Anda di halaman 1dari 29

PENGANTAR TRANSPORTASI MIGAS

SIFAT FISIK FLUIDA RESERVOIR


DOSEN PEMBIMBING:
ADI NOVRIANSYAH, ST.MT

OLEH:
(KELOMPOK 1)
ANGGA NURVIA PUTRA

123210159

BURHANUDDIN RABANI

123210490

DEBBY REZKY ANANDA

123210491

FENNY GUSTANTI

123210409

TOETY MARLIATY

123210708

KELAS A
JURUSAN PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014

SIFAT FISIK FLUIDA RESERVOIR

Fluida reservoir yang terdapat dalam pori-pori batuan reservoir pada tekanan dan
temperatur tertentu, secara alamiah merupakan campuran yang sangat kompleks dalam
susunan atau komposisi kimianya. Sifat-sifat dari fluida hidrokarbon, menentukan laju
aliran minyak atau gas dari reservoir menuju dasar sumur, mengontrol gerakan fluida
dalam reservoir dan lain-lain.
Fluida reservoir minyak dapat berupa hidrokarbon dan air (air formasi).
Hidrokarbon terbentuk di alam, dapat berupa gas, zat cair ataupun zat padat. Sedangkan
air formasi merupakan air yang dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak.

I. KOMPONEN HIDROKARBON
Komponen Hidrokarbon dapat terbentuk menjadi ikatan yang sangat rumit, dari
Hidrokarbon ringan seperti gas sampai minyak berat. Bentuk dari senyawa hidrokarbon
merupakan senyawa alamiah dimana dapat berupa gas, cair maupun padatan.
Hidrokarbon adalah senyawa yang terdiri dari atom karbon dan hidrogen. Senyawa
karbon dan hidrogen mempunyai banyak variasi yang terdiri dari hidrokarbon rantai
terbuka, yang meliputi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh serta hidrokarbon rantai
tertutup (susunan cincin) meliputi hidrokarbon cylic alipahatic dan hidrokarbon
aromatic. Keluarga hidrokarbon dikenal sebagai seri homolog, anggota dari seri
homolog ini mempunyai struktur kimia dan sifat-sifat fisiknya dapat diketahui dari
hubungan dengan anggota deret lain yang sifat fisiknya sudah diketahui. Sedangkan
pembagian tingkat dari seri homolog tersebut didasarkan pada jumlah atom karbon
pada struktur kimianya.

II. JENIS-JENIS FLUIDA RESERVOIR


Berdasarkan sifat fisiknya, hodrokarbon dapat diklasifikasikan ke beberapa jenis, yaitu:
1. Black Oil
Terdiri dari variasi rantai hidrokarbon termasuk molekul-molekul yang besar,
berat dan tidak mudah menguap (nonvolatile). Diagram fasa-nya mencakup rentang
temperatur yang luas.
Diagram fasa dari black oil secara umum ditunjukkan pada Gambar dibawah.
Garis pada lengkungan fasa mewakili volume cairan yang konstan, diukur sebagai
persentase dari volume total. Garis-garis ini disebut iso-vol atau garis kualitas.
Harap diperhatikan bahwa iso-vol memiliki jarak yang seragam pada lengkungan.
Garis vertikal 1-2-3 menandakan penurunan tekanan pada temperatur konstan yang
terjadi di reservoir selama produksi. Tekanan dan temperatur separator yang
terletak di permukaan juga ditandai.
Ketika tekanan reservoir berada pada garis 1-2, minyak dikatakan dalam
keadaan tak jenuh (undersaturated) karena minyak dapat melarutkan banyak
gas pada kondisi ini. Jika tekanan reservoir berada pada titik - 2, minyak berada
pada titik gelembungnya

dan

dikatakan

dalam

keadaan

jenuh

(saturated).

Minyak mengandung sebanyak mungkin larutan gasyang dapat dikandungnya.


Penurunan tekanan akan membebaskan sebagian gas terlarut untukmembentuk fasa
gas bebas dalam reservoir.
Saat tekanan reservoir menurun mengikuti garis 2-3, gas tambahan
mengembang di dalam reservoir. Volume gas dalam persentase adalah seratus
dikurangi persentase cairan. Sebenarnya minyak dalam

keadaan jenuh

di

sepanjang garis 2-3. Titik gelembung (titik - 2) merupakan kasus istimewa


dari saturasi dimana muncul gelembung gas untuk pertama kali. Gas tambahan
yang mengembang dari minyak bergerak dari reservoir ke permukaan. Hal ini
menyebabkan penyusutan pada minyak. Walaupun demikian, kondisi separator
yang berada pada lengkungan fasa menunjukkan bahwa jumlah cairan yang relatif
cukup besar sampai di permukaan.

Gambar 23 Diagram Fasa Black Oil.

2. Volatile Oil
Volatile oil mengandung relatif lebih sedikit molekul-molekul berat
dan lebih banyak intermediates (yaitu etana sampai heksana) dibanding black oil.
Diagram fasa dari volatile oil secara umum ditunjukkan pada Gambar
dibawah. Rentang harga temperatur yang tercakup lebih kecil daripada black oil.
Temperatur kritik- nya jauh lebih kecil daripada black oil, bahkan mendekati
temperatur reservoir. Iso- vol-nya juga tidak seragam jaraknya, tetapi cenderung
melengkung ke atas di depan garis titik gelembung.
Garis vertikal menunjukkan jalur penurunan tekanan pada temperatur
konstan selama produksi. Harap diperhatikan bahwa penurunan yang kecil pada
tekanan di bawah titik gelembung, titik - 2, menyebabkan bebasnya sejumlah besar
gas di reservoir.

Suatu volatile oil dapat menjadi gas sebesar 50% di reservoir pada tekanan
hanya beberapa ratus psi di bawah tekanan gelembung. Iso-vol dengan persentase
cairan jauh lebih kecil melintasi kondisi separator. Oleh karena itu disebut volatile
oil (minyak yang mudah menguap).

Gambar 24 Diagram Fasa Volatile Oil.

3. Retrograde Gas
Diagram fasa untuk retrograde gas lebih kecil daripada untuk minyak
dan titik kritik-nya berada jauh di arah bawah dari lengkungan. Perubahan
tersebut merupakan akibat dari kandungan retrograde gas yang terdiri dari lebih
sedikit hidrokarbon berat daripada minyak.
Diagram fasa dari retrograde gas memiliki temperatur kritik lebih kecil dari temperatur
reservoir dan cricondentherm lebih besar daripada temperatur reservoir. Seperti terlihat
pada Gambar dibawah, awalnya retrograde gas merupakan fasa gas di reservoir, titik - 1.
Bersamaan dengan menurunnya tekanan reservoir, retrograde gas memberikan titik
embun, titik - 2. Dengan menurunnya tekanan, cairan mengembun dari gas untuk

membentuk cairan bebas di reservoir. Cairan ini sebagian tidak mengalir dan tidak
dapat diproduksi.
Jalur

tekanan

reservoir

pada

diagram

fasa

menunjukkan bahwa

pada

beberapa tekanan yang rendah cairan mulai mengembun. Hal ini terjadi di laboratorium;
walaupun demikian, ada kemungkinan hal ini tidak terjadi secara luas di reservoir
karena selama produksi keseluruhan komposisi dari fluida reservoir berubah.

Gambar 25 Diagram Fasa Retrograde Gas

4. Wet Gas
Seluruh diagram fasa dari suatu campuran hidrokarbon dengan molekul-molekul
yang lebih kecil dan menonjol akan berada di bawah temperatur reservoir. Sebuah contoh
dari diagram fasa wet gas diberikan pada Gambar dibawah.
Wet gas terjadi semata-mata sebagai gas di dalam reservoir sepanjang penurunan
tekanan reservoir. Jalur tekanan, garis 1-2, tidak masuk ke dalam lengkungan fasa. Maka
dari itu, tidak ada cairan yang terbentuk di dalam reservoir. Walaupun demikian, kondisi
separator berada pada lengkungan fasa, yang mengakibatkan sejumlah cairan terjadi di
permukaan (disebut kondensat).

Kata wet (basah) pada wet gas (gas basah) bukan berarti gas tersebut basah oleh
air, tetapi mengacu pada cairan hidrokarbon yang terkondensasi pada kondisi permukaan.

Gambar 26 Diagram Fasa Wet Gas.


5. Dry Gas
Dry gas terutama merupakan metana dengan sejumlah intermediates. Gambar
dibawah menunjukkan bahwa campuran hidrokarbon semata-mata berupa gas di reservoir
dan kondisi separator permukaan yang normal berada di luar lengkungan fasa. Maka dari
itu, tidak terbentuk cairan di permukaan. Reservoir dry gas biasanya disebut reservoir
gas.

Gambar 27 Diagram Fasa Dry Gas.

Tabel 1 - Ringkasan Petunjuk Penentuan Jenis Fluida dari Data Lapangan

Tabel 2 - Hasil Yang Diinginkan Dari Analisa Laboratorium Terhadap Ke-5 Jenis Fluida

III. PARAMETER-PARAMETER FLUIDA RESERVOIR

Beberapa sifat fluida yang perlu diketahui dan yang akan dibahas disini meliputi : sifat
fisik gas, sifat fisik minyak, dan sifat fisik air formasi.
1. Sifat Fisik Gas
Gas bumi merupakan campuran dari hidrokarbon golongan parafin terdiri dari C1
sampai C4 tiap molekulnya. Tetapi sering ditemukan gas bumi yang mengandung
hidrokarbon dengan berat molekul lebih besar dari molekul C1 sampai C4.
Disamping senyawa hidrokarbon, gas bumi juga mengandung CO2, N2, H2S, He dan
uap air. Pada umumnya prases terbesar pembentuk gas bumi adalaii komponen
methana yang dapat mencapai 98%.
Secara garis besar gas dapat digolongkan sebagai berikut:
- Sweet gas, gas bumi yang tidak mengandung H 2S dalam jumlah yang cukup
berarti.
- Sour gas, gas bumi yang mengandung H2S dalam jumlah yang cukup beraili.
- Dry gas, gas bumi yang tidak mengandung material-gasoline dalam jumlah yang
berarti.
- Wet gas, gas bumi yang mengandung natural gasoline dalam jumlah berarti.
Sifat fisik gas yang akan dibahas disini adalah densitas, viskositas, faktor volume
formasi gas dan kompresibilitas gas. Sifat-sifat ini memberi peranan dalam
perkiran-perkiraan reservoir.
a. Densitas Gas (g)
Berat jenis atau densitas didefinisikan sebagai massa tiap

satuan volume.

Sedangkan specific gravity gas didefinisikan sebagai perbandingan antara


rapatan massa gas dengan rapatan suatu gas standar, dimana biasanya yang
digunakan standar adalah udara kering yang diukur dalam volume, tekanan dan
temperatur sama. Dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :
SG gas =
dimana :

g
u

= rapatan gas

= rapatan adara

Sesuai dengan persamaan untuk gas ideal, maka rumus rapatan atau densitas gas
ideal adalah :
=

m PM
=
V RT

dimana :
m

= barat gas, lb

= volume gas, cuft

= barat molekul gas, lb/lb mole

= tekanan reservoir, psia

= temperatur, Ro

= konstanta gas = 10.73 psia cuft/lbmole oR

Rumus di atas hanya berlaku untuk gas berkomponen tunggal. Sedangkan untuk
gas campuran digunakan rumus sebagai berikut :
g =

PM a
zRT

dimana :
z

= faktor kompresibilitas gas

Ma

= berat molekul tampak = yi Mi

Yi

= fraksi mol komponen ke I dalam suatu campuran gas

Mi

= BM komponen ke I dalam suatu campuran gas.

b. Viskositas Gas
Viskositas gas adalah ukuran tahanan fluida (gas) terhadap aliran yang
mempunyai satuan centipoise atau gram/100/ detik/1 centimeter. Viskositas gas

akan naik dengan bertambahnya suhu, dalam hal ini kebiasaan gas akan
berlainan dengan cairan, untuk gas campuran viskiositasnya tidak tergantung
dari tekanan. Gas sempurna berubah menjadi gas tidak sempurna bila tekanan
dinaikkan dan tabiatnya mendekati tabiat zat cair.
Salah satu cara menentukan viskositas gas yaitu dengan korelasi grafis
(Carr.et.al), dimana cara ini untuk menentukan viskositas gas campuran pada
sembarang tekanan maupun suhu dengan memperhatikan adanya gas-gas ikutan,
seperti H2S, CO2, dan N2. Adanya gas-gas non-hidrokarbon tersebut akan
memperbesar viskositas gas campuran.

c. Faktor Volume Formasi Gas (Bg)


Jika faktor volumc formasi gas diidentifikasikan sebagai volume dalam barrel
yang ditempati oleh satu standar cubic feet (SCF) pada temperatur 60F pada
tekanan dan temperatur reservoir. Faktor volume formasi bertambah dengan
turunnya tekanan dan naiknya temperatur.
Bg =

Vres
Vsc

atau
B g 0.00504

zT resbbl

P scf .

d. Kompresibilitas Gas (Cg)


Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai fraksi perubahan volume gas yang
disebabkan oleh adanya perubahan volume gas yang disebabkan oleh adanya
perubahan tekanan yang mempengaruhinya, yaitu tekanan hidrostatik dan
tekanan udara kering, dinyatakan dengan persamaan :
Cg

1 dV
V dP

e. Faktor Deviasi Gas (Z faktor)


Faktor deviasi gas dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume sebenarnya
yang ditempati oleh gas pada suatu temperatur dan tekanan tertentu terhadap
apa yang ditempati bila ideal.
Z

Vs
Vi

Untuk mengetahui harga Z diperlukan harga Ppc dan Tpc sehingga diperoleh
harga Pr dan Tr. Dari harga yang diperoleh, harga Z (deviation faktor) dapat
dilihat pada grafik korelasi Katz dan Standing.

2. Sifat Fisik Minyak


Sifat-sifat fisik minyak yang perlu diketahui adalah berat minyak, viskositas
minyak, kelarutan gas dalam minyak dan faktor volume formasi serta
kompressibilitas.
a. Densitas Minyak (o)
Densitas adalah perbandingan berat massa suatu substansi dengan unit dari
volume tersebut. Cara penentuan diantaranya dengan mencari hubungan antara
densitas minyak dengan pengaruh GOR (dikembangkan oleh Katz). Dengan
cara ini ketelitian berbeda 3 % dari hasil percobaan. Hubungan tersebut dapat
dituliskan :
sc (62.4) + gd (0.0764) R s 1
o =
Bo
dimana :
o
sc

= densitas minyak, lbm/cuft


141.5
o
= 131.5 + API

gd

= specific gravity gas yang terlarut dalam minyak.

Didalam dunia perminyakan, specific gravity minyak sering dinyatakan dalam


satuan oAPI. Hubungan oAPI dapat dirumuskan :
141.5
o
131.5
API =
SG

b. Viskositas Minyak
Viskositas minyak adalah suatu ukuran tentang besarnya keengganan minyak
untuk mengalir. Viskositas merupakan perbandingan shear stress dan shear rate.
Viskositas dinyatakan dengan persamaan :
F
=

dv

A
dy

dimana :

= viskositas , gr/(cm.sec)

= shear stress

= luas bidang paralel terhadap aliran, cm2

dv/dy

= gradient kecepatan, cm/(sec.cm).

Yang mempengaruhi viskositas ialah tekanan, suhu, dan kelarutan gas dalam
minyak.
Dengan menurunnya tekanan reservoir, maka viskositas minyak awalnya turun
dengan adanya pengembangan minyak dan penurunan terus berlanjut sampai
tercapainya tekanan kejenuhannya, maka viskositas cairan akan naik karena
terjadinya pembebasan gas dari cairan. Naiknya viskositas ini karena keluarnya
senyawa-senyawa komponen ringan yang mempunyai viskositas yang lebih
rendah

dari

larutan.

Gambar 28 Hubungan Viskositas dengan Tekanan.

c. Faktor Volume Formasi Minyak (Bo)


Faktor volume formasi minyak adalah perbandingan relatif antara volume
minyak awal (reservoir) terhadap volume minyak akhir (tangki pengumpul),
bila dibawa ke keadaaan standart.
Standing melakukan perhitungan Bo secara empiris :
Bo = 0.972 + 0.000147 F1.175
F = Rs.

g
+ + 1.25T
o

dimana :
Rs

= kelarutan gas dalam minyak, scf/stb

= specific gravity minyak, lb/cuft

= specific gravity gas, lb/cuft

= temperatur, oF.

Harga Bo dipengaruhi oleh tekanan, dimana :


- Tekanan dibawah Pb (P<Pb), Bo akan turun akibat sebagai gas terbebaskan.
- Tekanan diantara Pi dan Pb (Pb<P<Pi), Bo akan naik sebagai akibat terjadinya
pengembangan gas.

Gambar 29 Konsep Liberasi Gas dari Minyak.

Gambar 30 Hubungan Bo dengan Tekanan.

d. Kompressibilitas Minyak (Co)


Kompressibilitas minyak didefinisikan sebagai perubahan volume minyak
akibat adanya perubahan tekanan, secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut :
1 dV
Co = V
p dP
Kompressibilitas

minyak

dibagi

menjadi

dua

berdasarkan

kondisi

kejenuhannya, yaitu :
- Kompressibilitas minyak tak jenuh, dimana dipengaruhi oleh berat jenis, tekanan
dan temperatur.

- Kompressibilitas minyak jenuh, yang biasanya lebih besar jika dibandingkan


dengan kompressibilitas minyak tak jenuh.
Persamaan dibawah dapat dinyatakan dalam bentuk yang lebih mudah
dipahami, sesuai dengan aplikasi di lapangan, yaitu :
Co =

B ob - B oi
B oi ( Pi - Pb )

dimana :
Bob

= faktor volume formasi pada tekanan bubble point

Boi

= faktor volume formasi pada tekanan reservoir

Pi

= tekanan reservoir

Pb

= tekanan bubble point.

e. Kelarutan Gas dalam Minyak (Rs)


Kelarutan gas (Rs) adalah banyaknya volume gas yang terbebebaskan (pada
kondisi standard) dari suatu minyak mentah di dalam reservoir, yang di
permukaan volumenya sebesar satu stock tank barrel.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan gas (Rs) adalah :
- tekanan, pada suhu tetap, kelarutan gas dalam sejumlah zat cair tertentu berbanding
lurus dengan tekanan.
- komposisi minyak dalam gas, kelarutan gas dalam minyak semakin besar dengan
menurunnya specific gravity minyak.
- Temperatur, Rs akan menurun dengan naiknya temperatur.

Gambar 31 Hubungan Rs dengan Tekanan.

3. Sifat Fisik Air Formasi


Air formasi hampir selalu dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak. Sering
dijumpai dalam produksi suatu sumur minyak justru jumlah produksi air formasi
lebih besar dari produksi minyaknya. Seperti pada gas dan minyak, maka sifat-sifat
fisik air formasi meliputi : berat jenis air, viskositas air, faktor volume formasi air,
kompresibilitas, dan kelarutan gas dalam gas.

a. Densitas Air Fomasi (w)


Densitas air formasi adalah massa air murni pada suatu reservoir dinyatakan
dengan massa per satuan volume, specific volume yang dinyatakan dalam per
satuan massa dan specific gravity yaitu densitas air formasi pada suatu kondidi
tertentu yaitu pada tekanan 14.7 psi dan temperatur 60 oF. Berat jenis formasi
(w) pada reservoir dapat ditentukan dengan membagi w pada kondisi atandart
dengan faktor volume formasi (Bw) dan perhitungan itu dapat dilakukan bila air
formasi

jenuh

terhadap

gas

alam

pada

kondidi

reservoir.

b. Viskositas Air Formasi ( w)


Viskositas air formasi akan tergantung pada tekanan, temperatur dan tingkat
ssalinitas yang dikandung air formasi tersebut. Viskositas air formasi ( w) akan
naik terhadap turunnya temperatur dan kenaikan tekanan. Kegunaan mengenai
perilaku kekentalan air formasi pada kondisi reservoir terutama untuk
mengontrol gerakan air formasi di dalam reservoir.

c. Faktor volume formasi air formasi (Bw)


Faktor volume formasi air formasi (Bw) menunjukkan perubahan volume air
formasi dari kondisi permukaan. Faktor volume formasi air formasi ini
dipengaruhi oleh pembebasan gas dan air dengan turunnya tekanan,
pengembangan air dengan turunnya tekanan dan penyusutan air dengan
turunnya suhu.

d. Kompressibilitas Air Formasi (Cw)


Kompressibilitas
formasi

yang

air formasi didefinisikan sebagai perubahan volume air


disebabkan

oleh

adanya

perubahan

tekanan

yang

mempengaruhinya. Kompressibilitas air murni tergantung pada suhu, tekanan,


dan kelarutan gas dalam air.
Kompressibilitas air murni dainyatakan dalam persamaan berikut yaitu :
1 V
C wp =
V P
dimana :
Cwp

= kompressibilitas air murni, psi-1

= volume air murni, bbl

= perubahan volume air murni, bbl

= perubahan tekanan, psi.

Selain itu kompressibilitas air formasi dapat ditentukan dengan persamaan :


Cw = Cwp (1 + 0.0088 Rsw)
dimana :
Rsw

= kelarutan gas dalam air formasi

Cwp

= kompressibilitas air murni, psi-1

Cw

= kompressibilitas air formasi, psi-1

e. Kelarutan Gas dalam Air Formasi


Kelarutan gas dalam air formasi akan lebih kecil bila dibandingkan dengan
kelarutan gas dalam minyak di reservoir pada tekanan dan temperatur yang
sama. Pada temperatur tetap, kelarutan gas dalam air formasi akan naik dengan
naiknya te-kanan. Sedangkan pada tekanan tetap, kelarutan gas

dalam air

formasi mula-mula menurun sampai harga minimum kemudian naik lagi


terhadap naiknya suhu, dan kelarutan gas dalam air formasi akan berkurang
dengan bertambahnya kadar garam, dengan demikian kelarutan gas dalam air
formasi juga dipengaruhi oleh kegaraman air formasi, maka harga kelarutan gas
dalam air formasi perlu dikoreksi.

IV. PENGAMBILAN CONTOH FLUIDA RESERVOIR


Untuk ketelitian perhitungan maka pengambilan contoh fluida reservoir harus selalu
diperhatikan. Hasil analisa fluida reservoir ini digunakan dalam kegiatan-kegiatan
berikut ini :
- Perhitungan cadangan minyak dan/atau gas,
- Perkiraan potensi dan produksi sumur,
- Perencanaan jenis dan ukuran fasilitas permukaan,

- Pemilihan metode pengangkatan buatan dan/atau EOR, dan


- Simulasi reservoir.
Syarat-syarat yang harus diperhatikan sebelum melakukan pengambilan fluida reservoir
adalah sebagai berikut :
- Dilakukan se-awal mungkin sebelum tekanan reservoir kurang dari tekanan
awalnya.
- Sumur harus dibersihkan (cleaned-up) sebelum pengambilan sampel.
- Para teknisi harus memilih sumur yang produktivitasnya tinggi agar dapat
mempertahankan tekanan setinggi mungkin pada formasi di sekeliling sumur
tersebut.
- Sumur yang dipilih tidak boleh memproduksi air bebas, tetapi jika hanya tersedia
sumur yang memproduksi air bebas, maka penempatan ruang sampel di dasar
sumur harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
- Sumur yang dipilih harus pernah diproduksi dengan rasio gas-minyak yang stabil.
- Laju alir yang digunakan serendah mungkin untuk menghindari tekanan di sekitar
lubang bor di bawah tekanan jenuh.
- Perlu dilakukan pengambilan sampel pada beberapa kedalaman untuk reservoir
yang tebal dan permeabilitas vertikalnya cukup besar, karena komposisinya yang
berbeda sebagai akibat pengaruh gravitasi.
- Pengukuran temperatur pada saat pengambilan sampel dilakukan seteliti mungkin
terutama untuk near-critical-fluids (volatile oil dan retrograde gas).
Berdasarkan tempat diambilnya contoh fluida, terdapat dua jenis pengambilan fluida
reservoir, yaitu:
1. Metode Pengambilan Langsung Di Bawah Permukaan (Direct Subsurface
Sampling)
Suatu tabung khusus diturunkan dengan kabel ke dalam lubang sumur sampai
kedalaman reservoir dan sampel diambil dari aliran dasar sumur pada tekanan dasar

sumur yang berlaku (Gambar 32). Alat ini dapat dipasang juga pada wireline atau
pada DST string.

Gambar 32 - Pengambilan Sampel Fluida dengan Metode Subsurface.

Metode ini sangat efektif digunakan saat well testing atau uji produksi pada sumur
eksplorasi dan kadang digunakan saat openhole logging. Beberapa pertimbangan
menggunakan bottom-hole sampling adalah :
- Tekanan alir dasar sumur saat pengambilan contoh fluida lebih besar dari
tekanan jenuh.
- Peralatan yang digunakan tidak memiliki kesulitan untuk menurunkan tabung
sampel ke kedalaman yang diinginkan dan menariknya kembali ke permukaan.
Pertimbangan ini perlu dikaji terutama untuk minyak yang memiliki API gravity
< 10.
- Volume fluida yang diperlukan untuk analisa relatif kecil (beberapa liter).
- Akan dilakukan kajian tentang asphaltene.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk memastikan validitas dari contoh fluida adalah :

- Mengukur tekanan buka dari tabung sampel (sampler) pada temperatur ruang
- Mengukur volume sampel pada temperatur ruang
- Mengukur tekanan jenuh sampel pada temperatur ruang
Saat

penentuan tekanan jenuh

(dilakukan

dengan

mengamati

perubahan

kompresibilitas fluida terhadap perubahan tekanan), sampel harus diaduk terlebih


dulu karena tekanan jenuh sulit diidentifikasi dari pengukuran ini jika tidak
dilakukan pengadukan. Untuk sampel retrograde gas, penentuan tekanan jenuh tidak
dapat dilakukan dengan cara di atas tetapi dilakukan dengan tes PVT.
Salah satu kekurangan terbesar dalam metode ini adalah hanya sedikit jumlah
sampel dari fluida lubang sumur yang diperoleh (beberapa liter). Oleh karena itu,
salah satu cara terbaik untuk memeriksa apakah rasio gas-minyak sudah benar
adalah

dengan

mengambil

beberapa

sampel

di

bawah

permukaan dan

membandingkan tekanan saturasinya pada temperatur batas di lokasi sumur. Hal ini
dapat dilakukan menggunakan pompa injeksi merkuri dan pengukur tekanan yang
akurat yang disambungkan pada sampel. Ruang tersebut umumnya mengandung
fasa minyak dan gas bebas akibat pengurangan pada temperatur antara lubang
sumur dan permukaan. Penginjeksian merkuri meningkatkan tekanan di dalam
ruang sampel sampai pada suatu tekanan saturasi yang berhubungan dengan batas
temperatur permukaan, seluruh gas akan terlarut. Tekanan saturasi ini dapat
dideteksi dengan mudah karena adanya suatu perubahan yang mencolok pada
kompresibilitas antara fluida 2 fasa dan 1 fasa. Jika hal tersebut ditentukan secara
ekperimental di lokasi sumur, dimana sampel yang berturut-turut memiliki
perbedaan tekanan saturasi yang nyata, menandakan alat telah rusak atau sumur
tidak dikondisikan dengan baik. Sebagai tambahan, sangatlah perlu menentukan
tekanan dan temperatur statik reservoir dengan uji sumur sebelum pengambilan
sampel.

2. Metode Rekombinasi Permukaan (Surface Recombination Sampling)


Selama uji sumur (well testing) atau uji produksi (production testing) pada sumur
eksplorasi sangat dimungkinkan untuk mengambil contoh fluida dari kepala sumur
(wellhead), choke manifold atau tes separator tergantung dari sifat fluida dan
kondisi alirannya. Pengambilan contoh fluida sebelum separator mensyaratkan
tekanan di kepala sumur harus lebih tinggi dari tekanan jenuh jika menggunakan
metode konvensional atau paling tidak seragam (homogeneous) jika menggunakan
metode isokinetic sampling.
Metode yang umum dilakukan adalah separator recombination sampling. Teknik ini
dilakukan dengan mengambil contoh minyak dan gas dari separator. Selain sebagai
backup dari metode downhole sampling, pengambilan contoh fluida di permukaan
dilakukan jika :
- Volume fluida yang dibutuhkan besar (misalnya akan digunakan untuk
keperluan kajian EOR),
- Tekanan alir dasar sumur kurang dari tekanan jenuh atau water-cut yang tinggi.
Tantangan yang perlu diatasi pada metode ini adalah memastikan ketelitian
pengukuran laju alir dan kondisi separator yang stabil sebelum dan sesudah
sampling.

Gambar 33 - Pengambilan Sampel Minyak dan Gas di Permukaan.

Secara singkat pelaksanaan pengambilan contoh fluida dengan metode ini adalah
seperti berikut ini. Sumur diproduksi pada laju yang stabil untuk suatu periode
beberapa jam dan rasio gas-minyak diukur dalam scf dari gas separator per stock
tank barrel minyak. Jika rasio ini stabil selama periode pengukuran, maka dapat
dipastikan bahwa dengan merekombinasi minyak dan gas pada rasio yang sama
akan menghasilkan suatu campuran sampel fluida reservoir yang representatif.
Bahkan, hanya sedikit penyesuaian yang harus dibuat untuk menentukan rasio yang
sebenarnya dimana sampel-sampel harus direkombinasi.
Salah satu keistimewaan dari metode pengambilan sampel rekombinasi di
permukaan adalah secara statistik metode ini memberikan harga yang dapat
diandalkan dari rasio gas minyak yang diproduksi, yang diukur melalui suatu
periode beberapa jam; lebih jauh lagi, metode ini memungkinkan pengambilan
sampel fluida dalam jumlah besar. Tentu saja, seperti metode pengambilan sampel
di bawah permukaan, metode pengambilan sampel di permukaan hanya akan
menyediakan rasio gas-minyak yang benar bila tekanan di sekitar sumur adalah
pada atau di atas tekanan gelembung. Jika tidak, rasio gas-minyak di permukaan
akan menjadi lebih rendah atau lebih tinggi, tergantung pada apakah saturasi gas
bebas di reservoir berada di bawah atau di atas saturasi kritik dimana gas akan
mulai mengalir. Mengingat hal tersebut, maka harus ditekankan bahwa
pengambilan sampel PVT harus dilakukan secepat mungkin di awal masa produksi
lapangan untuk memfasilitasi pengambilan sampel di mana minyak dan gas
digabungkan pada rasio yang benar.

Anda mungkin juga menyukai