Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang
disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel merupakan bahan galian yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena pada masa sekarang dan masa
yang akan datang kebutuhan Nikel semakin meningkat disamping dari
kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong
minat pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel.
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga
bersifat magnetis.Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni,
nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom
dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak),
ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Nikel adalah bahan galian golongan A, yang dimana bahan galian yang
tergolong strategis. Minyak bumi dan batubara juga sama dalam bahan galian
golongan A, yang kita tahu dewasa ini bahan galian golongan A sangat dicari
oleh investor investor yang bergerak dibidang pertambangan dan usaha
lainnya.
Bahan galian Nikel banyak fungsinya, salah satunya dalam pembuatan
baja yang tahan karat, bisa juga dipakai sebagai alat alat laboratorium Fisika
dan Kimia, serta banyak lagi fungsi lainnya, sehingga menarik sekali untuk
dikelola.
Dengan kondisi demikian maka dari pihak Universitas Palangkaraya
membuat salah satu Fakultas Teknik, dan dalam program studinya ada jurusan
Teknik Pertambangan yang dimana ada mata kuliah yang mempelajari
Pengantar Teknologi Mineral yang mencakup mineral mineral berharga
salah satunya Nikel. Dengan demikian sebagai mahasiswa harus mengetahui
dan mengerti mengenai bahan galian Nikel serta diharapkan bisa

memanfaatkan bahan galian tersebut dan juga bisa membuka lapangan kerja
baru.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah :
Untuk menerapkan dan mengembangkan teori yang didapatkan pada
bangku kuliah khususnya mata kuliah yang mempelajari tentang Pengantar
Teknologi Mineral.
Menambah pengetahuan tentang Mineral Logam, sehingga bisa tahu baik
dari proses terbentuknya, pengolahan, sampai ke pemasarannya.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Menerangkan dan membandingkan antara pengetahuan diperkuliahan
dengan informasi informasi serta keadaan di luar yang sebenarnya, sehingga
dapat saling mengisi kekurangannya.
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah
Pengantar Teknologi Mineral pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Pertambangan.
1.3. Pemanfaatan Bahan Galian Nikel Dan Kobalt
Nikel sangat banyak manfaatnya antara lain :
1. Untuk pembuatan baja tahan karat,
2. Sebagai selaput penutup barang-barang yang dibuat dari besi atau baja,
3. Alat-alat laboratorium Fisika dan Kimia,
4. Digunakan dalam bentuk paduan untuk pembuatan alat-alat yang dipakai
dalam industri mobil dan pesawat terbang.
5. Nikel juga digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan
diberbagai industri logam.
Logam Kobalt baru mulai digunakan pada abad 20, namun bijih Cobalt
sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru
pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada Kobalt
dikenali pertama kali oleh G. Brandt (ahli kimia Swedia) pada tahun 1735 yang

mengisolasi logam tak murni yang diberi nama Kobalt rex. Pada tahun 1780, T.O.
Bergman menunjukan bahwa Cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi
nama turunan dari kata kohold (bahasa Jerman) yanh artinya globin atau roh
hantu.
Cobalt ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735.Pada 1735, seorang ilmuwan
Swedia, George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru pada kaca berwarna
disebabkan adanya unsur baru bernama Cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60
ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California
Berkeley pada akhir 1930-an.
Kobalt adalah
suatu unsur
kimia dalam tabel
lambang Co dan nomor atom 27.

periodik yang

memiliki

Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di alam. Elemen
bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, adalah logam berwarna abu-abu
perak yang keras dan berkilau.
Kobalt adalah logam yang banyak digunakan dalam industri sebagai campuran
untuk pembuatan mesin pesawat, magnet, alat pemotong atau penggiling, serta
untuk pewarna kaca, keramik, dan cat. Kobalt di tubuh manusia dalam jumlah
banyak akan merusak kelenjar tiroid (gondok) sehingga penderita akan
kekurangan hormon yang dihasilkan kelenjar tersebut. Kobalt juga dapat
menyebabkan gagal jantung
B. Sifat-sifat Kobalt
Cobalt bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan
nikel. Cobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi.
Cobalt cenderung terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang
sangat lebar. Transformasi antara dua bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan
dengan variasi tinggi sebagaimana dilaporkan pada sifat fisik cobalt.
Unsur kimia cobalt juga merupakan suatu unsure dengan sifat rapuh agak
kerasdan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur
kimia cobalt adalah batu bintang. Deposit bijih. Cobalt-60 ( 60Co) adalah suatu
isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar ( radiasi energi tinggi).
Unsur kimia/cobalt mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna
kebiruan.

a.

Sifat Fisika logam Cobalt :

1) Logam berwarna abuabu


2) Sedikit magnetis
3) Melebur pada suhu 14900C dan mendidih pada suhu 35200C
4) Memiliki 7 tingkat oksidasi yaitu -1, 0, +1, +2, +3, +4 dan +5
5) Cobalt memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi.

b. Sifat Kimia logam Cobalt :


1) Bereaksi lambat dengan asam encer menghasilkan ion dengan biloks +2
2) Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen oksida,
reaksi yang terjadi adalah :
Co + 2H+ Co2+ + H2
3Co + 2HNO3 + 6H+ 3Co2+ + 2NO+ 4H2O
3) Kurang reaktif
4) Dapat membentuk senyawa kompleks
5) Senyawanya umumnya berwarna
6) Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
7) Senyawasenyawa Co (II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwara
biru.
8) Ion Co3+ tidak stabil, tetapi komplekskompleksnya stabil baik dalam bentuk
larutan maupun padatan.
9) Kompleks-kompleks Co (II) dapat dioksidasi menjadi komplekskompleks
Co (III)
10) Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam

11) Tahan korosi

C. Persenyawaan Kobalt
a) Oksida
Cobalt (II) Oksida merupakan senyawa padatan berwarna hijau dibuat
melalui pemanasan Cobalt(II) karbonat atau nitrat pada suhu 1100 0C. Reaksi ini
harus dilakukan dalam ruang bebas oksigen, reaksinya sebagai berikut :
CoCO3 CoO + CO2
2Co(NO3)2 2CoO + 4NO2 +O2
Cobalt(II) Oksida mempunyai struktur NaCl. Pada pemanasan 4005000C dalam
udara dihasilkan senyawa Co3O4. Beberapa oksida lain yang dikenal antara lain
Co2O3, CoO2 dan oksoCobalttat (II) merah Na10[Co4O9].
b) Halida
Halida anhidrat CoX2 dapat dibuat dengan dehidrasi dari hidrat halida dan
untuk CoF2 dibuat dengan mereaksikan antara HF dengan CoCl2. Halida klor
berwarna biru terang. Reaksi dari flourida atau senyawaan flourinasi lain pada
Cobalt halida pada temperatur 300 400 0C menghasilkan Cobalt(III) flourida
yang merupakan senyawa berwarna coklat gelap yang umumnya digunakan
sebagai zat flourinasi. Cobalt(III) flourida dapat direduksi oleh air. Senyawa yang
sederhana misalnya CoF3 yang berupa padatan coklat mudah bereaksi dengan air
menghasilkan oksigen.

c) Sulfida
Dibentuk dari larutan Co2+ yang direaksikan dengan H2S membentuk
endapan CoS berwarna hitam.
Co2+ + H2S CoS + 2H+

d) Garam
Bentuk garam Cobalt(II) yang paling sederhana dan merupakan garam hidrat.
Semua garam hidrat Cobalt berwarna merah atau pink dari ion [Co(H 2O)6]2+ yang
merupakan ion terkoordinasi oktahedral.
Cobalt(II) hidroksida bersifat amphotir bila dilarutkan dalam hidroksida pekat
membentuk larutan berwarna biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2-. Bentuk
garam Cobalt(III) sangat sedikit, garam flourida hidrat berwarna hijau CoF 3.5H2O
dan hidrat sulfat berwarna biru Co2(SO4)3.18H2O.

D. Pembuatan Kobalt
Unsur cobalt di alam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan
biasanya juga dengan arsenik. Mineral cobalt terpenting antara lain Smaltite
(CoAs2), cobalttite (CoAsS) dan Lemacite ( Co3S4 ). Sumber utama cobalt
disebut Speisses yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu,
dan Pb.
Unsur cobalt diproduksi ketika hidroksida hujan, akan timbul hipoklorit sodium
( NaOCl) . Berikut reaksinya :
2Co2+(aq) + NaOCl(aq) + 4OH-(aq) + H2O 2Co(OH)3(s) + NaCl(aq)
Cobalt Trihydroxide Co(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan untuk
membentuk oksida dan kemudian ditambah dengan karbon sehingga terbentuklah
unsur kobalt metal. Berikut reaksinya :
2Co(OH)3 (heat) Co2O3 + 3H2O
2Co2O3 + 3C4Co(s) + 3CO2(g)

E. Kegunaan Kobalt
Adapun kegunaan dari logam cobalt adalah sebagai berikut :
1)

Dapat dicampur dengan besi, nikel dan batang-batang rel lain untuk

membuat Alnico, suatu campuran logam memiliki kekuatan magnetis yang


banyak digunakan mesin jet dan turbin gas mesin/motor.
2)

Alloy stellit, mengandung kobal, khrom, dan wolfram, yang bermanfaat

untuk peralatan berat, peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun
peralatan yang digunakan dengan kecepatan tinggi.
3)

Digunakan sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnit.

4)

Digunakan di dalam campuran logam untuk turbin gas generator dan

turbin pancaran.
5)

Digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya,

kekerasan, dan perlawanan ke oksidasi.


6)

Digunakan untuk produksi warna biru permanen dan brilian untuk

porselin, gelas/kaca, serta barang tembikar, pekerjaan ubin dan email.


7)

Logam Cobalt mempunyai kekuatan magnetis yang sering digunakan di

berbagai sektor industri. Contohnya untuk bahan magnit pada loudspeaker atau
mikrofon serta bahan baja tahan karat dan baja magnit.
8)

Cobalt-60, merupakan artifical isotop, dimana sebagai suatu sumber sinar

penting, dan secara ekstensif digunakan sebagai agen radiotherapeutic. Cobalt-60


dapat memancarkan sinar gamma yang mampu membunuh virus, bakteri, dan
mikroorganisme patogen lainnya tanpa merusak produk. Cobalt-60 digunakan
untuk mengiradiasi sel kanker. Dengan dosis radiasi tertentu yang terkendali,

maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal tidak akan terpengaruh dan
akan bertahan terhadap radiasi.
9)

Digunakan sebagai campuran pigmen cat.

F. Tingkat Bahaya Penggunaan Kobalt


1

Toksisitas kobalt cukup rendah dibandingkan dengan logam lain dalam tanah.

2. Hewan diberikan kobalt klorida perorally atau melalui suntikan menunjukkan


konsentrasi yang lebih tinggi dalam hati, dengan konsentrasi agak rendah di ginjal
dan limpa.
3. Kobalt garam terhirup menyebabkan iritasi pernafasan mungkin menyebabkan
oedema paru (pneumonia kimia) pada hewan.
4. Cobalt (Co) dalam jumlah yang besar yang masuk ke dalam tubuh akan
merusak kelenjar gondok, sel darah merah menjadi berubah, tekanan darah
menjadi tinggi, pergelangan kaki menjadi bengkak, penyakit gagal jantung, sesak
nafas, batuk-batuk dan kondisi badan yang lemah

BAB II
PEMBAHASAN
NIKEL dan Kobalt

2.1. Keterdapatan Bahan Galian Nikel dan Kobalt


Potensi nikel dan kobalt terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian
tenggara, Maluku, dan Papua.Selain itu terdapat juga di daerah Pulau Obi,
Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) Ternate.
2.2. Keadaan Geologi
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam
batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat
dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi
residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai
endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan
kalkopirit.
PROTOLITH
Merupakan dasar (bagian terbawah) dari penampang vertikal. Merupakan
batuan asal yang berupa batuan ultramafik (harzburgite, peridotit atau dunit).
Nikel terdapat (muncul) bersama-sama dengan struktur mineral silikat dari
magnesium-rich olivin atau sebagai hasil (alterasi serpentinisasi). Olivin tidak
stabil pada pelapukan kimiawi amorphous ferric hydroxides, minor amorphous
silikat dan beberapa unsur tidak mobile lainnya.
SAPROLITE

10

Fragmen-fragmen batuan asal masih ada, tetapi mineral-mineralnya pada


umumnya sudah terubah.Batas antara zona saprolite dan protolith pada umumnya
irregular dan bergradasi. Pada beberapa endapan nikel laterit, zona ini dicirikan
dengan keberadaan pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering). Dengan
berkembangnya proses pelapukan, unsur Mg di dalam protholith umumnya
terlindikan (leached), dan silika sebagian terbawa oleh air tanah.
LIMONIT
Bagian yang kaya dengan oksida besi akibat dari proses pembentukan
zona saprolite (oksida besi dominan pada bagian atas dari zona saprolite) horizon
limonit.
TUDUNG BESI (erriginous duricrust, cuirasse, canga, ferricrete)
Suatu lapisan dengan konsentrasi besi yang cukup tinggi, melindungi
lapisan endapan laterit di bawahnya terhadap erosi.
2.3. Genesa Bahan Galian Nikel
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan
ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim
tropis

sampai

dengan

subtropis.

Pengaruh

iklim

tropis

di

Indonesia

mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di


Indonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan
Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit yang utama. Proses
konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh beberapa faktor
yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, airtanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur,
dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral.
Genesa Umum Nikel Laterit berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel tembaga berasal
dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi
residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering

11

disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi
sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses
pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi,
sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan
tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa. Air permukaan yang
mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material material
organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona
pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah
yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung
batuan asal dan melarutkan mineral mineral yang tidak stabil seperti olivin /
serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran
air tanah dan akan memberikan mineral mineral baru pada proses pengendapan
kembali (Hasanudin dkk, 1992). Boldt (1967), menyatakan bahwa proses
pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana
pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi
silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel.
Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air
tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh tumbuhan, akan
menghancurkan olivin.
Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam
larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel partikel silika
yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan
mengendap sebagai ferri hidroksida.
Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral
mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi
oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut
dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta
membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe,

12

Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan
dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co
terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral mineral oxida /
hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin,1992).
Endapan bijih nikel laterit, yaitu bijih nikel yang terbentuk sebagai hasil
pelapukan batuan ultramafik dan terkonsentrasi pada zona pelapukan (Peters,
1978).
Bijih nikel laterit merupakan salah satu sumber bahan logam nikel yang banyak
terdapat di Indonesia, diperkirakan mencapai 11% cadangan nikel dunia.
Bijih nikel yang kandungan nikelnya lebih kecil dari 2% belum
termanfaatkan dengan baik. Proses pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah
pada bijih nikel laterit jenis limonit dan jenis saprolit telah berhasil dilakukan.
Selain itu, telah ditemukan cara untuk memperbaiki kinerja proses
leaching dengan AAC (Ammonia Ammonium Carbonate ) terhadap bijih nikel
laterit kadar rendah yang kandungan magnesiumnya sampai 15 % yaitu dengan
penambahan bahan aditif baru seperti kokas dan garam NaCl yang digabungkan
dengan aditif konvensional sulfur ke dalam pellet. Pengolahan dengan AAC saat
ini mempunyai kelemahan perolehan total nikel dan kobalnya rendah.

2.4. Kegunaan
Untuk mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah
Dapat meningkatkatkan perolehan total nikel dan kobal dari proses
leaching dengan AAC, terhadap bijih nikel laterit kadar rendah yang kandungan
magnesiumnya (Mg) tinggi.

13

2.5. Keuntungan teknis/ekonomis


Ekstraksi kobal dari bijih nikel laterit lebih tinggi dibandingkan proseslain,
Pemakaian energi lebih murah karena bahan reduktor yang digunakan
adalah batubara,
Tidak diperlukan alat pembangkit gas CO atau H2,
Proses reduksi/metalisasi dapat dilakukan secara selektif dan dapat
dikontrol dengan mudah,
Menghindari oksidasi kembali logam nikel dan kobal dengan dialirkannya
gas berkadar oksigen < 1 % selama proses pendinginan,
Proses pelarutan cukup dengan menggunakan asam sulfat encer,
Unsur besi yang ikut terlarut dapat diperkecil,
Dapat meningkatkan perolehan total nikel dan kobal yang mencapai 75
89,89 % untuk nikel dan 35 47,77 % untuk kobal dari proses leaching dengan
AAC terhadap bijih nikel laterit kadar rendah yang berkadar magnesium 15 %.

2.6.Eksplorasi Nikel dan Kobalt


Dalam Eksplorasi Nikel banyak hal yang harus dilakukan, antara lain :
a) Membuat analisis statistic dari data kadar bijih nikel, ketebalan bijih, dan
ketebalan overburden, kemudian lakukan verifikasi data berdasarkan parameter
statistic.

14

b) Membuat peta kontur topografi dan kontur kadar bijih nikel kemudian
membuat analisanya.
c) Membuat peta kontur ketebalan OB.
d) Menghitung sumberdaya bijih nikel, bisa menggunakan metode NNP.
e) Membuat batas PIT potensial.
f) Lalu menghitung berapa cadangannya
2.7. Eksploitasi Nikel
Lorite dan Logam nikel diambil dari endapan primer yaitu dari batuan
ultra basa dan endapan residu yaitu berupa tanah laterite nikel berupa mineral
garnierite, Ni-chlorite dan Nieeolite NiAs. Terlihat adanya perubahan Ekploitasi
dari bahn Galian Nikel.
2.8. Pengolahan Bahan Galian Nikel
a) Hasil bijih yang ada dimasukan kedalam proses penghancuran sehingga
mempunyai diameter 20 cm dan kemudian digiling sampai diameter 2 mm dengan
kadar nikel 21 %.
Pemurnian untuk menghilangkan unsure belerang, silica, karbon, phaspor,
chromium, dengan 2 tahap yaitu :
1. Menggunakan karbit dan bubuk soda sebagai bahan pembuang belerang.
2. Menggunakan bath (pemurnian karbon tinggi) yaitu ferro nikel cair dalam
tanggul goyang (shaking conveyor) dengan dihambusi oksigen untuk membuang
berbagai unsur yaitu chromium, karbon, silica, phaspor sehingga akan
menghasilkan ferro nikel dengan kadar karbon rendah.
b) Hasil penambangan di Soroako mengandung nikel (saprolitie ore) tapi
masih mengandung air 28%, kemudian direduksi untuk menghilangkan kadar air

15

dan minyak yang diinjeksi dengan aliran listrik yang terputus putus diatas panas
dalam tanur, kemudian diberi belerang, dilebur dan didapatkan nikel kasar dengan
kadar 25 % nikel dan dimurnikan dalam sebuah konvertor sehingga kadar
nikelnya menjadi 75% nikel matte.
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu
mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan
ada

oksida.

Masing-masing

mempunyai

karakteristik

sendiri

dan

cara

pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi
pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu
HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya
HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.

2.9. Pengolahan Nikel FeNi dari Bijih Laterit


Berdasarkan table 1, faktor yang paling penting diperhatikan adalah
basisitas (tingkat kebasaan) MgO/SiO2 atau ada juga yang mengukur berdasarkan
SiO2/MgO. Tingkat kebasaan ini menentukan brick/ refractory/bata tahan api
yang harus digunakan di dalam tungku (furnace), jika basisitas tinggi maka
refractory yang digunakan juga sebaiknya mempunyai sifat basa agar slag (terak)

16

tidak bereaksi dengan refractory yang akan menghabiskan lapisan refractory


tersebut.
Basisitas juga menentukan viscositas slag, semakin tinggi basisitas maka
slag semakin encer dan mudah untuk dikeluarkan dari furnace. Namun basisitas
yang terlalu tinggi juga tidak terlalu bagus karena difusi Oksigen akan semakin
besar sehingga kehilangan Logam karena oksidasi terhadap logam juga semakin
besar.
Secara umum proses pengolahan bijih nikel jalur pyrometallurgy dibagi
dalam beberapa tahap seperti dalam diagram berikut:
1. Kominusi
Kominusi adalah proses reduksi ukuran dari ore agar mineral berharga bisa
terlepas dari bijihnya. Berbeda dengan pengolahan emas, dalam tahap kominusi
untuk nikel ore ini hanya dibutuhkan ukuran maksimal 30 mm sehingga hanya
dibutuhkan crusher saja dan tidak dibutuhkan grinder.
2. Drying
Drying atau pengeringan dibutuhkan untuk mengurangi kadar moisture
dalam bijih. Biasanya kadar moisture dalam bijih sekitar 30-35 % dan diturunkan
dalam proses ini dengan rotary dryer menjadi sekitar 23% (tergantung desain yang
dibuat). Dalam rotary dryer ini, pengeringan dilakukan dengan cara mengalirkan
gas panas yang dihasilkan dari pembakaran pulverized coal dan marine fuel dalam
Hot Air Generator (HAG) secara Co-Current (searah) pada temperature sampai
200C.
3. Calcining
Tujuan utama proses ini adalah menghilangkan air kristal yang ada dalam
bijih,air kristal yang biasa dijumpai adalah serpentine (3MgO.2SiO2.2H2O) dan
goethite (Fe2O3.H2O). Proses dekomposisi ini dilakukan dalam Rotary Kiln

17

dengan tempetatur sampai 850 oC menggunakan pulverized coal secara Counter


Current. Reaksi dekomposisi air kristal yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Serpentine
Reaksi dekomposisi dari serpentine adalah sebagai berikut:
3MgO.2SiO2.2H2O = 3 MgO + 2 SiO2 + 2 H2O
Reaksi ini terjadi pada temperatur 460-650 C dan tergolong reaksi
endotermik. Pemanasan lebih lanjut MgO dan SiO2 akan membentuk forsterite
dan enstatite yang merupakan reaksi eksotermik.
2 MgO + SiO2 = 2MgO.SiO2
MgO + SiO2 = MgO.SiO2
b. Goethite
Reaksi dekomposisi dari goethite adalah sebagai berikut:
Fe2O3.H2O = Fe2O3 + H2O
Reaksi ini terjadi pada 260C 330C dan merupakan reaksi endotermik.
Di samping menghilangkan air kristal, pada proses ini juga biasanya
didesain sudah terjadi reaksi reduksi dari NiO dan Fe2O3. Dalam teknologi Krupp
rent, semua reduksi dilakukan dalam rotary kiln dan dihasilkan luppen. Sedangkan
dalam technology Electric Furnace, hanya sekitar 20% NiO tereduksi secara tidak
langsung dalam rotary kiln menjadi Ni dan 80% Fe2O3 menjadi FeO sedangkan
sisanya dilakukan dalam electric furnace.
Produk dari rotary kiln ini disebut dengan calcined ore dengan kandungan
moisture sekitar 2% dan siap dilebur dalam electric furnace.
4. Smelting

18

Proses peleburan dalam electric furnace adalah proses utama dalam


rangkaian proses ini. Reaksi reduksi 80% terjadi secara langsung dan 20% secara
tidak langsung pada temperature sampai 1650 C. Reaksi reduksi langsung yang
terjadi adalah sebagai berikut:
NiO(l) + C(s) = Ni(l) + CO(g)
FeO(l) + C(s) = Fe(l) + CO(g)
Beberapa material yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap oksigen
juga tereduksi dan menjadi pengotor dalam logam.
SiO2(l) + 2C(s) = Si(l) + 2CO(g)
Cr2O3(l) + 3C(s) = 2Cr(l) + 3CO(g)
P2O5(l) + 5C(s) = 2P(l) + 5CO(g)
3Fe(l) + C(s) = Fe3C(l)
Karbon disupplay dari Antracite (tergantung desain), dan reaksi terjadi
pada zona leleh elektroda. CO(g) yang dihasilkan dari reaksi ini ditambah dengan
CO(g) dari reaksi boudoard mereduksi NiO dan FeO serta Fe2O3 melalui
mekanisme solid-gas reaction (reaksi tidak langsung):
NiO(s) + CO(g) = Ni(s) + CO2(g)
CoO(s) + CO(g) = Co(s) + CO2(g)
FeO(s) + CO(g) = Fe(s) + CO2(g)
Fe2O3(s) + CO(g) = 2FeO(s) + CO2(g)
Oksida stabil seperti SiO2, Cr2O3 dan P2O5 tidak tereduksi melalui reaksi
tidak langsung. Sampai di sini Crude Fe-Ni sudah terbentuk dan proses sudah bisa
dikatakan selesai.

19

Yield (recovery) dari nikel pada EAF dapat didekati seperti pada gambar berikut:
Pada daerah interface (antar muka) Slag-Metal terjadi kesetimbangan
sebagai berikut:
Si(l) + 2FeO(l) = 2Fe(l) + SiO2(l)
Si(l) + 2NiO(l) = 2Ni(l) + SiO2(l)
NiO(slag) + Fe(metal) = Ni(metal) + FeO(slag)
Sekali lagi basisitas sangat penting dalam kondisi ini, sebagai contoh
proses yang didesain dengan basisitas 0,68 maka:
MgO = 0.68SiO2
MgO + SiO2 = 100%
0.68SiO2 + SiO2 = 100%
1.68SiO2 = 100%
SiO2 = 59.5% dan MgO = 40.5%
Korelasi antara slag melting point pada SiO2 59.5% dan MgO 40.5%
diilustrasikan oleh diagram terner FeO-MgO-SiO2 dalam gambar 6 (diambil dari
Slag Atlas, Verlagstahleisen, M.B.H., Duesseldorf, 1981 and I.J. Reinecke and H.
Lagendikj, INFACON XI Conference Proceeding, 2007).
5. Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/memperkecil
kandungan sulfur dalam crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi.
Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses lanjutan yaitu
digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan Baja dimana baja yang
bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan Sulfur

20

pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0,3% sehingga jika kandungan sulfur tidak
diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk
menurunkan kandungan sulfur ini.
Proses ini dilakukan pada ladle furnace dengan agent sebagai berikut:
Sedangkan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2 (S) + S = CaS (S) + 2C (Sat)
Na2CO3 + S + Si = Na2S + (SiO2) + CO
Na2Co3 + SiO2 = Na2O . SiO2 + CO2
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan
pemanasan lagi pasca smelting.
Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam
bagian refining hanya untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan
menurunkan pengotor lain seperti Si, P, Cr dan C sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan prosesnya sama hanya saja reaksi lebih dominan oksidasi dari oksigen.
Si (l) + O2 (g) = SiO2 (l) SiO2 (l) + CaO (l) = CaO . SiO2 (l)
Cr (l) + 5O2 (g)= 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g)= 2P2O5 (l) CaO (l)+P2O5 (l)= CaO. P2O5 (l)
C(l) + O2 (g)= CO (g)
C(l) + O2 (g)= CO2 (g)

2.10. Proses Pemurnian Nikel (Ni)


Proses pemurnian nikel diawali dengan pembakaran bijih nikel, kemudian
dicairkan untuk proses reduksi dengan menggunakan arang dan bahan tambahan

21

lain dalam sebuah dapur tinggi. Dari proses tersebut nikel yang didapat kurang
lebih 99%. Jika hasil yang diinginkan lebih baik (tidak berlubang), proses
pemurniannya dikerjakan dengan jalan elektrolisis di atas sebuah cawan tertutup
dalam dapur nyala api. Reduktor yang digunakan biasanya mangan dan fosfor.
Bijih-bijih nikel dapat diklassifikasikan menjadi dua golongan :
Setelah bijih mengalami proses pendahuluan yang meliputi crushing
drying, sintering, kemudian bijih diproses lanjut secara
a.Proses Pyrometallurgy
b.Proses Hydrometallurgy
-Proses Pyrometallurgy Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya
sebagian dari besi saja yang dapat diikat menjadi terak, dan sebagian besar masih
dalam bentuk ferro-nikel alloy.Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel
pada reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung
belerang (Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel
terhadap oksigen dan belerang, sehingga proses ini didapatkan metal yaitu paduan
Ni3S2 dan FeS dan sebagian besar besi dapat diterakkan.
Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60 % Fe dan
selanjatnya metal yang masih dalam keadaan cair terus diprosos lagi dalam
konvertor. Proses-proses konvertor diberikan bahan tambah silikon untuk
menterakkan oksida besi.Terak hasil konvertor ini masih mengandung nikel yang
cukup

tinggi,sehingga

terak

ini

biasanya

di

proses

ulang

pada

peleburan(Resmelting).Proses selanjutnya metal di panggang untuk memisahkan


belerang.
Nikel oxide yang didapat dari pemanggangan selanjutnya di reduksi
dengan bahan tambah arang (charcoal), sehingga didapat logam nikel. Pada proses
ini concentrat di leaching dengan larutan ammonia didalam autoclave dengan

22

tekanan kurang lebih 7 atm (gauge)Tembaga, nikel dan cobalt terlarut kedalam
larutan ammonia, reaksi yang terjadi :
Pada gambar 2.8 ditunjukkan diagram proses pemurnian bijih nikel dengan
metoda pyrometallurgy.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari hasil pembuatan makalah mengenai Bahan Galian Nikel dan Kobalt
ini, bisa kita lihat dan simpulkan bagaimana proses awal terbentuknya (Genesa),
kondisi geologi, tahap eksplorasi, tahap eksploitasi, keterdapatan, dan
pengolahannya, serta informasi informasi lainnya. Manfaat dari bahan galian
Nikel dan Kobalt ini sangat banyak, sehingga sangat menarik minat para
pengusaha pengusaha untuk membuka pertambangan yang bergerak dibidang
bahan galian Nikel dan Kobalt. Didalam proses pertambangan bahan galian Nikel
dan Kobalt banyak hal yang harus kita ketahui, salah satunya mengenai dampak
lingkungannya, sehingga pada saat kita melakukan proses penambangan tidak
terjadi pencemaran lingkungan. Dewasa ini pencemaran lingkungan sangat
banyak terjadi, oleh perusahaan perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan
tidak mengerti mengenai lingkungan. Maka tidak terlambat untuk kita menjaga
lingkungan agar terbebas dari pencemaran pencemaran limbah, dan pencemaran
lainnya.

23

18

Anda mungkin juga menyukai