Anda di halaman 1dari 17

.

ASEAN
ASEAN ( Association of South East Asian Nation Nation)

ASEAN adalah organisasi yang bertujuan mengukuhkan


kerja sama regional negara-negara di Asia Tenggara.
ASEAN didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok
oleh lima negara pendiri ASEAN, yaitu Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Pada
perkembangannya, lima negara Asia Tenggara lainnya
yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Vietnam ikut bergabung dalam ASEAN. ASEAN dalam
menjalankan tugas-tugasnya dengan melibatkan komite di
berbagai bidang.

2.AFTA
AFTA ( ASEAN Free Trade Area Area

AFTA atau kawasan perdagangan bebas ASEAN adalah forum


kerja sama antarnegara ASEAN yang bertujuan menciptakan
wilayah perdagangan bebas di seluruh kawasan ASEAN.
Konsep perdagangan bebas ini antara lain meliputi
penghapusan atau penurunan tarif perdagangan barang
sesama negara ASEAN sehingga menurunkan biaya ekonomi.
Pembentukan AFTA berawal dari pertemuan anggota ASEAN
pada KTT ASEAN ke-4 di Singapura pada Januari 1992.

3.APEC
APEC ( Asia Pacific Economic Cooperation Cooperation)
APEC merupakan forum kerja sama negara di kawasan Asia Pasifik
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, perdagangan, dan
investasi di antara sesama negara anggota. Keberadaan APEC atas
prakarsa Bob Hawke (perdana menteri Australia). Tujuan dari APEC
tertuang dalam Deklarasi Bogor pada tahun 1994, yaitu menetapkan
kawasan APEC sebagai kawasan perdagangan dan investasi bebas dan
terbuka yang berlaku paling lambat tahun 2020.

4.EU
EU ( European Union Union)

European Union atau Uni Eropa adalah organisasi kerja


sama regional di bidang ekonomi dan politik negara di
Eropa. Pembentukan EU berawal dari penandatanganan
Traktat Roma tentang pendirian komunitas energi atom
(European Atomic Energi Community) dan komunitas
Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE).

5.EFTA
EFTA ( European Free Trade Area Area)
EFTA didirikan pada tahun 1959 sebagai lembaga kerja

sama ekonomi antara negara-negara Eropa yang tidak


termasuk MEE. Negara anggota EFTA terdiri atas Austria,
Swiss, Denmark, Norwegia, Swedia, dan Portugal.

6.ADB

ADB ( Asian Development Bank Bank)


ADB atau Bank Pembangunan Asia, didirikan tanggal 19
Desember 1966. ADB berpusat di Manila, Filipina. Tujuan
didirikan ADB adalah untuk membantu negara-negara Asia
yang sedang membangun dengan cara memberikan pinjaman
lunak, yaitu dengan masa pembayaran dalam jangka
panjang serta bunga yang rendah.

Badan kerjasama ekonomi Multilateral


1.IMF
IMF( International Monetary Found)
IMF atau Dana Moneter Internasional adalah lembaga
keuangan internasional yang didirikan untuk menciptakan
stabilitas sistem keuangan internasional. IMF didirikan
pada tanggal 27 Desember 1945. Markas besar IMF berada
di Washington DC, AS.

2.IBRD
IBRD ( International Bank for Reconstruction and
Development )
IBRD disebut juga World Bank atau Bank Dunia. IBRD merupakan
organisasi pemberi kredit kepada negara-negara anggota untuk
tujuan pembangunan. IBRD didirikan pada tanggal 27 Desember 1947
dan berkedudukan di Washington DC, Amerika Serikat. IBRD berusaha
mengumpulkan dana dari para anggota untuk dipinjamkan kepada para
anggota yang memerlukan dana untuk pembangunan.Pinjaman yang
dibiayai oleh IBRD hanya ditujukan untuk proyekproyek yang
positif.

3.WTO
WTO( World Trade Organization )
WTO atau organisasi perdagangan dunia adalah organisasi
internasional yang bertugas untuk menata dan memfasilitasi lalu
lintas perdagangan antarnegara serta mengatasi perselisihan
perdagangan antarnegara. WTO dibentuk pada tahun 1995 sebagai
pengganti dari General Agreement on Tariff and Trade (GATT). GATT
me-rupakan persetujuan umum tentang tarif dan perdagangan yang
dibentuk tahun 1947

5.FAO
FAO( Food and Agricultural Organization Organization)

FAO adalah organisasi internasional yang bergerak di bidang


pangan dan pertanian. FAO didirikan tanggal 16 Oktober 1945 dan
berkedudukan di Roma, Italia. Tujuan didirikannya FAO untuk
meningkatkan jumlah dan mutu pangan serta menyelenggarakan
persediaan bahan makanan dan produksi agraris internasional.
Indonesia sebagai anggota FAO pernah menerima penghargaan atas
keberhasilannya dalam meningkatkan produksi beras.

6.IFC
IFC ( International Finance Corporation Corporation)
IFC merupakan bagian dari Bank Dunia. IFC bertugas memberikan
bantuan modal kepada pengusaha-pengusaha swasta yang dijamin
pemerintahannya serta membantu menyalurkan investasi luar negeri
ke negara-negara sedang berkembang. IFC berdiri pada tanggal 24
Juli 1956 dan pusatnya di Washington, Amerika Serikat
ILO ( International Labour Organization Organization)

ILO atau Organisasi Perburuhan Internasional yang


bertugas mempromosikan keadilan sosial serta hak buruh.
ILO dibentuk oleh Liga Bangsa-Bangsa Melalui Traktat
Versailes (Treaty of Versailles) pada tahun 1919.
Prinsip yang digunakan ILO sebagai dasar kegiatannya
adalah perdamaian abadi dapat dicapai jika didasarkan
pada keadilan sosial.

7.UNDP
UNDP ( United Nations Development Program )
UNDP adalah organisasi di bawah PBB yang bertugas memberikan
sumbangan untuk membiayai program-program pembangunan terutama
bagi negara-negara yang sedang berkembang. UNDP dibentuk pada
bulan November 1965.

8.UNIDO
UNIDO ( United Nations Industrial Development Organization
Organization)
UNIDO merupakan organisasi pembangunan PBB yang bertujuan untuk
memajukan perkembangan industri di negara-negara berkembang yaitu
dengan memberikan bantuan teknis, program latihan, penelitian,
dan penyediaan informasi. UNIDO didirikan pada tanggal 24 Juli
1967. UNIDO berkedudukan di Wina, Austria. Selain organisasiorganisasi ekonomi di atas terdapat pula organisasi internasional
lainnya yang berkaitan dengan bidang ekonomi. Akan tetapi
organisasi tersebut tidak berada di bawah naungan PBB.

9.OPEC
OPEC ( Organization of Petroleum Exporting Countries)
OPEC adalah organisasi negara-negara pengekspor minyak. OPEC
didirikan atas prakarsa lima negara produsen terbesar minyak
dunia, yaitu Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, dan Venezuela, pada
pertemuan tanggal 14 September 1960 di Baghdad, Irak. OPEC
berkedudukan di Wina, Austria.

10.OECD

OECD ( Organization for Economic Cooperation and Development


Development)

OECD merupakan organisasi yang bergerak di bidang kerja


sama ekonomi dan pembangunan. OECD didirikan pada tahun
1961. Tujuan OECD adalah membentuk kerja sama ekonomi
antarnegara anggota. Anggota OECD antara lain Amerika
Serikat, Autralia, Austria, Kanada, Jepang, Meksiko,
Denmark, Italia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol,
Norwegia, Swedia, Swiss, Turki, Slowakia, Polandia,
Selandia Baru, Inggris, Luksemburg, Irlandia, Ceko,
Portugal, Belgia, Korea Selatan, Finlandia, Hongaria,
dan Yunani.

Lembaga-Lembaga Internasional Dan Peran Indonesia Dalam Kerja Sama Internasional


Berdasarkan jumlah Negara yang menjalin kerja sama, bentuk kerja sama dapat dibedakan menjadi
dua macam sebagai berikut.
1.

Kerja sama bilateral, yaitu kerja sama antara dua Negara berdasarkan perjanjian-perjanjian
tertentu. Contoh : kerja sama di bidang perdagangan antara Negara Indonesia-Jepang,
Indonesia-Singapura, dan lainnya.

2.

Kerja sama multilateral, yaitu kerja sama antara Negara-negara di dunia berdasarkan
perjanjian yang telah disepakati bersama. Kerja sama multiteral terbagi menjadi dua, yaitu kerja
sama regional dan kerja sama internasional.
3.
kerja sama regional, yaitu kerja sama beberapa Negara yang berada di dalam satu kawasan
atau wilayah. Contoh : Associan of Southeast Asian Nations (ASEAN),European Uniln (UE), dan
sejenisnya.
4.
Kerja sama internasional, yaitu kerja sama beberapa Negara tanpa melihat jumlah peserta
dan tidak terbatas pada wilayah Negara anggota. Kerja sama internasional meliputi beberapa
bidang ekonomi,social, budaya, dan pertahanan. COntoh : Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
Gerakan Non-Blok (GNB), Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC), dan
sejenisnya.
1.

Perkembangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Peran


Indonesia dalam PBB

Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN (United Nations) adalah suatau lembaga


internasional yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat internasional untuk memelihara keamanan
dan perdamaina di seluruh dunia.
1.

Latar Belakang Terbentuknya PBB

Upaya untuk menciptakan perdamaian dan mencegah timbulnya perang yang baru sudah
berulang kali diperjuangkan oleh para tokoh perdamaian dunia. Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada
saat itu cukup berpedan aktif dalam meredakan ketegangan dunia dan menciptakan perdamaian.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selanjutnya, pada tanggal 4-11 Februari 1945,Franklin
Delano Roosevelt, Winston Churchill, dan Stalin menyelenggarakan konferensi di Yalta,
Semenanjung Krim.
2.

Asas, Tujuan, dan Keanggotaan PBB

Asas PBB
1.
2.
3.
4.

Semua anggota memilki persamaan derajat dan kedaulatan.


Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama selaku anggota.
PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam Negara anggota.
Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai dengan ketentuan Piagam
PBB.
5.
Setiap anggota akan menyelesaikan sengketa memlalui cara yang tidak membahayakan
perdamaian dunia.
Tujuan PBB:
1.
2.
3.
4.
5.

Memelihara perdamaian dan keamanan Internasional.


Mengusahakan pelaksanaan hak asasi manusia di segala bidang.
Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan menegah timbulnya peperangan.
Melaksanakan tindakan bersama terhadap Negara yang membahayakan perdamaian dunia.
Mewujudkan kerja sama internasional dalam memecahkan persoalan-persoalan ekonomi,
social, kebudayaan, dan kemanusiaan.
6.
Memajukan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asa-asas persamaan
derajat, hak untuk menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri
Negara lan.
Keanggotaan PBB:
1.

Anggota asli, yaitu 50 negara yang ikut serta dalam penandatangan Piagam Perdamaian di San
Fransisco, Amerika Serikat pada tanggal 26 Juni 1945.
2.
Anggota tambahan, yaitu Negara-negara yang diterima sebagai anggota PBB dan telah memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan, serta disetujui oleh Majelis Umum PBB
Syarat keanggotaan PBB:
1.
2.
3.
4.

Negara merdeka.
Negara yang mencintai perdamaian.
Negara yang sanggup memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota PBB.
Mendapat persetujuan dari Dewan Keamanan dan Majelis Umum PBB. @ Reza Muzay Blog

3.

Peran PBB Untuk Indonesia


1.
2.
3.

Penyelesaian Sengketa Indonesia-Belanda


Penyelesaian Sengketa Irian Barat
Pemberian Bantuan Di Bidang Ekonomi Dan Sosial

4.

Peran Indoensia Dalam PBB

1.
2.

Memimpin Sidang Majelis Umum PBB


Menugaskan Pasukan Garuda

2.

1.

Perkembangan Konferensi Asia-Afrika (KAA) dan Peran Indonesia Dalam


KAA

Latar Belakang Terbentuknya KAA


1.

Berdasarkan letak Geografisnya, Negara-negara di benua Asia dan Afrika merupakan


Negara bertetangga yang memiliki sifat-sifat sama berdasarkan lingkungannya.
2.
Memiliki kedekatan atau rasa persaudaraan yang kuat karena dihubungkan oleh factor
keturunan, agama, dan latar belakang sejarah.
3.
Memiliki persamaan nasib sebagai bangsa yang pernah dijajah oleh bangsa Eropa
4.
Menghadapi berbagai masalah pasca-kemerdekaan yang perlu diatasi secara bersama
seperti masalah ekonomi, social, perndidikan, kebudayaan, dan pembangunan.
2. Tujuan KAA
1.

Meningkatkan kerja sama, persahabatan, serta hubungan antara bangsa-bangsa Asia dan
Afrika.
2.
Meningakatkan kerja sama dalam lapangan social, ekonomi, dan kebudayaan antara
bangsa-bangsa Asia dan Afrika
3.
Memecahkan Persoalan penting bagi bangsa-bangsa Asia Afrika secara bersama-sama ,
seperti menjamin kedaulatanserta melenyapkan diskriminasi ras dan penjajahan.
4.
Memperbesar peranan Asia-Afrika dalam dunia global seperti sekarang dan ikut serta
mengusahakan perdamaian dunia.
2.

Persiapan KAA
Konferensi Asia-Afrika diharapkan melahirkan suatu kekuatan baru guna mengatasi berbagai
permasalahan yang dihadapkan oleh bangsa-bangsa Asia Dan Afrika.

3.
1.
2.
3.
4.
5.

6.
7.
8.
9.
10.

Pengaruh KAA
Berkurangnya ketegangan dan peperangan yang bersumber dari persengketaan masalah
Taiwan antara RRC dengan Amerika Serikat
Mulai diikutinya politik bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri
Lanka yang tidak bersedia masuk Blok Uni Soviet maupun Blok Amerika Serikat
Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia dan Afrika akan potensi yang dimilikinya
Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh Negara-negara maju karena terbukti memiliki
kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia
Menguatnya perjuangan bangsa-bangsa Asia dan Afrika dalam upaya mencapai
kemerdekaanya, sehingga lebih banyak Negara-negara Asia dan Afrika yang mencapai
kemerdekaan sesudah tahun 1955 jika dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan Konferensi
Asia-Afrika
Menguatnya semangat kerja sama dan persahabatan di kalangan Negara-negara dan bangsabangsa Asia-Afrika
Bangkitnya semangat kebebasan dan kemerdekaan bagi bangsa-bangsa yang belum
memperoleh kemerdekaan.
Menguatnya dukungan atas perjuangan untuk mengembalikan wilayah Irian Barat yang dikuasai
oleh penjajah Belanda kepada Indonesia.
Mulai dilepaskannya daerah jajahan di Asia-Afrika yang dikuasai oleh Negara penjajah.
Mulai dihapuskannya praktik-paraktik politik diskriminasi ras oleh Negara-negara maju.
3.

1.

Perkembangan Gerakan Non-Blok (GNB) dan Perna Indonesia dalam GNB

Tujuan dan Landasan GNB

1.

Meredakan ketegangan atau ancaman perang dengan cara menghindari perkitaian


bersenjata yang dilakukan antara Blok Barat dan Timur untuk menuju perdamaian dan
keamanan dunia
2.
Berusaha memajukan pembangunan ekonomi, social, budaya, dan politik agar tidak
tertinggal dari Negara-negara maju
2.

Pelaksanaan konferensi Tingkat Tinggi (KTT) GNB


KTT Gerakan Non-Blok I menghasilkan keputusan bersama atau yang lebih dikenal dengan
nama Deklarasi Beograd.
1.
2.

Menghentikan perang dingin antara Blok Barat dan Timur agar tercipta Susana damai
Menghimbau Amerika Serikat dan Uni Soviet agar berdamai dan mengakhiri perang dingin

3.

Peran Indonesia dalam GNB

Peran Indonesai dalam Gerakan Non-Blok memiliki arti sangat penting, yaitu terbukti dari
berperannya Indonesia dalam pertemuan Lima tokoh atau negarawan pada bulan september 1961
ketika menghindari pembukaan siding umum PBB di New York (Amerika Serikat).
4.

Organization of Petrolum Exporting Countries (OPEC)

OPEC (Organization of Petrolum Exporting Countries) adalh suatu lembaga internasional yang
didirikan oleh beberapa Negara pengekspor minyak bumi.
5.

Organisasi Konferensi Islam (OKI)

Organisasi Konferensi Islam (OKI) adalah suatu organisasi yang dibentuk oleh beberapa Negara
islam atau negara yang mayoritas pernduduknya beragama Islam.
6.

Partisipasi Lembaga-Lembaga Regional dalam Kerja Sama Internasional

Tujuan APEC:
1.

Meletakkan kerangka kerja untuk anggotanya dan menentukan kebijakan-kebijakan untuk


kepentingan anggota di masa mendatang.
2.
Menentukan metode yang praktis guna mengurangi biaya transaksi dalam arus barang dan
pelayanan di kawasan Asia Pasifik
3.
Membangun kerja sama ekonomi melalui perdagangan bebas di antara beberapa Negara
anggotanya/
Tujuan ASEAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan social, dan perkembangan kebudayaan


melalui usaha bersama bagi bangsa-bangsa di kawasan Asia Tenggara
Meningkatkan perdamian dan stabilitas regional dengan cara saling menghormati tata tartib
hokum masing-masing Negara dalam hubungan antarnegara di kawasan Aisa Tenggara.
Meningkatakan kerja sama secara aktif dan saling membantu untuk kepentingan bersama di
bidang ekonomi, social, teknologi, dan politik
Menyelenggarakan usaha-usaha bersama yang lebih efektif untuk mencapai hasil yang leih
baik dalam industri pertanian, transportasi, dan komunikasi
Mendirikan industri dan memperluas perdagangan termasuk perdagangan internasional
Memelihara kerja sama dengan organisasi regional dan internasional lainnya.
Meningkatkan kerja sama yang saling menguntungkan dengan lembaga internasional dan
regional lainnya yang memiliki tujuan sama.

KONDISI DUNIA INTERNASIONAL SEBELUM KONFERENSI ASIA


AFRIKA
Berakhirnya Perang Dunia II pada Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsabangsa di dunia. Di beberapa belahan dunia masih ada masalah dan muncul masalah baru.
Penjajahan yang dialami oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke15. Walaupun sejak tahun 1945 banyak negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh kemerdekaannya, seperti :
Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2 September 1945), Filipina (4 Juli 1946), Pakistan (14
Agustus 1947), India (15 Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan Republik Rakyat
Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti
Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa Negara Asia Afrika yang telah merdeka
pun masih banyak yang menghadapi masalah sisa penjajahan seperti daerah Irian Barat, Kashmir, Aden, dan
Palestina. Selain itu konflik antarkelompok masyarakat di dalam negeri pun masih berkecamuk akibat politik devide
et impera.
Lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi, yaitu Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika
Serikat (kapitalis) dan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Sovyet (komunis), semakin memanaskan situasi dunia.
Perang Dingin berkembang menjadi konflik perang terbuka, seperti di Jazirah Korea dan Indo-Cina. Perlombaan
pengembangan senjata nuklir meningkat. Hal tersebut menumbuhkan ketakutan dunia akan kembali dimulainya
Perang Dunia.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi
menangani masalah dunia, namun pada kenyataannya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut,
sementara akibat yang ditimbulkan oleh masalah-masalah ini sebagian besar diderita oleh bangsa-bangsa di Asia dan
Afrika.

LAHIRNYA IDE PELAKSANAAN KONFERENSI ASIA AFRIKA


Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala, mengundang para perdana menteri dari Birma
(U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud
mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan
pemerintah negara tersebut. Pada kesempatan itu, Presiden Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana
Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada
pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan cita-cita bersama selama
hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui
pergerakan nasional melawan penjajahan.

Sebagai persiapan, maka Pemerintah Indonesia mengadakan pertemuan yang dihadiri oleh para Kepala Perwakilan
Indonesia di Asia, Afrika, dan Pasifik, bertempat di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat pada 9 22 Maret 1954, untuk
membahas rumusan yang akan dibawa oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Kolombo, sebagai
dasar usulan Indonesia untuk meluaskan gagasan kerja sama regional di tingkat Asia Afrika.
Pada 28 April 2 Mei 1954, Konferensi Kolombo berlangsung untuk membicarakan masalah-masalah yang menjadi
kepentingan bersama.
Dalam konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, mengusulkan perlunya diadakan
pertemuan lain yang lebih luas antara Negara-negara Afrika dan Asia karena masalah-masalah krusial yang
dibicarakan itu tidak hanya terjadi di Negara-negara Asia yang terwakili dalam konferensi tersebut tetapi juga
dialami oleh negara-negara di Afrika dan Asia lainnya.
Usul ini diterima oleh semua peserta konferensi walaupun masih dalam suasana skeptis. Konferensi memberikan
kesempatan kepada Indonesia untuk menjajaki kemungkinannya dan keputusan ini dimuat di bagian akhir
Komunike Konferensi Kolombo.

USAHA-USAHA PERSIAPAN KONFERENSI


Pemerintah Indonesia, melalui saluran diplomatik, melakukan pendekatan kepada 18 Negara Asia Afrika, untuk
mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhadap ide pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Ternyata pada umumnya mereka menyambut baik ide ini dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumah konferensi
tersebut, walaupun mengenai waktu penyelenggaraan dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang
berbeda.
Pada 18 Agustus 1954, melalui suratnya, Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India mengingatkan Perdana
Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia dewasa itu yang semakin gawat, sehubungan dengan adanya
usul untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih
disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul tersebut dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri
Indonesia pada 25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi tersebut, seperti
tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan Perdana Menteri Indonesia :
Para perdana menteri telah membicarakan usulan untuk mengadakan sebuah konferensi yang mewakili Negaranegara Asia dan Afrika serta menyetujui konferensi seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu terciptanya
perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan
selekas mungkin.
Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma, U Nu, pada 28 September 1954.
Pada 28 29 Desember 1954, atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para perdana menteri peserta Konferensi
Kolombo (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan pertemuan di Bogor, untuk membicarakan
persiapan Konferensi Asia Afrika.

Konferensi tersebut berhasil merumuskan kesepakatan tentang agenda, tujuan, dan negara-negara yang diundang
pada Konferensi Asia Afrika.
Kelima negara peserta Konferensi Bogor menjadi sponsor Konferensi Asia Afrika dan Indonesia dipilih menjadi
tuan rumah pada konferensi tersebut, yang ditetapkan akan berlangsung pada akhir minggu April tahun 1955.
Presiden Indonesia, Soekarno, menunjuk Kota Bandung sebagai tempat berlangsungnya konferensi.

MENJELANG KONFERENSI ASIA AFRIKA


Dalam persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika, dibentuk Sekretariat Bersama yang diwakili oleh lima negara
penyelenggara. Indonesia diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, Roeslan Abdulgani, yang juga
menjadi ketua badan itu, dan 4 negara lainnya diwakili oleh kepala-kepala perwakilan mereka masing-masing di
Jakarta, yaitu Kuasa Usaha U Mya Sein (Birma), Duta Besar M. Saravanamuttu (Ceylon), Duta Besar B.F.H.B.
Tyabji (India), dan Duta Besar Choudhri Khaliquzzaman (Pakistan).
Pemerintah Indonesia sendiri membentuk Panitia Interdepartemental pada 11 Januari 1955 yang diketuai oleh
Sekretaris Jenderal Sekretariat Bersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari berbagai departemen
guna membantu persiapan-persiapan konferensi tersebut.
Di Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuklah Panitia Setempat pada 3 Januari 1955, dengan ketuanya
Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani hal-hal yang
bertalian dengan akomodasi, logistik, transportasi, kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol,
penerangan, dan lain-lain.
Gedung Concordia dan Gedung Dana Pensiun dipersiapkan sebagai tempat sidang-sidang konferensi. Hotel
Homann, Hotel Preanger, dan 12 hotel lainnya serta 31 bungalow di sepanjang Jalan Cipaganti, Lembang, dan
Ciumbuleuit dipersiapkan sebagai tempat menginap para peserta yang berjumlah lebih kurang 1.500 orang. Selain
itu, disediakan juga fasilitas akomodasi untuk lebih kurang 500 wartawan dalam dan luar negeri.
Keperluan transportasi dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin
tiap hari serta cadangan 175 ton bensin.
Dalam kesempatan memeriksa persiapan-persiapan terakhir di Bandung pada 7 April 1955, Presiden Indonesia
Soekarno meresmikan penggantian nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka, Gedung Dana
Pensiunmenjadi Gedung Dwiwarna, dan sebagian Jalan Raya Timur menjadi Jalan Asia Afrika. Penggantian
nama tersebut dimaksudkan untuk lebih menyemarakkan konferensi dan menciptakan suasana konferensi yang
sesuai dengan tujuannya.
Pada 15 Januari 1955, surat undangan Konferensi Asia Afrika dikirimkan kepada kepala pemerintah dari 25 Negara
Asia dan Afrika. Dari seluruh negara yang diundang hanya satu negara yang menolak undangan itu, yaitu Federasi
Afrika Tengah, karena memang negara itu masih dikuasai oleh orang-orang bekas penjajahnya, sedangkan 24 negara
lainnya menerima baik undangan itu, meskipun pada mulanya ada negara yang masih ragu-ragu.

Negara-negara Peserta Konperensi Asia-Afrika :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.

Afghanistan
Indonesia
Pakistan
Birma
IranFilipina
Kamboja
Irak
Iran
Arab Saudi
Ceylon
Jepang
Sudan
Republik Rakyat Tiongkok
Yordania
Suriah
Laos
Thailand
Mesir
Libanon
Turki
Ethiopia
Liberia
Vietnam (Utara)
Vietnam (Selatan)
Pantai Emas
Libya
India
Nepal
Yaman

ASIA AFRIKA BERGEMA DARI BANDUNG


Pada Senin, 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak kesibukan di Kota Bandung untuk menyambut
pembukaan Konferensi Asia Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari mulai
depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyambut dan menyaksikan
para tamu dari berbagai negara. Sementara itu, para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi telah siap
di tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban.
Sekitar pukul 08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel Homann dan Hotel
Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika.
Banyak di antara mereka memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan warna. Mereka
disambut hangat oleh rakyat yang berderet di sepanjang Jalan Asia Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang
gembira. Perjalanan para delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan nama
Langkah Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB, semua delegasi masuk ke dalam Gedung
Merdeka.
Tidak lama kemudian rombongan Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Soekarno dan Mohammad Hatta, tiba di
depan Gedung Merdeka dan disambut oleh rakyat dengan sorak-sorai dan pekik merdeka. Di depan pintu gerbang
Gedung Merdeka kedua pimpinan Pemerintah Indonesia itu disambut oleh lima perdana menteri negara sponsor.
Pada pukul 10.20 WIB setelah diperdengarkan lagu kebangsaan Indonesia : Indonesia Raya, Presiden Indonesia,
Soekarno, mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul Let a New Asia And a New Africa be Born (Mari Kita
Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru). Dalam kesempatan tersebut Presiden Soekarno menyatakan bahwa kita,

peserta konferensi, berasal dari kebangsaan yang berlainan, begitu pula latar belakang sosial dan budaya, agama,
sistem politik, bahkan warna kulit pun berbeda-beda, namun kita dapat bersatu, dipersatukan oleh pengalaman pahit
yang sama akibat kolonialisme, oleh keinginan yang sama dalam usaha mempertahankan dan memperkokoh
perdamaian dunia. Pada bagian akhir pidatonya beliau mengatakan :
Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika,
mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan
seluruh dunia tanpa persatuan Asia Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan
pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk
mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika
telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!
Pidato tersebut berhasil menarik perhatian dan mempengaruhi hadirin yang dibuktikan dengan adanya usul Perdana
Menteri India dan didukung oleh semua peserta konferensi untuk mengirimkan pesan ucapan terimakasih kepada
presiden atas pidato pembukaannya.
Pada pukul 10.45 WIB., Presiden Indonesia, Soekarno, mengakhiri pidatonya, dan selanjutnya sidang dibuka
kembali. Secara aklamasi, Perdana Menteri Indonesia terpilih sebagai ketua konferensi. Selain itu, Ketua Sekretariat
Bersama, Roeslan Abdulgani, dipilih sebagai sekretaris jenderal konferensi.
Kelancaran jalannya konferensi dimungkinkan oleh adanya pertemuan informal terlebih dahulu di antara para
pimpinan delegasi negara sponsor dan negara peserta sebelum konferensi dimulai yaitu pada 17 April 1955.
Pertemuan tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan yang bertalian dengan prosedur acara, pimpinan konferensi,
dan lain-lain yang dipandang perlu. Beberapa kesepakatan itu berisi antara lain bahwa prosedur dan acara konferensi
ditempuh dengan sesederhana mungkin dan dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan
mufakat (sistem konsensus).
Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi.
Dibentuk tiga komite, yaitu Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan. Semua kesepakatan tersebut
selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :

Ketua Konferensi : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia


Ketua Komite Politik : Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi : Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan
Indonesia
Sekretaris Jenderal
Konferensi : Roeslan Abdulgani, Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Indonesia
Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu
terutama terjadi dalam sidang-sidang Komite Politik. Perbedaan pandangan politik dan masalah-masalah yang
dihadapi antara Negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan, bahkan sampai pada tahap yang relatif panas.
Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya rasa toleransi dan kekeluargaan di antara
peserta konferensi, maka jalan buntu selalu dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut-larut dapat diakhiri.

Setelah melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu, pada pukul 19.00 WIB.
(terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24 April 1955, Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka.
Dalam Sidang Umum itu dibacakan oleh sekretaris jenderal konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia
(komite) sebagai hasil konferensi. Sidang Umum menyetujui seluruh pernyataan tersebut, kemudian sidang
dilanjutkan dengan pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, ketua konferensi menyampaikan pidato
penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup.
Konsensus itu dituangkan dalam komunike akhir, yang isinya adalah mengenai :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kerja sama ekonomi;


Kerja sama kebudayaan;
Hak-hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri;
Masalah rakyat jajahan;
Masalah-masalah lain;
Deklarasi tentang memajukan perdamaian dunia dan kerja sama internasional.
Deklarasi yang tercantum pada komunike tersebut, selanjutnya dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, yaitu
suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Dasasila Bandung :
1.

Menghormati hak-hak asasi manusia dan menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam
PBB.

2.
3.
4.
5.

Menghormati kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara.


Mengakui persamaan derajat semua ras serta persamaan derajat semua negara besar dan kecil.
Tidak campur tangan di dalam urusan dalam negeri negara lain.
Menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan dirinya sendiri atau secara kolektif, sesuai dengan
Piagam PBB.
6.
(a) Tidak menggunakan pengaturan-pengaturan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus negara besar
mana pun.
(b) Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain mana pun.
7.
Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau menggunakan kekuatan terhadap keutuhan wilayah
atau kemerdekaan politik negara mana pun.
8.
Menyelesaikan semua perselisihan internasional dengan cara-cara damai, seperti melalui perundingan,
konsiliasi, arbitrasi, atau penyelesaian hukum, ataupun cara-cara damai lainnya yang menjadi pilihan pihak-pihak
yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB.
9.
Meningkatkan kepentingan dan kerja sama bersama.
10.
Menjunjung tinggi keadilan dan kewajiban-kewajiban internasional.

DAMPAK KONFERENSI ASIA AFRIKA


Konferensi Asia Afrika di Bandung telah membakar semangat dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsabangsa Asia dan Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air mereka, sehingga
kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka di kawasan Asia dan Afrika. Semua itu menandakan bahwa cita-cita
dan semangat Dasasila Bandung semakin merasuk ke dalam tubuh bangsa-bangsa Asia dan Afrika.
Konferensi Asia Afrika juga telah berhasil menumbuhkan semangat solidaritas di antara Negara-negara Asia Afrika,
baik dalam menghadapi masalah internasional maupun regional. Beberapa konferensi antarorganisasi dari negaranegara tersebut diselenggarakan, seperti Konferensi Mahasiswa Asia Afrika, Konferensi Setiakawan Rakyat Asia
Afrika, Konferensi Wartawan Asia Afrika, dan Konferensi Islam Afrika Asia.
Jiwa Bandung dengan Dasasilanya telah mengubah pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung telah
melahirkan faham Dunia Ketiga atau Non-Aligned terhadap Dunia Pertama Washington, dan Dunia Kedua

Moscow. Jiwa Bandung telah mengubah juga struktur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Forum PBB tidak lagi
menjadi forum eksklusif Barat atau Timur saja.

Perkembangan ASEAN dan Peran Indonesia


1. Latar Belakang Terbentuknya ASEAN
ASEAN (Association of South East Asia Nations), atau Perhimpunan Bangsa
Bangsa Asia Tenggara (PERBARA), merupakan organisasi kerja sama regional negaranegara
Asia Tenggara di bidang ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Meskipun organisasi
ini bertekad mewujudkan stabilitas dan keamanan kawasan Asia Tenggara dari
pengaruh asing, tetapi bukan merupakan organisasi politik. Hal ini dapat dilihat
dari latar belakang berdirinya ASEAN
Berdirinya ASEAN didorong oleh beberapa faktor di antaranya sebagai berikut.
a. Faktor Intern (dari dalam), yakni setelah berakhirnya Perang Dunia II lahirlah negaranegara
baru di Asia Tenggara. Munculnya negara-negara baru ini pada umumnya
banyak memiliki persamaan masalah, oleh karena itu perlu sikap dan tindakan
bersama untuk mewujudkan stabilitas dan keamanan kawasan ini melalui ASEAN.
b. Faktor Ekstern (dari luar), yakni akibat krisis Indocina yang ditimbulkan oleh
gerakan komunis yang berusaha menguasai seluruh Vietnam, Laos dan Kamboja
(Kampuchea) sebagai negara komunis, maka negara-negara tetangga di kawasan
ini merasa khawatir dan bersepakat menghadapi ancaman ini dengan
membentuk ASEAN.

2. Sejarah Berdirinya ASEAN


Di Asia Tenggara ada dua organisasi yang membawa pada pembentukan.
Pertama, Association of Southeast Asia (ASA) yang dibentuk berdasarkan Deklarasi
Bangkok tahun 1961 antara Malaysia, Muang Thai, dan Filipina. Kedua,
MAPHILINDO yang dibentuk pada tahun 1963, merupakan musyawarah antara
negara-negara Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Karena adanya Krisis Federasi

Malayasia yang kurang memuaskan Indonesia dan Malaysia, maka diawali dengan
ajakan Thanat Khoman dari Birma kepada Tun Abdul Razak dari Malaysia maupun
Adam Malik dari Indonesia pada bulan Mei 1967 maka terbentuklah Deklarasi
ASEAN.
Deklarasi ASEAN ditandatangani
pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok
(Deklarasi Bangkok) oleh lima utusan
dari 5 negara di kawasan Asia Tenggara.
Ke lima tokoh yang menandatangani
Deklarasi Bangkok adalah :
1) Adam Malik (Menteri Luar Negeri
Indonesia);
2) Tun Abdul Razak (Wakil Perdana
Menteri Malaysia);
3) S. Rajaratnam (Menteri Luar Negeri
Singapura);
4) Narsisco Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina); dan
5) Thanat Khoman (Menteri Luar Negeri Muang Thai).
Kelima negara di atas merupakan anggota ASEAN pada
awal berdirinya. Selanjutnya dalam perkembangannya
sampai sekarang ini anggota ASEAN sudah bertambah 5
negara, yakni :
1) Brunei Darussalam (tanggal 7 Januari 1984),
2) Vietnam (28 Juni 1995),
3) Laos (23 Juli 1997),
4) Myanmar (23 Juli 1997), dan
5) Kampuchea (16 Desember 1998).

3. Tujuan ASEAN
Maksud dan tujuan ASEAN seperti yang tercantum dalam Deklarasi Bangkok
8 Agustus 1967 adalah sebagai berikut.
(1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial serta
pengembangan kebudayaan di
kawasan Asia Tenggara.
(2) Meningkatkan perdamaian dan
stabilitas regional.
(3) Meningkatkan kerja sama yang aktif
serta saling membantu satu sama
lain dalam masalah ekonomi, sosial,
budaya, teknik, ilmu pengetahuan
dan administrasi.
(4) Saling memberikan bantuan dalam
bentuk sarana- sarana latihan dan
penelitian dalam bidang-bidang
pendidikan, professional, teknik dan
administrasi.
(5) Bekerja sama dengan lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan pertanian
serta industri, perluasan perdagangan komoditi internasional, perbaikan saranasarana
pengangkutan dan komunikasi serta peningkatan taraf hidup rakyat.
(6) Meningkatkan studi-studi tentang Asia Tenggara.
(7) Memelihara kerja sama yang erat dan berguna bagi organisasi-organisasi
internasional dan regional yang ada dan bertujuan serupa.

4. Struktur Organiasi ASEAN


Untuk melaksanakan maksud dan tujuan ASEAN, maka dibentuklah struktur

organisasi ASEAN. Struktur organisasi ini antara sebelum dan sesudah KTT I di Bali
1976 ada perbedaan.

a. Sebelum KTT I di Bali 1976 Struktur Organisasinya Sebagai


Berikut.
(1) Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri (ASEAN Ministerial Meeting). Sidang
Tahunan ini merupakan sidang tertinggi yang diadakan setiap tahun secara
bergilir di negara anggota.
(2) Standing committee, diketuai oleh Menteri Luar Negeri Tuan Rumah, tugasnya
melanjutkan pekerjaan ASEAN dalam jangka waktu di antara sidang-sidang
tahunan para Menteri Luar Negeri.
(3) Komisi-komisi Tetap (Permanent Committee), yang beranggotakan tenaga ahli
serta pejabat pemerintah negara-negara anggota. Tugas utama komisi ini adalah
memberikan rekomendasi terhadap rencana program ASEAN dan
melaksanakan program tersebut setelah mendapat persetujuan dari Sidang
Tahunan Para Menteri.
(4) Komisi-Komisi Khusus (Ad Hoc Committee), yakni Komisi khusus di bentuk
sesuai kebutuhan ASEAN.
(5) Sekretariat Nasional ASEAN (National Secretariats), yang bertugas untuk
mengkoordinasi pada tahap nasional dalam melaksanakan keputusan-keputusan
para menteri ASEAN dan mempersiapkan agenda pertemuan Standing Comitte.

b. Sesudah KTT I di Bali 1976 Struktur Organisasinya Ada


Perubahan, Sebagai Berikut.
(1) Pertemuan Para Kepala Pemerintahan ( Summit Meeting ).
(2) Sidang Tahunan Para Menteri Luar Negeri ASEAN.
(3) Sidang Para Menteri-Menteri Ekonomi.
(4) Sidang para Menteri lainnya (Non- Ekonomi).
(5) Standing Committee.
(6) Komite-Komite.

5. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN


a. KTT I di Bali (23 25 Februari 1976)
KTT I ASEAN ini dihadiri para pimpinan negara ASEAN. Dalam KTT I ini
disepakati tentang perluasan kerja sama dengan kerja sama di bidang politik,
pertahanan, keamanan, dan intelejen. Selain itu untuk menjamin stablitas dan
keamanan kawasan dan intervensi asing maka dikeluarkan Declaration of ASEAN
Concord (Deklarasi Kesepakatan ASEAN). Juga disepakati tentang Perjanjian
Persahabatan dan Kerja Sama di Asia Tenggara (Treaty of Amity and Cooperation in
South East Asia), antara lain berisi tentang dasar perilaku persahabatan antarnegara
anggota. Juga dalam KTT I ini disetujui tentang pembentukan sekretariat ASEAN di
Indonesia. HR. Dharsono dari Indonesia dipilih sebagai Sekjen ASEAN Pertama.
b. KTT II di Kuala Kumpur (4 5 Agustus 1977) yang lebih memfokuskan pada
masalah-masalah hubungan ekonomi dengan Jepang, Australia, dan Selandia
Baru.
c. KTT III di Manila (14 15 Desember 1987).
Dalam KTT III ini berhasil menandatangani Deklarasi Manila, yang isinya antara
lain tentang kerja sama dalam segala bidang untuk melawan proteksionisme negaranegara
industri dan mengadakan usaha bersama guna menjaga ketertiban, keamanan,
dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
d. KTT IV di Singapura ( 27 29 Januari 1992).
KTT IV ini mempunyai arti penting karena diadakan pada saat yang tepat yakni
pada waktu dunia sedang mengalami berbagai perubahan. Perubahan positif tersebut
berupa tercapainya persetujuan mengenai penyelesaian masalah Kamboja yang akan
membuka kesempatan bagi ASEAN untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan
negara-negara eks Indochina di kawasan Asia Tenggara.
e. KTT V di Bangkok, Thailand (14 15 Desember 1995)
f. KTT VI di Hanoi, Vietnam (15 16 Desember 1998)

g. KTT VII di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam (5 6 November 2001)


h. KTT VIII di Phnom Penh, Kamboja (4 - 5 November 2003)
i. KTT IX di Bali, Indonesia (7 8 Oktober 2003)
j. KTT X di Vientiane, Laos ( 29 30 November 2003)
k. KTT XI di Kuala Lumpur, Malaysia (12 14 Desember 2005).

6. Peranan Indonesia dalam ASEAN


Peranan Indonesia dalam ASEAN sangat besar di antaranya sebagai berikut.
a. Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa berdirinya ASEAN pada
tanggal 8 Agustus 1967.
b. Indonesia berusaha membantu pihak- pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian dalam masalah Indocina. Indonesia berpendapat bahwa
penyelesaian Indochina secara keseluruhan dan Vietnam Khususnya sangat
penting dalam menciptakan stabilisasi di kawasan Asia Tenggara. Pada tanggal
15 17 Mei 1970 di Jakarta diselenggarakan konferensi untuk membahas
penyelesaian pertikaian Kamboja. Dengan demikian Indonesia telah berusaha
menyumbangkan jasa-jasa baiknya untuk mengurangi ketegangan- ketegangan
dan konflik-konflik bersenjata di Asia Tenggara.
c. Indonesia sebagai penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pertama
ASEAN yang berlangsung di Denpasar, Bali pada tanggal 23 24 Februari
1976.
d. Pada tanggal 7 Juni 1976 Indonesia pernah ditunjuk sebagai tempat kedudukan
Sekretariat Tetap ASEAN dan sekaligus ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal
Pertama adalah Letjen. H.R. Dharsono yang kemudian digantikan oleh Umarjadi
Njotowijono.
Perkembangan ASEAN dan Peran Indonesia 9out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.

Anda mungkin juga menyukai