuk menikah ? halangan-halangan apa saja terhadap perkawinan mereka,
seperti apa kehidupan di lingkungan tempat keluarga asal, termasuk
orientasi keluarga dari kedua orang tua,siapa orang lain yang hidup bersama
keluarga, bagaimana hubungan dengan ipar, mertua, apa saja rutinitas
keluarga sehari-hari, dan sebagainya.
3. LINGKUNGAN RUMAH
Meliputi seluruh alam kehidupan keluarga mulai dari pertimbangan bidang-bidang
yang paling kecil seperti aspek dalam rumah sampai komunitas yang lebih luas
dimana keluarga tersebut berada. Pengkajian lingkungan meliputi :
a. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan:
- Tipe tempat tinggal (rumah sendiri, apartemen, sewa kamar),
- Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
- Interior rumah meliputi : jumlah ruangan, tipe kamar/pemanfaatan
ruangan (ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga), jumlah jendela,
keadaan ventilasi dan penerangan (sinar matahari), macam perabot
rumah tangga dan penataannya, jenis lantai, kontruksi bangunan,
keamanan lingkungan rumah, kebersihan dan sanitasi rumah, jenis
septic tank, jarak sumber air minum dengan septic tank, sumber air
-

minum yang digunakan,


Kepuasan individu terhadap pengaturan ruangan bagi dirinya
Keadaan dapur (kebersihan, sanitasi, keamanan).
Keadaan WC (kebersihan, sanitasi, keamanan).
Perlu dikaji pula perasaan subyektif keluarga terhadap rumah,
Identifikasi teritorial keluarga, pengaturan privaci dan kepuasan

keluarga terhadap pengaturan rumah.


Lingkungan luar rumah meliputi keamanan (bahaya-bahaya yang

mengancam) dan
- Pembuangan sampah (tetutup atau terbuka, jarak TPS dari rumah).
b. Lingkungan Tetangga Dan Komunitas
Lingkungan tetangga dan komunitas dimana keluarga tinggal sangat
mempengaruhi keluarga. Dalam lingkungan yang homogenya baik pola
perilaku, nilai dan minat yang sama, secara alamiah mereka cenderung

10

membentuk persahabatan satu dengan yang lainnya.


terbukti lebih penting dari pada kedekatan (Schorr dalam

Homogenitas
Friedman,

1999).
Pengkajian : lingkungan tetangga dan komunitas
1) Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi :
- Tipe lingkungan/komunitas (desa, sub kota, kota),
-

Tipe tempat tinggal (hunian, industri, hunian dan industri, agraris),

Kebiasaan lingkungan tetangga yang mempengaruhi kesehatan,

Aturan atau kesepakatan dalam masalah kesehatan,

Budaya yang mempengaruhi kesehatan,

Lingkungan umum (fisik, sosial, ekonomi),

2) Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi:


-

Kelas sosial rata-rata komunitas,

Perubahan demografis yang sedang berlangsung.

3) Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitasfasilitas umum lainnya seperti:
-

Balai pengobatan, Puskesmas, Pasar, apotik dan lain-lain

4) Bagaimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh


keluarga
5) Tersediannya transportasi umum yang dapat digunakan oleh keluarga
dalam mengakses fasilitas yang ada.
6) Keamanan komunitas ; Insiden kejahatan disekitar lingkungan.
7) Perubahan yang telah terjadi di lingkungan dan komunitas stabil
dalam masa transisi
8) Lama tinggal
9) Mobilitas geografis keluarga dari mana mereka pindah/bermigrasi
4. STRUKTUR KELUARGA
Variabel struktur keluarga dapat dibagi menjadi empat bagian utama yaitu
pola komunikasi keluarga, struktur kekuasaan keluarga, struktur peran serta
nilai/norma keluarga.
1. Struktur peran keluarga
Dalam pembahasan struktur peran dapat diketahui gambaran peran
masing-masing anggota keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun
peran dilingkungan masyarakat. Peran adalah serangkaian perilaku yang

11

diharapkan sesuai perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan (Friedman, 2003). Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah
posisi posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, individu
dalam masyarakat, misalnya status sebagai isteri/suami atau anak.
1.1. Jenis-jenis peran :
1.1.1. Peran- peran formal
Peran- peran formal bersifat eksplisit yaitu setiap kandungan struktur
peran kelurga seperti ayah, ibu, dan anak.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan

tingkat

perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.


1.1.2. Peran- peran informal
Peran-peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak ke
permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga,
1.2.

misalnya: pendorong, penguat, pendamai, pengharmonis.


Variabel yang mempengaruhi struktur peran
1.2.1.
Perbedaan kelas sosial
Peran dalam keluarga dapat dipengaruhi oleh perbedaan kelas sosial
sebuah keluarga. Kelas sosial keluarga dapat dibedakan menjadi dua
yaitu keluarga kelas sosial berpenghasilan rendah dan keluarga kelas
1.2.2.

1.2.3.

pekerja dan menengah.


Bentuk keluarga
Bentuk keluarga dapat dibagi menjadi tiga yaitu keluarga utuh,
keluarga orangtua tunggal, dan keluarga orang tua tiri.
Pengaruh kebudayaan

12

Norma dan nilai yang berasal dari kebudayaan sangat berpengaruh


1.2.4.

1.3.

terhadap peran yang dijalankan.


Tahap perkembangan keluarga
Sangat jelas bahwa cara bagaimana peran keluarga dilakukan berbeda

pada setiap tahap perkembangan.


Analisis model peran
Perilaku sesorang sebagai orang tua atau suami-istri sering kali meniru
peran yang diamati dari yang diperankan orang tua. Ketika anggota keluarga
menunjukkan masalah peran yang dialami (transisi atau konflik peran),
perawat dapat mengkaji model peran dari anggota keluarga yang bermasalah

tersebut.
2. Nilai keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam
keluarga. Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang berfungsi sebagai
pedoman bagi tindakan (Friedman, 2003). Sedangkan nilai-nilai keluarga
didefinisikan sebagai suatu sistem ide sikap dan kepercayaan tentang nilai
suatu keseluruan atau konsep yang sadar maupun yang tidak sadar mengikat
bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya (Friedman,
2003). Kebudayaan keluarga merupakan suatu sumber sistem nilai dan
norma-norma yang menentukan pemahaman individu sifat serta makna
kehidupan. Nilai-nilai bersifat dinamis serta berfungsi sebagai pedoman
umum bagi perilaku dalam keluarga sebagai nilai-nilai tersebut membimbing
perkembangan aturan-aturan dari keluarga (Friedman, 2003).
Norma-norma merupakan pola-pola perilaku yang dianggap menjadi hak
dari sebuah masyarakat tertentu, dan pola-pola perilaku semacam itu
disarankan pada sistem nilai dari keluarga berbeda dengan aturan-aturan
keluarga yang merupkan suatu refleksi keluarga menunjuk pola pangaturan
khusus yang keluarga pertahankan yaitu tentang apa yang dapat diterima dan
tidak dapat diterima serta diatur keluarga diatur oleh nilai-nilai yang lebih
abstrak (Friedman, 2003).
Variabel utama yang mempengaruhi nilai keluarga:
1. Status sosioekonomi
Status sosioekonomi keluarga mempengaruhi gaya hidup keluarga dan
juga merupakan faktor yang sangat kuat dalam nilai keluarga.
2. Etnisitas dan alkulturisasi keluarga

13

Latar belakang etnik memberikan perbedaan yang besar dalam


memandang pentingnya suatu nilai.
3. Letak geografi
Nilai-nilai yang terdapat pada masyarakat urban tentu berbeda dengan
nilai-nilai pada masyarakat suburban, seperti nilai-nilai pada masyarakat
urban yang terdiri dari beragam macam populasi pada umumnya terdiri
dari keluarga yang berasal dari beragam kelas sosial dan bermacam etnik
serta kelompok ras, sehingga keluarga urban umumnya menunjukkan
perbedaan nilai yang besar.
4. Perbedaan generasi
Variabel lain yang mempengaruhi nilai dan norma keluarga adalah pada
masa generasi manakah anggota keluarga tersebut hidup.
3. Struktur Keluarga (Pola Komunikasi)
Keluarga merupakan pilar utama dalam pembentukan karakter dan
pembangunan diri individu. Setiap anggota keluarga memegang peranan penting
dalam menjaga keharmonisan keluarga sesuai perannya masing-masing.
Sebagaimana

definisi keluarga menurut Friedman bahwa keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih secara bersama-sama karena suatu ikatan lahir dan
emosional dan setiap individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan
bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Jika peran tersebut dapat dijalankan
dengan baik oleh setiap anggota keluarga, maka diharapkan keharmonisan
keluarga dapat terbangun yang mana dapat diukur melalui pola komunikasi yang
baik antar anggota keluarga.
Pola komunikasi dapat berupa pola komunikasi fungsional atau disfung
sional. Pola komunikasi fungsional dalam keluarga dapat dikaji dari adanya
komunikasi yang jelas dan kongruen, adanya ekpresi perasaan, komunikasi
terbuka dan fokus. Sedangkan komunikasi disfungsional dalam keluarga dapat
dilihat dengan adanya kondisi yang berpusat pada diri sendiri, kebutuhan terhadap
persetujuan secara total atau menyeluruh, kurangnya empati, dan adanya
komunikasi tertutup.
4. Teori Pengkajian Struktur Kekuasaan

14

Reiss (1976) dalam buku Friedman (2003) memnjelaskan bahwa


pembagian tugas tidak dapat menunjukkan struktur kekuasaan keluarga terutama
jika tugas yang diserahkan berdasarkan keyakinan keluarga tentang peran gender
bukan karena alasan yang lain. Bagian dari wawancara meliputi pertanyaan
spesifik mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk membuat keputusan
tentang hal-hal pokok dalam kehidupan keluarga. Bagaimana proses pengambilan
keputusannya, dasar yang digunakan untuk menentukan keputusan.
Kekuasaan keluarga struktur yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhi struktur kekuasaan, hasil dan proses pembuatan keputusan
keluarga. Kekuasaan keluarga secara menyeluruh sulit untuk dikaji, khususnya
selama pertemuan yang relatif singkat dengan keluarga atau tanpa kehadiran
seluruh anggota keluarga.
Kekuasaan subsistem juga perlu dikaji. Observasi interaksi orang dewasa,
interaksi orang dewasa/orang tua dengan anak dan interaksi antara saudara serta
data wawancara digunakan untuk mengkaji karakteristik kekuasaan subsistem
(Olson & Cromwell,1975, dalam Friedman,2003)
5. FUNGSI KELUARGA
Menurut Friedman (1998), secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berdampingan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan
individu dan psikososial anggota keluarga. Pengkajian fungsi afektif menurut
Friedman meliputi :
a. Pola kebutuhan keluarga
1) Sejauh mana keluarga mengetahui kebutuhan anggota keluarganya,
serta bagaimana orang tua mampu menggambarkan kebutuhan dari
anggota keluarganya.
2) Sejauhmana keluarga mengahargai kebutuhan atau keinginan masingmasing anggota keluarga
b. Saling memperhatikan dan keakraban dalam keluarga

15

1) Sejauhmana keluarga memberi perhatian pada anggota keluarga satu


sama lain serta bagaimana mereka saling mendukung
2) Sejauhmana keluarga mempunyai perasaan akrab dan intim satu sama
lain, serta bentuk kasih sayang yang ditunjukkan keluarga.
c. Keterpisahan dan Keterikatan dalam keluarga
Sejauhmana keluarga menanggapi isu-isu tentang perpisahan dan
keterikatakan serta sejauhmana keluarga memelihara keutuhan rumah
tangga sehingga terbina keterikatan dalam keluarga
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social
placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berdampingan dengan orang lain di luar rumah. Pengkajian fungsi sosialisasi
meliputi :
a. Praktik dalam membesarkan anak meliputi : kontrol perilaku sesuai
dengan usia, memberi dan menerima cinta serta otonomi dan
ketergantungan dalam keluarga
b. Penerima tanggung jawab dalam membesarkan anak
c. Bagaimana anak dihargai dalam keluarga
d. Keyakinan budaya yang mempengaruhi pola membesarkan anak
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola pengasuhan anak
f. Identifikasi apakah keluarga beresiko tinggimendapat masalah dalam
membesarkan anak
g. Sejauhmana lingkungan rumah cocok dengan perkembangan anak.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu
fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
mempunyai produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluarga di bidang kesehatan. Pengkajian fungsi perawatan kesehatan
meliputi :
a. Sejauh mana keluarga mengenal masalah kesehatan pada keluarganya.
1) Keyakinan, nilai-nilai dan perilaku terhadap pelayanan kesehatan

16

2) Tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat sakit.


3) Tingkat pengetahuan keluarga tentang gejala atau perubahan penting
yang berhubungan ddengan masalah kesehatan yang dihadapi.
4) Sumber-sumber informasi kesehatan yang didapat
b. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan.
c. Kemampuan keluarga melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang sakit.
d. Kemampuan keluarga memodifikasi dan memelihara lingkungan
e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
4. STRESSOR DAN KOPING KELUARGA
Area pengkajian keluarga yang saat ini akan dibahas meliputi : stressor,
kekuatan/sumber pendukung dan persepsi keluarga.
Stress merupakan respon atau keadaan ketegangan yang disebabkan oleh
stressor yang belum teratasi. Stress juga merupakan ketegangan dalam seseorang
atau sistem sosial(misalnya keluarga), reaksi terhadap situasi yang menimbulkan
tekanan. Stressor adalah agen pemrakarsa atau presipitasi/pencetus yang
mengaktifkan proses stress. Agen presiptasi(pencetus) yang menyebabkan stress
dalam keluarga adalah peristiwa hidup atau kejadian yang cukup kuat sehingga
berdampak pada perubahan dalam sistem keluarga. Stressor keluarga dapat berupa
peristiwa/pengalaman interpersonal (dapat dari luar/dalam keluarga), lingkungan,
ekonomi atau sosial budaya.
Ketegangan dan stressor hidup keluarga berasal dari faktor multipel.
Diharapkan

dengan

mengkaji

keseimbangan

antara

stressor(lama

dan

kekuatannya, sifat serta kekuatan unsur pendukung baik dari dalam atau luar
keluarga, keluarga dapat berupaya melenyapkan atau mengurangi potensi stressor
dan memperkuat sumber keluarga.
Kekuatan/sumber pendukung merupakan seluruh atribut dan dukungan
yang ada digunakan oleh keluarga dalam situasi krisis. Sumber keluarga secara
individu meliputi : kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan, sifat kepribadian
(Misalnya:optimisme, negativisme, dll), kesehatan fisik, dan kesehatan emosional.

17

Sumber keluarga meliputi : keterampilan dalam pengambilan keputusan,


kemampuan

resolusi-konflik.

Sumber

komunitas

meliputi

dukungan

personal(teman,kerabat), dukungan lembaga/diluar keluarga(pelayanan kesehatan)


Persepsi keluarga merupakan interpretasi anggota keluarga terhadap
suatu peristiwa. Keluarga bereaksi tidak hanya saat adanya stressor aktual namun
dapat juga saat keluarga mengintepretasikan peristiwa yang dialami oleh keluarga.
Persepsi keluarga merupakan hal yang sangat penting. Dalam hal ini sangat
penting untuk memperhatikan keluarga yang terpapar krisis dan perilaku yang
muncul saat terjadi krisis (apakah perilaku tersebut menyimpang/normal).
Peristiwa yang dihadapi oleh keluarga sehat (tidak mengalami krisis)
dianggap sebagai tantangan, namun akan dipandang sebaliknya yaitu sebagai
ancaman dan membebani bila terjadi pada keluarga yang sedang mengalami
krisis. Krisis dalam keluarga didefinisikan sebagai kondisi kekacauan,
ketidakaturan atau ketidakmampuan dalam sistem keluarga yang berlangsung
terus menerus. Krisis terjadi ketika sumber dan strategi adaptif keluarga saat ini
tidak efektif dalam mengatasi stressor. Ada dua jenis situasi yang yang dapat
menempatkan keluarga ke dalam krisis yaitu peristiwa perkembangan/maturasi
(tahap perkembangan) dan situasional. Peristiwa perkembangan meliputi tahap
siklus kehidupan normal baik bagi keluarga ataupun anggotanya. Peristiwa
situasional merupakan situasi yang tidak diharapkan/tidak normal. Persepsi
terhadap peristiwa dipengaruhi oleh anggota keluarga dewasa/tidak, latar belakang
budaya dan agama keluarga, norma, nilai sosial.
Koping adalah proses yang dilalui individu / keluarga dalam menyelesaian situasi
stresfull. Secara alamiah baik disadari atau tidak individu / keluarga
seseungguhnya telah menggunakan strategi koping untuk menyelesaikan masalah
yang dihadapi.
Setiap keluarga juga memiliki strategi koping yang meliputi :
a. Strategi koping keluarga internal
Strategi ini meliputi (1) mengandalkan kelompok keluarga ( 2) penggunaan
humor (3) lebih banyak melakkukan penggungkapan bersama (4) mengontrol
makna dari masalah dan penyusunan kembali kognitif (5) pemecahan masalah
secara bersama- sama (6) fleksibilitas peran (7) menormalkan
b. Strategi koping eksternal

18

Strategi ini meliputi (1) mencari informasi dan pengetahuan (2) memlihara
hubungan aktif dengan komunitas yang lebih luas,(3) mengupayakan dukungan
sosial (4) mencari dukungan spiritual

BABIII
PEMBAHASAN
1. Aplikasi pengkajian Friedman dalam tahap perkembangan Lansia
1.1.
Identifikasi data
1.2.
Tahap perkembangan dan riwayat keluarga
1.3.
Data lingkungan
1.4.
Struktur keluarga
1.5.
Fungsi keluarga
1.6.
Stress, koping dan adaptasi keluarga
2. Analisis 5 tugas keluarga dalam tahap perkembangan lansia
2.1.
Mengenal masalah
Transisi peran misalnya: perkawinan, perceraian, kematian orang tua atau
pasangan dan juga lebih kabur sebagai suatu respon berkelanjutan
terhadap pengalaman hidup. Suatu perubahan peran yang dialami oleh
suatu anggota keluarga memaksa perubahan peran pelengkap pada anggota
keluarga lain. Sebagai contoh pada keluarga lansia mempunyai anak yang

19

meninggal dunia, sedangkan ia mempunyai cucu yang masih berusia


balita, peran lansia dalam hal ini nenek juga melakukan peran sebagai ibu
untuk cucu balitanya. Hal tersebut dapat ditanyakan atau dikaji lebih
dalam kepada keluarga mengenai apakah keluarga mengenal masalah
tentang perubahan peran dan apakah keluarga dapat mengambil keputusan
terkait masalah perubahan peran.
2.2.
Mengambil keputusan
Keluarga dengan tahap perkembangan lansia dapat mengambil keputusan
terkait masalah-masalah peran (konflik, transisi, stress/tekanan peran dan
konflik nilai) dalam keluarga. Apakah masalah yang terjadi harus
diselesaikan dengan segera atau tidak perlu ditangani adalah hal penting
2.3.

yang dilakukan oleh keluarga.


Merawat angota keluarga
Keluarga dengan lansia dapat mengetahui bagaimana merawat anggota
keluarga dengan dampak dari masalah-masalah peran maupun nilai dalam

2.4.

keluarga.
Memodifikasi lingkungan
Keluarga dengan tahap perkembangan lansia dapat melakukan modifikasi
lingkungan bedasarkan dampak dari masalah peran atau nilai yang muncul
dalam keluarga. Sebagai contoh peran sebagai kakek yang sudah
mengalami beberapa penururan fungsi seperti fungsi mendengar,
sebaiknya keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah seperti
mengurangi kebisingan dirumah dan berbicara lebih keras agar ketika

berkomunikasi kepada kakek dapat berjalan baik.


2.5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga yang tinggal dengan lansia dapat memanfaatkan pelayanan
kesehatan berhubungan dengan masalah peran yang ada dalam keluarga.

20

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model pengkajian keluarga Friedman menggambarkan kumpulan
pertanyaan pada area pengkajian keluarga yang terdiri dari enam kategori
yang luas : mengidentifikasi data, tahap dan riwayat perkembangan, data
lingkungan , struktur keluarga, fungsi keluarga serta stres, koping, dan
adaptasi keluarga. Model pengkajian ini membantu perawat untuk
memutuskan kategori yang relevan dalam pelaksanaan perawatan
komunitas yang dapat digali lebih dalam lagi dalam setiap kunjungan
keluarga. Model pengkajian keluarga Friedman menjadi penting untuk
diterapkan sebagai dasar intervensi keperawatan pada keluarga karena
keluarga merupakan sumber daya penting dalam pemberian pelayanan
kesehatan. Terdapat sebuah keterkaitan yang kuat antara keluarga dan
status kesehatan anggotanya, sehingga peran keluarga amat penting dalam
setiap aspek pelayanan kesehatan individu anggota keluarganya, mulai dari
promosi kesehatan hingga tahap rehabilitasi.

B. SARAN

21

Saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait pengkajian keluarga


menurut friedman adalah peningkatan aplikasi pengkajian keluarga di
masyarakat oleh perawat komunitas. Jika pengkajian keluarga sudah
dilaksanakan secara lengkap, maka program kerja keperawatan komunitas
dapat dilaksanakan dengan baik dan berkesinambungan dan visi
masyarakat yang sehat dapat terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai