PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nikel ditemukan oleh Cronstedt pada tahun 1751 dalam mineral yang
disebutnya kupfernickel (nikolit). Nikel merupakan bahan galian yang
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena pada masa sekarang dan masa
yang akan datang kebutuhan Nikel semakin meningkat disamping dari
kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong
minat pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel.
Nikel adalah unsur kimia metalik dalam tabel periodik yang memiliki
simbol Ni dan nomor atom 28. Bentuk struktur kristalnya FCC. dan juga
bersifat magnetis.Nikel mempunyai sifat tahan karat. Dalam keadaan murni,
nikel bersifat lembek, tetapi jika dipadukan dengan besi, krom, dan logam
lainnya, dapat membentuk baja tahan karat yang keras. Perpaduan nikel, krom
dan besi menghasilkan baja tahan karat (stainless steel) yang banyak
diaplikasikan pada peralatan dapur (sendok, dan peralatan memasak),
ornamen-ornamen rumah dan gedung, serta komponen industri.
Nikel adalah bahan galian golongan A, yang dimana bahan galian yang
tergolong strategis. Minyak bumi dan batubara juga sama dalam bahan galian
golongan A, yang kita tahu dewasa ini bahan galian golongan A sangat dicari
oleh investor investor yang bergerak dibidang pertambangan dan usaha
lainnya.
Bahan galian Nikel banyak fungsinya, salah satunya dalam pembuatan
baja yang tahan karat, bisa juga dipakai sebagai alat alat laboratorium Fisika
dan Kimia, serta banyak lagi fungsi lainnya, sehingga menarik sekali untuk
dikelola.
Dengan kondisi demikian maka dari pihak Universitas Palangkaraya
membuat salah satu Fakultas Teknik, dan dalam program studinya ada jurusan
Teknik Pertambangan yang dimana ada mata kuliah yang mempelajari
Pengantar Teknologi Mineral yang mencakup mineral mineral berharga
salah satunya Nikel. Dengan demikian sebagai mahasiswa harus mengetahui
dan mengerti mengenai bahan galian Nikel serta diharapkan bisa
memanfaatkan bahan galian tersebut dan juga bisa membuka lapangan kerja
baru.
1.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah :
Untuk menerapkan dan mengembangkan teori yang didapatkan pada
bangku kuliah khususnya mata kuliah yang mempelajari tentang Pengantar
Teknologi Mineral.
Menambah pengetahuan tentang Mineral Logam, sehingga bisa tahu baik
dari proses terbentuknya, pengolahan, sampai ke pemasarannya.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
Menerangkan dan membandingkan antara pengetahuan diperkuliahan
dengan informasi informasi serta keadaan di luar yang sebenarnya, sehingga
dapat saling mengisi kekurangannya.
Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah
Pengantar Teknologi Mineral pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Pertambangan.
1.3. Pemanfaatan Bahan Galian Nikel Dan Kobalt
Nikel sangat banyak manfaatnya antara lain :
1. Untuk pembuatan baja tahan karat,
2. Sebagai selaput penutup barang-barang yang dibuat dari besi atau baja,
3. Alat-alat laboratorium Fisika dan Kimia,
4. Digunakan dalam bentuk paduan untuk pembuatan alat-alat yang dipakai
dalam industri mobil dan pesawat terbang.
5. Nikel juga digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan
diberbagai industri logam.
Logam Kobalt baru mulai digunakan pada abad 20, namun bijih Cobalt
sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru
pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada Kobalt
dikenali pertama kali oleh G. Brandt (ahli kimia Swedia) pada tahun 1735 yang
mengisolasi logam tak murni yang diberi nama Kobalt rex. Pada tahun 1780, T.O.
Bergman menunjukan bahwa Cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi
nama turunan dari kata kohold (bahasa Jerman) yanh artinya globin atau roh
hantu.
Cobalt ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735.Pada 1735, seorang ilmuwan
Swedia, George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru pada kaca berwarna
disebabkan adanya unsur baru bernama Cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60
ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California
Berkeley pada akhir 1930-an.
Kobalt adalah
suatu unsur
kimia dalam tabel
lambang Co dan nomor atom 27.
periodik yang
memiliki
Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di alam. Elemen
bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, adalah logam berwarna abu-abu
perak yang keras dan berkilau.
Kobalt adalah logam yang banyak digunakan dalam industri sebagai campuran
untuk pembuatan mesin pesawat, magnet, alat pemotong atau penggiling, serta
untuk pewarna kaca, keramik, dan cat. Kobalt di tubuh manusia dalam jumlah
banyak akan merusak kelenjar tiroid (gondok) sehingga penderita akan
kekurangan hormon yang dihasilkan kelenjar tersebut. Kobalt juga dapat
menyebabkan gagal jantung
B. Sifat-sifat Kobalt
Cobalt bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan
nikel. Cobal memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi.
Cobalt cenderung terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang
sangat lebar. Transformasi antara dua bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan
dengan variasi tinggi sebagaimana dilaporkan pada sifat fisik cobalt.
Unsur kimia cobalt juga merupakan suatu unsure dengan sifat rapuh agak
kerasdan mengandung metal serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur
kimia cobalt adalah batu bintang. Deposit bijih. Cobalt-60 ( 60Co) adalah suatu
isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar ( radiasi energi tinggi).
Unsur kimia/cobalt mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna
kebiruan.
a.
C. Persenyawaan Kobalt
a) Oksida
Cobalt (II) Oksida merupakan senyawa padatan berwarna hijau dibuat
melalui pemanasan Cobalt(II) karbonat atau nitrat pada suhu 1100 0C. Reaksi ini
harus dilakukan dalam ruang bebas oksigen, reaksinya sebagai berikut :
CoCO3 CoO + CO2
2Co(NO3)2 2CoO + 4NO2 +O2
Cobalt(II) Oksida mempunyai struktur NaCl. Pada pemanasan 4005000C dalam
udara dihasilkan senyawa Co3O4. Beberapa oksida lain yang dikenal antara lain
Co2O3, CoO2 dan oksoCobalttat (II) merah Na10[Co4O9].
b) Halida
Halida anhidrat CoX2 dapat dibuat dengan dehidrasi dari hidrat halida dan
untuk CoF2 dibuat dengan mereaksikan antara HF dengan CoCl2. Halida klor
berwarna biru terang. Reaksi dari flourida atau senyawaan flourinasi lain pada
Cobalt halida pada temperatur 300 400 0C menghasilkan Cobalt(III) flourida
yang merupakan senyawa berwarna coklat gelap yang umumnya digunakan
sebagai zat flourinasi. Cobalt(III) flourida dapat direduksi oleh air. Senyawa yang
sederhana misalnya CoF3 yang berupa padatan coklat mudah bereaksi dengan air
menghasilkan oksigen.
c) Sulfida
Dibentuk dari larutan Co2+ yang direaksikan dengan H2S membentuk
endapan CoS berwarna hitam.
Co2+ + H2S CoS + 2H+
d) Garam
Bentuk garam Cobalt(II) yang paling sederhana dan merupakan garam hidrat.
Semua garam hidrat Cobalt berwarna merah atau pink dari ion [Co(H 2O)6]2+ yang
merupakan ion terkoordinasi oktahedral.
Cobalt(II) hidroksida bersifat amphotir bila dilarutkan dalam hidroksida pekat
membentuk larutan berwarna biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2-. Bentuk
garam Cobalt(III) sangat sedikit, garam flourida hidrat berwarna hijau CoF 3.5H2O
dan hidrat sulfat berwarna biru Co2(SO4)3.18H2O.
D. Pembuatan Kobalt
Unsur cobalt di alam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan
biasanya juga dengan arsenik. Mineral cobalt terpenting antara lain Smaltite
(CoAs2), cobalttite (CoAsS) dan Lemacite ( Co3S4 ). Sumber utama cobalt
disebut Speisses yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu,
dan Pb.
Unsur cobalt diproduksi ketika hidroksida hujan, akan timbul hipoklorit sodium
( NaOCl) . Berikut reaksinya :
2Co2+(aq) + NaOCl(aq) + 4OH-(aq) + H2O 2Co(OH)3(s) + NaCl(aq)
Cobalt Trihydroxide Co(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan untuk
membentuk oksida dan kemudian ditambah dengan karbon sehingga terbentuklah
unsur kobalt metal. Berikut reaksinya :
2Co(OH)3 (heat) Co2O3 + 3H2O
2Co2O3 + 3C4Co(s) + 3CO2(g)
E. Kegunaan Kobalt
Adapun kegunaan dari logam cobalt adalah sebagai berikut :
1)
Dapat dicampur dengan besi, nikel dan batang-batang rel lain untuk
untuk peralatan berat, peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun
peralatan yang digunakan dengan kecepatan tinggi.
3)
4)
turbin pancaran.
5)
berbagai sektor industri. Contohnya untuk bahan magnit pada loudspeaker atau
mikrofon serta bahan baja tahan karat dan baja magnit.
8)
maka sel kanker akan terbunuh, sedangkan sel normal tidak akan terpengaruh dan
akan bertahan terhadap radiasi.
9)
Toksisitas kobalt cukup rendah dibandingkan dengan logam lain dalam tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
NIKEL dan Kobalt
10
sampai
dengan
subtropis.
Pengaruh
iklim
tropis
di
Indonesia
11
disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi
sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses
pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi,
sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan
tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa. Air permukaan yang
mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material material
organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona
pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah
yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung
batuan asal dan melarutkan mineral mineral yang tidak stabil seperti olivin /
serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran
air tanah dan akan memberikan mineral mineral baru pada proses pengendapan
kembali (Hasanudin dkk, 1992). Boldt (1967), menyatakan bahwa proses
pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana
pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi
silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel.
Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air
tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh tumbuhan, akan
menghancurkan olivin.
Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam
larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel partikel silika
yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan
mengendap sebagai ferri hidroksida.
Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral
mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi
oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah.
Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut
dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta
membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe,
12
Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan
dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co
terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral mineral oxida /
hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin,1992).
Endapan bijih nikel laterit, yaitu bijih nikel yang terbentuk sebagai hasil
pelapukan batuan ultramafik dan terkonsentrasi pada zona pelapukan (Peters,
1978).
Bijih nikel laterit merupakan salah satu sumber bahan logam nikel yang banyak
terdapat di Indonesia, diperkirakan mencapai 11% cadangan nikel dunia.
Bijih nikel yang kandungan nikelnya lebih kecil dari 2% belum
termanfaatkan dengan baik. Proses pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah
pada bijih nikel laterit jenis limonit dan jenis saprolit telah berhasil dilakukan.
Selain itu, telah ditemukan cara untuk memperbaiki kinerja proses
leaching dengan AAC (Ammonia Ammonium Carbonate ) terhadap bijih nikel
laterit kadar rendah yang kandungan magnesiumnya sampai 15 % yaitu dengan
penambahan bahan aditif baru seperti kokas dan garam NaCl yang digabungkan
dengan aditif konvensional sulfur ke dalam pellet. Pengolahan dengan AAC saat
ini mempunyai kelemahan perolehan total nikel dan kobalnya rendah.
2.4. Kegunaan
Untuk mengolah bijih nikel laterit berkadar rendah
Dapat meningkatkatkan perolehan total nikel dan kobal dari proses
leaching dengan AAC, terhadap bijih nikel laterit kadar rendah yang kandungan
magnesiumnya (Mg) tinggi.
13
14
b) Membuat peta kontur topografi dan kontur kadar bijih nikel kemudian
membuat analisanya.
c) Membuat peta kontur ketebalan OB.
d) Menghitung sumberdaya bijih nikel, bisa menggunakan metode NNP.
e) Membuat batas PIT potensial.
f) Lalu menghitung berapa cadangannya
2.7. Eksploitasi Nikel
Lorite dan Logam nikel diambil dari endapan primer yaitu dari batuan
ultra basa dan endapan residu yaitu berupa tanah laterite nikel berupa mineral
garnierite, Ni-chlorite dan Nieeolite NiAs. Terlihat adanya perubahan Ekploitasi
dari bahn Galian Nikel.
2.8. Pengolahan Bahan Galian Nikel
a) Hasil bijih yang ada dimasukan kedalam proses penghancuran sehingga
mempunyai diameter 20 cm dan kemudian digiling sampai diameter 2 mm dengan
kadar nikel 21 %.
Pemurnian untuk menghilangkan unsure belerang, silica, karbon, phaspor,
chromium, dengan 2 tahap yaitu :
1. Menggunakan karbit dan bubuk soda sebagai bahan pembuang belerang.
2. Menggunakan bath (pemurnian karbon tinggi) yaitu ferro nikel cair dalam
tanggul goyang (shaking conveyor) dengan dihambusi oksigen untuk membuang
berbagai unsur yaitu chromium, karbon, silica, phaspor sehingga akan
menghasilkan ferro nikel dengan kadar karbon rendah.
b) Hasil penambangan di Soroako mengandung nikel (saprolitie ore) tapi
masih mengandung air 28%, kemudian direduksi untuk menghilangkan kadar air
15
dan minyak yang diinjeksi dengan aliran listrik yang terputus putus diatas panas
dalam tanur, kemudian diberi belerang, dilebur dan didapatkan nikel kasar dengan
kadar 25 % nikel dan dimurnikan dalam sebuah konvertor sehingga kadar
nikelnya menjadi 75% nikel matte.
Secara umum, mineral bijih di alam ini dibagi dalam 2 (dua) jenis yaitu
mineral sulfida dan mineral oksida. Begitu pula dengan bijih nikel, ada sulfida dan
ada
oksida.
Masing-masing
mempunyai
karakteristik
sendiri
dan
cara
pengolahannya pun juga tidak sama. Dalam bahasan kali ini akan dibatasi
pengolahan bijih nikel dari mineral oksida (Laterit).
Bijih nikel dari mineral oksida (Laterite) ada dua jenis yang umumnya
ditemui yaitu Saprolit dan Limonit dengan berbagai variasi kadar. Perbedaan
menonjol dari 2 jenis bijih ini adalah kandungan Fe (Besi) dan Mg (Magnesium),
bijih saprolit mempunyai kandungan Fe rendah dan Mg tinggi sedangkan limonit
sebaliknya. Bijih Saprolit dua dibagi dalam 2 jenis berdasarkan kadarnya yaitu
HGSO (High Grade Saprolit Ore) dan LGSO (Low Grade Saprolit Ore), biasanya
HGSO mempunyai kadar Ni 2% sedangkan LGSO mempunyai kadar Ni.
16
17
18
19
Yield (recovery) dari nikel pada EAF dapat didekati seperti pada gambar berikut:
Pada daerah interface (antar muka) Slag-Metal terjadi kesetimbangan
sebagai berikut:
Si(l) + 2FeO(l) = 2Fe(l) + SiO2(l)
Si(l) + 2NiO(l) = 2Ni(l) + SiO2(l)
NiO(slag) + Fe(metal) = Ni(metal) + FeO(slag)
Sekali lagi basisitas sangat penting dalam kondisi ini, sebagai contoh
proses yang didesain dengan basisitas 0,68 maka:
MgO = 0.68SiO2
MgO + SiO2 = 100%
0.68SiO2 + SiO2 = 100%
1.68SiO2 = 100%
SiO2 = 59.5% dan MgO = 40.5%
Korelasi antara slag melting point pada SiO2 59.5% dan MgO 40.5%
diilustrasikan oleh diagram terner FeO-MgO-SiO2 dalam gambar 6 (diambil dari
Slag Atlas, Verlagstahleisen, M.B.H., Duesseldorf, 1981 and I.J. Reinecke and H.
Lagendikj, INFACON XI Conference Proceeding, 2007).
5. Refining
Pada proses ini yang paling utama adalah menghilangkan/memperkecil
kandungan sulfur dalam crude Fe-Ni dan sering disebut Desulfurisasi.
Dilakukannya proses ini berkaitan dengan kebutuhan proses lanjutan yaitu
digunakannya Fe-Ni sebagai umpan untuk pembuatan Baja dimana baja yang
bagus harus mengandung Sulfur maksimal 20 ppm sedangkan kandungan Sulfur
20
pada Crude Fe-Ni masih sekitar 0,3% sehingga jika kandungan sulfur tidak
diturunkan maka pada proses pembuatan baja membutuhkan kerja keras untuk
menurunkan kandungan sulfur ini.
Proses ini dilakukan pada ladle furnace dengan agent sebagai berikut:
Sedangkan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CaC2 (S) + S = CaS (S) + 2C (Sat)
Na2CO3 + S + Si = Na2S + (SiO2) + CO
Na2Co3 + SiO2 = Na2O . SiO2 + CO2
Reaksi ini merupakan reaksi eksotermik sehingga tidak membutuhkan
pemanasan lagi pasca smelting.
Proses selanjutnya adalah converting, sebenarnya proses ini masih dalam
bagian refining hanya untuk membedakan antara menurunkan sulfida dengan
menurunkan pengotor lain seperti Si, P, Cr dan C sesuai dengan kebutuhan.
Sedangkan prosesnya sama hanya saja reaksi lebih dominan oksidasi dari oksigen.
Si (l) + O2 (g) = SiO2 (l) SiO2 (l) + CaO (l) = CaO . SiO2 (l)
Cr (l) + 5O2 (g)= 2Cr2O3 (l)
4P (l)+ 5O2 (g)= 2P2O5 (l) CaO (l)+P2O5 (l)= CaO. P2O5 (l)
C(l) + O2 (g)= CO (g)
C(l) + O2 (g)= CO2 (g)
21
lain dalam sebuah dapur tinggi. Dari proses tersebut nikel yang didapat kurang
lebih 99%. Jika hasil yang diinginkan lebih baik (tidak berlubang), proses
pemurniannya dikerjakan dengan jalan elektrolisis di atas sebuah cawan tertutup
dalam dapur nyala api. Reduktor yang digunakan biasanya mangan dan fosfor.
Bijih-bijih nikel dapat diklassifikasikan menjadi dua golongan :
Setelah bijih mengalami proses pendahuluan yang meliputi crushing
drying, sintering, kemudian bijih diproses lanjut secara
a.Proses Pyrometallurgy
b.Proses Hydrometallurgy
-Proses Pyrometallurgy Reduksi yang terjadi pada proses ini hanya
sebagian dari besi saja yang dapat diikat menjadi terak, dan sebagian besar masih
dalam bentuk ferro-nikel alloy.Dalam hal ini untuk memisahkan besi dari nikel
pada reaksi peleburan tersebut ditambahkan beberapa bahan yang mengandung
belerang (Gypsum atau Pyrite). Karena perbedaan daya ikat besi dan nikel
terhadap oksigen dan belerang, sehingga proses ini didapatkan metal yaitu paduan
Ni3S2 dan FeS dan sebagian besar besi dapat diterakkan.
Metal yang dihasilkan ini masih mengandung lebih dari 60 % Fe dan
selanjatnya metal yang masih dalam keadaan cair terus diprosos lagi dalam
konvertor. Proses-proses konvertor diberikan bahan tambah silikon untuk
menterakkan oksida besi.Terak hasil konvertor ini masih mengandung nikel yang
cukup
tinggi,sehingga
terak
ini
biasanya
di
proses
ulang
pada
22
tekanan kurang lebih 7 atm (gauge)Tembaga, nikel dan cobalt terlarut kedalam
larutan ammonia, reaksi yang terjadi :
Pada gambar 2.8 ditunjukkan diagram proses pemurnian bijih nikel dengan
metoda pyrometallurgy.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari hasil pembuatan makalah mengenai Bahan Galian Nikel dan Kobalt
ini, bisa kita lihat dan simpulkan bagaimana proses awal terbentuknya (Genesa),
kondisi geologi, tahap eksplorasi, tahap eksploitasi, keterdapatan, dan
pengolahannya, serta informasi informasi lainnya. Manfaat dari bahan galian
Nikel dan Kobalt ini sangat banyak, sehingga sangat menarik minat para
pengusaha pengusaha untuk membuka pertambangan yang bergerak dibidang
bahan galian Nikel dan Kobalt. Didalam proses pertambangan bahan galian Nikel
dan Kobalt banyak hal yang harus kita ketahui, salah satunya mengenai dampak
lingkungannya, sehingga pada saat kita melakukan proses penambangan tidak
terjadi pencemaran lingkungan. Dewasa ini pencemaran lingkungan sangat
banyak terjadi, oleh perusahaan perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan
tidak mengerti mengenai lingkungan. Maka tidak terlambat untuk kita menjaga
lingkungan agar terbebas dari pencemaran pencemaran limbah, dan pencemaran
lainnya.
23
18