Anda di halaman 1dari 5

Urethrorrhagia

Anak laki-laki yang mengalami bercak perdarahan pada celana dalamnya sering
menimbulkan kekhawatiran yang sangat pada keluarga, biasanya adalah
urethrorrhagi. Usia rata-rata biasanya pada sekitar umur 10 tahun. Gejala termasuk
terminal hematuria pada 100% dan disuria pada 29.6% kasus. Pemeriksaan
laboratorium dan pencitraan normal pada semua pasien, kecuali hematuria
mikroskopik sebanyak 57%. Cystourethroscopy menunjukkan inflamasi bulbar
urethra tanpa striktur. Resolusi komplit terjadi pada separuh pasien pada 6 bulan,
71% pada 1 tahun, dan 91.7% seluruhnya. Rata-rata durasi gejala berlangsung
selama 10 bulan (2 minggu sampai 38 bulan), tetapi kelainan dan menetap selama
kurang lebih 2 tahun. Terapi cukup secara simtomatik. Evaluasi pencitraan rutin,
laboratorium dan sistoskopi tidak diperlukan dalam evaluasi urethrorrhagia.
Sistoskopi sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan striktur urethra.
Gejala Klinik
SNA sering terjadi pada anak laki-laki usia 2-14 tahun, gejala yang pertama kali
muncul adalah penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema) di
sekitar wajah dan kelopak mata (infeksi post streptokokal). Pada awalnya edema
timbul sebagai pembengkakan di wajah dan kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih
dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat. Berkurangnya volume air kemih dan air
kemih berwarna gelap karena mengandung darah, tekanan darah bisa meningkat.
Gejala tidak spesifik seperti letargi, demam, nyeri abdomen, dan malaise. Gejalanya
:
- Hematuria baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Gross hematuria 30%
ditemukan pada anak-anak.
- Oliguria
- Edema (perifer atau periorbital), 85% ditemukan pada anak-anak ; edema bisa
ditemukan sedang sampai berat.
- Sakit kepala, jika disertai dengan hipertensi.
- Dyspnea, jika terjadi gagal jantung atau edema pulmo; biasanya jarang.
- Flank pain
- Kadang disertai dengan gejala spesifik ; mual dan muntah, purpura pada HenochSchoenlein, artralgia yang berbuhungan dengan systemic lupus erythematosus
(SLE).
Pemeriksaan Fisik :
Pada pasien dengan SNA, pemeriksaan fisik dan tekanan darah kadang dalam batas
normal; tetapi kebanyakan pada pemeriksaan ditemukan adanya edema, hipertensi,
dan oliguria.
- Edema sering pada daerah muka, terutama daerah periorbital
- Hipertensi sering ditemukan pada 80% kasus SNA
- Hematuria, baik pada pemeriksaan makroskopik atau mikroskopik
- Skin rash
- Kelainan neurologis ditemukan pada kasus hipertensi malignant atau hipertensi

encepalopaty.
- Artritis
Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
Darah Lengkap
o Hemoglobin bisa menurun karena hemodilusi
o Adanya pleocitosis jika disebabkan oleh infeksi
Elektrolit, BUN dan kreatinin ( untuk mengetahui fungsi filtrasi glomerolus): BUN
dan kreatinin akan menunjukan kompresi ginjal.
Urinalisa
o Urin gelap
o Berat jenis urin lebih dari 1020 osm
o Eritrosit ditemukan dalam urin
o Proteinuria
o Silinderuria
1. Penyebab SNA dengan hipokomplemenemia :
a. GNAPS
Dicurigai sebagai penyebab SNA tanpa gejala bila pada anamnesis dijumpai
riwayat kontak dengan keluarga yang menderita GNAPS (pada suatu
epidemi). Kelainan urinalisis minimal. ASTO > 200 IU. Titer C3 rendah
(80mg/dL). Dicurigai sebagai penyebab SNA dengan gejala bila ditemukan
riwayat ISPA atau infeksi UTI seperti cucian daging, dengan atau tanpa
disertai oligouria. Sembab pada muka sewaktu bangun tidur, kadang-kadang
ada keluhan sakit kepala.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai adanya edema, hipertensi, kadangkadang gejala kongestif vaskuler (sesak, edema paru, kardiomegali), atau
gejala-gejala gabungan sistem saraf pusat (penglihatan kabur, kejang,
penurunan kesadaran). Hasil urinalisis menunjukan hematuria, proteinuria
(2+), silinderuria. Gambaran kimia darah menunjukan kadar BUN, kreatinin
serum, dapat normal atau meningkat; Elektrolit darah (Na, K, Ca, P, Cl) dapat
normal atau sedikit rendah; Kadar Globulin biasanya normal.
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan biakan apusan tenggorok / keropeng
kulit positif untuk kuman Streptococcus Beta Hemolyticus atau ASTO > 200
IU. Hematuria, proteinuria, dan silinderuria. Kadar CH50 dan C3 rendah (<80
mg/dL), yang pada evaluasi lebih lanjut menjadi normal. Sekitar 6-8 minggu
dari onset penyakit, kadar C4 biasanya normal.
Gambar 8. Pada biopsi ginjal didapatkan adanya proliferasi sel mesangial.
Nefropati IgA
Kecurigaan kearah nefropati IgA pada seorang anak dibuat bila timbulnya serangan
hematuria makroskopik secara akut dipicu oleh suatu episode panas yang
berhubungan dengan ISPA. Hematuria makroskopik biasanya bersifat sementara
dan menghilang bila ISPA mereda, namun akan berulang kembali bila penderita

mengalami panas yang berkaitan dengan ISPA. Diantara 2 episode, biasanya


penderita tidak menunjukkan gejala, kecuali hematuria mikroskopik dengan
proteinuria ringan masih ditemukan pada urinalisis. Edema, hipertensi, dan
penurunan fungsi ginjal biasanya tidak ditemukan. Kadar IgA serum biasanya
meningkat pada 10-20% dari jumlah kasus yang telah dilaporkan, kadar komplemen
(C3 dan C4) dalam serum biasanya normal. Diagnosis pasti biasanya dibuat
berdasarkan biopsi ginjal.
Komplikasi
Fase Akut :
o Gagal Ginjal Akut
Perkembangan kearah sklerosis jarang, bagaimanapun juga pada 0.5%- 2% pasien
dengan Glomerulonefritis Akut tahap perkembangan kearah gagal ginjal periodenya
cepat.
o Komplikasi lain, yang berhubungan dengan kerusakan organ pada sistem saraf
pusat dan kardiopulmo, bisa berkembang dengan pasien hipertensi berat,
encephalopati, dan pulmonary edema. Komplikasinya antara lain :
Retinopati hipertensi
Encephalopati hipertensif
Payah jantung karena hipertensi dan hipervolemia (volume overload)
Glomerulonefritis progresif
Jangka Panjang :
o Abnormalitas urinalisis (microhematuria) selama setahun
o Gagal ginjal kronik
o Sindrom nefrotik
Sindrom Nefritis Akut (SNA) / Glomerulonefritis Akut (GNA) adalah suatu sindrom
yang ditandai dengan gejala hematuria, hipertensi, edema, dan berbagai derajat
insufisiensi ginjal.
SNA disebabkan oleh faktor infeksi (paling sering diakibatkan oleh
glomerulonefritis akut pasca streptokokus), penyakit multisistemik (vaskulitis, SLE,
Henoch-Schonlein Purpura,dll), penyakit ginjal lain dan Nefropati IgA.
Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta
hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga
pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat
menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka
kejadian penyakit ini dapat dikurangi.
Gejala : edema di wajah terutama kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan
di tungkai dan bisa menjadi hebat, berkurangnya volume air kemih dan air kemih
berwarna gelap karena mengandung darah, tekanan darah bisa meningkat. Gejala
tidak spesifik seperti letargi, demam, nyeri abdomen, dan malaise.
Pemeriksaan penunjang :
o Laboratorium : Darah lengkap, Urinalisa, ASTO meningkat, antibodi Dn-ase

meningkat, C3 menurun, elektrolit, BUN, kreatinin


o Radiografi : foto thorax, EKG, USG ginjal
Dasar Diagnosis
o SNA hipokomplemenemia : Hematuria (makroskopik atau mikroskopik),
proteinuria, silinderuria terutama silinder eritrosit, dengan atau tanpa edema,
hipertensi, oliguria yang timbul secara mendadak disertai merendahnya kadar
sejumlah komplemen.
o SNA dengan normokomplementemia : Gejala-gejala nefritis akut dengan kadar
komplemen normal.
Terapi :
o Umum : Istirahat di tempat tidur pada fase akut, misalnya bila terdapat GGA,
hipertensi berat, payah jantung.
o Diet rendah garam dan rendah protein jika bila kadar ureum di atas 50 gram/dl
o Diuretik untuk edema dan hipertensi ringan, antihipertensi untuk hipertensi
sedang- berat, Antibiotik ; Penisilin prokain 50.000 U/kgBB/kali i.m. 2 x/hari,atau
Penisilin V 50 mg /kgBB/hari p.o. dibagi dalam 3 dosis untuk infeksi aktif. Untuk
anak-anak <12 tahun : 40mg /kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis. Apabila hipersensitif
terhadap penisilin bisa diberikan eritromisin 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis,
selama 10 hari.
Prognosis diperkirakan > 95 % akan sembuh sempurna, tetapi 5% diantaranya
mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat.

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:


Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic plasma.
Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi, sementara
jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal. Dengan demikian terdapat cairan tambahan
yang tertinggal diruang ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan
konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara :
pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal
penurunan sintesis protein plasma
akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein plasma );
makanan yang kurang mengandung protein
atau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas .
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar dari kapiler
ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui pelebaran pori- pori
kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan
tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan ke arah dalam sementara peningkatan tekanan
osmotik koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh kelebihan protein di cairan interstisium
meningkatkan tekanan ke arah luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema
lokal yang berkaitan dengan cedera (misalnya , lepuh ) dan respon alergi (misalnya , biduran) .
3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai peningkatan
tekanan darah kapiler, karena kapiler mengalirkan isinya ke dalam vena. Peningkatan tekanan ke
arah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif.
Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu contoh
1.

adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan.
Uterus yang membesar menekan vena vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas
bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini
menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema, karena kelebihan cairan yang difiltrasi
keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui sistem
limfe. Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya.
Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran drainase
limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan
untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu
penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah
tropis. Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran bahanbahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan interstisium, jarak antara sel dan
darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2, dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi
berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang
mendapat pasokan darah.

Anda mungkin juga menyukai