Diskriminasi harga adalah menaikkan laba dengan cara menjual barang yang sama
dengan harga berbeda untuk konsumen yang berbeda atas dasar alasan yang tidak berkaitan
dengan biaya. Diskriminasi harga terjadi saat produsen memberlakukan harga yang sama
karena alasan yang tidak ada kaitannya dengan perbedaan biaya, tetapi tidak semua
perbedaan harga mencerminkan diskriminasi harga.
Tujuan utama pelaku usaha melakukan diskriminasi harga yaitu untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi tersebut
diperoleh dengan cara merebut surplus konsumen. Surplus konsumen adalah selisih harga
tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar dibayar oleh
konsumen. Diskriminasi harga / price discrimination didasari adanya kenyataan bahwa
konsumen sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi, maka perusahaan akan
berusaha merebut surplus konsumen tersebut dengan cara melakukan diskriminasi harga
Syarat-syarat terjadinya diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
1. Jika monopolis mampu memisah-misahkan pasar.
Apabila monopolis dapat memisah-misahkan pasar, maka para konsumen akan membeli di
pasar yang memiliki harga rendah, yang lama kelamaan akan menaikkan harga dan
menjualnya di pasar yang memiliki harga tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan harga .
Sehingga harga dalam kedua pasar tersebut menjadi sama.
2. Elastisitas permintaan pada setiap tingkat harga harus berbeda di antara kedua pasar supaya
diskriminasi harga tersebut menguntungkan.
Jenis jenis diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
1. Diskriminasi harga derajat 1
Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang berbedabeda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To Pay) masingmasing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masing-masing konsumen. Contoh:
seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang berbeda-beda pada setiap
pasiennya. Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada
gambar 1.