Diajukan kepada :
dr. XXX
Disusun oleh :
dr. ZZZ
: dr. ZZZ
Nama Wahana
Topik
Tanggal Kasus
: 28 Juli 2016
Pendamping
: dr. XXX
Objektif Presentasi
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Deskripsi
Bayi
Anak
Dewasa
Lansia
Bumil
Seorang wanita Ny. S usia 67 tahun datang dengan lemah separuh badan sebelah kiri
Tujuan
Tinjauan Pustaka
Cara membahas
Diskusi
DATA PASIEN
Nama
: Nn. S
Usia
: 67 tahun
Alamat
: Kedungwuni
No. RM
: 1176229
Tanggal Masuk
: 28 Juli 2016
Status
: Menikah
Riset
Presentasi
Kasus
Audit
Pos
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 170/80 mmHg
Nadi
: 66x/menit
Respirasi
: 22x/menit
Suhu
: 37.20C
A. Status generalis
1
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
: Cembung
Perkusi
: Timpani
Palpasi
Costovertebra
Inspeksi
: Deformitas (-)
Palpasi
Perkusi
10 Ekstremitas
-
Atas
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS E4M5V6
N.CRANIALIS
N.I
: Normosmia
N.II
N.III, IV, VI
N.V
: Sensibilitas : V 1: baik
V 2: baik
V 3: baik
Membuka dan menutup mulut
: baik
Menggigit
: baik
N.VII
: Kerutan dahi
N.VIII
N.IX, X
: Disfonia (-)
Arcus faring
: simetris
Uvula
: ditengah
N.XI
: Mengangkat bahu
N.XII
: deviasi ke kiri
: deviasi ke kanan
Atrofi lidah
: tidak ada
: (-)
MOTORIK
Tonus
: Bebas Terbatas
Bebas Terbatas
Tonus
: Normotonus Hipotonus
Normotonus Hipotonus
Trophy
Kekuatan
: Eutrophy
Eutrophy
Eutrophy
Eutrophy
: 55553333
55553333
REFLEKS FISIOLOGIS
Biceps
: +/++
Triceps
: +/++
REFLEKS PATOLOGIS
Babinski
: -/-
Openheim : -/-
Chaddock
: -/-
Schaefer
: -/-
Gordon
: -/-
Hoffman Trommer
: -/-
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai rujukan
Hemoglobin
15.5
13-18 g/dL
Hematokrit
42.6
40-52%
Eritrosit
5.71
Leukosit
8200
4800 - 10800 /L
Trombosit
348000
150000 - 400000 / L
Ureum
23
20 50 mg/dL
Kreatinin
SGOT
34
<35 U/L
SGPT
41
<40 U/L
Asam Urat
6.3
GDS
113
<140 mg/dL
Kolesterol total
289
<200
Trigliserida
153
<160
6.8-7.3
Hasil Pembelajaran :
1
Definisi Stroke
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 170/80 mmHg
Nadi
: 66x/menit
Respirasi
: 22x/menit
Suhu
: 37.20C
STATUS NEUROLOGIS
-
N.CRANIALIS
N.VII
: Kerutan dahi
Menyeringai
N.XI
: Mengangkat bahu
N.XII
: deviasi ke kiri
: deviasi ke kanan
Atrofi lidah
: tidak ada
MOTORIK
Tonus
: Bebas Terbatas
Bebas Terbatas
Tonus
: Normotonus Hipotonus
Normotonus Hipotonus
Trophy
Kekuatan
: Eutrophy
Eutrophy
Eutrophy
Eutrophy
: 55553333
55553333
REFLEKS FISIOLOGIS
Biceps
: +/++
Triceps
: +/++
Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat suatu dari dua mekanisme patogenik yaitu
trombosis serebri atau emboli serebri. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik
arteri karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini
sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit
neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau
hari.
Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya
oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri
karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam
plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi
ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tandatanda disertai nyeri kepala berdenyut.
Penegakan diagnosis stroke dapat disimpulkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
meliputi :
1. Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Beberapa
gejala umum yang terjadi pada stroke non hemoragik meliputi hemiparese, monoparese,
atau quadriparese, tidak ada penurunan kesadaran, tidak ada nyeri kepala dan reflek
babinski dapat positif mapun negatif. Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul
sendiri namun umumnya muncul secara bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejalagejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya pemberian terapi
trombolitik. Beberapa faktor dapat membuat anamnesis menjadi sedikit sulit untuk
mengetahui gejala atau onset stroke seperti :
Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga
pasien bangun (wake up stroke).
Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi
sistemik, tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan hiponatremia
2. Pemeriksaan Fisik
-
Sistem pembuluh perifer. Lakukan asukultasi pada arteria karotis untuk mencari
adanya bising dan periksa tekanan darah di kedua lengan untuk diperbandingkan.
Jantung, lakukan pemeriksaan aukultasi jantung untuk mencari murmur dan disritmia,
serta EKG.
Retina, lakukan pemeriksaan ada tidaknya cupping diskus optikus, perdarahan retina,
kelainan diabetes.
Ekstremitas, lakukan evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai tanda-tanda
embolus perifer.
Pemeriksaan neurologik untuk mengetahui letak dan luasnya suatu stroke.
Fungsi visual, dengan pemeriksaan lapang pandang dan tes
konfrontasi
Pemeriksaan pupil dan refleks cahaya
Pemeriksaan dolls eye phenomenon (jika tidak ada kecurigaan
cedera leher)
Sensasi, dengan memeriksa sensai kornea dan wajah terhadap
benda tajam
Gerakan wajah mengikuti perintah atau sebagai respon terhadap
dermatomnya)
Fungsi serebelum, dengan melihat cara berjalan penderita dan
pemeriksaan disdiadokokinesis
Ataksia pada tungkai, dengan meminta pasien menyentuh jari
Refleks babinski.
Vomitus
Nyeri kepala
Tekanan
Penilaian
Indeks
X 2,5
(2) Sopor/koma
(0) Tidak ada
(1) Ada
(0) Tidak ada
(1) Ada
Diastolik
X2
X2
X 0,1
darah
(0) Tidak ada
Ateroma
Skor >1
: Perdarahan Supratentorial
Skor -1 s.d 1
: Perlu CT-Scan
Skor < -2
: Infark Serebri
X3
3. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke non
hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah pemeriksaan yang
paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke akut jelas. Selain itu,
pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari stroke dan
mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan stroke
(hematoma, neoplasma, abses).
Pada kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan biasanya tidak
sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada >50% pasien, tetapi
cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi lain yang
merupakan kriteria eksklusi terapi trombolitik.
Teknik-teknik neuroimaging berikut ini juga sering digunakan:
subarachnoid ketika CT scan negatif tapi kecurigaan klinis tetap menjadi acuan.
4. Plan
Diagnosis : Stroke Non Hemmorhage
Tatalaksana Awal :
-
Airway : clear
Breathing : clear
Dissability : clear
Exposure : clear
Pengobatan :
IVFD RL 20 tpm
Injeksi Ranitidin 1A
Amlodipin 1x10mg
Aspilet 1x80 mg
Clopidogrel 1x75 mg
Tindakan/Penanganan Awal
1) Jalan nafas (Airway)
Usahakan agar jalan nafas bebas dari hambatan, baik akibat hambatan yang terjadi
akibat benda asing maupun sebagai akibat stroke. Tanda obstruksi jalan nafas: stridor
(mendengkur, noring), napas cuping hidung, retraksi trakea, retraksi thoraks, tidak terasa
udara ekspirasi. Penanganan: pasien dapat diberikan gastric suction dan intubasi untuk
melindungi jalan napas dari aspirasi isi lambung.
2) Pernapasan (Breathing)
Pada kasus stroke mungkin terjadi akibat gangguan di pusat napas (akibat stroke)
atau oleh karena komplikasi infeksi di saluran napas. Pedoman konsensus mengharuskan
monitoring saturasi O2 dan mempertahankannya di atas 95% (94-98%). Pada pasien
dengan penyakit paru kronis saturasi oksigen berkisar antara 88-92%. Pada pasien stroke
yang mengalami gangguan pengendalian respiratorik atau peningkatan TIK, kadang
diperlukan untuk melakukan ventilasi.
3) Fungsi Kardiovaskular
Pasien dengan resiko tinggi untuk stroke biasanya
memiliki penyakit
kardiovaskular yang telah ada, sehingga pemeriksaan EKG penting dilakukan untuk
mengevaluasi bukti adanya iskemia jantung akut dan fibrilasi atrial. Status koagulasi
menyeluruh termasuk kadar fibrinogen perlu diperiksa dan kalau mungkin dikoreksi.
Keadaan hiperviskositas (hematokrit yang terlalu tinggi pada PPOM) perlu diturunkan
secara moderat, sedangkan keadaan obstruksi parunya perlu siperbaiki.5,6
4)
secepat mungkin dengan monitoring glukosa darah. Cairan yang digunakan adalah
normal salin dengan kecepatan infuse 75-100 ml/jam. Pada pasien hipovolemia dapat
diberikan bolus normal salin IV secara hati-hati.
5) Hiperglikemia
Insulin IV dapat digunakan untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal.
Pemberian insulin dimulai dengan 40 ml/jam dan periksa kembali kadar glukosa dalam 1
jam. Pada malam hari, turunkan kecepatan insulin menjadi 20 ml/jam (kecuali jika
memang sudah lebih rendah).
6)
Manajemen hipertensi
Terapi hipertensi berat tidak boleh dilakukan penurunan mendadak tekanan darah
arteri karena dapat menyebabkan penurunan perfusi lokal yang berbahaya. Dimulai terapi
antihipertensi diindikasikan pada pasien dengan stroke yang memiliki diseksi aorta, infark
miokard akut, gagal jantung, gagal ginjal akut, atau ensefalopati hipertensif dan pasien
yang mendapat terapi trombolitik dengan tekanan darah 180/105 mmHg atau lebih.
Manajemen terapi dilakukan tanpa obat, kecuali bila mean arterial blood pressure lebih
dari 140 mmHg atau tekanan sistolik lebih dari 220 mmHg.
Terapi Khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti aspirin dan
antikoagulan lain atau yang dianjurkan dengan trombolitik rt-PA (recombinant tissue
Plasminogen Activactor). Dapat juga diberikan agen neuroproteksi seperti sitikolin atau
pirasetam.
Pendidikan :
Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit dan kondisi pasien,
penyebab, tatalaksana, dan komplikasi..
Kegiatan
Periode
Observasi
keadaan Selama perawatan di RS
Selama perawatan di RS
Setiap kunjungan
Pekalongan ,
September 2016
Mengetahui,
dr. XXX
DAFTAR PUSTAKA
PERDOSSI. Pedoman penatalaksanaan stroke. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia (PERDOSSI), 2007
Gofir, Abdul. Manajemen Stroke Evidence Based Medicine. Editor: Dwi YH, Agus BU,
Indera. Edisi 2. Pustaka Cendekia Press. Jakarta. 2011.
Setyopranoto, Ismail. Stroke: Gejala dan Penatalaksanaan. Kepala Unit Stroke RSUP Dr
Sardjito/ Bagian Ilmu Penyakit Saraf, FK UGM. Jakarta. 2011.
Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simandibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. Jilid 2. Jakarta Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 2006.
Bruno A, Kaelin DL, Yilmaz EY. The subacute stroke patient: hours 6 to 72 after stroke
onset. In Cohen SN. Management of Ischemic Stroke. McGraw-Hill. 2000. pp. 53-87.