BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan
terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran
pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak
seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia
yang berbeda-beda.
Dahulu para ilmuan telah membuat teori tentang penuaan seperti Aristoteles dan Hipocrates yang
berisi tentang suatu penurunan suhu tubuh dan cairan secara umum. Sekarang dengan seiring jaman
banyak orang yang melakukan penelitian dan penemuan dengan tujuan supaya ilmu itu dapat semakin
jelas, komplek dan variatif. Ahli teori telah mendeskripsikan proses biopsikososial penuaan yang
kompleks. Tidak ada teori yang menjelaskan teori penuaan secara utuh. Semua teori masih dalam
berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan.
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang
ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan
berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan
berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak
usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun.
Dimasa datang, jumlah lansia di Indonesia semakin bertambah. Tahun 1990 jumlah lansia 6,3 % (11,3
juta orang), pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 24,5 juta orang dan akan melewati
jumlah balita yang ada pada saat itu diperkirakan mencapai 18,8 juta orang. Tahun 2020 jumlah lansia di
Indonesia diperkirakan akan menempati urutan ke 6 terbanyak di dunia dan melebihi jumlah lansia di
Brazil, Meksiko dan Negara Eropa.
Oleh karena itu dalam penyusunan makalah ini penulis akan membahas tentang proses penuaan pada
penurun fungsi sensori.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sensori ?
2. Bagaimana proses penuaan ?
3. Apa Perubahan fisiologis penuaan pada Penginderaan ?
4. Apa Masalah Sensori Pada Lansia ?
5. Bagaimana ASKep sensori pada lansia ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang penetapan proses asuhan keperawatan
secara komprehensif terhadap lansia dengan gangguan sensori.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa/i diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada lansia dengan gangguan sensori
b. Mengetahui definisi dari sensori
c. Mengetahui bagaimana proses penuaan
d. Mengetahui bagaimana perubahan fisiologis penuaan pada penginderaan
e. Mengetahui masalah sensori pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sensori Normal
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan informasi dari organ saraf
sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi
respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang segera atau informasi
tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa depan. Sistem saraf harus utuh agar
stimulus sensori mencapai pusat otak yang sesuai dan agar individu menerima sensi.Setelah
menginterpretasi makna sensasi, maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2.
Reseptor
3. Konduksi
4. Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau mengorganisasikan input sensorik
yang diterima. Biasanya proses ini terjadi secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan
burung, otak langsung menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang
Proses sensorik diawali dengan penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan
adanya input. Proses selanjutnya adalah orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input
yang masuk. Tahap berikutnya, kita mulai mengartikan input tersebut (interpretation). Selanjutnya
adalah tahap organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan atau
mengabaikan input ini. Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap
input sensorik.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan lingkungan yang
berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan masuk ke otak tidak hanya melalui mata,
telinga, dan hidung,akan tetapi masuk melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual)
Disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.Fungsinya menyampaikan semua informasi
visual tentang benda dan menusia.
2. Telinga (Auditory)
Disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga bagian dalam. Fungsinya meneruskan
informasi suara. Dan terdapat hubungan antara sistem auditor ydengan perkembangan bahasa.
Apabila sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya juga akan
terganggu.
3. Hidung (Olfactory)
Disebut juga indera pembau, terletak pada selaput lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi
mengenai bau-bauan (bunga, parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory)
Disebut juga indera perasa, terletak pada lidah, fungsinya meneruskan informasi tentang rasa
(manis, asam, pahit,dan lain-lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile)
Taktil adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari selaput lendir. Bayi yang baru
lahir, menerima informasi untuk pertama kalinya melalui indera peraba ini.
B. Proses Menua
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal setelah itu
tubuh mulai menyusut dikarenakan jumlah sel sel yang ada dalam tubuh menurun. Sebagai akibatnya,
tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses
penuaan.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita
( constantinides 1994 ). Seiring dengan proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.
5
seperti sindrom meniere dengan ggejala seperti vertigo, mual, muntah, telinga terasa penuh
tinnitus, dan hilangnya daya pendengaran dan aquostik neuroma.. Hal yang sering terjadi pada
lansia adalah hilangnya high pitch terutama konsonan. Apabila berbicara dengan lansia
sebaiknya jelas, pelan, selalu memelihara kontak mata, dan berhadapan sehingga lansia dapat
melihat gerak bibir sewaktu kita berbicara.
3. Indra peraba
Pada lansia, kulit mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering, dan berkerut. Kulit akan
kekurangan cairan sehinggga menjadi tipis dab berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atrovi
glandula sebasea dan glandula sudorivera. Menipisnya kulit ini tidak terjadi pada epidermisnya,
tetapi pada dermisnya karena terdapat perubahan dalam jaringan kolagen serta jaringan
elastisnya. Bagian kecil pada kulit menjadi muda retak dan menyebabkan cechymosen.
Timbulnya pigmen berwarna coklat pada kulit, dikenal dengan liver spot. Perubahan kulit
banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain angin dan sinar matahari, terutama sinar
ultraviolet.
Perubahan fungsional
Peningkatan pigmentasi
ungu
4.
Indra pengecap
Pada lidah terdapat banyak tonjolan saraf pengecap yang memberi berbagai sensasi rasa ( manis,
asin, gurih, dan pahit ). Akibat penambahan usia maka jumlah tonjolan saraf tersebut berkurang,
6
sehingga lansia kurang dapat merasakan rasa kecap, akibatnya mereka butuh lebih banyak
jumlah gula atau garam untuk mendapatkan rasa yang sama dengan kualitasnya
Perubahan Fisiologis
Pengelihatan
mata
Enurunan elastisitas dan tonus jaringan
Distorsi bayangan
Peningkatan
frekuensi
terjadinyya penyakit
Kesulitan
mengenali
benda
yang
bergerak
Perlambatan
proses
informasi
dari
Peningkatan
nilai
ambang
untuk
identitas benda
Penciuman
Degenerasi sel sensorik mukosa hidung
Peraba
Penurunan kecepatan hantaran saraf
1.
2.
3.
Mata normal
Mata merupakan organ penglihatan, bagian-bagian mata terdiri dari sklera,
koroid dan retina. Sklera merupakan bagian mata yang terluar yang terlihat berwarna
putih, kornea adalah lanjutan dari sklera yang berbentuk transparan yang ada didepan
bola mata, cahaya akan masuk melewati bola mata tersebutsedangkan koroid merupakan
bagian tengah dari bola mata yang merupakan pembuluh darah. Dilapisan ketiga
merupakan retina, cahaya yang masuk dalm retina akan diputuskan leh retina dengan
bantuan aqneous humor,lensa dan vitous humor. Aqueous humor merupakan cairan yang
melapisi bagian luar mata, lensa merupakan bagian transparan yang elastis yang
berfungsi untuk akomodasi.
Hubungan usia dengan mata Kornea, lensa, iris, aquous humormvitrous
humor
akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia., karena bagian utama yang
mengalami perubahan / penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata,
produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh
terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan
mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja
pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan
tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Proses
akomodasi merupakan kemampuan untuk melihat benda-bend dari jarak dekat maupun
jauh. Akomodasi merupakan hasil koordianasi atas ciliary body dan otot-otot ins, apabial
sesorang mengalami penurunan daya akomodasi makaorang tersebut disebut presbiopi.
5 masalah yang muncul ada lansia :
1) Penurunan kemampuan penglihatan
Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya adalah progesifitas dan
pupil kekunningan pada lensa mata, menurunnya vitous humor, perubahan ini dapat
mengakibatkan berbagai masalah pada usia lanjut seperti : mata kabur, hubungan
aktifitas sosial, dan penampialan ADL, pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun
lensa mata akan semakin keruh, beberapa orang tidak mengalami atau jarang
mengalami penurunan penglihatan seirinng dengan bertambahnya usia.
terjadi
pad
usia
50-65
tahun
dibeberapa
kasus
ini
mengalami
berfungsi
sesorang
mengalami
gangguan
pemusatan penglihatan.
Glaukoma
Glaukoma dapat terjadi pada semua usia tapi resiko tinggi pada lansia usia 60 tahun
keatas,
kerusakan
akibat
glaukoma
sering
tidak
bisa
kerusakan
pada mata akibat glaukoma. Glaukoma terjadi apabila ada peningkatan tekanan intra
okuler ( IOP ) pada kebanyakan orang disebabkan oleh oleh peningkatan tekanan
sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan
jernih berisi O2, gula dan nutrisi), selain itu disebabkan kurang aliran darah kedaerah
vital
jaringan
nervous
optikus,
adanya
kelemahan
srtuktur
dari syaraf.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula
pada suhu Afrika dan Asia lebih tinggi resikonnya di bandinng orang kulit putih,
glaukoma merupakan penyebab pertama kebutuhan di Asia.
Tipe glaukoma ada 3 yaitu :
a) Primary open angle Gloueoma (glaukoma sudut terbuka)
b) Normal tenion glukoma (glaucoma bertekanan normal)
c) Angel clousure gloukoma (Glaukoma sudut tertutup).
4) Katarak
Katarak adalah tertutupnya lensamata sehingga pencahayaan di fokusing terganggu
(retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55
tahun. Tanda dan gejalanya berupa : Bertanbahnya gangguan penglihatan, pada saat
membaca / beraktifitas memerlukan pencahayaan yang lebih, kelemahan melihat
.
c. Prebiakusis
Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu
fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan
yang progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :
1) Presbiakusis Sensorik
10
Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak
dan jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran
yang timbul berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.
2) Presbiakusis neural
Patologinya berupa hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan jumlah
kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul (berupa
gangguan frekuensi pembicaraan atau pengertian kata-kata adanya inkoordinasi,
kehilangan memori, dan gangguan pusat pendengaran).
3) Prebiakusis Strial ( metabolic )
Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea.
Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.
4) Prebiakusis Konduktif Kohlear ( mekanik )
Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis kohlea
sebagai akibat proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.
d. Tinitus
Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus
menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat
yang sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat
auskkkultasi disebut sebagai tinnitus obyektif.
e. Persepsi Pendengaran Abnormal
Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa suatu
peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang pada
orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.
f.
3. Pengecapan
Organ pengecap yang paling berperan adalah pada bagian depan, tepi dan belakang, rasa
manis dan asin berada pada bagian ujung lidah, asam dibagian tepi sedang pahit dipangkal
lidah. Fungsi pengecap akan berubah seiring bertambahnya usia. Kerusakan fungsi pengecap
akan menyebabkan makan kurang bergairah terkadang seorang lansia perlu menambah
jumlah garam karena dia merasa bahwa maskannya kurang asin (padahal sudah asin).
Kurangnya sensasi rasa dikarenakan pengaruh sensori persarafan. Ketidakmampuan
mengidentifiksi rasa secara unilateral atau bilateral. Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecapan, hilangnya sensitifitas dari syaraf pengecap dilidah terutama
rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap. Masalah yang sering timbul
pada lansia adalah kemapuan mengunyah yang semangkin menurun.
11
4. Penciuman
Pada sistem penciuman terjadi pembentukan kartilago yang terus menerus terbentuk
didalam hidung sesuai proses penuaan, menyebabkan hidung menonjol lebih tajam. Atropi
progresif pada tonjolan olfaktorius juga terjadi, mengakibatkan kemunduran terhadap dalam
indra penciuman. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah gangguan pada penciuman
terhadap bau-bauan. Kenikmatan makan akan didukung oleh indra pembau, makan yang
dibau akan merangsang mukosa hidung untuk menghantar impuls ke otak untuk
menyimpulkan bahwa makan itu enak atau tidak. Ini juga akan berpengaruh terhadap
keinginan pemenuhan nutrisi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Nama Klien
: Ny. A
12
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 94thn
Pendidikan
: SD
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Kawin
Pekerjaan
: Petani
Suku
: Sunda
Alamat Rumah
2. Riwayat KesehatanMasalah
a. Kesehatan yang pernah Dialami :
Klien mengatakan tidak pernah terkena penyakit yang parah, klien hanya sering merasa panasdingin atau masuk angin.
b. Masalah Kesehatan yang dirasakan saat ini :
Klien sedang tidak merasa sakit, hanya klien sudah kesulitan dalam pendengaran dan penglihatan
juga sudah menurun.
c. Masalah Kesehatan Keluarga / Keturunan :
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan.
3. Riwayat Kesehatan
NO
KEGIATAN
DIRUMAH
13
NUTRISI
BB : 43 Kg
TB : 150Cm
Frekuensi Makanan
Jenis Makanan
Nasi,sayuran
Tahu, Tempe
Makanan manis
Tidak ada
Baik
Rasa mual/muntah
Kebutuhan kalori
Kurang tercukupi
Jenis diet
Tidak diet
Intake cairan/minuman
Kesulitan lain
IMT
NO
2
2x sehari
KEGIATAN
DIRUMAH
ELIMINASI
BAB
Frekuensi
1x 1 sehari
Waktu
Di pagi hari
Penggunaan pencahar
Warna
Konsistensi
Tidak lembek
Darah/lender
Tidak ada
Kolostomi/ileostomi
Tidak ada
BAK
Frekuensi
3-5x sehari
jumlah
150ml
nyeri
Tidak ada
Warna
Kuning jernih
Bau
Incontinencia
Normal
Tidak ada
14
Hematuria
Tidak ada
Infeksi
Tidak ada
Cateter
Tidak menggunakan
500ml sehari
KEGIATAN
DIRUMAH
2x sehari
Lama tidur
10 jam
Kebiasaan tidur
Membaca doa,sholat
Mimpi buruk
jarang
13.00-15.00 / 21.00-05.00
Kualitas tidur
segar
KEGIATAN
DIRUMAH
PERSONAL HYGIENE
Mandi
Gosok gigi
Mandiri
Cuci rambut
Mandiri
Ganti pakaian
mandiri
NO
5
2x sehari, mandiri
KEGIATAN
POLA
AKTIVITAS
DIRUMAH
DAN
LATIHAN
Kegiatan dalam pekerjaan
Tidak ada
Olahraga : Jenis
Frekuensi latihan
Setiap pagi
Pergerakan tubuh
lemah
Mengenakan pakaian
Mandiri
Tidak mengedan
Mandi
Mandiri
15
Tidak ada
4. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Rambut warna
Kualitas / distribusi
Mudah di cabut
Bengkak/ memar
Tidak ada
Bentuk
Simetris
Tidak pusing
Alopesia
Tidak ada
Benjolan / masa
Tidak ada
Mata
Bentuk
Simetris
Ketajaman penglihatan
Penglihatan menurun
Daya akomodasi
Reaksi pupil
Miosis isokor
Konjungtiva
Pucat
Normal
Edema palpebra
Tidak ada
Tidak ada
Adanya lesie
Tidak ada
Hidung
Keluaran / secret
Tidak ada
Tidak ada
16
Septum
Tidak ada
Edema / polip
Tidak ada
Reaksi alergi
Tidak ada
Fungsi penghidu
Menurun
Epistaksis
Tidak ada
Tidak ada
Bibir / mulut
lembab
Bentuk
Normal
Lesi / lecet
Tidak ada
Membrane mukosa
Tidak ada
Warna bibir
Pucat
Gigi tinggal 5
Caries
Tidak ada
Tidak ada
Pembesaran tonsil
Tidak ada
Stomatitis
Tidak ada
Kesulitan menelan
Tidak ada
Tidak ada
Telinga / pendengaran
Bentuk
Normal
Lesi / lecet
Tidak ada
Tidak ada
Fungsi pendengaran
Menurun 30cm
Test rine
Test swabach
Test bisik
Tidak ada
Fungsi keseimbangan
Kulit
Elastic, keriput,kering
Tidak ada
Kelenjar tiroid
Tidak ada
17
Sirkulasi
Distensi vena jugularis
Normal
Suara jantung
S1, S2
Tidak ada
Nyeri dada
Tidak ada
Tidak ada
Rasa pusing
Tidak ada
Rasa kesemutan
Tidak ada
Varises
Tidak ada
Tanda sianosis
Tidak ada
Tanda anemia
Tidak ada
Tanda phlebitis
Tidak ada
Akral dingin
Tidak ada
Pernapasan
Suara paru
Vesicular
Pola napas
dangkal
Bentuk dada
Simetris
Sputum
Tidak ada
Nyeri dada
Tidak ada
Bentuk / hemaptoe
Tidak ada
Pengembangan dada
Simetris
Tidak ada
Irama pernapasan
Normal
Tidak ada
Riwayat merokok
Tidak ada
Muskuluskeletal
Nyeri
Tidak ada
Skala 4
4
3
Tidak ada
18
Kulit
Warna
Sawo matang
Turgor
Elastic
Texture
Normal
Lesi luka
Tidak ada
Tidak ada
Abdomen / Pencernaan
Keterangan
Bentuk
Simetris
Acites
Tidak ada
Massa
Bising usus
10X permenit
Nyeri tekan
Tidak ada
Pembesaran hati
Tidak ada
Mual/ muntah
Tidak mual
hemoroid
Tidak ada
Neurosensori
Tingkat kesadaran
Nilai GCS
Koordinasi /tremor
Orientasi terhadap waktu, tempat dan ruang
Keterangan
Normal
Eye4, motorik 5, verbal 6
Tidak ada
Mulai pikun ( lupa orang,tempat )
Baik
Kekuatan menggenggam
Baik
Menurun
Sakit kepala
Tidak ada
Kejang
Tidak ada
Paralise/ parise
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
19
Reproduksi
Keterangan
Buah dada
Nipple
Tidak ada
Perdarahan
Tidak ada
Keputihan
Usia menarche
Lamanya siklus menstruasi
Periode menstruasi terakhir
Fungsi seksual
Endokrin
Keterangan
Rasa haus
Normal
Rasa lapar
Tidak lapar
Poli uri
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Penurunan BB drastic
Tidak ada
Tidak ada
Imunologi
Keterangan
Riwayat alergi
Tidak ada
Jenis allergen
Tidak ada
Tidak ada
Tanda-tanda vital
Keterangan
Tekanan darah
130/80Mmhg
Pernafasan
16x permenit
Nadi
60x permenit
Irama nadi
Kekuatan nadi
Suhu
Normal
Baik
36,8 C
20
Perkemihan
Keterangan
Kesulitan BAK
Tidak ada
Pembesarab blas
Tidak ada
Penggunaan diuretic
Tidak menggunakan
Tidak ada
Baik
Keterangan
Lokasi
Tidak ada
Tidak ada
Frekuensi
Tidak ada
Kualitas
Tidak ada
Durasi
Tidak ada
Penjalaran
Tidak ada
Factor-faktor pencetus
Tidak ada
Tidak ada
Respon emosional
Tidak ada
Mengerutkan muka
Tidak ada
Tidak ada
21
Klien hanya berdiam diri di rumah sambil bermain dengan cicitnya yang masih kecil.
9. Perasaan-perasaan ketidakberdayaan
Klien merasa tidak berdaya karna kondisi fisik nya tidak sebaik dulu. Sudah mulai tidak
mendengar dan penglihatan mulai menurun
10. Status emosional
Terkadang klien suka merasa tersinggung dan cepat marah karna salah persepsi karna fungsi
pendengaran nya sudah menurun.
11. Interaksi Sosial
Status perkawinan
: janda
Lama
;-
Hidup dengan
Masalah-masalah / stress
: saat cucu nya tidak bekerja dan cucu menatunya menjadi stress
karna punya gangguan kejiwaan.
Keluarga besar
Bicara
5.
: islam
: sholat 5waktu
Analisa Data
Symtom
Etiologi
Problem
perubahan penerimaan
(visual, auditori )
Ds : Klien mengatakan :
integrasi
22
30cm
DS : Klien Mengatakan :
DO : klien tampak
ketidakmampuan untuk
Ketidakseimbangan
memasukan atau
N = 60X permenit
Konjungtiva pucat
Kulit kering
DS : Klien Mengatakan
Cepat lelah
indeks masa tubuh di
DO : klien tampak
Menggunakan tongkat
untuk berjalan )
Klien
tampat
jalan
sambil
merembet tembok
6.Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori (visual, auditori ) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori,
transmisi dan integrasi.
2. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd ketidakmampuan untuk memasukan
atau mencernaa nutrisi oleh karena factor ekonomi
3. Gangguan mobilitas fisik bd indeks masa tubuh di atas 75 tahun percentile sesuai dengan usia.
7.
Intervensi
Diagnosa
Rencana Keperawatan
23
Keperawatan
DX
Intervensi
NOC
NIC
keperawatan
gangguan
persepsi
sensori
kognitif.
Monitoring
tingkat
kesadaran pasien.
dapat
Pasien
menunjukkan
perubahan
Monitoring
Identifikasikan
factor
dapat
Pasien
mengidentifikasikan
diri,
Pastikan
akses
penggunaan
dan
alat
bantu
sensori.
Tingkatkan
stimulus
jumlah
untuk
mencapai
NOC :
NIC
of nutrient
Kaji
adanya
alergi
makanan
fluid intake
Yakinkan
diet
yang
Weight control
serat
untuk
mencegah
selamax24
menbuat
indicator :
harian
Albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Jumlah limfosit
catatan
Monitor
makanan
adanya
penurunan BB
Monitor
lingkungan
selama makan
Jadwalkan
pengobatan
Monitor
kekeringan,
rambut kusam
Monitor pucat,kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
24
konjungtiva
menentkan
kalori
dan
jumlah
nutrisi
yang
dibutuhkan pasien
DX
3
NOC
NIC
Monitoring
vital
sign
Mobility level
Self care
lihat
respon
pasien
saat
keperawatan
selama..x24jam
Mengerti
tujuan
dari
pasien
ADLs
BAB IV
PENUTUP
secara
berpindah
dalam
Latih
pemenuhan
mobilisasi ( walker )
kekuatan
saat
cedera.
Memperagakan
Memverbalisasikan
tongkat
untuk
Klien
klien
menggunakan
peningkatan mobilitas
Bantu
criteria hasil :
dalam aktivitas fisik
25
1 KESIMPULAN
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus
tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca indera). Stimulus yang sempurna
memungkinkan seseorang untuk belajar berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan
proses menua tersebut tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut
penyakit degeneratif.
Perubahan pada sistem indra yang dibahas meliputi pengelihatan, pendengaran, pengecap, penciuman,
dan peraba.
Daftar Pustaka
1.
Mariam, Siti. R DKK. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
26
2.
3.
http: // www. Dokter tetanus. WordPress. Com ( di akses tgl 05 september 2016 )
4.
5.
Http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21 ( di akses tgl 06 september 2016 )
6.
7.
Bandiyah, siti. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. 2009.Yogjakarta : Nuha Medika.