Anda di halaman 1dari 59

1

KONSEP DASAR NYERI

PENGERTIAN NYERI
Menurut Mc. Caffery (1979), nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi, dan eksistensinya diketahui bila seseorang perna mengalaminya.
Menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979) disebutkan bahwa nyeri adalah suatu
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan adanya kerusakan jaringan baiksecara aktual maupun secara potensial, atau
menggambarkan keadaan kerusakan seperti tersebut di atas.
Menurut Kozier dan Erb (1983), nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang
dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata,
ancaman,dan fantasi luka. Mengacu pada teori dari Asosiasi Nyeri Internasional,
pemahaman tentang nyerih lebih menitikberatkan pada manipulasi fisik atau
enghilangkan kausa fisik.
Adapun definisi dari Kozier dan Erb, nyeri diperkenalkan sebagai suatu
pengalaman emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pada pengelolaan fisik
semata, namun penting juga untuk melakukan manipulasi (tindakan) psikologis untuk
mengatasi nyeri.

FISIOLOGI NYERI
RESEPTOR NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri didisebut juga nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nosiseptro)
ada yang bermielin da nada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokan dalam beberapa bagian
tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah
visceral. Karena letaknya yang berbeda beda inilah, nyeri yang timbul juga
memiliki sensasi yang berbeda.

Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan. Nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen, yaitu :
a.

b.

Serabut A Delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6 - 30 m/det)
yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang
apabila penyebab nyeri dihilangkan.
Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0.5 2 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
tumpul dan sulit dilokalisasi.

Struktur reseptor nyeri somatic dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat
pada tulang, pembulu darah, saraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena
struktur reseptornya kompleks, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan
sulit dilokalisasi.
Reseptor jenis ketiga adalah reseptor visceral. Reseptor ini meliputi organ
organ visceral seperti jantung, hati, usus, ginjal, dan sebagainya. Nyeri yang timbul
pada reseptor ini biasanya difus (terus menerus). Nyeri yang timbul dari reseptor ini
biasanya tidak sensitive terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitive terhadap
penekanan, iskemia, dan inflamasi.
Nyeri veseral dapat menyebabkan nyeri alih (Refferet Pain), yaitu yang dapat
timbul pada daerah yang berbeda/jauh dari organ asal stimulus nyeri tersebut. Nyeri
pindah ini dapat terjadi karena adanya sinaps jaringan visceral pada medulla spinalis
dengan serabut yang berasal dari sub kutan tubuh.
Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimah oleh nosiseptor di dalam
tubuh manusia terdapat beberapa jenis nosiseptor yaitu : nosiseptor termal, nosi
septor mekanik, nosiseptor elektrik dan nosiseptor kimia. Adanya berbagai macam
nosiseptro ini memungkinkan terjadinya nyeri karena pengaruh mekanis, kimia,
listrik, atau karena perubahan suhu.
Serabut nyeri jenis A Delta merupakan serabut nyeri yang lebih banyak
dipengaruhi oleh rangsang mekanik daripada rangsang panas dan kimia, sedangkan
serabut nyeri jenis C lebih dipengaruhi oleh rangsangan suhu, kimia dan mekanik
kuat.

TRANSMISI NYERI
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosiseptro dapat
menghasilkan rangsangan nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun gerbang kendali nyeri dianggap
paling relevan.
a. Teori spesivisitas (Specivicity Theory)
Teori ini digambarkan oleh Descartes pada abad ke-17. Teori ini
didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara
khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima
rangsangan nyeri dan mentransmisikannya melalui ujung dorsal dan
substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada
daerah yang labih tinggi sehingga timbul respon nyeri. Teori ini tidak
menjelaskan bagaimana factor factor multidimensional dapat
memengaruhi nyeri.

b.
c.

d.

Teori Pola (Pattern Theory)


Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri, yaitu serabut yang
mampu menghantarkan rangsang dengan cepat; dan serabut yang mampu
menghantarkan dengan lambat. Kedua serabut saraf tersebut bersinapsis
pada medula spinalis dan meneruskan informasi keotak mengenai jumlah,
intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan
kuantitas input sensori nyeri.
Teori Gerbang Kendali Nyeri (Gate Control Theory)
Pada tahun 1959, Melzack dan Wall menjelaskan teori gerbang kendali
nyeri, yang menyatakan terdapat semacam pintu gerbang yang dapat
menfasilitasi atau memperlambat sinyal nyeri.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa didalam tubuh manusia terdapat dua
macam transmitter impulse nyeri yang berfungsi untuk menghantarkan sensai nyeri
dan sensai yang lain seperti rasa dingin, hangat, sentuhan, dan sebagainya. Reseptor
berdiameter kecil (serabut A Delta dan serabut C) berfungsi untuk mentrasmisikan
nyeri yang sifatnya keras dan reseptor ini berupa ujung saraf bebas yang terdapat di
seluruh permukaan kulit dan pada struktur tubuh yang lebih dalam seperti tendon,
fascia dan tulang serta organ organ internal. Sedangkan transmitter yang
berdiameter besar (serabut A-Beta) memiliki reseptor yang terdapat pada struktu
permukaan tubuh dan fungsinya selain mentransisikan sensasi nyeri, juga kebih

berfungsi untuk menstransmisikan sensasi lain seperti sensasi getaran, sentuhan,


sensasi panas/dingin, serta juga terhadap tekanan halus. Impuls dari serabut A-Beta
mempunyai sifat inhibitori (penghambatan) yang ditransmisikan ke serabut C dan ADelta.
Ketika ada rangsang, kedua serabut tersebut akan membawa rangsangan
menuju kornu dorsalis yang terdapat pada medula spinalis (kornu posterius medullae
spinalis). Di medula spinalis inilah terjadi interaksi antara serabut berdiameter dan
serabut berdiameter kecil di suatu area khusus yang disebut dengan substantia
gelatinosa (SG). Pada substantia gelatinosa ini dapat terjadi perubahan, modifikasi,
serta memengaruhi apakah sensasi nyeri yang diterima oleh medula spinalis akan
diteruskan ke otak atau akan dihambat.
Sebelum implus nyeri di bawah ke otak, serabut besar dan serabut kecil akan
berinteraksi di area substansia gelatinosa; yang apabila tidak terdapat stimulus/implus
yang adekuat dari serabut besar, maka implus nyeri dari serabut kecil akan
dihantarkan menuju ke sel Trigger (Sel T) untuk kemudian dibawa ke otak, yang
dirasakan oleh tubuh. Keadaan ketika implus nyeri dihantarkan ke otak inilah yang
diistilahkan dengan Pintu Gerbang Terbuka.
Sebaliknya, apabila terdapat impuls yang ditransmisikan oleh serabut
berdiameter besar karena adanya stimulus kulit, sentuhan, getaran, hangat, dan dingin
serta sentuhan halus, impuls ini akan menghambat impuls dari serabut berdiameter
kecil di area substantia gelatinosa sehingga sensasi yang dibawa oleh serabut kecil
akan berkurang atau bahkan tidak dihantarkan ke otak oleh substantia gelatinosa,
karenanya tubuh tidak dapat merasakan sensasi nyeri. Kondisi ini disebut dengan
Pintu Gerbang Tertutup.
Dalam penghantar impuls menuju otak, sinaps substantia gelatinosa akan
melepaskan substantia P yang diduga sebagai neurotransmitter utama impuls nyeri.
Paling sedikit terdapat enam jalur senden untuk impuls nosiseptif yang terdapat
belahan ventral medulla spinalis, yang paling utama adalah traktus spinotalamikus
(spinoreticular tract).
Impuls yang dibawa oleh traktus spinotalamikus selanjutnya dibawa ke
korteks untuk diinterpretasi, sedangkan impuls yang dibawa oleh traktus
spinoretikuler akan dibawa ke daerah thalamus dan batang otak, untuk mengaktifkan
respon respon autonomic dan limbic (afektif motivasional).
Apabila inpuls nyeri diteruskan (Pintu Gerbang Terbuka), impuls akan
diteruskan ke otak untuk kemudian diproses didalam otak dalam tiga tingkatan yang
berbeda

Gambar 1-1Gambaran Skematik Teori Pintu Gerbang


Yaitu pada thalamus, otak tengah (mid brain), dan pada korteks otak.
Talamus bertindak sebagai penerima input sensori (impuls nyeri) dari traktus
spinotalamikus lateral untuk kemudian diteruskan ke korteks.

Gambar 1-2Fisiologi Presepsi Nyeri.


Otak tengah berfungsi untuk meningkatkan kewaspadaan dari korteks terhadap
datangnya rangsangan; sedangkan korteks berfungsi untuk melokalisasi impuls
dipersepsi sesuai dengan lokasi terjadinya nyeri.Perhatikan gambar 1-2.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori gerbang kendali nyeri juga
dikembangkan untu menjelaskan tentang adanya fungsi inhibitor (pengambat) impuls
nyeri oleh otak.Basbaum dan Fields meyakini bahwa struktur otak tengah, medulla,
dan jaringan tulang belakang juga mampu memberi efek penghambat terhadap impuls
nyeri. Kondisi seperti rangsang elektris, penggunaan obat analgesic dan factor factor
psikologis mampu merangsang struktur medulla untuk memperlambat transmisi
impuls nyeri di medulla spinalis.

NEUROREGULATOR NYERI
Neuroregulator atau substansi yang berpelan dalam transmisi stimulus saraf dibagi
dalam
dua
kelompok
besar,
yaitu
neurotransmitter
dan
neuromodulator.Neurotransmitter mengirimkan impul-impuls elektrik melewati
rongga sinaps antara dua serabut saraf dan dapat bersifat sebagai penghambat atau
dapat pula mengeksitasi.Sedangkan neuromedulator bekerja untuk memodifikasi

aktifitas neuron tanpa mentransfer secara langsung sinyal sinya menuju


sinaps.Neuromedulator dipercaya bekerja secara tidak langsung dengan
meningkatkan atau menurunkan efek partikuler neurotransmitter.
Beberapa neuroregulator yang berperan dalam penghantaran impuls nyeri antara lain
:
1. Neurotransmitter
a. Substansi P (Peptida)
Ditemukan pada neuron nyeri komudorsalis (peptide ektisalator)
Diperlukan untuk mentransmisi impuls nyeri dari perifer ke otak
Menyebabkan vasodilatasi dan edema.
b. Serotonin
Dilepaskan oleh batang otak dan kornudorsalis untuk menghambat
transmisi nyeri.
c. Prostaglandin
Dibangkitkan dari pemecahan pospolid di membrane sel
Dipercaya dapat meningkatkan sensitivitas terhadap sel
2. Neuromodulator
a. Endorfin (Morfin endogen)
Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh
Diaktivasi oleh daya stress dan nyeri
Terdapat pada otak, spinal, dan traktus gastrointestinal
Memberi efek analgesic
b. Bradikinin
Dilepaskan dari plasma dan pecah di sekitas pembuluh dara pada
daerah yang mengalami cedera
Bekerja dalam reseptor saraf perifer, menyebabkan peningkatan
stimulus nyeri
Bekerja pada sel, menyebabkan reaksi berantai sehingga terjadi
pelepasan prostaglandin.

Gambar 1-3 kerja endorphin


Endorphin dalam bahasa Yunani disebut enkefalin (berarti di dalam kepala)
Ketja endorphin dapat diterangkan sebagai berikut:
Pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis
antara neuron nyeri perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi
P akan menghantarkan impuls (sebagai neurotransmitter). Pada saat tersebut,
endorphin akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik seperti pada
gambar 1-3.

KLASIFIKASI NYERI
KLASIFIKASI NYERI BERDASARKAN AWITAN
Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokan sebagai nyeri akut dan nyeri
kronis.Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari 1 detik sampai
kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam
waktu lebih dari 6 bulan.
Nyeri akut umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan
dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi ( sedang sampai
berat ). Nyeri akut dapat dipandang sebagai nyeri yang terbatas dan bermanfaat untuk
mengindikasi adanya cedera atau penyakit pada tubuh.Nyeri jenis ini biasanya hilang
dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan
menyembuh.

Table 1-1. Perbandingan Nyeri Akut dan Kronis


Karakteristik
Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Tujuan
Memperingatkan
adanya Tidak ada
cedera atau masalah
Awitan
Mendadak
Terus

menerus
atau
intermiten
Intensitas
Ringan sampai berat
Ringan sampai berat
Durasi
Durasi singkat ( dari Durasi lama ( enam bulan atau
beberapa detik hingga enam lebih )
bulan )
Respons Otonom
Konsisten dengan respons Tidak ada respons otonom
simpastis
Frekuensi
jatung
meningkat
Volume
sekucup
meningkat
Tekanan
darah
meningkat
Dilatasi pupil
Tegangan
ototo
meningkat
Penurunan
motilitas
gastrointestinal
Mulut kering
Komponen
Ansietas
Depresi
Psikologis
Mudah marah
Menari diri, isolasi
Repons Lainnya
--------------- Tidur terganggu
Libido menurun
Nafsu makan menurun
Nyeri kronis umumya timbul tidak teratur, intermiten, atau bahkan
persisten.Nyeri kronis dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu nyeri kronis
maligna dan nyeri kronis nonmaligna.Karakteristik nyeri kronis adalah penyembuhan
tidak dapat diprediksi meskipun penyebabnya mudah ditentukan (namun, pada
beberapa kasu sulit ditemukan).Nyeri kronis dapat menyebabkan klien merasa putus
asa dan frustasi.Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan
mengisolasi diri nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik.

KLASIFIKASI BERDASARKAN LOKASI


Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu nyeri
superfisial, nyeri somatic dalam, nyeri visceral, nyeri alih, nyeri sebar, dan nyeri
bayangan (fantom).
Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti pada
laserasi, luka bakar, dan sebagainya.Nyeri jenis ini memiliki durasi yang pendek,
terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam.
Nyeri somatic dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada otot dan
tulang serta struktur penyokong lainnya, umumnya nyeri bersifat tumpul dan
distimulasi dengan adanya peregangan dan iskemia.
Nyeri visceral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ interval.Nyeri
yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama.Sensasi yang timbul biasanya
tumpul.
Table 1-2. Perbedaan Nyeri Somatik dan Nyeri Visera
Somatik
Karakteristik
Viseral
Superfisial
Dalam
Kualitas
Tajam Menusuk
Tajam atau
Tajam, tumpul, difus,
tumpul, difus
kejang
Lokalisasi
Terpusat
Menyebar
Menyebar
Menjalar
Tidak
Menyebar
Menyebar
Menjalar
Tidak
Tidak
Ya
Stimulus
Cedara, abrasi,
Cedera, panas,
Distensi, iskemia,
Penyebab
panas/dingin
iskemia,
spasme, iritasi kimiawi
oergeseran
Reaksi
Tidak
Ya
Ya
autonomy
Refleks
Dalam
Ya
Ya
kontraksi otot
Nyeri sabar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke
jaringan sekitar.Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien seperti berjalan/bergerak
dari daerah asal nyeri ke sekitar atau ke sepanjang bagian tubuh tertentu.Nyeri dapat
bersifat intermiten atau konstan.

Gambar1-4. Sinaps serabut saraf yang dapt menyebabkan timbulnya alih

Nyeri fanton adalah nyeri khusus yang diraskan oleh klien dipersepsi berada pada
organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada. Contohnya adalah pada
klien yang menjalani operasi pengangkatan panyudara atau pada amputasi
ekstremitas.
Nyerih alih (referred pain) adalah nyeri yang timbul akibat adannya nyeri viseral
yang menjalar ke organ yang lain, Sehingga dirasakan nyeri peda beberapa tempat
atau lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori dari organ
yang mengalami nyeri kedalam medula spinalis dan mengalami sinapsis dengan
serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya. Nyeri yang timbul biasanya
pada beberapa tempat yang kadang jauh dari lokasi asal nyeri

1-5 Lokasi penyebaran nyeri alih

BERDASARKAN ORGAN
Berdasarkan pada organ tempat timbulnya, nyeri dapat dikelompokan dalam : nyeri
organik, nyeri neurogenik, dan nyeri psikogenik
Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual atau potensial)
organ. Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya cidera,
penyakit, atau pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ
Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat gangguan neuron, misalnya pada neuralgia.
Nyeri ini dapat terjadi secara akut maupun kronis.
Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologi. Gangguan ini lebih
mengarah pada gangguan psikologis pada gangguan otak klien yang menderita
memang benar-benar mengalaminya. Nyeri ini umumnya terjadi ketika efek-efek
psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada klien

RESPONS TUBUH TERHADAPNYERI


Respons fisik

Respons fisik timbul karena pada saat impuls nyeri di transmisikan oleh medula
spinalis menuju batang otak dan talamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehingga
menimbulakn respons yang serupa dengan respons tubuh terhadap stres.
Pada nyeri skal ringan sampai moderat serta pada nyeri superfisial, tubuh beraksi
membangkitkan general adaptation syndrome (reaksi fight or flight), dengan
merangsangkan sistems araf simpatis. Sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak
dapat di toleransi serta nyeri yang berasal dari program viseral , akan mengakibatkan
stimulasi terhadap saraf parasimpatis. (lihat tabel 1-3)
Table 1-3. Respons Fisiologi Tubuh Terhadap Nyeri
Reaksi
Sinopatis
Dilatasi lumen
bronkus, peningkatan
frekuensi napas
Denyut jatung
meningkat

Vasokontriksi perifer
Peningkatan glukosa
darah
Diaphoresis
Tegangan otot
meningkat
Dilatasi pupil
Penurunan motilitas
usus

Efek
Memungkinkan untuk penyediaan oksigen yang
lebih banyak
Memungkinkan transport oksigen lebih besar
kedalam jaringan tubuh (sel)
Meningkatkan tekanan darah dengan memindahkan
suplai darah dari perifer ke organ visceral, otot, dan
otak
Mengendalikan suhu tubuh selama stress
Menyiapkan otot untuk mengadakan aksi
Menghasilkan kemampuan melihat yang lebih baik
Menyalurkan energy untuk aktivitas tubuh yang
lebih penting

Parasimpatis
Pucat

Disebabkan suplai darah yang menjauhi perifer

Kelelahan otot

Karena Kelemahan

Tekanan dara dan nadi


meurun

Pengaru stimulasi nervus vagal


Karena mekanisme pertahanan yang gagal untuk

Frekuensi napas cepat, tak


teratur

memperpanjang perlawan tubuh terhadap stress


(nyeri)

Mual dan muntah

Kembalinya fungsi gastrointestinal

Kelemahan

Akibat pengeluaran energy yang berlebihan

RESPON PSIKOLOGIS
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang
terjadi atau arti nyeri bagi klien. Klien yag mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang
negatif cenderung memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan
dapat berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya pada klien yang memiliki
presepsi nyeri sebagai pengalaman yang posotif akan menerima nyeri yang di
alaminya.
Arti nyeri bagi setiap individu berbeda beda antara lain:

Bahaya atau merusak


Komplikasi, seperti infeksi
Penyakit baru
Penyakit yang berulang
Penyakit yang fatal
Peningkatan ketidakmampuan
Kehilangan mobilitas
Menjadi tua
Sembuh
Perlu untuk penyembuhan
Hukuman karena berdosa
Tantangan
Penghargaan terhadap penderitaan orang lain
Sesuatu yang harus ditoleransi
Bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki

Pemahaman dan pemberian arti bagi nyeri sangat dipengaruhi tingkat


pengetahuan,presepsi, pengalaman masa lalu, dan juga faktor sosial budaya.

RESPON PERILKU
Respon perilaku yang timbul pada klen yang mengalami nyeri dapatbermacammacam. Meinhart & Mc.Caffery (1983) menggambarkan tiga fase perilaku terhadap
nyeri yaitu: antisipasi, sensasi, dan fase pascanyeri.
Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting karena pada fase ini
merupakan penentuan untuk fase berikutnya.pada fase ini, merupakan fase yang
memungkinkan individu untuk memahami nyeri, untuk belajar dan mendapatkan
gambaran tentang nyeri iusendiri. Pada fase ini, klien dipersiapkan belajar bagaimana
mengendalikan nyeri yang mungkin akan timbul, dan juga klien diajarkan bagaimana
tindakan klien jika terapi/tindakan yang dilakukan kurang efektif. Pada fase
antisipasi, klien juga belajar menendalikan emosi (kecemasan) sebelum nyeri itu
sendiri muncul, karena kecemasan dapat menyebabkan peningkatan sensasi nyeri
yang terjadi klien dan/atau tndakan ulang yang dilakukan oleh klien untuk mengatasi
nyeri menjadi kurang efektif.
Pada saat terjadi nyeri, banyak perilaku yang dapatdiungkapkan oleh seorang
klien ang mengalami nyeri seperti menangis, meringis, meringkukkan badan,
menjerit, dnmungkin berlari lari. Perilaku klien dalam merespon nyeri ini
dapatdipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk menoleransi nyeri dan juga oleh berat
ringannya sensasi nyeri itu sendiri. Kadang kala kllien tidak mayu mengalami
mengungkapkan pengalaman nyeri yangdirasakannya karena menganggap dirinya
adalah orang yang cengeng atau iaakan berpandangan bahwa perawat akan
menyebut klien sebagai pasien yang cengeng.
Pada fase pascanyeri, klien mungkin mengalami trauma psikologis,
takut,depresi, serta dapat juga menjadi menggigil.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUH NYERI


FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRESEPSI NYERI
Faktor faktor yang memengaruhi presepsi tentang nyeri pada seorang individu
meliputi:
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Budaya

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Pengetahuan tentang nyeri dan penyebabnya


Makna nyeri
Perhatian klien
Tingkat kecemasan
Tingkat stres
Tingkat energi
Pengalaman sebelumnya
Pola koping
Dukungan keluarga dan sosial

FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI TOLERANSI NYERI


a. Faktor faktor yang meningkatkan toleransi terhadap nyeri adalah sebagai berikut:
Alkohol
Obat obatan
Hipnosis
Panas
Gesekan/garukan
Pengalihan perhatian
Kepercayaan yang kuat
b. Faktor faktor yang menurunkan toleransi terhadap nyeri antara lain:
Kelelahan
Marah
Kebosanan, depresi
Kecemasan
Nyeri kronis
Sakit/penderitaan

RENCANA KEPERAWATAN PADA KLIEN NYERI


PENGKAJIAN
Pengkajian/keperawatan pada klien yang mengalami nyeri difokuskan pada tiga hal,
yaitu: 1) penyebab nyeri; dan 3) respons perilaku klien trhadap nyeri.
PENGENALAN NYERI
Pengenalan nyeri meliputi berbagai aspek, yaitu:
a. Intensitas nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa nyeri yang dirasakan oleh
individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan induvidual, dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang
paling mungkin adalah menggunakan respons fisiologik tubuh terhadap nyeri
itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga dapat memberikan
gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

Gambar 2-1. Beberapa skala pengukuran nyeri

Gambar 2-2. Skala wajah wong-bakers untuk mengukur nyeri

Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan


berbagai alat pengukur nyeri seperti Skala Visual Analog, Skala Nyeri
Numerik, Skala Nyeri Deskriptif atau skala nyeri Wong-Bakers untuk anakanak (lihat gambar 2-1dan 2-2).
Penggunaan skala nyeri tertulis untuk mengukur nyeri untuk tidak mungkin
dilakukan jika klien mengalami sakit serius atau nyeri hebat atau baru saja
mengalami pembedahan. Untuk melakukan pengkajian, misalny
menggunakan skala intensitas nyeri numerik skala 0-10, klien dapat ditanya:
Pada skala nyeri nol sampai sepuluh, nol berarti tidak ada nyri dan 10 nyeri
aling hebat yang perna terjadi, seberapa berat nyeri yang Anda rasakan saat
ini?.
b. Karakteristik nyeri
Karakteristik nyerimeliputi lokasi nyeri,penyebaran nyeri, dan kemungkinan
penyebaran, durasi (menit, jam, hari, bulan) serta irama (terus-menrus, hilang
timbul, periode bertambah atau berkurangnya intensitas nyeri) dan kualitas
nyeri(mis., seperti ditusuk, seperti dibakar, sakit, nyeri seperti digencet, dan
sebagainya).

c. Faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri


Berbagai perilaku sering diidentifikasi klien sebagai faktor yang mengubah
intensitas nyeri (mis., aktifitas, istirahat, pengerahan tenaga, posisi tubuh,
penggunaan bebas, dsb), dan apa yang diyakini klien dapat membantu dirinya.
Perilaku ini sering didasarkan pada upaya try and error.
d. Efek nyeri terhadap aktifitas sehari-hari
Misalnya, terhadap pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi denga
oranglain, gerakan fiski, bekerja, dan aktivitas santai. Nyeri akut sering
berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis yang berhubungan dengan depresi.
e. Kekhawatiran individu tentang nyeri
Dapat meliputi masalah yang luas seperti beban ekonomi, progonis serta
berpengaruh terhadap peran citra diri.
PENYEBAB NYERI
Menentukan penyebab sering sulit dilakukan namun beberapa nyeri memang berguna
untuk diagnosa medik. Sebagai contoh nyeripunggung kronis menunjukkan
penjepitan saraf (hernia nukleus pulposus), nyeri di area Mc. Burneimenunjukkan
apendisitis, sedangkan nyeri dada yang menyebar ke lengan dan punggung
mengidentifikasikan serangan jantung kroner (infark miokard).
Lokasi nyeri dan penyebarnnya memberikan informasi yang berguna dalam
penegakkan diagnosis medik; menunjukkan adanya sesuatu yang tdak beres pada
organ di bawah lokasi nyeri.
Namun perlu disadari bahwa pada beberapa kasus, terutama nyeri psikologik, sangat
sulit ditentukan adanya kelainan organ sebagai penyebab nyeri.
RESPON FISIOLOGIS DAN PERILAKU TERHADAP NYERI
Perilaku indikasi fisiologis dan perilaku terhadap nyeri kadang sulit dilakukan.
Indikasi fisiologis dan perilaku tentang nyeri mungkin minimal atau bahkan tidak
ada, namun dengan tidak adanya indikator ini bukan berarti nyeri tidak ada.
Umumnya gejala fisiologis dan perilaku lebih banyak muncul pada nyeri akut
dibandingkan nyeri kronis.
Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator nyeri yang lebih
akuratdibandingkan dengan laporan verbal pasien. Walau bagaimanapun, respons
involunter seperti peningkatan tekanan darah, pernapasan, nadi, pucat, dan beringat
merupakan respons rangsangan sistem saraf otonom, dan bukan nyeri itu sendiri.

Frekuensi jantungklien daat menurun dalam berespons terhadap nyeri akut daan
meningkatkan pada saat nyeri hilang. Klien yang mengalami nyeri akut hebat
mungkin tidak menunjukkan adanya peningkatan pernapasan tetapi cenderung
menurun, karena klien cenderung menahannya napasnya. Respons fisiologis yang
ditunjukkan oleh klien terhadap nyeri mungkin tidak selamannya muncul, dan
umumnya digunakan sebagai pengganti laporan verbal dari nyeri pada klien yang
tidak sadar.

Table Respon Fisiologi Nyeri


Nyeri Akut
Nyeri Kronis
Intensitas ringan sampai berat
Intesitas ringan sampai berat
Respon saraf simpatis:
Respon saraf parasimpatis:
Peningkatan nadi
Tanda vital normal
Peningkatan denyut jantung
Kulit kering dan hangat
Peningkatan tekanan darah
Pupil normal atau berdilatasi
Diaphoresis
Dilatasi pupil
Nyeri berhubungan dengan kerusakan
jaringan, atau proses penyembuhan

Nyeri timbul terus-menerus hingga


sembuh

Klien tampak cemas dan lemas


Klientampak depresi dan menarik diri
Menyatakan nyeri
Muncul perilaku nyeri seperti:
menangi, memegangi daerah yang
sakit, mengusap daerah yang sakit

Tidak menyatakan
ditanya

nyeri,

kecuali

Perilaku nyeri tidak ada

Respons fisiologik klien yang mengalami nyeri tidak dapat diperhatikan


selama berminggu-minggu,berhari-hari, atau bahkan dalam beberapa jam. Biasanya
klien memiliki respons fisiologik terhadap nyeri yang bebeda antara klien yang satu
dengan yang lainnya, selain itu juga timbul respons yang berbeda antara nyeri akut
dan nyeri kronik.
Respons perilaku terhadap nyeri dapat berupa respons terhadap lingkungan,
individu yang mengalami nyeri akut dapat mnangis, merintih, cemberut, tidak
menggerakkan anggota tubuh, mengepal, ataimenarik diri. Klien dapatcepat

marahdan ersinggung, namun mudah minta maaf jika nyerinya hilang. Suara dari
radio, televisi atau orang yang berbincang dapat menjadi hal yang sangat
menjengkelkan ketika seseorang mengalami nyeri. Perilaku ini mungkin sangat
beragama dari waktu ke waktu. Meskipun respons klien dapat menjadi indikasi
pertama adanya sesuatu yang tidak beres, respons perilaku tidaakdapat digunakan
untuk mengukur nyeri, kecuali dalam situasi yang tidak mungkinuntuk dilakukan
pengukuran, misalnya pada penderita retardasi penderita mental berat atau klien tidak
sadar.
Individu mengalami nyeri dengan awitan mendadak mungkin beresepons
berbeda dengan individu yang mengalami nyeri kronis atau berlangsung secara
lambat. Nyeri dapat menyebabkan keetihan dan membuat individu terlalu letih untuk
menangis dan merintih. Pasien yang mengalami nyeri hebat kondisi ini bahkan dapat
tidur danlien tampak rileks.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NYERI AKUT
Pengertian
Adalah keadaan ketika individu mengalami atau melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam
bulan atau kurang.
Batasan Karakteristik:
Subjektif:
Komunikasiverbalatau nonverbal tentang nyeri
Objektif:

Perilaku sangat berhati-hati, melindungi organ yang sakit


Memusatkan diri
Mempersempit fokus (perubahan persepsi, menarik diri dari hubungan
sosial,gangguan pross berfikir)
Perilaku distraksi (mengerang, menangis,mondar mandir, mencari orang
lain, gelisah)
Raut wajah kesakitan (mata kuyu, terlihat lengah, meringis)
Perubahan tonus otot
Respon autonom: diaforesis, peningkatan TD dan nadi, dilatasi pupil,
perubahan frekuensi pernapasan (biasanya tidak terlihat pada nyeri
kronis/stabil)

Faktor yang berhubungan:


Biopatofisiologis:

Yang berhubungan dengankontraksi uterus salama persalinan


Yang berhubungan dengan trauma pada perineum selama persalinan
Yang berhubungan dengan involusi uterus dan pembekakkan payudara
Yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
terhadap
Gangguan muskuloskeletal:
- Fraktur
- Artritis
- Kontraktur
- Gangguan medula spinalis
- Spasme
Gangguan viseral
- Jantung
- Hepatik
- Paru
- Ginjal
- Usus
- Kanker
Gangguan vaskular
- Vasospasme
- Flebitis
- Oklusi
- Vasodilatasi
Yang berhubunga dengan inflamasi pada
Saraf
Sendi
Tendon
Otot
Bursae
Struktur yukstoartikuler
Yang berhubungan dengan keletihan, malaise dan/atau pruritas sekunder
terhadap
Penyakit cacar, rubela
Pankreatitis

Hepatitis
Yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder
terhadap
Gastroenteritis
Ulkus gastrikum
Yang berhubungan dengan inflamasi dan spasmeotot polos sekunder terhadap:
Batu ginjal
Infeksi gastroentestinal
Tindakan yang berhubungan:
Yang berhubungan dengan trauma jaringandn refleks spasme otot sekunder
terhadap:
Operasi
Luka bakar
Kecelakaan
Pemeriksaan diagnostik: pungsi vena
Yang berhubungan dengan mual muntah sekunder terhadap:
Kemoterapi
Anastesia
Situasional:
yang berhubungan dengan demam
yang berhubungan imobilitas/posisi yang tidak tepat
yang berhubunan dengan aktivitas yang berlebihan
yang berhubungan dengan tekanan (bidai ketat, balutan kencang)
yang berhubungan respon alergi
yang berhubungan dengan iritan kimia
Maturasional:
Bayi: kolik
Bayi dan masa kanak kanak awal: tumbuh gigi, infeksi
Masa kanak kanak: bahaya cedera
Remaja: sakit kepala, nyeri dada, dismenore
NYERI KRONIS
Pengertian:

Nyeri kronis adalah keadaan seseorang individu mengalami nyeri yang menetap atau
intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
Batasan Karakteristik:
Mayor (Harus ada)
Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada sejak lebih dari enam bulan
Minor (mungkin ada)
Ketidaknyamanan
Mara, frustasi, depresi karena situasi
Raut wajah kesakitan
Anoreksia, penunruna berat badan
Insomnia
Gerakan yang berhati hati
Spasme otot
Kemerahan, bengkak, panas
Perubahan warna pada area yang terganggu
Abnormalitas refleks
Faktor yang berhubungan :
(sama seperti nyeri akut)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


MASALAH KEPERAWATAN :
Nyeri Akut
Tujuan :
Nyeri berkurang/teratasi
Kriteria hasil :
Klien menyatakan kenyamanan menjadi lebih baik
Perilaku klien atau gejala yang berhubungan dengan nyeri berkurang atau hilang
Klien memperagakan usaha untuk mengurangi nyeri, menguraikan obat yang
digunakan, menyatakan kapan harus minta pertolongan ke layanan kesehatan (bila
telah pulang)

Klien menghubungkan pengurangan nyeri setelah melakukan tindakan penurunan


rasa nyeri
Tindakan keperawatan :

Intervensi
Kaji derajat nyeri

Tingkatkan pengetahuan :
Jelaskan penyebab nyeri
Jelaskan berapa lama nyeri akan
berlangsung
Jelaskan karakteristik nyeri yang
mungkin timbul selama prosedur
diagnostik
Berikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa takut
Tunjukkan penerimaan perawat terhadap
respons nyeri individu :
Kenali adanya rasa nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian
tentang nyeri yang terjadi
Tunjukkan bahwa perawat sedang
megkaji nyeri klien
Diskusikan alasan mengapa individu
mengalami peningkatan dan penurunan
nyeri
Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut
Ajarkan tindakan penurunan nyeri
noninvasif

Berikan analgesik

Rasional
Pengkajian nyeri dapat dengan
menggunakan skala 0-10, skala visual
analog atau skala Mc Gill, dan pada anakanak dapat menggunakan skala wajah
Wong-Baker.
Pengetahuan yang memadai memberi
orientasi tentang penyakit yang lebih
baik, mengurangi kecemasan yang dapat
meningkatkan sensasi nyeri, sekaligus
meningkatkan hubungan perawat-klien
dalam meningkatkan rasa aman.
Ketakutan dapat menjadi factor yang
meningkatkan sensasi nyeri.
Tindakan member perhatian kepada klien
akan meningkatkan rasa percaya klien
kepada perawat, sehingga dapat tergali
data yang lebih akurat tentang nyeri,
menurunkan hambatan dalam
menyampaikan keluhan, serta
meningkatkan rasa aman klien yang
secara tidak langsung dapat mengurangi
persepsi nyeri.
Memberi dasar pengetahuan objektif
tentang nyeri dan tindakan yang harus
atau tidak boleh dilakukan oleh klien.
Distraksi memberikan manipulasi pada
tingkat persepsi (tingkat tinggi otak)
sehingga menurunkan nyeri.
Tindakan nyeri noninvasive antara lain :
Relaksasi
Stimulasi kutan
Distraksi
Mengurangi nyeri

MASALAH KEPERAWATAN :
Nyeri kronis
Tujuan :
Nyeri berkurang/teratasi

Kriteria hasil :
Mengungkapkan bahwa nyeri berkurang setelah melakukan tindakan penurunan
rasa nyeri
Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari seperti
(uraikan)
Tindakan keperawatan :
Intervensi
Kaji derajat nyeri

Tingkatkan pengetahuan :
Jelaskan penyebab nyeri
Jelaskan berapa lama nyeri akan
berlangsung
Jelaskan karakteristik nyeri yang
mungkin timbul selama prosedur
diagnostik
Berikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa takut
Tunjukkan penerimaan perawat terhadap
respons nyeri individu :
Kenali adanya rasa nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian
tentang nyeri yang terjadi
Tunjukkan bahwa perawat sedang
mengkaji nyeri klien

Rasional
Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan skala 0-10, skala visual
analog atau skala Mc Gill, dan pada anakanak dapat digunakan skala wajah WongBaker.
Pengetahuan yang memadai memberikan
orientasi tentang penyakit yang lebih
baik, mengurangi kecemasan yang dapat
meningkatkan sensasi nyeri, sekaligus
meningkatkan hubungan perawat-klien
dalam meningkatkan rasa aman.
Ketakutan dapat menjadi factor yang
meningkatkan sensasi nyeri.
Tindakan memberikan perhatian kepada
klien dapat meningkatkan rasa percaya
klien kepada perawat, sehingga dapat
digali data yang lebih akurat tentang
nyeri, menurunkan hambatan dalam
menyampaikan keluhan, serta
meningkatkan rasa aman klien yang
secara tidak langsung dapat mengurangi

persepsi nyeri.

Bicarakan alasan mengapa individu


mengalami peningkatan dan penurunan
nyeri
Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut
Ajarkan tindakan penurunan nyeri
noninvasif

Berikan analgesik
Kaji pengaruh nyeri kronis dalam
kehidupan individu

Jelaskan hubungan nyeri kronis dan


depresi

Diskusikan dengan klien tentang


berbagai terapi modalitas tindakan yang
tersedia

Memberikan dasar pengetahuan objektif


tentang nyeri dan tindakan yang harus dan
tidak boleh dilakukan oleh klien.
Distraksi memberikan manipulasi pada
tingkat persepsi (tingkat tinggi otak)
sehingga menurunkan nyeri
Tindakan nyeri noninvasive antara lain :
Relaksasi
Stimulasi kutan
Distraksi
Mengurangi nyeri
Nyeri kronis dapat mempengaruhi aspekaspek:
Kinerja (pekerjaan, tanggung jawab)
Interaksi sosial
Finansial
Kegiatan sehari-hari (tidur, makan)
Kognitif/suasana hati (konsentrasu,
depresi)
Respons dari anggota keluarga
Nyeri kronis dapat menyebabkan depresi
yang ditunjukkan dengan perubahan
perilaku. Orientasi perubahan perilaku
meningkatkan kesadaran klien terhadap
besarnya pengaruh nyeri dalam
kehidupannya.
Berbagai terapi modalitas seperti terapi
keluarga, kelompok, modifikasi perilaku,
umpan balik biologik, hypnosis,
akupuntur dan program latihan
diharapkan klien mampu beradaptasi
terhadap nyeri yang dialaminya.

TINDAKAN KEPERAWATAN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI
Berbagai tindakan dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi nyeri.
Namun, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan perawat ketika memberi
intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri (Mc. Caffery), yaitu :
1. Membentuk hubungan saling percaya.
2. Menggunakan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri.
3. Melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
parah.
4. Mempertimbangkan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam upaya
mengatasi nyeri.
5. Menentukan jenis teknik untuk mengatasi nyeri berdasarkan perilaku yang
ditunjukkan oleh klien.
6. Melakukan teknik-teknik yang oleh klien dianggap efektif.
7. Mendorong klien untuk mencoba melakukan kembali teknik mengatasi
nyeri, jika terapi yang dilakukan sebelumnya tidak efektif.
8. Membuka wawasan dan pengetahuan terhadap cara-cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi nyeri klien.
9. Melindungi klien.
10. Beri penjelasan kepada klien.
Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua kelompok utama,
yaitu tindakan pengobatan (farmakologis) dan tindakan nonfarmakologis (tanpa
pengobatan). Menurut stimulasi yang diberikan, nyeri dapat dikelompokkan dalam
stimulasi tingkat tinggi (pada otak) dan stimulasi tingkat rendah (pada
spinotalamikus). Stimulasi pada otak adalah tindakan yang memungkinkan otak
bekerja untuk menurangi nyeri; sedangkan stimulasi tingkat spinotalamikus adalah
pemberian sejumlah rangsangan pada tubuh untuk memengaruhi sensasi nyeri
sebelum sampai di otak. Tindakan rangsangan pada tingkat spinotalamikus sesuai
dengan teori gerbang kendali nyeri.

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi penggunaan opioid
(narkotik), nonopioid/NSAIDs (Nonsteroid Anti-Inflammation Drugs), dan adjuvan,
serta ko-analgesik.

Tabel 3-1. Daftar Analgesik yang Umum Digunakan

Kelompok

Jenis

Analgesik
narkotik

NSAIDs

Analgesik
adjuvan

Butorfanol (Stadol )

Fentanil sitrat (Sublimaze )

Hidromorfon hidroklorid (Dilaudid )

Meperidin hidroklorid (Demerol )


Metilmorfin fosfat (Codeine, Tylenol 3, empirin 3)
Morfin sulfat (Morphine)

Propoxifen napsilat (Darvon-N , Darvo-cet-N )


,
)
Asetaminofen (Tylenol Datril
Asam asetilsalisilat (Aspirin)
Kolin magnesium trisalisilat (Trilisate)
)
Diklofenak sodium (Voltaren

Ibuprofen (Motril , Advil )

Indometasin sodium trihidrat (Indocin

Naproksen (Naprosyn )

Naproksen sodium (Anaprox )

Piroksisam (Feldene )

Tolmetin sodium (Tolectin )

Amitriptilin (Evatil )

Klorpromazin (Thorazine )

Diazepam (Valium )

Hidrozin (Vistaril )

Analgesik opioid (narkotik) terdiri dari berbagai derivate dari opium seperti
morfin dan kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek
euphoria (kegembiraan) karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat

(ada beberapa tipe reseptor opiat seperti mu, delta dan kappa) dan mengaktifkan
penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Narkotik tidak hanya menekan
rangsang nyeri, tetapi juga menekan pusat pernapasan dan batuk di medula batang
otak. Dampak lain dari obat narkotik adalah sedasi an peningkatan toleransi obat
sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat.

Tabel 3-2. Daftar Obat Narkotik yang Umum Digunakan


Nama Generik

Merek Dagang

Morfin sulfat
Kodein sulfat
Hidromorfon
hidroklorid
Meperidin hidroklorid

Dialudid

Metadon

Dolophine

Pentazosin

Talwin

Oksikodon
Leforvanol tatrat

Percodan
Levo-Dromoran

Demerol

Dosis

Cara Pemberian

5 15 mg/3 4 j
15 60 mg/3 4 j
2 4 mg/4 6 j

SC, IM
SC, PO
IV, IM, SC, PO

50 150 mg/3 4
j
2,5 10 mg/3 4
j
50 100 mg/3 4
j
5 mg/4 6 j
2 mg-6 8 j

IV, IM, SC, PO


IM, SC, PO
PO
PO
PO, SC

Terdapat dua jenis utama opioid, yaitu :


a. Agonis murni
Merupakan obat opioid murni yang berikatan dengan kuat terhadap reseptor
(mu), menghasilkan efek maksimum dalam menghambat nyeri. Yang
termasuk dalam obat ridin (Demerol), propoksifen (Darvon), dan hidromorfin
(Dilaudid). Obat kelompok ini tidak memiliki batas dosis maksimum.
b. Kombinasi agonis-antagonis
Obat kelompok ini dapat memberikan efek seperti opioid (dalam menghambat
nyeri) jika diberikan pada klien yang tidak mendapat opioid murni. Obat ini
juga berpengaruh pada opioid jika ada dalam tubuh dengan cara memblok
reseptor (mu) dan menginaktifkan obat opioid murni (agonis murni).

Termasuk dalam kelompok ini adalah buprenorfin (Buprenex ), dekoksin

(Dalgan ), pentazosin hidroklorid (Talwin ), butolfanol tartad (Stadol ) dan

nalbufin hifroklorid (Nubain ).

Saat memberikan analgesic, perawat harus mengamati efek samping obat.


Seluruh jenis opiat akan memberikan efek mengantuk pada awal pemberian dan efek
ini akan menurun pada pemberian berikutnya. Opioid juga memberikan efek mual,
muntah, konstipasi dan depresi pernapasan. Sebelum obat narkotik diberikan, klien
harus dikaji tingkat kesadaran dan frekuensi pernapasannya. Adanya depresi
pernapasan (misalnya, dari 18 menjadi 12 kali/menit) menunjukkan dosis narkotik
berlebihan. (Lihat Tabel 3-3)
Analgesik non-opioid (analgetik non-narkotik) atau sering disebut juga
Nonsteroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) seperti aspirin, asetaminofen, dan
ibuprofen selain memiliki efek anti-inflamasi dan anti-demam (anti-piretik). Obatobat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung saraf
perifer di daerah yang mengalami cedera, dengan menurunkan kadar mediator
peradangan yang dibangkitkan oleh sel-sel yang mengalami cedera. Obat ini juga
menurunkan pelepasan prostaglandin di daerah cedera. Obat kelompok ini memiliki
efek maksimum (ceiling effect), yaitu peningkatan dosis obat ini hingga kadar
tertentu tidak menyebabkan peningkatan efek analgesia. Obat ini umumnya diberikan
untuk mengatasi nyeri ringan sampai sedang.
Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti
adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster. Untuk mengatasi gangguan ini, biasanya
pemberian obat dilakukan setelah atau bersama makanan dan atau memberikan
antacid bersama-sama dengan obat. NSAIDs mungkin dikontaindikasikan pada klien
dengan ganguuan pembekuan darah, perdarahan gaster atau tukak lambung, penyakit
ginjal, trombositopenia, dan mungkin juga infeksi (karena NSAIDs akan
meningkatkan demam).
Analgesik adjuvant adalah obat yang dikembangkan bukan untuk memberikan
efek analgesic, tetapi ditemukan mampu menyebabkan penurunan nyeri pada
berbagai nyeri kronis. Contohnya adalah sedative ringan atau tranquiliser seperti

diazepam (Valium ), mungkin membantu menurunkan spasme otot yang disertai


nyeri selain menurunkan kecemasan, stress, dan ketegangan sehingga klien mampu

tidur dengan baik. Antidepresan seperti amitriptilin hidroklorid (Elavil ), diberikan


untuk mengatasi depresi atau gangguan suasan hati (mood disorders) selain juga
memberi efek mengurangi gangguan nyeri. Beberapa antikonvulsan seperti

karbamazepin (Tegretol ) dan klonazepam (Klonopin ), umumnya diberikan untuk


mengatasi kejang, tetapi juga berguna untuk mengendalikan nyeri neuropati seperti
pada herpes zoster dan neuropati diabetikum.

Tabel 3-3. Efek Opioid dan Tindakan Pencegahannya


Gejala
Konstipasi

Mual, muntah

Sedasi

Depresi pernapasan

Gatal

Retensi urine

Pencegahan/
penatalaksanaan
Tingkatkan asupan cairan dan makanan tinggi serat
Tingkatkan aktivitas
Jika perlu berikan laksatif
Informasikan kepada klien adanya efek mual muntah
selama beberapa hari awal pemberian
Berikan antiemetik bila perlu
Ganti dengan anagelsik lainnya
Jelaskan bahwa toleransi mungkin dicapai setelah 3-5 hari
Berikan obat stimulant seperti dekstroamfetamin sulfat

(Dexedrine ), atau metilpedinat hidroklorid (Ritalin )


pada pemberian obat untuk nyeri kronis
Berikan antagonis Opium seperti nalokson hidroklorid

(Narcan ) sampai pernapasan kembali normal. Pemberian


dilakukan dengan campuran 10 ml larutan salin.
Berikan kompres dingin, cairan pelembap (losion), dan
aktivitas
Berikan antihistamin (mis., dipenhidramin hidroklorid

[Benadryl ])
Beri informasi bahwa toleransi dapat juga menyebabkan
timbulnya gatal
Mungkin diperlukan untuk melakukan kateterisasi
Beri antagonis narkotik, misalnya Nalokson hidroklorid

(Narcan )

PENATALAKSANAAN NONFARMAKOLOGIS
Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan
nyeri berdasarkanStimulasi fisik maupun perilaku kognitif, penangan fisik meliputi
stimulasi kulit, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan (TENS, Transcutanneous
Electrical Nerve Stimulation ), akupuntur, dan pemberian placebo. Intervensi perilaku
kognitif meliputi tindakan distraksi, tehik relaksasi, imajinasi terbimbing, umpan
balik biologi, hipnotis, dansentuhan terapeutik.

Penaganan nyeri dengan tindakan fisik dilakukan dengan tujuan sebagai


berikut :

Meningkatkan kenyamanan
Memperbaiki adanya disfungsi fisik
Mengubah respong fisiologik
Menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan imobilitas karena nyeri
atau adanya pembatasan aktivitas

Stimulsi kulit dapat memberi efek penurunkan nyeri yang efektif. Tindakan ini
mengalihkan perhatian klien sehingga klien berfokus pada stimulus taktil dan
mengabaikan sensasi nyeri. Stimulasi kulit juga dipercaya dapat :
1. Meningkatkan pelepasan endorphin yang memblok transmisi stimulus nyeri
2. Menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga menurunkan
transmisi impuls nyeri melalui serabut kecil A-Delta dan serabut saraf C
Yang termaksud teknik stimulasi kulit meliputi :
Masase
Kompres panas dan dingin
Akupuntur
Stimulasi kontralaterai
MASASE KULIT
Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar,
sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Beberapa strategi stimulus
kulit juga menggunakan mekanisme ini. Masase adalah stimulasi kulit tubuh secara
umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan sekitar 10m menit
pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasl relaksasi yang maksimal.
Masase kulit dapat dilakukan dengan menggunakan ointment(balsam gosok)
atau linement(obat cair gosok) yang mengandung mentol untuk membantu mencapai
pengurangan nyeri. Balsam ini akan menimbulkan sensasi hangat segera setalah
pemakaian hingga beberapasa saat setelah pemberian. Di Indonesia, balsam sering
digunakan untuk mengurangi nyeri otot dan sendi serta digunakan pada perutr yang
yang terasa kembung.
Berikut ini contih prosedur penanganan nyeri dengan masase punggung.

Tipe Masase :
Efflurage : memberikan pukuan pada tubuh
Petrisage : membuat pijatan atau cubitan besar pada sub kulit, sub kutan, dan
otot
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Kontak 3-1 Langkah-langkah prosedur masase punggung


Pilih waktu yang tepat, yang bebas dari gangguan (prosedur)
Hangatkan minyak dengan telapak tangan sebelum digunakan, usapan pada
panggung
Lakukan efflurage pada seluruh permukaan punggung
Lakukan gerakan melingkar sejajar pada kedua bagian punggung hingga ke
tulang belakang dengan tekanan ringan
Pijat punggung, bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya
Lakukan petrisage pada punggung dan bahu (opsional)
Lakukan gerakan tangan dengan tekanan pada punggung, dengan tekanan
sedang
Lakukan efflurage dan petrisage pada punggung atas bahu, menggunakan
tekan yang kuat dan lam
Berikan pukulan betekanan sepajang kolumna spinal
Lakan gerakan sirkulasi dengan telapak tangan
Akhiri pemijatan dengan menggunakan pukulan ringan pada seluruh
punggung

KOMPRES
Penggunaan panas dingin meliputi pengunaan kantong es, masase mandi air dingin
atau panas, penggunaan selimut atau bantal panas.
Kompres panas dingin selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat
meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan
Penggunaan panas, selain memberika efek menggatasi atau menghilangkan
sensasi nyeri, tehnik ini juga memberikan reaksi fisiologis antara lain :
1. Meningkatkan respons inflamasi
2. Meningkatkan aliran darah dalam jaringan
3. Meningkatkan pembentukan edeman

Penggunaan panas (aplikasi kompres panas) sebaiknya dilakukan pada :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Trauma yang lebih dari 48 jam


Sistisis
Hemoroid
Nyeri punggung
Artritis
Bursitis

Penggunaan kompres panas dikontraindikasikan pada :


1.
2.
3.
4.

Trauma 12-24 jam pertama


Pendarahan/edema
Gangguan vascular
Peluritis

Contoh metode penggunaan kompres panas :


1. Handuk atau waslap dicelupkan ke dalam air hangat da diletakan pada bagia
tubuh (handuk ditutup dengan plastic di sekitar daerah kompres agar panas
tidak menyebar keluar)
2. Menggunakan kantong tau buli-buli panas
3. Mandi air panas
4. Berjemur di sinar matahari
5. Menggunakan selimut hangat, bantal panas
6. Menggunakan lampu penghangat, yaitu lampu 60 watt dengan leher angsa
yang di letakan pada jarak 45-60 cm di daerah yang akan diberikan aplikasi
hangat.
Perlu diketahui bahwa apabila suhu yang di aplikasikan terlalu tinggi akan
menimbulkan rasa tidak nyamn dan kurang memberikan efek penurunan nyeri pada
klien. Untuk itu, suhu perlu diantur yaitu sekitar 52o C pada dewasa normal 40,5o40,6oC pada klien dewasa yang tidak sadar, dan 40,5 o-40,6oC pada anak kecil di
bawah usia 2 tahun.
Pada aplikasi dingin, selain memberikan efek menurunkan sensasi nyeri aplikasi
dingin juga memberikan efek fisiologis:
1. Menurunkan respons inflamasi jaringan
2. Menurunkan aliran darah

3. Mengurangi edema
Penggunaan kompres dingin diindikasikan pada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Trauma 12-24 jam pertama


Fraktur
Gigitan serangga
Pendarahan
Spasme otot
Artritis rheumatoid
Pruritis
Sakit kepala

Penggunaan kompres dingin dikontraindikasikan pada :


1. Penyakit Reinaud
2. Alergi dingin
3. Trauma yang lama (lebih dari 48 jam)
Untuk memberikan efek terapeutik yang diharapkan (mengurangi nyeri),
sebaiknya suhu tidak terlalu dingin ( yaitu, berkisar antara 18-27oC), karena suhu
yang terlalu dingin selain memberikan rasa tidak nyaman juga dapat menyebabkan
frostbite/membeku. Perhatikan pemasangan kompres pada daerah yang mebgalami
penurunan sensasi seperti pada penderita diabetes, hemiplegia, atau penderita yang
tidak sadar.
STIMULASI KONTRALATERAL
Stimulasi kontralateral adalah memberi stimulasi pada daerah kulit di sisi yang
berlawanan dari daerah terjadinya nyeri. Stimulasi kontralateral dapat berupa garukan
pada g=daerah yang berlawan jika terjadi gatal, menggosok (masase) jika kram (
kejang) atau pemberian kompres dingin atau panas serta pemberian balsam atau obat
cair gosok.
Metode ini mungkin berguna jika daerah yang mengalami nyeri tidak dapat
disentuh karena hipersentif, tertutup perban atau gips atau ketika terjadi nyeri
bayangan atau fantom (Phantom pain).

ACUPRESSURE (PIJAT REFLEKSI)


Acupressure dikembangkan dari ilmu pengobatan kuno cina dengan mengunakan
system akupuntur. Terapis memberi tekanan pada jari-jari pada bagai titik organ
tubuh seperti pada akupuntur. Tindakan ini merupakan tindakan sederhana dan
mudah dipelajari. Terdapat banyak buku yang membahas tentang teknik terbukti
efektif untuk mengatasi nyeri, teknik ini dapat terus digunakan dan bahkan dapat
diajarkan kepada klien.
TRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS)
Stimulasi saraf elektris transkutan menggunakan satu unit peralatan yang dijalankan
dengan elekroda yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan,
getara, atau mendengung pada area kulit tertentu. TENS telah digunakan baik untuk
menghilangkan nyeri akut atau kronis. TENS diduga dpat menurunkan nyeri dengan
menstimulasi reseptor nonnyeri di area yang sama dengan serabut yang menstranmiisi
nyeri. Mekanisme ini sesuai dengan teori gerbang kendali nyeri. Pada begbagai riset
menunjukan bahwa penggunaan TENS memberikan efek terapeutik yang sama atau
lebih efektif daripada penggunaan pereda nyeri dengan pengobatanstandar umumnya,
TENS digunakan untuk mengatasi berbagai nyeri kronis, nyeri pascatrauma, nyeri
fantom, neuralgi prifr, sakit pinggang bawah, antritis inflamasi, trigemminus neuralgi
dan pada klien yang cemas atau depresi.
Pada penggunaan alat ini, elektroda sebaiknya tidak dipasangan di atas
rambut, kulit yang iritasi, jahita, sinus karotis (menyebabkan bradikardia), otot laring
dan faring ( menyebabkan spasme) atau pada uterus ibu hail. Perawatan alat
dilakukan dengan mebersihkan elektroda minimal satu hari sekali, membersihkan
kulit dengan sabun dan air, mengeringkan kulit dengan memasang kembali alat
TENS.
IMOBILISASI
Imobilisasi terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat mungkin dapat
meredakan nyeri. Kasus seperti artritis rheumatoid mungkin memerlukan teknik ini
untuk mengatasi nyeri. Kadang kala petugas kesehatan memberikan instruksi kepada
klien untuk istirahat selama terjadinya nyeri tanpa disertai instruksi yang jelas
bagaiman istirahat yang dimaksud dan beberapa lama istirahat harus dilakukan.
Kondisi ini sering membingungkan klien, sehingga klien takut untuk memulai

aktivitasnya kembali; yang akhirinya menyebabkan penurunan minat, perununan


kemampuan beradaptasi dengan nyeri bahkan dapat menimbulkan berbagai
komplikasi seperti kontrakrtur serta nyeri otot. Sangat penting bagi klien untuk
diajarkan bagaimana ia harus beraktifvitas selamaterjadinya nyeri dan kapan ia harus
beristirahat. Yakinkan bahw istirahat bukan untuk mengobati, tetapi salah satu teknik
untuk meredakan nyeri yang tidak dapat ditoleransi. Aktivitas mungkin masih dapat
dilakukan selama fase nyeri dapat ditoleransi. Anjura untuk istirahat harus
dipertimbangkan dengan meninjau padaaspek kerusakan jaringan yang terjadi, risiko
penyakit dengan mobilisasi, serta dampak kerusakan terhadap nyeri tubuh.
Penatalaksanaan nonfarmakologik kedua yang digunakan dalam stimulaasi
fisik adalah pemberian plasebo. Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin
menyenangkan merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang
dikenal oleh klien sebagai obat seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi, dan
sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula, larutan salin normal, dan atau
airbiasa.
Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologik, obat ini hanya
memberikan efek karena dikeluarkannya produk alamiah (endogen) endofrin dalam
sistem kontrol desenden; sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri. Harapan klien
yang positif terhadap pengobatan dapat meningkatkan keefektifan medikasi atau
intervensi lainnya. Semakin sering klien mendapatkan informasi tentang kefektifan
suatu terapi, makin efektif intervensi tersebut nantinya. Ndividu yang diinformasikan
vahwa suatu medikasi dipekirakan dapat meredakan nyeri hampir pasti mengalami
peredaan nyeri yang lebih baik dibandingkan dengan klien yang diberitahu bahwa
pengobatannya tidak memberikan efek apapun. Hubungan perawat klien yang positif
juga dapat memberi peran yang amat penting dalam meningkatkan efek plasebo.
Selama pemberian plasebo, beberapa prinsip yang harus di ingat adalah:
1. Efek plasebo bukan suatu indikasi bahwa seseorang tidak mengalami nyeri.
2. Plasebo tidak boleh digunakan untuk menguji kejujuran individu tentang
nyeri atau sebagai pengobatan lini depan.
3. Respon positif terhadap plasebo, yaitu penurunan nyeri, jangan perna
diinterpretasikan sebagai suatu indikasi bahwa nyeri dialami klien tidak
nyata.
4. Jangan perna memberikan plasebo sebagai pengganti analgesik.

Intervensi kognitif-perilaku meliputi tindakan distraksi, teknik relaks, umpan


balik biologis, hipnosis, dan sentuhan terapeutik.
DISTRAKSI
Distraksi adlah penglihatandari fokus perhatian terhdap nyeri ke stimulus yang lain.
Teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulusnyeri, jika seseorangmenerima input sensori yang berlebihan
dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak(nyeri berkurang atau tidak
dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang
sekresi endofrin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi
berkurang. Peredaran nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi
aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan, dan minat individu
dalam stimulasi. Oleh karea itu, stimulasi penglihatan, pendengaran, dan sentuhan
mungkin akanlebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera
saja.
Macam macam distraksi antara lain:
a. Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

koran,

melihat

b. Distraksi pendengaran
Di antaranya mendengar musik yang disukai, atau suara burung serta
gemercik air. Individu dianjurkan untuk memillih musik yang tenang dan
disukai, dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirikdan irama lagu.
Klien juga diperbolehkanuntuk menggerakakan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
c. Distraksi pernapasan
Bernaapas ritmik, anjurkan anjurkan untuk memandang fokus pada satu objek
atau memejamkan mata dan melakukan inhalasiperlahan melalui hidung
dengan hitungan dari satu sampai empat dan kemudian menghembuskan
napas melalui mulut secara perlahan sambil menghitung satu sampai empat
(dalam hati). Anjurkan klien untuk berkonsentrasi pada sensasi dan

pernapasan terhadap gambar yang memberi ketenangan. Lanjutkan teknik


hingga terbentuk pola pernapasan yang ritmik.
Bernapas ritmik dan masase, instruksi klien untuk melakukan
pernapasan ritmik, dan saat waktu bersamaan lakukan masase pada bagian
tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar
di area nyeri.
d. Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka teki siliang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (di tempat tidur)) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
e. Teknik pernapasan
Seperti bermain, bernyanyi, menggambar, atau sembahyang.
f. Imajinasi terbimbing
Adalah kegiatan klien membuat sutu bayangan yang menyenangkan, dan
mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur angsur
membebaskan diri dari perhatian terhadap nyeri. Sebagian contoh:
perintahkan klin untuk menutup mata dan membayangkan atau
menggambarkan halyang menyenangkan: ketika klien menggambarkan
bayangannya, tanyakan tentang suara, cahaya, benda yang tampak dan bau
bauan yang terbayangkan. Minta klien untukmenggambarkan dengan lebih
rincih.
Tekniklain yang dapat digunakan adalah menginsrtuksikan klien untuk
melakukan napas ritmik, lalu klien diminta untuk membayangkan bahwa
setiap napas yang dihembuskan menyebabkan ketegangan dan
ketidaknyamanan dikeluarkan. Setiap kali melakukan inhalasi, klien harus
membayangkan energi penyembuhan dialirkan ke bagian tubuh yang
mengalami nyeri.
RELAKSASI
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan
ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Beberapa penilitian menunjukkan
bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pascaoperasi. Teknik relaksasi
mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang optimal. Klien yang
telah mengtahui teknik ini mungkin hanya perlu diinstruksikan menggunakan teknik
relaksasi unuk menurunkan atau mencegah meningkatnya nyeri.
Tindakan relaksasi dapat dipandang sebagai upaya pembebasan mental dan
fisik dari tekanan dan stres. Dengan relaksasi, klien dapat merubah presepsi terhadap

nyeri. Kemampuannya dalam melakukan relaksasi fisik dapatmenyebabkan relaksasi


mental. Relaksasi memberikan efek secara langsung terhadap fungsi tubuh, seperti:
a. Penurunan tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan
b. Penurunan konsumsi oksigen oleh tubuh
c. Penurunan ketegangan otot
d. Meningkatkan kemampuan konsentrasi
e. Menurunkan perhatian terhadap stimulus lingkungan.
Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atasnapas abdomen dengan frekuensi
lambat, dan berirama. Klien dapat memejamkan matanya dan bernapas secara
perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan cara
menghitung lambat dalam hati saat bersamaan dengan inhalasi (hirup, dua, tiga)
dan ekhalasi (hembuskan, dua, tiga). Pada saat perawat mengajarkan teknik ini,
akan sangat membantu jika menghitung dengan keras bersama sama klien pada
awalnya. Apabila pernapsan yang teratur telah tercapai, perintahkan klien untuk
perlahan lahan merelaksasikan otot otot pada leher, tangan, dada, paha, dan kaki.

UMPANBALIK TUBUH
Umpan balik tubuh (biofeedback) adalah teknik mengatasi nyeri dengan memberikan
informasi kepada klien tentang respon fisiologis tubuh terhadap nyeri yang dialami
klien (mis., tekanan darah, ketegangan otot serta EEG) dan cara untuk mengendalikan
secara involunter respons tersebut.
Dengan memberi informasi yang akurat tentang tekanan darah, ketegangan
otot, atau melihat monitor poligraf, klien akan berusaha untuk mencapai relaksasi
yang optimal,sehingga nyeri yang dirasakn klien berkurang.
SENTUHAN TERAPEUTIK
Terapi ini sangat dipercaya dapat menolong klien yang sedang menderita nyeri.
Teknik yang digunakan adalah perawat melakukan meditasi dalam waktu singkat
sebelum kontak dengan klien. Ada periode ini, perawat menyembunyikan tingkat
energi internal, kemudian meraba klien dan mentransmisikan energi penyembuhan.
Rasionalisasi keberhasilan metode ini dapat dimengerti dengan jelas.
Selain berbagai teknik di atas, pentng juga bagi perawat untuk memberikan
pedoman antisipasi (anticipatory guidance). Teknikini merupakan teknik
penatalaksaan nyeri dengan melakukan modifikasi terhadap tingkat kecemasan klien

yang ditimbulkan oleh nyeri. Teknik ini dilakukan dengan memberikan informasi
mengenai:
1. Awitandandurasinyeri
2. Kualitas, tingkatkeparahandanlokasinyeri
3. Informasimengenaibagaimanakeadaanklienpadasaatnyeri
4. Penyebabnyeri
5. Tindakan yang perludilakukanolehperawat dank lien untukmengatasinyeri
6. Hasil yang diharapkansetelahprosedurtindakan.
Teknik ini dilakukan pada saat klien tidak merasa atau sedikit merasa nyeri.
Penjelasan yang diberikan dapat membantu klien mengendalikan kecemasan dan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.

LAMPIRAN - LAMPIRAN

LAMPIRAN A
CONTOH PROGRAM DISTRAKSI TAKTIL
(LATIHAN FISIK DENGAN BERBARING)
1. Merenggangkan pergelangan kaki dan betis

Putar masing-masing pergelangan kaki secara bergantian dan perlahan-lahan,


awalnya putar searah jarum jam, kemudian kea rah berlawanan dengan jarum
jam. Lakukan hali ini sebanyak (minimal) lima kali untuk masing-masing arah
putaran.

2. Mereganggkan kaki

Dengan kedua kaki diluruskan, arahan jari-jari ke atas, kemudian mulai dari
pergelangan kaki, gerakan jari-jari kaki menjauhi tubuh, lalu mulai dari
pergelangan kaki, gerakan jaris kaki kea rah tubuh sedekat mungkin. Target
awal latihan adalah lima kali pengulangan gerakan ini.

3. Mengangkat pinggul

Berbaring pada punggung dengan lutu ditarik (seperti gambar). Dengan


mengencangkan otot bawah perut, tekan tubuh bagian bawah mendatar kea
rah lantai, tahan selama lima detik unlangi minimal sebanyak 5 kali. Latihan
ini sangat dianjurkan pada klien yang mengalami nyeri di bagian belakang
tubuh.
4. Merenggangkan pinggul

Dengan posisi berbaring terlentang dengan lutut ditarik, letakkan kedua


tangan di bawah lutut kanan dan perlahan-lahan angkat lutut kea rah dada,
dengan punggung tetap melekat mendatar di melantai.Pertahankan posisi
tersebut selama 5 detik dan perlahan-lahan turunkan ke lantai.Unlangi untuk
kaki kiri.Target awal latihan adalah 5 kali pengulangan untuk masing-masing
kaki.

5. Kedua lutut di dada

Dengan kedua tanagn diletakan di bawah kedua lutut, tarik kedua lutut kea rah
dada dengan punggung tetap menempel di lantai. Tahan selama lima detik.
Latihan ini memberikan rengangan yang lebih sepurna pada otor punggung
bagian bawah dan pinggu.Target ;atihan 5 kali pengulangan.
6. Setengah mengangkat tubuh

Berbaring telungkup (dengan perut), wajah menghadap ke muka, kaki terbuka


dalam posisi santai.Lekukkan lengan dan hadapkan tangan pada lantai sejajar
letak telinga.Dengan berpangku pada tangan dan lengan bagian bawah,
perlahan-lahan angkat pundak beberapa sentimeter dari lantai.Pada tahap ini
jagan luruskan dengan sepenuhnya.Perut dan bagian bawah tubuh usahakan
tetap menempel di lantai.Target awal adalah 5 kali pengulangan.

7. Latihan kucing

Berlutut dengan berpangku pada tangan dan kaki, lutu dan tangan sedikit terpisah
serta tulang punggung lurus sejajar dengan lantai. Tarik napas, dan pad awaktu
yang bersamaan, lekukkan punggung ke atas dan turunkan kepala ke arah dada
sehingga kepala berada pada posisi satu garis lengkung dengan punggung. Lalu
hembuskan napas keluar secara perlahan-lahan dan lekukan punggung anda ke
bawah, pada waktu yang bersamaan angkat kepala sejauh mungkin.Lihat ke atas
dan tahan posisi selama 5 detik.
8. Meregangkan otot lutu

Duduk dengan kedua kaki lurus ke depan dan punggung tegak (jika sulit
untuk duduk seperti idi gambar, duduklah dengan bersandar pada dinding atau
pintu). Lekukan kai kiri dan letakkan telapak kaki kiri tersebut pada bagian
dalam paha kanan.Lekukan tubuh mulai dari pinggul, retangkan kedua tangan
untuk memegang kaki kanan sejauh mungkin kea rah pergelangan kaki
dantahan selama 5 detik.Perlahan-lahan kembali luruskan tubuh.Ulangi
gerakan 5 kali untuk masing-masing kaki.

CONTOH PROGRAM DISTRAKSI TAKTIL


(LATIHN FISIK DENGAN BERDIRI)
1. Mengangkat lutut
Berdiri tegak, dengan kaki sedikit terbuka satu sama lain. Jika ragu dengan
keseimbangan, sebaiknya berpegangan.Tekuk letut kanan dan angkat ke arah
dada.Turunkan ke lantai dan ulangi untuk kaki kiri. Lakukan minimal lima kai
untuk masing-masing kakis.
2. Memutar lengan
Berdiri dengan kedua kaki sedikit terbuka satu sama lain dan lengan tegak
lurus ke bawah samping tubuh. Tetap luruskan lengan kanan, angkat kedepan
dan putar kebelakang dalam satu lingkaran penuh.Lengan bagian atas kanan
menyentuh telinga pada waktu lengan berputar. Ulangi gerakan yang sama
pada lengan kiri. Lakukan minimal 5 kali pengulangan untuk masing-masing
lengan.
3. Latihan mendorong

Berdiri tegak, kaki sedikit terbuka pada jarak sejauh jangkauan lengan dari
dinding.Letakkan tealpak tangan pada dinding setinggi bahu. Bersandar ke
depan sampai dada hampir mengenai dinding, dengan punggung dan kaki
tetap lurus. Lalu dorong ke belakang sampai punggung mencapai posisi tegak
sempurna.Lakukan minimal 5 kali.

4. Mendaki tangga
Dengan menggunakan tangga pintu atau anak tangga paling bawah, naik satu
langkah dengan kaki kana, lalu angkat kaki kiri dan letakkan di sebelah kaki
kana, lalu turun dengan kaki kanan dan diikuti dengan kaki kiri. Ulangi
gerakan minimal 5 kali pengulangan.
5. Meluncur di dinding
Berdirh dengan punggung menyandar pada dinding atau pintu dengan kaki
sedikit terpisah satu sama lain, tumit terletak pada kira-kira 25 cm dari
dinding. Perlahan-lahan tekuk letut dan punggung tetap melekat pada dinding
meluncur ke bawah dan keatas, dengan dorongan dari oto-otot kaki. Lakukan
minmal 5 kali pengulangan.

6. Meregangkan sisi tubuh


Berdirih dengan kaki sedikit terpisah satu sama lain dan tangan menggantung
bebas pada sisi tubuh. Lekukan tubuh perlahan-lahan kesamping kanan,
biarkan tangan kanan bergerak kea rah bawah kea rah paha sejauh yang klien
mampu tahan posisi ini selama 5 detik lalu perlahan-lahan luruskan
kembali.Ulangi 5 kali (minimal).

LAMPIRAN B

CONTOH PROGRAM
RELAKSASI
1.

Latihan 1
Duduk pada kursi dengan posisi toangan penuh atau berbaring terlentang di
lantai. Perhatikan naps anda selama satu atau dua menit, rasakan udara
penarpasan anda masuk ke dalam diafragma dan biarkan dan biarkan irama
pernapasan anda menjadi ringan dan nyaman. Jika napas anda telah teratur dan
nyaman, pusatkan perhatian pada lengan.Angkat kedua lengan anda secara
perlahan lahan, julurkan, kepalkan sekeras mungkin. Sekarang tahan
ketegangan di kepalan tangan anda dan di lengan anda tarik napas dan
perlahan lahan hitung sampai lima lalu lepaskan tegangan, sambil
mengeluarkan napas dan biarkan lengan jatuh lepas pada posisi semula. Rasakan
otot menjadi lemas.Rasakan aliran darah menderas ke tangan dan jarijari.Perhatikan kontras (perbedaan) antara keadaan darah menderas ke tangan dan
keadaan otot ketika rileks.Ulangi latihan ini sebanyak 3 kali.

2.

Latihan 2
Ambil napas dalam, dan tahan.Sekarang angkat pundak kearah telinga sambil
menundukan kepala kearah pundak. Tahan napas dan tegangan selama lima
hitungan kemudian lepaskan napas dan tegangan, dan biarkan pundak menjadi
rileks. Ulangi 3 kali.

3.

Latihan 3
Tarik napas dalam ke dada, tahan selama lima hitungan sambil menegangkan
otot-otot daerah dada. Lalu lepaskan napas dan tegangan, ulangi sebanyak 3 kali.
Sekarang, ambil beberapa waktu untuk mengembalikan napas ke diafragma
dan lakukan latihan selanjutnya, jika anda sudah merasa nyaman.

4.

Latihan 4
Dalam posisi berbaring, tekuk lutut sedikit.Kencangkan otot-oyot sekitar perut
dan pinggang.Tarik napas, dan tahan napas dan tegangan sampai hitungan kelima
lalu lepaskan napas dan tegangan.Ulangi sebanyak 5 kali.
Pada tahap ini beristirahatlah sebentar dan perhatikan apa yang terjadi di
tubuh anda. Anda seharunya akan merasakan bertambahnya aliran darah dan

memungkinkan merasa hangat di sekitar leher, lengan dan tangan. Ini adalah
waktu untuk memperhatikan napas anda.Jika anda merasakan napas cenderung
menjadi dangkal, pastikanlah bahwa anda tidak sedang menahan napas pada
tahap relaksasi dan latihan.Jika ini terjadi maka ambil waktu diantara setiap tahap
latihan untuk kembali ke pernapasan diafragma.
5.

Kencangkan otot-otot pantan/bokong sekeras mungkin, tarik napas sedalamdalamnya dan tahan tegangan tersebut dan napas selam 5 hitungan, lalu lepaskan
tegangan dan napas, serta biarkan otot-otot relaks sepenuhnya.

6.

Latihan 6
Dengan kai yang menyatu dan terjulur ke depan, kencangkan oto-otot kaki dan
betis dengan menjulurkan jari-jari kaki menjauhi anda sekuat mungkin. Ambil
napas dalam, tahan napas dan tegangan sampai lima hitungan. Sekarang lepaskan
tegangan dan napas serta biarkan otot relaks sepenuhnya. Untuk menyelesaikan
latihan ini, ragngkan kembali kaki di depan anda, kencangkan otot-otot kaki dan
betis dengan menjulurkan jari - jari kearah tubuh anda sekuat - kuatnya. Ambil
napas dalam, tahan tegangan dan napas sampai hitungan kelima.Sekarang
lepaskan tegangan dan napas, biarkan otot-otot relaks sepenuhnya.Ulangi 3 kali.
Kemudian kembalikan napas ke diafragma, beristirahat dengan tenang.Rasakn
perasaan relaks penuh di seluruh tubuh anda.

LAMPIRAN C
RELAKSASI TERBIMBING
Untuk mencapai relaksasi yang maksimalm mungkin diperlukan bimbingan dari
perawat terlatih. Berikut ini adalah contoh bimbingan yang diberikan selama periode
relaksasi :
Sekarang, duduklah dikursi pada posisi dengan tertopang penuh, atau
berbaring
Lakukan pernapasan dengan tenang, tutup mata dengan tenang
Lakukan gerakan tenang, tidak perlu tergesa-gesa..
(beri jeda sekitar 1 menit untuk membentuk pola napas teratur )
Cobalah untuk tidak terganggu dengan suara dari luar ruangan ini sadarilah
saja bahwa itu ada dengarkan sebentarLalu biarkan pergi itu tidaklah
penting
Kosongkan pikiran anda dari hal-hal yang mengkhawatirkan selama ini.
Jika itu mungcul, biarkan itu lewat dan keluarkan tenang tenang
relaks
Pelankan napas anda cobalah untuk mengeluarkan napas lewat mulut
Tarik napas perlahan usahakan mengeluarkan napas lewat mulut
Tarik napas perlahan usahakan mengeluarkan naps lebih panjang dari tarik
napas atur napas anda perlahan perlahan
Ini adalah waktu anda untuk relaks untuk anda nikmati.
Sekarang perhatikan lengan andam perhatikan lengan lengan anda
tangan..jari lepaskan secara mental ketegangan yang mungkin ada disana
anda tidak perlu melakukan apa-apa biarkan ketegangan pergi
meninggalkan bagian tubuh anda perhatikan perasaan anda
Rasakan apa yang ada rasakan pada lengan dan tangan mungkin anda
rasakan beratmungkin anda rasakan hangat nikmati perasaan ini

Sekarang perhatikan bahu dan bagian belakang leher lepaskan semua


ketegangan yang ada disana
Sekarang perhatikan kepala anda, khususnya daerah sekitar mata biarkan
semua ketegangan berjalan mengitari mata anda dan otot-otot wajah anda
lalu biarkan semua ketegangan pergi dari sana
Perhatikan ketegangan yang ada di rahangJika gigi anda menggigit dengan
kuat-kuat..lepaskan sedikit sekarang perhatikan otot-otot dada dada
biarkan ketegangan pergi dari sana dan bagian bawah pinggul dan
biarkan ketegangan pergi dari tempat itu perhatikan perasaan relaksasi yang
dalam pada bagian tubuh ini dan nikmatilah
Perhatikan bagian bokong anda..dan paha daerah ini dapat menjadi sangat
tegang kala anda duduk atau berdiri.. sekarang biarkan saja SEMUA
ketegangan pargi dari sana
Sekarang kaki anda.pergelangan kaki anda telapak kaki dan jari-jari
kaki biarkan sisa-sisa ketegangan mengalir melalui ujung-ujung anda.
Untuk mengakhiri program ini, berikan intruksi berikut :
Dan sekarang, perlahan-lahan sadarilah tubuh anda tubuh yang relaks
perlahan-lahan gerakan jari-jari tangan dan kaki biarkan perasaan kembali
ke dalam tanga dan kaki dan, tetap rasakan perasaan relaksasi, biarkan mata
anda terbuka perhatikan sekeliling anda dan rasakan sensasi lingkungan
anda gerakan tangan anda sekali lag..dan sadarilah anda bersama saya.
Duduklah perlahan

LAMPIRAN D
CONTOH PROGRAM
IMAJINASI
Sekarang, duduklah di kursi pada posisi dengan tertopang penuh, atau
berbaringlah.
Lakukan pernapasan dengan tenang, tutuplah mata dengan tenang
Lakukan dengan tenag, tidak perlu tergesa gesa (beri jeda sekitar 1 menit untuk
membentuk pola napas teratur)
Cobalah untuk tidak terganggu pada suara dari luar ruangan ini..sadarilah saja bahwa itu
ada dengarkan sebentarlalu biarkan itu pergi itu tidaklah penting
Bayangkan anda sedang berada di pantai
Ditengah deburan ombak dan desiran angina semilir rasakan betapa bebasnya anda..dan
bagimana nyamannya perasaan anda.. perhatikan bagaimana air bergerak mencapai pasirpasir di pantai, perhatikan bagaimana ombak berkejaran menuju diri anda.. perhatikan langit
biru bersih dan gerak pohon nyiur yang melambai diterpa desiran angina rasakan
kehangatan dan kenyamanan menyebar ke seluruh tubuh.. dan sekarang rasakn bagaimana
lembutnya angina yang menyapu wajah anda rasakan kesejukan rasakan kenyamanan
sekarang rasakan hangatnya mentari pagi mengenai kulit anda.. memberi kehangatan pada
daerah yang nyeri mengusir kehangatan rasakan hangatnya rasaklanlah

DAFTAR PUSTAKA
Bellack, J.P. (1994). Nurising Assessment: A MultidimentionalApproach. California:
Wad-Sword Health Sciences.
Carpenito, Lynda J. (1994). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice (4th
ed.). Philadelphia: J.B.Lippincott Co.
Carpenito, Lynda J. (1998). BukuSakuDiagnosaKeperawatan (ed.6.). Jakarta:
Penerbit EGC.
Dongoes, Moorhouse (1992). Applications of Nursing Process and Nursing
Diagnosis. USA: F.A. Davis Co.
Guyton, Arthur C. (1994). BukuAjarFisiologiKedokteran Guyton, Bag, II (Ed.7.).
Jakarta: Penerbit EGC.
Ignatavicius, Domma D. (1991). Medical-Sugical Nursing. Philadelphia: W.B.
Saunders Co.
Ignatavicus& Bayne (1991).Medical-Sugical Nursing: Concepts, Proccessand
Procedures (2nded.). California. Philadelphia: W.B Saunders Co.
Kee, Joice L., & Hayes, Evelyn R. (1996).Farmakologi: Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC.
Kozier, B. et al (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice
(7thed.). Ner Jersey, Pearson Education, Inc.
Long, Barbata C. (1996). KeperawatanMedikalBedah (SuatauPendekatan Proses
Keperawatan), Cet.I Bandung: Yayasan IAPK.
Luckman&Soewnsens (1993).Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B.
Saunders Co.
Potter & Perry (1993).Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.
USA: Mosby Years Book.
Shone, Neville (1995).BerhasilmengatasiNyeri(Cet.I) Jakarta: PenerbitArcan.
Smeltzer, S.C., & Bare, Brenda G. (2002).Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah
Brunner &Suddarth, Vol 1 (ed.8). Jakarta: Penerbit EGC
Tan Oei Liang,(------) Obat-ObatPenting. Jakarta: Jayakarta.

INDEKS

A
Accupressure, 57
Agonis murni, 47
Aginis-anatagonis, 47
Analgesic adjuvant, 50
B
Bradikin, 11
D
Daftar analgesic, 45
Daftar obat narkotik, 46
Diagnosis keperawatan, nyeri
Akut, 33-36
Kronis, 36-37
Distraksi, 61-63
E
Efek nyeri dalam aktivitas sehari-hari,29
Efek opioid, 49
Endorphin, 11, 13-14
F
Factor yang memengaruhi,
Persepsi nyeri, 23
Toleransi nyeri, 24
G
General adaptation syndrome, 19
K
Kornu dorsalis, 6, 10

N
Nyeri
alih, 3
akut, 13, 31
definisi,1
fantom, 1-13
intensitas, 25-28
karateristik, 28
klasifikasi, 13, 31
neurogenic, 19
neuroregulator, 10-13
organic, 18-19
reseptor, 2-4
sebar, 16
transmisi, 4-10
visceral, 3
NSAID, 45, 48-50
Neuromodulator, 10,11-12
Neurotransmiter, 10-11
Nosiseptor, 3-4
P
Parasimpatis, 20
Penatalaksana Farmakologi, 44-50
Penatalaksana nonfarmakologi, 50-56
Pengkajian, nyeri, 29-30
Penyebab, nyeri, 29-30
Plasebo, 59-60
R
Rencana asuhan keperawatan, 37-42
Respons fisiologis, nyeri, 20, 30-33
Respons perilaku, nyeri, 22-23
Respons psikologis, nyeri, 21

S
Skala intensitas nyeri deskriptif, 26
Skala wajah Wong-Baker, 27
Sel Trigger, 6
Serabut A-Delta, 2-3
Serabut C, 3
Simpatis, 20
Stimulasi kontrakateral, 56-57
Substansia gelatinosa, 6
T
Thalamus, 8
TENS, transcutaneous electrical nerve stimulaton, 57-58
Teori gerbang kendali nyeri, 5
Teori pola nyeri, 5
Teori spesivisitas myeri,4-5
Traktus spinotalamikus, 7
Traktus spinoretikur, 7

Anda mungkin juga menyukai