PENGERTIAN NYERI
Menurut Mc. Caffery (1979), nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
memengaruhi, dan eksistensinya diketahui bila seseorang perna mengalaminya.
Menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979) disebutkan bahwa nyeri adalah suatu
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan
dengan adanya kerusakan jaringan baiksecara aktual maupun secara potensial, atau
menggambarkan keadaan kerusakan seperti tersebut di atas.
Menurut Kozier dan Erb (1983), nyeri adalah sensasi ketidaknyamanan yang
dimanifestasikan sebagai penderitaan yang diakibatkan oleh persepsi jiwa yang nyata,
ancaman,dan fantasi luka. Mengacu pada teori dari Asosiasi Nyeri Internasional,
pemahaman tentang nyerih lebih menitikberatkan pada manipulasi fisik atau
enghilangkan kausa fisik.
Adapun definisi dari Kozier dan Erb, nyeri diperkenalkan sebagai suatu
pengalaman emosional yang penatalaksanaannya tidak hanya pada pengelolaan fisik
semata, namun penting juga untuk melakukan manipulasi (tindakan) psikologis untuk
mengatasi nyeri.
FISIOLOGI NYERI
RESEPTOR NYERI
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.
Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam
kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.
Reseptor nyeri didisebut juga nosiseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nosiseptro)
ada yang bermielin da nada juga yang tidak bermielin dari saraf aferen.
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokan dalam beberapa bagian
tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam (deep somatic), dan pada daerah
visceral. Karena letaknya yang berbeda beda inilah, nyeri yang timbul juga
memiliki sensasi yang berbeda.
Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan. Nyeri yang berasal dari
daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan
kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen, yaitu :
a.
b.
Serabut A Delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6 - 30 m/det)
yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang
apabila penyebab nyeri dihilangkan.
Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan transmisi 0.5 2 m/det)
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat
tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatic dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat
pada tulang, pembulu darah, saraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena
struktur reseptornya kompleks, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan
sulit dilokalisasi.
Reseptor jenis ketiga adalah reseptor visceral. Reseptor ini meliputi organ
organ visceral seperti jantung, hati, usus, ginjal, dan sebagainya. Nyeri yang timbul
pada reseptor ini biasanya difus (terus menerus). Nyeri yang timbul dari reseptor ini
biasanya tidak sensitive terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitive terhadap
penekanan, iskemia, dan inflamasi.
Nyeri veseral dapat menyebabkan nyeri alih (Refferet Pain), yaitu yang dapat
timbul pada daerah yang berbeda/jauh dari organ asal stimulus nyeri tersebut. Nyeri
pindah ini dapat terjadi karena adanya sinaps jaringan visceral pada medulla spinalis
dengan serabut yang berasal dari sub kutan tubuh.
Berdasarkan jenis rangsang yang dapat diterimah oleh nosiseptor di dalam
tubuh manusia terdapat beberapa jenis nosiseptor yaitu : nosiseptor termal, nosi
septor mekanik, nosiseptor elektrik dan nosiseptor kimia. Adanya berbagai macam
nosiseptro ini memungkinkan terjadinya nyeri karena pengaruh mekanis, kimia,
listrik, atau karena perubahan suhu.
Serabut nyeri jenis A Delta merupakan serabut nyeri yang lebih banyak
dipengaruhi oleh rangsang mekanik daripada rangsang panas dan kimia, sedangkan
serabut nyeri jenis C lebih dipengaruhi oleh rangsangan suhu, kimia dan mekanik
kuat.
TRANSMISI NYERI
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosiseptro dapat
menghasilkan rangsangan nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba
menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun gerbang kendali nyeri dianggap
paling relevan.
a. Teori spesivisitas (Specivicity Theory)
Teori ini digambarkan oleh Descartes pada abad ke-17. Teori ini
didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara
khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima
rangsangan nyeri dan mentransmisikannya melalui ujung dorsal dan
substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada
daerah yang labih tinggi sehingga timbul respon nyeri. Teori ini tidak
menjelaskan bagaimana factor factor multidimensional dapat
memengaruhi nyeri.
b.
c.
d.
Secara umum dapat dijelaskan bahwa didalam tubuh manusia terdapat dua
macam transmitter impulse nyeri yang berfungsi untuk menghantarkan sensai nyeri
dan sensai yang lain seperti rasa dingin, hangat, sentuhan, dan sebagainya. Reseptor
berdiameter kecil (serabut A Delta dan serabut C) berfungsi untuk mentrasmisikan
nyeri yang sifatnya keras dan reseptor ini berupa ujung saraf bebas yang terdapat di
seluruh permukaan kulit dan pada struktur tubuh yang lebih dalam seperti tendon,
fascia dan tulang serta organ organ internal. Sedangkan transmitter yang
berdiameter besar (serabut A-Beta) memiliki reseptor yang terdapat pada struktu
permukaan tubuh dan fungsinya selain mentransisikan sensasi nyeri, juga kebih
NEUROREGULATOR NYERI
Neuroregulator atau substansi yang berpelan dalam transmisi stimulus saraf dibagi
dalam
dua
kelompok
besar,
yaitu
neurotransmitter
dan
neuromodulator.Neurotransmitter mengirimkan impul-impuls elektrik melewati
rongga sinaps antara dua serabut saraf dan dapat bersifat sebagai penghambat atau
dapat pula mengeksitasi.Sedangkan neuromedulator bekerja untuk memodifikasi
KLASIFIKASI NYERI
KLASIFIKASI NYERI BERDASARKAN AWITAN
Berdasarkan waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokan sebagai nyeri akut dan nyeri
kronis.Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari 1 detik sampai
kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam
waktu lebih dari 6 bulan.
Nyeri akut umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan
dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi ( sedang sampai
berat ). Nyeri akut dapat dipandang sebagai nyeri yang terbatas dan bermanfaat untuk
mengindikasi adanya cedera atau penyakit pada tubuh.Nyeri jenis ini biasanya hilang
dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan
menyembuh.
menerus
atau
intermiten
Intensitas
Ringan sampai berat
Ringan sampai berat
Durasi
Durasi singkat ( dari Durasi lama ( enam bulan atau
beberapa detik hingga enam lebih )
bulan )
Respons Otonom
Konsisten dengan respons Tidak ada respons otonom
simpastis
Frekuensi
jatung
meningkat
Volume
sekucup
meningkat
Tekanan
darah
meningkat
Dilatasi pupil
Tegangan
ototo
meningkat
Penurunan
motilitas
gastrointestinal
Mulut kering
Komponen
Ansietas
Depresi
Psikologis
Mudah marah
Menari diri, isolasi
Repons Lainnya
--------------- Tidur terganggu
Libido menurun
Nafsu makan menurun
Nyeri kronis umumya timbul tidak teratur, intermiten, atau bahkan
persisten.Nyeri kronis dibedakan dalam dua kelompok besar, yaitu nyeri kronis
maligna dan nyeri kronis nonmaligna.Karakteristik nyeri kronis adalah penyembuhan
tidak dapat diprediksi meskipun penyebabnya mudah ditentukan (namun, pada
beberapa kasu sulit ditemukan).Nyeri kronis dapat menyebabkan klien merasa putus
asa dan frustasi.Klien yang mengalami nyeri kronis mungkin menarik diri dan
mengisolasi diri nyeri ini menimbulkan kelelahan mental dan fisik.
Nyeri fanton adalah nyeri khusus yang diraskan oleh klien dipersepsi berada pada
organ yang telah diamputasi seolah-olah organnya masih ada. Contohnya adalah pada
klien yang menjalani operasi pengangkatan panyudara atau pada amputasi
ekstremitas.
Nyerih alih (referred pain) adalah nyeri yang timbul akibat adannya nyeri viseral
yang menjalar ke organ yang lain, Sehingga dirasakan nyeri peda beberapa tempat
atau lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori dari organ
yang mengalami nyeri kedalam medula spinalis dan mengalami sinapsis dengan
serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya. Nyeri yang timbul biasanya
pada beberapa tempat yang kadang jauh dari lokasi asal nyeri
BERDASARKAN ORGAN
Berdasarkan pada organ tempat timbulnya, nyeri dapat dikelompokan dalam : nyeri
organik, nyeri neurogenik, dan nyeri psikogenik
Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan (aktual atau potensial)
organ. Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya cidera,
penyakit, atau pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ
Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat gangguan neuron, misalnya pada neuralgia.
Nyeri ini dapat terjadi secara akut maupun kronis.
Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor psikologi. Gangguan ini lebih
mengarah pada gangguan psikologis pada gangguan otak klien yang menderita
memang benar-benar mengalaminya. Nyeri ini umumnya terjadi ketika efek-efek
psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada klien
Respons fisik timbul karena pada saat impuls nyeri di transmisikan oleh medula
spinalis menuju batang otak dan talamus, sistem saraf otonom terstimulasi, sehingga
menimbulakn respons yang serupa dengan respons tubuh terhadap stres.
Pada nyeri skal ringan sampai moderat serta pada nyeri superfisial, tubuh beraksi
membangkitkan general adaptation syndrome (reaksi fight or flight), dengan
merangsangkan sistems araf simpatis. Sedangkan pada nyeri yang berat dan tidak
dapat di toleransi serta nyeri yang berasal dari program viseral , akan mengakibatkan
stimulasi terhadap saraf parasimpatis. (lihat tabel 1-3)
Table 1-3. Respons Fisiologi Tubuh Terhadap Nyeri
Reaksi
Sinopatis
Dilatasi lumen
bronkus, peningkatan
frekuensi napas
Denyut jatung
meningkat
Vasokontriksi perifer
Peningkatan glukosa
darah
Diaphoresis
Tegangan otot
meningkat
Dilatasi pupil
Penurunan motilitas
usus
Efek
Memungkinkan untuk penyediaan oksigen yang
lebih banyak
Memungkinkan transport oksigen lebih besar
kedalam jaringan tubuh (sel)
Meningkatkan tekanan darah dengan memindahkan
suplai darah dari perifer ke organ visceral, otot, dan
otak
Mengendalikan suhu tubuh selama stress
Menyiapkan otot untuk mengadakan aksi
Menghasilkan kemampuan melihat yang lebih baik
Menyalurkan energy untuk aktivitas tubuh yang
lebih penting
Parasimpatis
Pucat
Kelelahan otot
Karena Kelemahan
Kelemahan
RESPON PSIKOLOGIS
Respon psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman klien terhadap nyeri yang
terjadi atau arti nyeri bagi klien. Klien yag mengartikan nyeri sebagai sesuatu yang
negatif cenderung memiliki suasana hati sedih, berduka, ketidakberdayaan, dan
dapat berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya pada klien yang memiliki
presepsi nyeri sebagai pengalaman yang posotif akan menerima nyeri yang di
alaminya.
Arti nyeri bagi setiap individu berbeda beda antara lain:
RESPON PERILKU
Respon perilaku yang timbul pada klen yang mengalami nyeri dapatbermacammacam. Meinhart & Mc.Caffery (1983) menggambarkan tiga fase perilaku terhadap
nyeri yaitu: antisipasi, sensasi, dan fase pascanyeri.
Fase antisipasi merupakan fase yang paling penting karena pada fase ini
merupakan penentuan untuk fase berikutnya.pada fase ini, merupakan fase yang
memungkinkan individu untuk memahami nyeri, untuk belajar dan mendapatkan
gambaran tentang nyeri iusendiri. Pada fase ini, klien dipersiapkan belajar bagaimana
mengendalikan nyeri yang mungkin akan timbul, dan juga klien diajarkan bagaimana
tindakan klien jika terapi/tindakan yang dilakukan kurang efektif. Pada fase
antisipasi, klien juga belajar menendalikan emosi (kecemasan) sebelum nyeri itu
sendiri muncul, karena kecemasan dapat menyebabkan peningkatan sensasi nyeri
yang terjadi klien dan/atau tndakan ulang yang dilakukan oleh klien untuk mengatasi
nyeri menjadi kurang efektif.
Pada saat terjadi nyeri, banyak perilaku yang dapatdiungkapkan oleh seorang
klien ang mengalami nyeri seperti menangis, meringis, meringkukkan badan,
menjerit, dnmungkin berlari lari. Perilaku klien dalam merespon nyeri ini
dapatdipengaruhi oleh kemampuan tubuh untuk menoleransi nyeri dan juga oleh berat
ringannya sensasi nyeri itu sendiri. Kadang kala kllien tidak mayu mengalami
mengungkapkan pengalaman nyeri yangdirasakannya karena menganggap dirinya
adalah orang yang cengeng atau iaakan berpandangan bahwa perawat akan
menyebut klien sebagai pasien yang cengeng.
Pada fase pascanyeri, klien mungkin mengalami trauma psikologis,
takut,depresi, serta dapat juga menjadi menggigil.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Frekuensi jantungklien daat menurun dalam berespons terhadap nyeri akut daan
meningkatkan pada saat nyeri hilang. Klien yang mengalami nyeri akut hebat
mungkin tidak menunjukkan adanya peningkatan pernapasan tetapi cenderung
menurun, karena klien cenderung menahannya napasnya. Respons fisiologis yang
ditunjukkan oleh klien terhadap nyeri mungkin tidak selamannya muncul, dan
umumnya digunakan sebagai pengganti laporan verbal dari nyeri pada klien yang
tidak sadar.
Tidak menyatakan
ditanya
nyeri,
kecuali
marahdan ersinggung, namun mudah minta maaf jika nyerinya hilang. Suara dari
radio, televisi atau orang yang berbincang dapat menjadi hal yang sangat
menjengkelkan ketika seseorang mengalami nyeri. Perilaku ini mungkin sangat
beragama dari waktu ke waktu. Meskipun respons klien dapat menjadi indikasi
pertama adanya sesuatu yang tidak beres, respons perilaku tidaakdapat digunakan
untuk mengukur nyeri, kecuali dalam situasi yang tidak mungkinuntuk dilakukan
pengukuran, misalnya pada penderita retardasi penderita mental berat atau klien tidak
sadar.
Individu mengalami nyeri dengan awitan mendadak mungkin beresepons
berbeda dengan individu yang mengalami nyeri kronis atau berlangsung secara
lambat. Nyeri dapat menyebabkan keetihan dan membuat individu terlalu letih untuk
menangis dan merintih. Pasien yang mengalami nyeri hebat kondisi ini bahkan dapat
tidur danlien tampak rileks.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NYERI AKUT
Pengertian
Adalah keadaan ketika individu mengalami atau melaporkan adanya rasa
ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama enam
bulan atau kurang.
Batasan Karakteristik:
Subjektif:
Komunikasiverbalatau nonverbal tentang nyeri
Objektif:
Hepatitis
Yang berhubungan dengan kram abdomen, diare dan muntah sekunder
terhadap
Gastroenteritis
Ulkus gastrikum
Yang berhubungan dengan inflamasi dan spasmeotot polos sekunder terhadap:
Batu ginjal
Infeksi gastroentestinal
Tindakan yang berhubungan:
Yang berhubungan dengan trauma jaringandn refleks spasme otot sekunder
terhadap:
Operasi
Luka bakar
Kecelakaan
Pemeriksaan diagnostik: pungsi vena
Yang berhubungan dengan mual muntah sekunder terhadap:
Kemoterapi
Anastesia
Situasional:
yang berhubungan dengan demam
yang berhubungan imobilitas/posisi yang tidak tepat
yang berhubunan dengan aktivitas yang berlebihan
yang berhubungan dengan tekanan (bidai ketat, balutan kencang)
yang berhubungan respon alergi
yang berhubungan dengan iritan kimia
Maturasional:
Bayi: kolik
Bayi dan masa kanak kanak awal: tumbuh gigi, infeksi
Masa kanak kanak: bahaya cedera
Remaja: sakit kepala, nyeri dada, dismenore
NYERI KRONIS
Pengertian:
Nyeri kronis adalah keadaan seseorang individu mengalami nyeri yang menetap atau
intermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan.
Batasan Karakteristik:
Mayor (Harus ada)
Individu melaporkan bahwa nyeri telah ada sejak lebih dari enam bulan
Minor (mungkin ada)
Ketidaknyamanan
Mara, frustasi, depresi karena situasi
Raut wajah kesakitan
Anoreksia, penunruna berat badan
Insomnia
Gerakan yang berhati hati
Spasme otot
Kemerahan, bengkak, panas
Perubahan warna pada area yang terganggu
Abnormalitas refleks
Faktor yang berhubungan :
(sama seperti nyeri akut)
Intervensi
Kaji derajat nyeri
Tingkatkan pengetahuan :
Jelaskan penyebab nyeri
Jelaskan berapa lama nyeri akan
berlangsung
Jelaskan karakteristik nyeri yang
mungkin timbul selama prosedur
diagnostik
Berikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa takut
Tunjukkan penerimaan perawat terhadap
respons nyeri individu :
Kenali adanya rasa nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian
tentang nyeri yang terjadi
Tunjukkan bahwa perawat sedang
megkaji nyeri klien
Diskusikan alasan mengapa individu
mengalami peningkatan dan penurunan
nyeri
Ajarkan metode distraksi selama nyeri
akut
Ajarkan tindakan penurunan nyeri
noninvasif
Berikan analgesik
Rasional
Pengkajian nyeri dapat dengan
menggunakan skala 0-10, skala visual
analog atau skala Mc Gill, dan pada anakanak dapat menggunakan skala wajah
Wong-Baker.
Pengetahuan yang memadai memberi
orientasi tentang penyakit yang lebih
baik, mengurangi kecemasan yang dapat
meningkatkan sensasi nyeri, sekaligus
meningkatkan hubungan perawat-klien
dalam meningkatkan rasa aman.
Ketakutan dapat menjadi factor yang
meningkatkan sensasi nyeri.
Tindakan member perhatian kepada klien
akan meningkatkan rasa percaya klien
kepada perawat, sehingga dapat tergali
data yang lebih akurat tentang nyeri,
menurunkan hambatan dalam
menyampaikan keluhan, serta
meningkatkan rasa aman klien yang
secara tidak langsung dapat mengurangi
persepsi nyeri.
Memberi dasar pengetahuan objektif
tentang nyeri dan tindakan yang harus
atau tidak boleh dilakukan oleh klien.
Distraksi memberikan manipulasi pada
tingkat persepsi (tingkat tinggi otak)
sehingga menurunkan nyeri.
Tindakan nyeri noninvasive antara lain :
Relaksasi
Stimulasi kutan
Distraksi
Mengurangi nyeri
MASALAH KEPERAWATAN :
Nyeri kronis
Tujuan :
Nyeri berkurang/teratasi
Kriteria hasil :
Mengungkapkan bahwa nyeri berkurang setelah melakukan tindakan penurunan
rasa nyeri
Mengungkapkan adanya kemajuan dan peningkatan aktivitas sehari-hari seperti
(uraikan)
Tindakan keperawatan :
Intervensi
Kaji derajat nyeri
Tingkatkan pengetahuan :
Jelaskan penyebab nyeri
Jelaskan berapa lama nyeri akan
berlangsung
Jelaskan karakteristik nyeri yang
mungkin timbul selama prosedur
diagnostik
Berikan informasi yang akurat untuk
mengurangi rasa takut
Tunjukkan penerimaan perawat terhadap
respons nyeri individu :
Kenali adanya rasa nyeri
Dengarkan dengan penuh perhatian
tentang nyeri yang terjadi
Tunjukkan bahwa perawat sedang
mengkaji nyeri klien
Rasional
Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan skala 0-10, skala visual
analog atau skala Mc Gill, dan pada anakanak dapat digunakan skala wajah WongBaker.
Pengetahuan yang memadai memberikan
orientasi tentang penyakit yang lebih
baik, mengurangi kecemasan yang dapat
meningkatkan sensasi nyeri, sekaligus
meningkatkan hubungan perawat-klien
dalam meningkatkan rasa aman.
Ketakutan dapat menjadi factor yang
meningkatkan sensasi nyeri.
Tindakan memberikan perhatian kepada
klien dapat meningkatkan rasa percaya
klien kepada perawat, sehingga dapat
digali data yang lebih akurat tentang
nyeri, menurunkan hambatan dalam
menyampaikan keluhan, serta
meningkatkan rasa aman klien yang
secara tidak langsung dapat mengurangi
persepsi nyeri.
Berikan analgesik
Kaji pengaruh nyeri kronis dalam
kehidupan individu
TINDAKAN KEPERAWATAN
YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI
Berbagai tindakan dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi nyeri.
Namun, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan perawat ketika memberi
intervensi keperawatan untuk mengatasi nyeri (Mc. Caffery), yaitu :
1. Membentuk hubungan saling percaya.
2. Menggunakan berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri.
3. Melakukan tindakan untuk mengatasi nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
parah.
4. Mempertimbangkan kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam upaya
mengatasi nyeri.
5. Menentukan jenis teknik untuk mengatasi nyeri berdasarkan perilaku yang
ditunjukkan oleh klien.
6. Melakukan teknik-teknik yang oleh klien dianggap efektif.
7. Mendorong klien untuk mencoba melakukan kembali teknik mengatasi
nyeri, jika terapi yang dilakukan sebelumnya tidak efektif.
8. Membuka wawasan dan pengetahuan terhadap cara-cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi nyeri klien.
9. Melindungi klien.
10. Beri penjelasan kepada klien.
Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dibedakan dalam dua kelompok utama,
yaitu tindakan pengobatan (farmakologis) dan tindakan nonfarmakologis (tanpa
pengobatan). Menurut stimulasi yang diberikan, nyeri dapat dikelompokkan dalam
stimulasi tingkat tinggi (pada otak) dan stimulasi tingkat rendah (pada
spinotalamikus). Stimulasi pada otak adalah tindakan yang memungkinkan otak
bekerja untuk menurangi nyeri; sedangkan stimulasi tingkat spinotalamikus adalah
pemberian sejumlah rangsangan pada tubuh untuk memengaruhi sensasi nyeri
sebelum sampai di otak. Tindakan rangsangan pada tingkat spinotalamikus sesuai
dengan teori gerbang kendali nyeri.
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi penggunaan opioid
(narkotik), nonopioid/NSAIDs (Nonsteroid Anti-Inflammation Drugs), dan adjuvan,
serta ko-analgesik.
Kelompok
Jenis
Analgesik
narkotik
NSAIDs
Analgesik
adjuvan
Butorfanol (Stadol )
Naproksen (Naprosyn )
Piroksisam (Feldene )
Amitriptilin (Evatil )
Klorpromazin (Thorazine )
Diazepam (Valium )
Hidrozin (Vistaril )
Analgesik opioid (narkotik) terdiri dari berbagai derivate dari opium seperti
morfin dan kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek
euphoria (kegembiraan) karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat
(ada beberapa tipe reseptor opiat seperti mu, delta dan kappa) dan mengaktifkan
penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Narkotik tidak hanya menekan
rangsang nyeri, tetapi juga menekan pusat pernapasan dan batuk di medula batang
otak. Dampak lain dari obat narkotik adalah sedasi an peningkatan toleransi obat
sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat.
Merek Dagang
Morfin sulfat
Kodein sulfat
Hidromorfon
hidroklorid
Meperidin hidroklorid
Dialudid
Metadon
Dolophine
Pentazosin
Talwin
Oksikodon
Leforvanol tatrat
Percodan
Levo-Dromoran
Demerol
Dosis
Cara Pemberian
5 15 mg/3 4 j
15 60 mg/3 4 j
2 4 mg/4 6 j
SC, IM
SC, PO
IV, IM, SC, PO
50 150 mg/3 4
j
2,5 10 mg/3 4
j
50 100 mg/3 4
j
5 mg/4 6 j
2 mg-6 8 j
Mual, muntah
Sedasi
Depresi pernapasan
Gatal
Retensi urine
Pencegahan/
penatalaksanaan
Tingkatkan asupan cairan dan makanan tinggi serat
Tingkatkan aktivitas
Jika perlu berikan laksatif
Informasikan kepada klien adanya efek mual muntah
selama beberapa hari awal pemberian
Berikan antiemetik bila perlu
Ganti dengan anagelsik lainnya
Jelaskan bahwa toleransi mungkin dicapai setelah 3-5 hari
Berikan obat stimulant seperti dekstroamfetamin sulfat
[Benadryl ])
Beri informasi bahwa toleransi dapat juga menyebabkan
timbulnya gatal
Mungkin diperlukan untuk melakukan kateterisasi
Beri antagonis narkotik, misalnya Nalokson hidroklorid
(Narcan )
PENATALAKSANAAN NONFARMAKOLOGIS
Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan
nyeri berdasarkanStimulasi fisik maupun perilaku kognitif, penangan fisik meliputi
stimulasi kulit, stimulasi elektrik saraf kulit transkutan (TENS, Transcutanneous
Electrical Nerve Stimulation ), akupuntur, dan pemberian placebo. Intervensi perilaku
kognitif meliputi tindakan distraksi, tehik relaksasi, imajinasi terbimbing, umpan
balik biologi, hipnotis, dansentuhan terapeutik.
Meningkatkan kenyamanan
Memperbaiki adanya disfungsi fisik
Mengubah respong fisiologik
Menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan imobilitas karena nyeri
atau adanya pembatasan aktivitas
Stimulsi kulit dapat memberi efek penurunkan nyeri yang efektif. Tindakan ini
mengalihkan perhatian klien sehingga klien berfokus pada stimulus taktil dan
mengabaikan sensasi nyeri. Stimulasi kulit juga dipercaya dapat :
1. Meningkatkan pelepasan endorphin yang memblok transmisi stimulus nyeri
2. Menstimulasi serabut saraf berdiameter besar A-Beta sehingga menurunkan
transmisi impuls nyeri melalui serabut kecil A-Delta dan serabut saraf C
Yang termaksud teknik stimulasi kulit meliputi :
Masase
Kompres panas dan dingin
Akupuntur
Stimulasi kontralaterai
MASASE KULIT
Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan otot.
Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut berdiameter besar,
sehingga mampu memblok atau menurunkan impuls nyeri. Beberapa strategi stimulus
kulit juga menggunakan mekanisme ini. Masase adalah stimulasi kulit tubuh secara
umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan sekitar 10m menit
pada masing-masing bagian tubuh untuk mencapai hasl relaksasi yang maksimal.
Masase kulit dapat dilakukan dengan menggunakan ointment(balsam gosok)
atau linement(obat cair gosok) yang mengandung mentol untuk membantu mencapai
pengurangan nyeri. Balsam ini akan menimbulkan sensasi hangat segera setalah
pemakaian hingga beberapasa saat setelah pemberian. Di Indonesia, balsam sering
digunakan untuk mengurangi nyeri otot dan sendi serta digunakan pada perutr yang
yang terasa kembung.
Berikut ini contih prosedur penanganan nyeri dengan masase punggung.
Tipe Masase :
Efflurage : memberikan pukuan pada tubuh
Petrisage : membuat pijatan atau cubitan besar pada sub kulit, sub kutan, dan
otot
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
KOMPRES
Penggunaan panas dingin meliputi pengunaan kantong es, masase mandi air dingin
atau panas, penggunaan selimut atau bantal panas.
Kompres panas dingin selain menurunkan sensasi nyeri juga dapat
meningkatkan proses penyembuhan jaringan yang mengalami kerusakan
Penggunaan panas, selain memberika efek menggatasi atau menghilangkan
sensasi nyeri, tehnik ini juga memberikan reaksi fisiologis antara lain :
1. Meningkatkan respons inflamasi
2. Meningkatkan aliran darah dalam jaringan
3. Meningkatkan pembentukan edeman
3. Mengurangi edema
Penggunaan kompres dingin diindikasikan pada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
koran,
melihat
b. Distraksi pendengaran
Di antaranya mendengar musik yang disukai, atau suara burung serta
gemercik air. Individu dianjurkan untuk memillih musik yang tenang dan
disukai, dan diminta untuk berkonsentrasi pada lirikdan irama lagu.
Klien juga diperbolehkanuntuk menggerakakan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki.
c. Distraksi pernapasan
Bernaapas ritmik, anjurkan anjurkan untuk memandang fokus pada satu objek
atau memejamkan mata dan melakukan inhalasiperlahan melalui hidung
dengan hitungan dari satu sampai empat dan kemudian menghembuskan
napas melalui mulut secara perlahan sambil menghitung satu sampai empat
(dalam hati). Anjurkan klien untuk berkonsentrasi pada sensasi dan
UMPANBALIK TUBUH
Umpan balik tubuh (biofeedback) adalah teknik mengatasi nyeri dengan memberikan
informasi kepada klien tentang respon fisiologis tubuh terhadap nyeri yang dialami
klien (mis., tekanan darah, ketegangan otot serta EEG) dan cara untuk mengendalikan
secara involunter respons tersebut.
Dengan memberi informasi yang akurat tentang tekanan darah, ketegangan
otot, atau melihat monitor poligraf, klien akan berusaha untuk mencapai relaksasi
yang optimal,sehingga nyeri yang dirasakn klien berkurang.
SENTUHAN TERAPEUTIK
Terapi ini sangat dipercaya dapat menolong klien yang sedang menderita nyeri.
Teknik yang digunakan adalah perawat melakukan meditasi dalam waktu singkat
sebelum kontak dengan klien. Ada periode ini, perawat menyembunyikan tingkat
energi internal, kemudian meraba klien dan mentransmisikan energi penyembuhan.
Rasionalisasi keberhasilan metode ini dapat dimengerti dengan jelas.
Selain berbagai teknik di atas, pentng juga bagi perawat untuk memberikan
pedoman antisipasi (anticipatory guidance). Teknikini merupakan teknik
penatalaksaan nyeri dengan melakukan modifikasi terhadap tingkat kecemasan klien
yang ditimbulkan oleh nyeri. Teknik ini dilakukan dengan memberikan informasi
mengenai:
1. Awitandandurasinyeri
2. Kualitas, tingkatkeparahandanlokasinyeri
3. Informasimengenaibagaimanakeadaanklienpadasaatnyeri
4. Penyebabnyeri
5. Tindakan yang perludilakukanolehperawat dank lien untukmengatasinyeri
6. Hasil yang diharapkansetelahprosedurtindakan.
Teknik ini dilakukan pada saat klien tidak merasa atau sedikit merasa nyeri.
Penjelasan yang diberikan dapat membantu klien mengendalikan kecemasan dan
meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN A
CONTOH PROGRAM DISTRAKSI TAKTIL
(LATIHAN FISIK DENGAN BERBARING)
1. Merenggangkan pergelangan kaki dan betis
2. Mereganggkan kaki
Dengan kedua kaki diluruskan, arahan jari-jari ke atas, kemudian mulai dari
pergelangan kaki, gerakan jari-jari kaki menjauhi tubuh, lalu mulai dari
pergelangan kaki, gerakan jaris kaki kea rah tubuh sedekat mungkin. Target
awal latihan adalah lima kali pengulangan gerakan ini.
3. Mengangkat pinggul
Dengan kedua tanagn diletakan di bawah kedua lutut, tarik kedua lutut kea rah
dada dengan punggung tetap menempel di lantai. Tahan selama lima detik.
Latihan ini memberikan rengangan yang lebih sepurna pada otor punggung
bagian bawah dan pinggu.Target ;atihan 5 kali pengulangan.
6. Setengah mengangkat tubuh
7. Latihan kucing
Berlutut dengan berpangku pada tangan dan kaki, lutu dan tangan sedikit terpisah
serta tulang punggung lurus sejajar dengan lantai. Tarik napas, dan pad awaktu
yang bersamaan, lekukkan punggung ke atas dan turunkan kepala ke arah dada
sehingga kepala berada pada posisi satu garis lengkung dengan punggung. Lalu
hembuskan napas keluar secara perlahan-lahan dan lekukan punggung anda ke
bawah, pada waktu yang bersamaan angkat kepala sejauh mungkin.Lihat ke atas
dan tahan posisi selama 5 detik.
8. Meregangkan otot lutu
Duduk dengan kedua kaki lurus ke depan dan punggung tegak (jika sulit
untuk duduk seperti idi gambar, duduklah dengan bersandar pada dinding atau
pintu). Lekukan kai kiri dan letakkan telapak kaki kiri tersebut pada bagian
dalam paha kanan.Lekukan tubuh mulai dari pinggul, retangkan kedua tangan
untuk memegang kaki kanan sejauh mungkin kea rah pergelangan kaki
dantahan selama 5 detik.Perlahan-lahan kembali luruskan tubuh.Ulangi
gerakan 5 kali untuk masing-masing kaki.
Berdiri tegak, kaki sedikit terbuka pada jarak sejauh jangkauan lengan dari
dinding.Letakkan tealpak tangan pada dinding setinggi bahu. Bersandar ke
depan sampai dada hampir mengenai dinding, dengan punggung dan kaki
tetap lurus. Lalu dorong ke belakang sampai punggung mencapai posisi tegak
sempurna.Lakukan minimal 5 kali.
4. Mendaki tangga
Dengan menggunakan tangga pintu atau anak tangga paling bawah, naik satu
langkah dengan kaki kana, lalu angkat kaki kiri dan letakkan di sebelah kaki
kana, lalu turun dengan kaki kanan dan diikuti dengan kaki kiri. Ulangi
gerakan minimal 5 kali pengulangan.
5. Meluncur di dinding
Berdirh dengan punggung menyandar pada dinding atau pintu dengan kaki
sedikit terpisah satu sama lain, tumit terletak pada kira-kira 25 cm dari
dinding. Perlahan-lahan tekuk letut dan punggung tetap melekat pada dinding
meluncur ke bawah dan keatas, dengan dorongan dari oto-otot kaki. Lakukan
minmal 5 kali pengulangan.
LAMPIRAN B
CONTOH PROGRAM
RELAKSASI
1.
Latihan 1
Duduk pada kursi dengan posisi toangan penuh atau berbaring terlentang di
lantai. Perhatikan naps anda selama satu atau dua menit, rasakan udara
penarpasan anda masuk ke dalam diafragma dan biarkan dan biarkan irama
pernapasan anda menjadi ringan dan nyaman. Jika napas anda telah teratur dan
nyaman, pusatkan perhatian pada lengan.Angkat kedua lengan anda secara
perlahan lahan, julurkan, kepalkan sekeras mungkin. Sekarang tahan
ketegangan di kepalan tangan anda dan di lengan anda tarik napas dan
perlahan lahan hitung sampai lima lalu lepaskan tegangan, sambil
mengeluarkan napas dan biarkan lengan jatuh lepas pada posisi semula. Rasakan
otot menjadi lemas.Rasakan aliran darah menderas ke tangan dan jarijari.Perhatikan kontras (perbedaan) antara keadaan darah menderas ke tangan dan
keadaan otot ketika rileks.Ulangi latihan ini sebanyak 3 kali.
2.
Latihan 2
Ambil napas dalam, dan tahan.Sekarang angkat pundak kearah telinga sambil
menundukan kepala kearah pundak. Tahan napas dan tegangan selama lima
hitungan kemudian lepaskan napas dan tegangan, dan biarkan pundak menjadi
rileks. Ulangi 3 kali.
3.
Latihan 3
Tarik napas dalam ke dada, tahan selama lima hitungan sambil menegangkan
otot-otot daerah dada. Lalu lepaskan napas dan tegangan, ulangi sebanyak 3 kali.
Sekarang, ambil beberapa waktu untuk mengembalikan napas ke diafragma
dan lakukan latihan selanjutnya, jika anda sudah merasa nyaman.
4.
Latihan 4
Dalam posisi berbaring, tekuk lutut sedikit.Kencangkan otot-oyot sekitar perut
dan pinggang.Tarik napas, dan tahan napas dan tegangan sampai hitungan kelima
lalu lepaskan napas dan tegangan.Ulangi sebanyak 5 kali.
Pada tahap ini beristirahatlah sebentar dan perhatikan apa yang terjadi di
tubuh anda. Anda seharunya akan merasakan bertambahnya aliran darah dan
memungkinkan merasa hangat di sekitar leher, lengan dan tangan. Ini adalah
waktu untuk memperhatikan napas anda.Jika anda merasakan napas cenderung
menjadi dangkal, pastikanlah bahwa anda tidak sedang menahan napas pada
tahap relaksasi dan latihan.Jika ini terjadi maka ambil waktu diantara setiap tahap
latihan untuk kembali ke pernapasan diafragma.
5.
Kencangkan otot-otot pantan/bokong sekeras mungkin, tarik napas sedalamdalamnya dan tahan tegangan tersebut dan napas selam 5 hitungan, lalu lepaskan
tegangan dan napas, serta biarkan otot-otot relaks sepenuhnya.
6.
Latihan 6
Dengan kai yang menyatu dan terjulur ke depan, kencangkan oto-otot kaki dan
betis dengan menjulurkan jari-jari kaki menjauhi anda sekuat mungkin. Ambil
napas dalam, tahan napas dan tegangan sampai lima hitungan. Sekarang lepaskan
tegangan dan napas serta biarkan otot relaks sepenuhnya. Untuk menyelesaikan
latihan ini, ragngkan kembali kaki di depan anda, kencangkan otot-otot kaki dan
betis dengan menjulurkan jari - jari kearah tubuh anda sekuat - kuatnya. Ambil
napas dalam, tahan tegangan dan napas sampai hitungan kelima.Sekarang
lepaskan tegangan dan napas, biarkan otot-otot relaks sepenuhnya.Ulangi 3 kali.
Kemudian kembalikan napas ke diafragma, beristirahat dengan tenang.Rasakn
perasaan relaks penuh di seluruh tubuh anda.
LAMPIRAN C
RELAKSASI TERBIMBING
Untuk mencapai relaksasi yang maksimalm mungkin diperlukan bimbingan dari
perawat terlatih. Berikut ini adalah contoh bimbingan yang diberikan selama periode
relaksasi :
Sekarang, duduklah dikursi pada posisi dengan tertopang penuh, atau
berbaring
Lakukan pernapasan dengan tenang, tutup mata dengan tenang
Lakukan gerakan tenang, tidak perlu tergesa-gesa..
(beri jeda sekitar 1 menit untuk membentuk pola napas teratur )
Cobalah untuk tidak terganggu dengan suara dari luar ruangan ini sadarilah
saja bahwa itu ada dengarkan sebentarLalu biarkan pergi itu tidaklah
penting
Kosongkan pikiran anda dari hal-hal yang mengkhawatirkan selama ini.
Jika itu mungcul, biarkan itu lewat dan keluarkan tenang tenang
relaks
Pelankan napas anda cobalah untuk mengeluarkan napas lewat mulut
Tarik napas perlahan usahakan mengeluarkan napas lewat mulut
Tarik napas perlahan usahakan mengeluarkan naps lebih panjang dari tarik
napas atur napas anda perlahan perlahan
Ini adalah waktu anda untuk relaks untuk anda nikmati.
Sekarang perhatikan lengan andam perhatikan lengan lengan anda
tangan..jari lepaskan secara mental ketegangan yang mungkin ada disana
anda tidak perlu melakukan apa-apa biarkan ketegangan pergi
meninggalkan bagian tubuh anda perhatikan perasaan anda
Rasakan apa yang ada rasakan pada lengan dan tangan mungkin anda
rasakan beratmungkin anda rasakan hangat nikmati perasaan ini
LAMPIRAN D
CONTOH PROGRAM
IMAJINASI
Sekarang, duduklah di kursi pada posisi dengan tertopang penuh, atau
berbaringlah.
Lakukan pernapasan dengan tenang, tutuplah mata dengan tenang
Lakukan dengan tenag, tidak perlu tergesa gesa (beri jeda sekitar 1 menit untuk
membentuk pola napas teratur)
Cobalah untuk tidak terganggu pada suara dari luar ruangan ini..sadarilah saja bahwa itu
ada dengarkan sebentarlalu biarkan itu pergi itu tidaklah penting
Bayangkan anda sedang berada di pantai
Ditengah deburan ombak dan desiran angina semilir rasakan betapa bebasnya anda..dan
bagimana nyamannya perasaan anda.. perhatikan bagaimana air bergerak mencapai pasirpasir di pantai, perhatikan bagaimana ombak berkejaran menuju diri anda.. perhatikan langit
biru bersih dan gerak pohon nyiur yang melambai diterpa desiran angina rasakan
kehangatan dan kenyamanan menyebar ke seluruh tubuh.. dan sekarang rasakn bagaimana
lembutnya angina yang menyapu wajah anda rasakan kesejukan rasakan kenyamanan
sekarang rasakan hangatnya mentari pagi mengenai kulit anda.. memberi kehangatan pada
daerah yang nyeri mengusir kehangatan rasakan hangatnya rasaklanlah
DAFTAR PUSTAKA
Bellack, J.P. (1994). Nurising Assessment: A MultidimentionalApproach. California:
Wad-Sword Health Sciences.
Carpenito, Lynda J. (1994). Nursing Diagnosis: Application to Clinical Practice (4th
ed.). Philadelphia: J.B.Lippincott Co.
Carpenito, Lynda J. (1998). BukuSakuDiagnosaKeperawatan (ed.6.). Jakarta:
Penerbit EGC.
Dongoes, Moorhouse (1992). Applications of Nursing Process and Nursing
Diagnosis. USA: F.A. Davis Co.
Guyton, Arthur C. (1994). BukuAjarFisiologiKedokteran Guyton, Bag, II (Ed.7.).
Jakarta: Penerbit EGC.
Ignatavicius, Domma D. (1991). Medical-Sugical Nursing. Philadelphia: W.B.
Saunders Co.
Ignatavicus& Bayne (1991).Medical-Sugical Nursing: Concepts, Proccessand
Procedures (2nded.). California. Philadelphia: W.B Saunders Co.
Kee, Joice L., & Hayes, Evelyn R. (1996).Farmakologi: Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC.
Kozier, B. et al (2004). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice
(7thed.). Ner Jersey, Pearson Education, Inc.
Long, Barbata C. (1996). KeperawatanMedikalBedah (SuatauPendekatan Proses
Keperawatan), Cet.I Bandung: Yayasan IAPK.
Luckman&Soewnsens (1993).Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B.
Saunders Co.
Potter & Perry (1993).Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice.
USA: Mosby Years Book.
Shone, Neville (1995).BerhasilmengatasiNyeri(Cet.I) Jakarta: PenerbitArcan.
Smeltzer, S.C., & Bare, Brenda G. (2002).Buku Ajar KeperawatanMedikalBedah
Brunner &Suddarth, Vol 1 (ed.8). Jakarta: Penerbit EGC
Tan Oei Liang,(------) Obat-ObatPenting. Jakarta: Jayakarta.
INDEKS
A
Accupressure, 57
Agonis murni, 47
Aginis-anatagonis, 47
Analgesic adjuvant, 50
B
Bradikin, 11
D
Daftar analgesic, 45
Daftar obat narkotik, 46
Diagnosis keperawatan, nyeri
Akut, 33-36
Kronis, 36-37
Distraksi, 61-63
E
Efek nyeri dalam aktivitas sehari-hari,29
Efek opioid, 49
Endorphin, 11, 13-14
F
Factor yang memengaruhi,
Persepsi nyeri, 23
Toleransi nyeri, 24
G
General adaptation syndrome, 19
K
Kornu dorsalis, 6, 10
N
Nyeri
alih, 3
akut, 13, 31
definisi,1
fantom, 1-13
intensitas, 25-28
karateristik, 28
klasifikasi, 13, 31
neurogenic, 19
neuroregulator, 10-13
organic, 18-19
reseptor, 2-4
sebar, 16
transmisi, 4-10
visceral, 3
NSAID, 45, 48-50
Neuromodulator, 10,11-12
Neurotransmiter, 10-11
Nosiseptor, 3-4
P
Parasimpatis, 20
Penatalaksana Farmakologi, 44-50
Penatalaksana nonfarmakologi, 50-56
Pengkajian, nyeri, 29-30
Penyebab, nyeri, 29-30
Plasebo, 59-60
R
Rencana asuhan keperawatan, 37-42
Respons fisiologis, nyeri, 20, 30-33
Respons perilaku, nyeri, 22-23
Respons psikologis, nyeri, 21
S
Skala intensitas nyeri deskriptif, 26
Skala wajah Wong-Baker, 27
Sel Trigger, 6
Serabut A-Delta, 2-3
Serabut C, 3
Simpatis, 20
Stimulasi kontrakateral, 56-57
Substansia gelatinosa, 6
T
Thalamus, 8
TENS, transcutaneous electrical nerve stimulaton, 57-58
Teori gerbang kendali nyeri, 5
Teori pola nyeri, 5
Teori spesivisitas myeri,4-5
Traktus spinotalamikus, 7
Traktus spinoretikur, 7