Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH PENGGUNAAN PASIR PANTAI SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT

HALUS PADA BALOK BETON BERTULANG


Iskandar1, Rahmi Karolina2
1

Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email : isktan@live.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan
Email :rachmie_caroline@yahoo.co.id

ABSTRAK

SNI 03-6861.1-2002, menyebutkan bahwa agregat halus yang digunakan pada struktur beton bertulang
sebaiknya menggunakan pasir sungai. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh
penggunaan pasir pantai sebagai alternatif agregat halus pada beton bertulang dibandingkan dengan pasir biasa,
terutama bila terjadi situasi darurat seperti gempabumi di daerah Perbaungan, Pantai Cermin, Sumatera Utara,
dimana pasir pantailah yang paling mudah diperoleh. Percobaan ini terinspirasi dari gempabumi di Pulau Nias dan
Pulau Sumeulue tanggal 28 Maret 2005. Berhubung lokasi pesisir Pantai Cermin juga berada pada zona gempa,
maka pada penelitian ini akan dilakukan pengujian pada benda uji silinder dan balok dengan menggunakan pasir
Pantai Cermin dan pasir biasa sebagai agregat halus. Pada percobaan ini, dibandingkan kandungan kimiawi, kuat
tekan, elastisitas, kuat tarik belah silinder beton, lendutan, regangan dan tegangan pada beton dengan agregat halus
pasir biasa dan beton dengan agregat halus pasir pantai yang diambil dari kawasan pesisir Pantai Cermin. Sampel
yang digunakan adalah 16 buah sampel silinder dan 2 buah balok beton dengan tulangan tarik 3D10. Penurunan kuat
tekan rata rata pada beton dengan agregat halus pasir pantai dibandingkan dengan beton dengan agregat halus
pasir biasa adalah 13,583 %.
Kata Kunci : pasir pantai, alternatif agregat halus, balok beton bertulang

ABSTRACT

Based on the SNI 03-6861.1-2002, the reinforced concrete structure must be filled with the normal sand
as fine aggregate. This study was conducted to find out how much the effect of the usage of the fine aggregate taken
from Pantai Cermin as the fine aggregate for the reinforced concrete structure was, especially when disaster like
earthquake occurs in Perbaungan, Pantai Cermin, North Sumatera. In that case, Pantai Cermin is the nearest quarry
for the fine aggregate. This study was inspired from the earthquake occured in Nias Island and Simeulue Island on
25th March 2005. Like Nias Island and Simeulue Island, Pantai Cermin is also located in the earthquake zone. In
this study, we casted 16 cylinder samples and 2 simple beams with 3 x 10 mm tensile steels to find out the number
of the fc, tensile strength, flexure, stress, strain, elasticity and the length of the cracks. The concrete casted with the
fine aggregate taken from Pantai Cermin is about 13,583% weaker than the concrete casted with normal sand.
Keywords : fine aggregate from Pantai Cermin, alternative of fine aggregate, reinforced concrete beam.

1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Beton ( concrete ) adalah material untuk konstruksi yang paling sering digunakan di seluruh dunia selain
baja ( steel ). Beton banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam proyek pembangunan infrastruktur seperti
jalan, gedung, bendungan, gudang, jembatan, dan sebagainya. Beton diperoleh dari pencampuran semen, agregat
halus ( fine aggregate ), agregat kasar ( coarse aggregate ) dan air. Dengan menambahkan bahan perekat ( semen )
dengan takaran tertentu, dan air sebagai bahan pembantu untuk keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan
dan perawatan beton ( concrete curing ). Nilai kekuatan dan daya tahan ( durability ) beton merupakan fungsi dari
sekian banyak faktor, beberapa diantaranya nilai banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan
pengecoran, temperatur, pelaksanaan akhir ( finishing ), dan perawatan ( curing ) beton. Mengacu pada SNI 036861.1-2002, disebutkan bahwa agregat halus yang digunakan pada struktur beton bertulang sebaiknya
menggunakan pasir biasa ( pasir sungai ). Namun karena keterbatasan quarry yang menyediakan pasir biasa ( pasir
sungai ) pada daerah pantai, maka dalam percobaan ini akan diuji apakah pasir yang diambil dari Pantai Cermin,
Kecamatan Perbaungan, Sumatera Utara layak digunakan sebagai alternatif agregat halus pengisi beton apabila
suatu hari terjadi situasi darurat seperti bencana alam gempabumi dan Tsunami di daerah Pantai Cermin, Kecamatan
Perbaungan, Sumatera Utara. Percobaan ini terinspirasi dari bencana alam yang terjadi di Pulau Nias, Sumatera
Utara dan Pulau Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 28 Maret 2005 yang pusat gempanya berada
pada 2 04 35 U 97 00 58 T, 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah
barat Sibolga, Sumatera Utara dan berkekuatan 8,7 Skala Richter ( SR ). Berhubung lokasi geografis Pantai Cermin
dan Pulau Nias sama sama berada pada wilayah yang rawan terhadap bencana gempa bumi dan Tsunami, maka
dilakukan pengujian pada beton dengan menggunakan agregat halus pasir biasa dan pasir pantai yang diperoleh dari
Pantai Cermin, Kecamatan Perbaungan, Sumatera Utara. Dalam eksperimen ini dilakukan pengujian pada benda uji
silinder dan balok dengan menggunakan pasir biasa dan pasir yang diambil dari Pantai Cermin, Kecamatan
Perbaungan, Sumatera Utara sebagai agregat halus. Dengan menggunakan pasir dari daerah pantai sebagai agregat
halus, apakah pengaruhnya jika dibandingkan dengan struktur beton bertulang yang dilaksanakan dengan pasir
biasa?

1.2. Perumusan Masalah Penelitian


Pada eksperimen ini akan diuji seberapa besar pengaruh penggunaan pasir Pantai Cermin sebagai agregat
halus dibandingkan dengan penggunaan pasir biasa ( pasir sungai ) pada struktur beton bertulang.

1.3. Maksud Penelitian


Maksud dari penelitian ini adalah untuk membandingkan perilaku beton dengan pasir biasa dan beton
dengan pasir Pantai Cermin pada balok beton bertulang.

1.4.

Tujuan Penelitian

Memperoleh suatu perbandingan nilai kuat tekan, elastisitas, kuat tarik belah, tegangan, regangan, lenturan,
dan panjang retak dari 2 ( dua ) variasi agregat halus pada silinder dan balok beton bertulang.

1.5.

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Mutu beton rencana yang digunakan adalah fc = 20 MPa,
b. Variasi benda uji adalah 2 buah, terdiri dari :

Faktor Air Semen


( F.A.S )

Pengujian Kuat Tekan

Pengujian Kuat Lentur

Benda Uji Silinder


d = 15 cm , h = 30 cm.

Benda Uji Balok


b = 20 cm , h = 30 cm ,
L = 320 cm
2

16
0.57

Pasir Pantai

Pasir Biasa

Pasir Pantai

Jumlah Sampel
8

Total Benda Uji

Pasir Biasa

Jumlah Sampel
8

18

c. Dimensi benda uji berupa balok berukuran 20 x 30 x 320 cm dengan tulangan minimum, dan silinder
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm,


Dimensi tulangan balok adalah baja tulangan polos D10 sebanyak 3 batang ( untuk wilayah tarik saja ),
Pasir yang digunakan untuk beton normal adalah pasir biasa dan pasir pantai,
Pengujian kuat tekan dan elastisitas pada benda uji silinder dilaksanakan pada umur beton 28 hari,
Pengujian kuat tarik belah pada benda uji silinder dilaksanakan pada umur beton 28 hari,
Pengujian ketahanan balok beton bertulang terhadap keruntuhan ( flexure test ) dilaksanakan pada
umur beton 28 hari.
Pengujian regangan balok beton bertulang dilaksanakan pada umur beton 28 hari.
Pengujian pola retak balok beton bertulang dilaksanakan pada umur beton 28 hari.

2. TINJAUAN PUSTAKA
Beton ( concrete ) adalah material utama konstruksi yang paling banyak digunakan selain baja. Beton
diperoleh dengan cara mencampurkan semen, agregat halus dan kasar, dan air dengan perbandingan tertentu. Bila
campuran tersebut dicampur dan dituang ke dalam cetakan dan kemudian dibiarkan, maka akan terjadi proses
pengerasan. Proses pengerasan itu terjadi karena reaksi kimia antara air dan semen yang berlangsung terus
menerus. Agregat halus ( pasir ) adalah bahan yang berbahan mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos saringan No.4 dan tertahan pada
saringan No.200. Agregat halus ( pasir ) berasal dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan
yang dihasilkan dari alat pemecah batu ( stone crusher ). Agregat halus yang akan digunakan harus memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan oleh. Jika seluruh spesifikasi yang ada telah terpenuhi maka barulah dapat
dikatakan agregat tersebut bermutu baik. Adapun spesifikasi tersebut adalah :
a. Susunan Butiran ( Gradasi ), Untuk mengetahui kategori kehalusan pasir, maka dilakukan analisa saringan.
b. Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ( ayakan No.200 ), tidak boleh melebihi 5 % (
terhadap berat kering ). Apabila kadar lumpur melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.
c. Kadar liat tidak boleh melebihi 1 % ( terhadap berat kering )
d. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organik yang akan merugikan beton, atau kadar organik jika
diuji di laboratorium tidak menghasilkan warna yang lebih tua dari standar percobaan Abrams Harder dengan
batas standarnya pada acuan No 3.
e. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami basah dan lembab terus menerus
atau yang berhubungan dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali
dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau beton
dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang bahannya dapat mencegah
pemuaian.
f. Sifat kekal ( keawetan ) diuji dengan larutan garam sulfat :
Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.
Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 15 %.

Adapun metode untuk membersihkan agregat halus adalah dengan mencuci pasir dengan air keran di
atas ayakan no. 200 hingga air yang lolos ayakan no. 200 tampak bersih secara visual. Pada penelitian kali ini,
digunakan pasir biasa ( pasir sungai ) dan pasir Pantai Cermin sebagai agregat halus beton. Distribusi butiran pasir
pantai lebih seragam bila dibandingkan dengan pasir biasa. Hal ini berpotensi menyebabkan rongga udara yang
lebih banyak di dalam beton.
3. METODE PENELITIAN
PENYEDIAAN BAHAN PENYUSUN BETON

ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON ( AGREGAT HALUS


DAN AGREGAT KASAR )
ANALISA BAHAN PENYUSUN BETON

PERENCANAAN BETON
( MIX DESIGN )

PEMBUATAN BENDA UJI

BENDA UJI SILINDER

BENDA UJI BALOK


CURING BENDA UJI
SILINDER DAN BALOK

PENGUJIAN TERHADAP BENDA UJI


ANALISA DATA
LAPORAN HASIL PENELITIAN

Nilai kuat tekan beton diperoleh dari persamaan :

f' c

dimana :
fc
P
A

= Kekuatan tekan ( kg / cm2 )


= Beban tekan ( kg )
= Luas permukaan benda uji ( cm2 )

Pengujian kuat lentur balok dilakukan dengan konfigurasi sebagai berikut :


P

30 cm

75 cm

20 cm

300 cm
320 cm

4.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah melalui proses penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut :


Pasir Pantai Cermin memiliki nilai FM : 2,38
Pasir Pantai Biasa memiliki nilai FM : 2,62

Tabel 1. Kuat Tekan Beton :


No. Sampel
1.
2.
3.
4.

Luas ( mm2 )

Beton dengan Pasir Biasa


Berat ( Kg )
Kuat Tekan ( MPa )
17662,5
12,2
19,438
17662,5
12,1
22,308
17662,5
12,1
20,136
17662,5
12,2
19,929
Kuat Tekan Rata - Rata
20,452

Beton dengan Pasir Pantai Cermin


Berat ( Kg )
Kuat Tekan ( MPa )
12,9
16,985
12,7
19,023
12,5
18,249
12,5
16,418
17,668

Tabel 2. persen penurunan kuat tekan beton :


No.
Sampel
1
2
3
4

Luas
( mm2 )

Kuat Tekan Sampel


Silinder dengan Pasir
Biasa ( MPa )
19,438
22,308
20,136
19,929
20,452

17662,5
17662,5
17662,5
17662,5
Rata rata

Kuat Tekan Sampel


Silinder dengan Pasir
Pantai Cermin ( MPa )
16,985
19,023
18,249
16,418
17,668

Penurunan Kuat Tekan


(%)
12,619
14,725
9,371
17,617
13,583

Tabel 3. Kuat Tarik Belah Beton :


Luas ( mm2 )

No. Sampel

Beton dengan Pasir Pantai Cermin


Berat ( Kg )
Kuat Tarik ( MPa )
12,1
1,774
12,4
2,303
12,2
2,473
12,4
2,643
2,298

Grafik Kuat Tekan Beton dengan Pasir Biasa dan


Pasir Pantai Cermin
24
KUAT TEKAN ( MPa )

1.
2.
3.
4.

Beton dengan Pasir Biasa


Berat ( Kg )
Kuat Tarik ( MPa )
17662,5
12,1
2,247
17662,5
12,1
2,586
17662,5
11,9
2,889
17662,5
12,3
2,719
Kuat Tarik Rata - Rata
2,61025

22,308

22

20,136

19,438

19,929

20
18
16

19,023

18,249

16,985

Pasir Biasa
16,418

Pasir Pantai Cermin

14
12
10
I

II

III

IV

Grafik 1. Nilai Kuat Tekan Beton dengan Agregat Halus Pasir Biasa dan
Pasir Pantai Cermin

( MPa )

Grafik Kuat Tarik Belah Beton dengan Pasir Biasa


dan Pasir Pantai Cermin
4
3

2,586

2,889

2,719

KUAT TARIK BELAH

2,247
2

2,303

2,473

2,643

Pasir Biasa
Pasir Pantai Cermin

1,774
1
0
I

II

III

IV

Grafik 2. Nilai Kuat Tarik Belah Beton dengan Agregat Halus Pasir Biasa
dan Pasir Pantai Cermin

5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
Pasir biasa dan pasir pantai tidak perlu melalui proses pencucian karena kandungan lumpur pasir biasa dan
pasir pantai masih berada di bawah batas toleransi, yaitu 5 %.
Dalam pengujian berbagai parameter kandungan kimia seperti Ca, Mg, Cl, Fe dan SiO 2 di laboratorium,
terdapat perbedaan yang signifikan pada kandungan besi ( Fe ) dalam pasir biasa dan pasir pantai, yaitu 22,02
% untuk pasir biasa dan 1,50 % untuk pasir pantai.
Nilai slump rata rata untuk beton dengan agregat halus pasir biasa adalah 11,3 cm, sedangkan nilai slump
rata rata untuk beton dengan agregat halus pasir pantai adalah 6,8 cm.
Penurunan kuat tekan rata rata pada beton dengan pasir pantai dibandingkan dengan beton dengan pasir
biasa adalah 13,583 %.
Kuat tarik belah rata rata pada beton dengan agregat halus pasir biasa adalah 2,61025 MPa, sedangkan
kuat tarik belah rata rata pada beton dengan agregat halus pasir Pantai Cermin adalah 2,298 MPa.
Nilai elastisitas rata rata untuk beton dengan agregat halus pasir biasa adalah 20130,5 MPa, sedangkan
nilai elastisitas rata rata untuk beton dengan agregat halus pasir pantai adalah 18742,5 MPa.
Pada pengujian lendutan balok ( flexure test ), balok dengan agregat halus pasir biasa mengalami retak
untuk pertama kalinya pada saat P = 8500 kg. Sedangkan balok dengan agregat halus pasir Pantai Cermin
mengalami retak untuk pertama kalinya pada saat P = 7000 kg.
Total panjang retak pada balok dengan agregat halus pasir biasa adalah 267 cm, sedangkan total panjang
retak pada balok dengan agregat halus pasir Pantai Cermin adalah 275 cm.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyono, Tri. 2003, Teknologi Beton, Penerbit ANDI Yogyakarta.


Nugraha, Paul., Antoni. 2007. Teknologi Beton, Surabaya : Penerbit Andi.
Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2009. Teknologi Beton, Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gajah Mada
Neville, A.M., 1977. Properties of Conrete, London : Pitman Publishing Limited.
SK SNI 1972-2008, Cara Uji Slump Beton, Badan Standar Nasional.
SK SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standar Nasional.
ASTM, Annual Books of ASTM Standards 1991 : Concretes And Aggregates, Vol.04.02 Construction,
Philadelphia-USA: ASTM,1991,PA19103-1187.
Pateha, M. Kasim., P, Murlita. 2003. Pengaruh Gradasi Agregat Halus Terhadap Stabilitas dan Kuat Tekan Beton.
Siregar, Ahmad Husin., Satyarno., Tjokrodimuljo. 2008. Pemanfaatan Pasir Pantai Sepempang dan Batu Pecah
Asal Ranai Sebagai Bahan Pembuatan Beton Normal.
Suroso, Hery., Tjokrodimuljo, Kardiyono. 2003. Pengaruh Penambahan Pasir Pantai Terhadap Laju Kenaikan
Kuat Tekan Beton.

Anda mungkin juga menyukai