Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan
terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran
pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia
yang berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang
berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring jaman
banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin
jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang
kompleks. Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam
berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan
berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak
usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 % (11,3
juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati
jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah lansia di
Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas tentang proses penuaan pada
penurun fungsi sensori.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sensori ?
2. Bagaimana proses penuaan ?
3. Apa Perubahan fisiologis penuaan pada Penginderaan ?
4. Apa Masalah Sensori Pada Lansia ?
5. Bagaimana ASKep sensori pada lansia ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap lansia dengan gangguan sensori.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan gangguan sensori
b. Mengetahui definisi dari sensori
c. Mengetahui bagaimana proses penuaan
d. Mengetahui bagaimana perubahan fisiologis penuaan pada penginderaan
e. Mengetahui masalah sensori pada lansia

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sensori Normal
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari organ saraf
sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi
respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau informasi
tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar
stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensi.Setelah
menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2.

Reseptor

3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik
yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan
burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input
yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut (interpretation). Selanjutnya
adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau
mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap
input sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang
berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui mata,
telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya menyampaikan semua informasi
visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya meneruskan
informasi suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor ydengan perkembangan bahasa.

Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan
terganggu.
3. Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi
mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang rasa
(manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi yang baru
lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini.
B. Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal setelah itu
tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya,
tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses
penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
( constantinides 1994 ). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.

C. Perubahan fisiologis penuaan pada Penginderaan


Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran, pengecap,
penciuman, dan peraba.
1. Indra pengelihatan
Sistem pengelihatan erat kaitannya dengan presbiopi ( old sight ). Lensa kehilangan
elastisitas dan kaku. Otot penyangga lensa lemah dan kehilangan tonus. Ketajaman pengelihatan
dan daya akomodasi dari jarak jauh atau dekat berkurang. Penggunaan kaca mata dan sistem
penerangan yang baik dapat digunakan untuk mengompensasi hal tersebut.
2. Indra pendengaran
Pada lansia umumnya disebabkan koagulasi cairan yang terjadi selama otitis media atau
tumor seperti kolesteatoma. Gangguan ini dapat diatasi dengan operasi. Hilangnya sel sel
rambut koklear, reseptor sensorik primer sistem pendengaran atau sel saraf koklear ganglion,
brain stem trucks dikenal dengan sensoric neurel hearing loss. Kerusakan sistem ini sangat
kompleks dan umumnya tidak dapat disembuhkan. penyebab gangguan pendengaran lainnya

5
seperti sindrom meniere dengan ggejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh
tinnitus, dan hilangnya daya pendengaran dan aquostik neuroma.. Hal yang sering terjadi pada
lansia adalah hilangnya high pitch terutama konsonan. Apabila berbicara dengan lansia
sebaiknya jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia dapat
melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara.
3. Indra peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi
glandula sebasea dan glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya,
tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen serta jaringan
elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan menyebabkan cechymosen.
Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain angin dan sinar matahari, terutama sinar
ultraviolet.

Tabel : perubahan kulit pada penuaan


Perubahan fisiologis

Perubahan fungsional

Peningkatan pigmentasi

Kulit menggelupas, tipis, kering, keriput dan


mudah pecah

Atrofi epidermis, glandula sebasea, subdorifera,

Cenderung terjadi bercak senilis berwarna merah

dan folikel rrambut

ungu

Degenerasi kolagen dan elastin

Atrofi kuku, perubahan warna rambut abu abu/


putih

Peningkatan viskositas aliran darah


Mutasi somatis
Pengurangan jaringan subkutan
Pengurangan lemak
Bila perubahan sistem dalam tubuh lansia tidak diperhatikan dengan serius akan
mengakibatkan ketergantungan lansia pada keluarga dan lingkungan. Disamping itu harus
dicegah faktor resiko terjadinya ceder ketika melakukan aktivitas.

4.

Indra pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi berbagai sensasi rasa ( manis,
asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang,

6
sehingga lansia kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak
jumlah gula atau garam untuk mendapatkan rasa yang sama dengan kualitasnya

Tabel Perubahan Morfologis & Perubahan Fisiologis


Perubahan Morfologis

Perubahan Fisiologis
Pengelihatan

Penuurunan jaringan lemak disekitar

Penurunanan Pengelihatan jarak dekat

mata
Enurunan elastisitas dan tonus jaringan

Penurunan koordinasi gerak bola mata

Penurunan kekuatan otot mata

Distorsi bayangan

Penurunan ketajaman kornea

Pandangan biru merah

Degenerasi pada sklera, pupil, dan iris

Comprimised night vision

Peningkatan

frekuensi

proses Penurunan ketajaman mengenali warna

terjadinyya penyakit

hijau, biru dan ungu

Peningkatan densitas dan rigiditas lensa

Kesulitan

mengenali

benda

yang

bergerak
Perlambatan

proses

informasi

dari

sistem saraf pusat


Pendengaran
Penurunan sel rambut koklea

Kesulitan mendengar suara berfrekuensi


tinggi

Perubahan telinga dalam

Penurunan kemampuan membedakan


pola titik nada

Degenerasi pusat pendengaran

Penurunan kemampuan dan penerimaan


bicara

Hilangnyya fungsi neuratransmiter

Penurunan fungsi membedakan ucapan


Pengecap

Penurunan kemampuan pengecapan

Peningkatan

nilai

ambang

untuk

identitas benda
Penciuman
Degenerasi sel sensorik mukosa hidung

Penurunan sensitivitas nilai ambang


terhadapa bau

Peraba
Penurunan kecepatan hantaran saraf

1.

Penurunan respon terhadap stimulus


taktil

2.

Penyimpangan persepsi nyeri

3.

Resiko terhadap bahaya termal yang


berlebihan

D. Masalah Sensori Pada Lansia


1. Mata atau penglihatan
Mata dan pendengaran merupakan bagian yang vital dalam kehidupan untuk pemenuhan
hidup sehari-hari, terkadang perubahan yang terjadi pada mata dan telinga dapat menurunkan
kemampuan beraktifitas. Para lansia yang memilih masalh mata dan telinga menyebabkan
orang tersebut mengalami isolasi sosial dan penurunan perawatan diri sendiri.
a.

Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,
koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna
putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan
bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata tersebutsedangkan koroid merupakan
bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan ketiga
merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan leh retina dengan
bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor merupakan cairan yang
melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis yang
berfungsi untuk akomodasi.
Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous

humor

akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang
mengalami perubahan / penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata,
produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh
terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan
mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja
pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan
tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses
akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun
jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial
sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi.
5 masalah yang muncul ada lansia :
1) Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan
pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat
mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan
aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun
lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang
mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.

2) ARMD ( Age-related macular degeneration )


ARMD

terjadi

pad

usia

50-65

tahun

dibeberapa

kasus

ini

mengalami

peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri

berfungsi

untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan


menyebabkan

sesorang

mengalami

gangguan

pemusatan penglihatan.

Tanda dan gejala ARMD meliputi : penglihatan samara-samar dan kadang-kadang


menyebabkan pencitraan yang salah. Benda yang dilihat tidak sesuai dengan
kenyataan, saat melihat benda ukuran kecil maka akan terlihat lebih kecil dan garis
lurus akan terlihat bengkok atau bahkan tidak teratur. Pada dasarnya orang yang
ARMD akan mengalami gangguan pemusatan penglihatan, peningkatan sensifitas
terhadap cahaya yang menyilaukan, cahaya redup dan warna yang tidak mencolok.
Dalam kondisi yang parah dia akan kehilangan penglihatan secara total.
Pendiagnosaan dilakukan oleh ahli oftomologi dengan bantuan berupa test intravena
fluorerensi angiography.treatment Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan
dengan tembok laser (apabila akondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam
keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan
memberikan pendidikan tentang ARMD.
3)

Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun
keatas,

kerusakan

akibat

glaukoma

sering

tidak

diobati namun dengan medikasi dan pembedahan mampu mengurangi

bisa
kerusakan

pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra
okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan
sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan
jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah
vital

jaringan

nervous

optikus,

adanya

kelemahan

srtuktur

dari syaraf.

Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula
pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih,
glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
a) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
b) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
c) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup).
4) Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di fokusing terganggu
(retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55
tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat
membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat

dimalam hari, penglihatan ganda. Penanganannya yang tepat adalah pembedahan


untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah
mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan
pembedahan.
5) Entropi dan eutropi
Entropi dan eutropi terjadi pada lansia, kondisi ini tida menyebabkan gangguan
penglihatan namun menyebabkan gangguan kenyamanan. Entropi adalh kelopak mata
yang terbuka lebar ini menyebabkan mata memerah entropi terjadikarena adanya
kelemahan pada otot konjungtifa.ektropi adalah penyempitan konjungtiva
2. Telinga atau pendengaran
Telinga berfungsi untuk mendengarkan suara dan alat keseimbangan tubuh, telinga dibagi
3 bagian : telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Bagian luar terdiri dari telinga luar
sampai dengan membran tympani, telinga tengah terdiri dari kavum tympani (Maleus, innkus,
stapes) antrum tympani, tuba auditiva eustachi sedang telinga dalam terdiri dari labirintus
osseous, labiririntus membranous.
Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai
suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat
terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen
konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis. Klasifikasi Gangguan Pendengaran
a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif
Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membrana
timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe
konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru
sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari
serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik.
b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural
Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, prebiakusis,
obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis

.
c. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu
fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan
yang progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik

10

Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak
dan jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran
yang timbul berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Presbiakusis neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah
kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa
gangguan frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi,
kehilangan memori, dan gangguan pusat pendengaran).
3) Prebiakusis Strial ( metabolic )
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea.
Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.
4) Prebiakusis Konduktif Kohlear ( mekanik )
Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis kohlea
sebagai akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.
d. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat
yang sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat
auskkkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.
e. Persepsi Pendengaran Abnormal
Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa suatu
peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang pada
orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.
f.

Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara


Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara, terutama
dalam lingkungan yang agak bising.

3. Pengecapan
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang, rasa
manis dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit dipangkal
lidah. Fungsi pengecap akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap
akan menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu menambah
jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin).
Kurangnya sensasi rasa dikarenakan pengaruh sensori persarafan. Ketidakmampuan
mengidentifiksi rasa secara unilateral atau bilateral. Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap. Masalah yang sering timbul
pada lansia adalah kemapuan mengunyah yang semangkin menurun.

11

4. Penciuman
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk
didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam. Atropi
progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam
indra penciuman. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman
terhadap bau-bauan. Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang
dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk
menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap
keinginan pemenuhan nutrisi.

BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Nama Klien

: Ny. A

12

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 94thn

Pendidikan

: SD

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Kawin

Pekerjaan

: Petani

Suku

: Sunda

Alamat Rumah

: Desa pasir jaya Rt 09 kota Baru Bandung

2. Riwayat KesehatanMasalah
a. Kesehatan yang pernah Dialami :
Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit yang parah, klien hanya sering merasa panasdingin atau masuk angin.
b. Masalah Kesehatan yang dirasakan saat ini :
Klien sedang tidak merasa sakit, hanya klien sudah kesulitan dalam pendengaran dan penglihatan
juga sudah menurun.
c. Masalah Kesehatan Keluarga / Keturunan :
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan.

3. Riwayat Kesehatan
NO

KEGIATAN

DIRUMAH

13

NUTRISI
BB : 43 Kg
TB : 150Cm
Frekuensi Makanan
Jenis Makanan

Nasi,sayuran

Makanan yang disukai

Tahu, Tempe

Makanan yang tidak disukai


Makanan pantangan :
Nafsu makan

Makanan manis
Tidak ada
Baik

Rasa mual/muntah

Tidak ada mual

Kebutuhan kalori

Kurang tercukupi

Jenis diet

Tidak diet

Intake cairan/minuman
Kesulitan lain
IMT

NO
2

2x sehari

5 x 200ml ( air putih & Teh pait )


Tidak ada
19,11

KEGIATAN

DIRUMAH

ELIMINASI
BAB
Frekuensi

1x 1 sehari

Waktu

Di pagi hari

Penggunaan pencahar
Warna

Tidak menggunakan pencahar


Kuning /normal

Konsistensi

Tidak lembek

Darah/lender

Tidak ada

Kolostomi/ileostomi

Tidak ada

BAK
Frekuensi

3-5x sehari

jumlah

150ml

nyeri

Tidak ada

Warna

Kuning jernih

Bau
Incontinencia

Normal
Tidak ada

14

Hematuria

Tidak ada

Infeksi

Tidak ada

Cateter

Tidak menggunakan

Urine out put


NO
3

500ml sehari

KEGIATAN

DIRUMAH

POLA ISTIRAHAT TIDUR


Waktu tidur

2x sehari

Lama tidur

10 jam

Kebiasaan tidur

Membaca doa,sholat

Mimpi buruk

jarang

Jam tidur ( siang dan malam )

13.00-15.00 / 21.00-05.00

Kualitas tidur

Tengah malam bangun untuk sholat

Kondisi setelah bangun


NO
4

segar

KEGIATAN

DIRUMAH

PERSONAL HYGIENE
Mandi
Gosok gigi

Mandiri

Cuci rambut

Mandiri

Ganti pakaian

mandiri

NO
5

2x sehari, mandiri

KEGIATAN
POLA

AKTIVITAS

DIRUMAH
DAN

LATIHAN
Kegiatan dalam pekerjaan

Tidak ada

Kegiatan diwaktu luang

Bermain dengan cicit

Olahraga : Jenis

Jalan-jalan di pagi hari

Frekuensi latihan

Setiap pagi

Kesulitan/ keluhan dalam hal :

Kesulitan berjalan/ merambat /


memakai tongkat

Pergerakan tubuh

lemah

Mengenakan pakaian

Mandiri

Mengedan saat BAB

Tidak mengedan

Mandi

Mandiri

15

Mudah merasa kelelahan

Mudah merasa lelah

Sesak nafas saat beraktifitas

Tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut warna

Putih karna uban

Kualitas / distribusi

Mudah di cabut

Kondisi kulit kepala

Bersih, tidak ada luka

Bengkak/ memar

Tidak ada

Bentuk

Simetris

Pusing / sakit kepala

Tidak pusing

Alopesia

Tidak ada

Benjolan / masa

Tidak ada
Mata

Bentuk

Simetris

Ketajaman penglihatan

Penglihatan menurun

Daya akomodasi

Kurang baik ( 1mtr )

Reaksi pupil

Miosis isokor

Konjungtiva

Pucat

Pergerakan bola mata

Normal

Edema palpebra

Tidak ada

Penggunaan alat bantu

Tidak ada

Adanya lesie

Tidak ada
Hidung

Keluaran / secret

Tidak ada

Lecet atau lesi

Tidak ada

16

Septum

Tidak ada

Edema / polip

Tidak ada

Reaksi alergi

Tidak ada

Fungsi penghidu

Menurun

Epistaksis

Tidak ada

Pernapasan cuping hidung

Tidak ada

Bibir / mulut

lembab

Bentuk

Normal

Lesi / lecet

Tidak ada

Membrane mukosa

Tidak ada

Warna bibir

Pucat

Kelengkapan gigi / penggunaan gigi palsu

Gigi tinggal 5

Caries

Tidak ada

Edema pada gusi

Tidak ada

Pembesaran tonsil

Tidak ada

Stomatitis

Tidak ada

Kesulitan menelan

Tidak ada
Tidak ada
Telinga / pendengaran

Bentuk

Normal

Lesi / lecet

Tidak ada

Keluaran cerumen / cairan

Tidak ada

Fungsi pendengaran

Menurun 30cm

Hasil test weber

Test rine

Test swabach

Test bisik

Penggunaan alat bantu

Tidak ada

Fungsi keseimbangan

Menurun ( menggunakan tongkat,


karna pernah jatuh d kamar mandi )
Leher

Kulit

Elastic, keriput,kering

Kelenjar getah bening

Tidak ada

Kelenjar tiroid

Tidak ada

17

Sirkulasi
Distensi vena jugularis

Normal

Suara jantung

S1, S2

Suara jantung tambahan

Tidak ada

Nyeri dada

Tidak ada

Edema clubbing finger

Tidak ada

Rasa pusing

Tidak ada

Rasa kesemutan

Tidak ada

Perubahan frekuensi / jumlah urine

Saat dingin jmlh urine meningkat

Varises

Tidak ada

Tanda sianosis

Tidak ada

Tanda anemia

Tidak ada

Tanda phlebitis

Tidak ada

Akral dingin

Tidak ada
Pernapasan

Suara paru

Vesicular

Pola napas

dangkal

Bentuk dada

Simetris

Sputum

Tidak ada

Nyeri dada

Tidak ada

Bentuk / hemaptoe

Tidak ada

Pengembangan dada

Simetris

Penggunaan otot pernapasan tambahan

Tidak ada

Irama pernapasan

Normal

Pernapasan cuping hidung

Tidak ada

Riwayat merokok

Tidak ada
Muskuluskeletal

Nyeri

Tidak ada
Skala 4

Pola latihan gerak (ROM)


Tonus otot
Deformitas / kelainan bentuk
4

4
3

Tidak ada

18

Kulit
Warna

Sawo matang

Turgor

Elastic

Texture

Normal

Lesi luka

Tidak ada

Letak luka (gambarkan)

Tidak ada

Abdomen / Pencernaan

Keterangan

Bentuk

Simetris

Acites

Tidak ada

Gambaran pembuluh darah vena

Massa

Bising usus

10X permenit

Nyeri tekan

Tidak ada

Pembesaran hati

Tidak ada

Mual/ muntah

Tidak mual

hemoroid

Tidak ada
Neurosensori

Tingkat kesadaran
Nilai GCS
Koordinasi /tremor
Orientasi terhadap waktu, tempat dan ruang

Keterangan
Normal
Eye4, motorik 5, verbal 6
Tidak ada
Mulai pikun ( lupa orang,tempat )

Pola tingkah laku


Reflek

Baik

Kekuatan menggenggam

Baik

Riwayat kejang/ epilepsy

Menurun

Sakit kepala

Tidak ada

Kejang

Tidak ada

Paralise/ parise

Tidak ada

Tanda peningkatan TIK

Tidak ada
Tidak ada

19

Reproduksi

Keterangan

Untuk Klien wanita


Kehamilan

Buah dada

Nipple

Ada massa/ tidak

Tidak ada

Perdarahan

Tidak ada

Keputihan
Usia menarche
Lamanya siklus menstruasi
Periode menstruasi terakhir
Fungsi seksual
Endokrin

Keterangan

Rasa haus

Normal

Rasa lapar

Tidak lapar

Poli uri

Baik

Ada riwayat luka sukar sembuh

Tidak ada

Riwayat pola diet tunggi gula

Tidak ada

Penurunan BB drastic

Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga (gula)

Tidak ada

Imunologi

Keterangan

Riwayat alergi

Tidak ada

Jenis allergen

Tidak ada

Reaksi allergen yang muncul

Tidak ada

Tanda-tanda vital

Keterangan

Tekanan darah

130/80Mmhg

Pernafasan

16x permenit

Nadi

60x permenit

Irama nadi
Kekuatan nadi
Suhu

Normal
Baik
36,8 C

20

Perkemihan

Keterangan

Kesulitan BAK

Tidak ada

Pembesarab blas

Tidak ada

Penggunaan diuretic

Tidak menggunakan

Perubahan frekuency BAK


Keseimbangan intake/ output
Nyeri / Ketidaknyamanan

Tidak ada
Baik
Keterangan

Lokasi

Tidak ada

Intensitas nyeri skala 1-10

Tidak ada

Frekuensi

Tidak ada

Kualitas

Tidak ada

Durasi

Tidak ada

Penjalaran

Tidak ada

Factor-faktor pencetus

Tidak ada

Cara menghilangkan nyeri

Tidak ada

Respon emosional

Tidak ada

Mengerutkan muka

Tidak ada

Memegang area yang nyeri

Tidak ada

5. Integritas Ego / Psikososial


a. Factor Stress
Klien merasa takut kalau melihat cucu nya yang masih kecil bermain-main sendirian,karna
kedua orang tuanya kerja dan nenek masih mengasuh cicit nya.
b. Cara menangani stresss
Klien bermain dengan cicit nya.
c. Masalah-masalah Financial
Klien takut menyusahkan cucu dan cucu menantunya karna hidup nya di topang oleh cucu
menantu nya sedangkan cucu nya sendiri tidak bekerja.
d. Status hubungan penyelesaian financial
Klien hanya bisa berdoa kepada allah agar anak dan menantunya selalu di beri rezky.
6. Factor-faktor budaya
Klien berasal dari suku sunda dan dia tinggal di daerah orang2 sunda.
7. Agama dan ibadah
Klien beragama islam dan rajin melaksanakan sholat 5 waktu.
8. Gaya hidup

21

Klien hanya berdiam diri di rumah sambil bermain dengan cicitnya yang masih kecil.
9. Perasaan-perasaan ketidakberdayaan
Klien merasa tidak berdaya karna kondisi fisik nya tidak sebaik dulu. Sudah mulai tidak
mendengar dan penglihatan mulai menurun
10. Status emosional
Terkadang klien suka merasa tersinggung dan cepat marah karna salah persepsi karna fungsi
pendengaran nya sudah menurun.
11. Interaksi Sosial
Status perkawinan

: janda

Lama

;-

Hidup dengan

: cucu, cucu menantu dan 2 orang cicit nya

Masalah-masalah / stress

: saat cucu nya tidak bekerja dan cucu menatunya menjadi stress
karna punya gangguan kejiwaan.

Keluarga besar

: klien mempunyai 2 anak, dan 1 cucu, dan 2 cicit

Peran dalam struktur keluarga: nenek dari ke 2 cicit nya


Perubahan bicara, penggunaan alat bantu komunikasi

: klien sudah sulit mendengar


tetapi tidak menggunakan alat
bantu

Bicara

: intoleransi kurang dan hanya bisa berbahasa sunda

Komunikasi verbal/ non verbal dengan keluarga/ orang terdekat :


Klien tampak lancer berkomunikasi dengan cucu,cucu menantu maupun cicit nya.
Pola interaksi keluarga ( perilaku ) : klien lebih agak pendiam
12. Data Spritual

5.

Agama/ kepercayaan yang di anut

: islam

Kegiatan keagamaan yang dilakukan

: sholat 5waktu

Analisa Data
Symtom

Etiologi

Problem

perubahan penerimaan

Gangguan persepsi sensori

sensori, transmisi dan

(visual, auditori )

Ds : Klien mengatakan :

Sudah tidak jelas mendengar.

Lupa terhadap orientasi tempat dan


orang
DO : klien tampak

Tidak menggunakan alat bantu


dengar

Tidak bs mendengar pada jarak

integrasi

22

30cm
DS : Klien Mengatakan :

Klien hanya menyukai tahu dan


tempe

DO : klien tampak

ketidakmampuan untuk

Ketidakseimbangan

memasukan atau

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

Rambut klien rontok

mencernaa nutrisi oleh

N = 60X permenit

karena factor ekonomi

Konjungtiva pucat

Bising usus 15x

Kulit kering

DS : Klien Mengatakan

Sulit dalam berjalan

Cepat lelah
indeks masa tubuh di
DO : klien tampak

Gangguan mobilitas fisik

atas 75 tahun percentile

Menggunakan tongkat

Gerakan sangat lambat

Penurunan pergerakan 9 penurunan

sesuai dengan usia.

untuk berjalan )

Klien

tampat

jalan

sambil

merembet tembok

6.Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori ) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori,
transmisi dan integrasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd ketidakmampuan untuk memasukan
atau mencernaa nutrisi oleh karena factor ekonomi
3. Gangguan mobilitas fisik bd indeks masa tubuh di atas 75 tahun percentile sesuai dengan usia.

7.

Intervensi
Diagnosa

Rencana Keperawatan

23

Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil

DX

Intervensi

NOC

NIC

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan
gangguan

persepsi

sensori

kognitif.

Monitoring

tingkat

kesadaran pasien.

dapat

Pasien
menunjukkan

perubahan

selamax24 status neurologis pasien.

teratasi dengan indicator :

Monitoring

Identifikasikan

factor

kemampuan yang berpengaruh terhadap


gangguan persepsi sensori.

dapat

Pasien
mengidentifikasikan

diri,

Pastikan

akses

penggunaan

dan

alat

bantu

sensori.

orang, tempat, dan waktu.

Tingkatkan
stimulus

jumlah

untuk

mencapai

tingkat sensori yang sesuai.


DX
2

NOC :

NIC

Nutritional status : adequacy

of nutrient

Kaji

adanya

alergi

makanan

Nutritional status : food and

fluid intake

Yakinkan

diet

yang

dimakan mengandung tinggi

Weight control

serat

untuk

mencegah

Setelah dilakukan tindakan konstipasi


keperawatan

selamax24

Ajarkan pasien bagaimana

nutrisi kurang teratasi dengan

menbuat

indicator :

harian

Albumin serum

Pre albumin serum

Hematokrit

Hemoglobin

Total airon capacity

Jumlah limfosit

catatan

Monitor

makanan
adanya

penurunan BB

Monitor

lingkungan

selama makan

Jadwalkan

pengobatan

dan tindakan tidak selama jam


makan

Monitor turgor kulit

Monitor

kekeringan,

rambut kusam

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat,kemerahan,
dan

kekeringan

jaringan

24

konjungtiva

Monitor intake nutrisi

Informasikan pada klien


dan keluarga tentang manfaat
nutrisi

Kolaborasi dngan ahli gizi


untuk

menentkan

kalori

dan

jumlah

nutrisi

yang

dibutuhkan pasien
DX
3

NOC

NIC

Joint movement : active

Monitoring

vital

sign

Mobility level

sebelum / sesudah latihan dan

Self care

lihat

respon

pasien

saat

Setelah dilakukan tindakan latihan

keperawatan
selama..x24jam

gangguan dalam mobilisasi

mobilitas fisik teratasi dengan

meningkatkan berjalan dan cegah terhadap

Mengerti

tujuan

dari

pasien
ADLs

BAB IV
PENUTUP

secara

Berikan alat bantu jika


klien memerlukan

Ajarkan pasien bagaimana


merubah posisi dan berikan

kemampuan bantuan jika di perlukan

berpindah

dalam

mandiri sesuai kemampuan

perasaan dalam meningkatkan


dan

Latih
pemenuhan

mobilisasi ( walker )

kekuatan

saat

cedera.

Memperagakan

Memverbalisasikan

tongkat

untuk

Klien

penggunaan alat bantu untuk

klien

menggunakan

peningkatan mobilitas

Bantu

criteria hasil :
dalam aktivitas fisik

Kaji kemampuan pasien

25

1 KESIMPULAN
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan
proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut
penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran, pengecap, penciuman,
dan peraba.

Daftar Pustaka
1.

Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba Medika.

26

2.

Nugroho, Wahjudi. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. 2008. Jakarta : EGC.

3.

http: // www. Dokter tetanus. WordPress. Com ( di akses tgl 05 september 2016 )

4.

wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.

5.

Http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21 ( di akses tgl 06 september 2016 )

6.

Panduan dianosa keperawatan NANDA

7.

Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai