Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan
nasional,oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan
dan kesejahteraan rakyat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup
sekitarnya, sebagaimana dimanfaatkan pada pasal 33 ayat 3 dalam undang-undang
dasar 1945.
Untuk meningkatkan pembangunan pada ssuatu daerah, salah satunya
dengan memacu pertumbuhan ekonomi dan yang ditunjang dengan keberadaan
sumber daya alam yang tersedia,oleh pemerintahan setempat mengupayakan
mengoptimalkan potensi SDA tersebut dengan membuka peluang terhadap
investor yang dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah
khususnya di bidang pertambangan yang menjadi pendapatan Negara.
Dalam hal ini, PT. Wijaya Karya Bitumen

adalah salah satu perusahaan yang

bergerak dibidang pertambangan aspal di Kecamatan Pasarwajo, Kabupaten


Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara mendapat kesempatan dari pemerintah
kabupaten buton dengan memberikan izin usaha pertambangan (IUP) operasi
produksi yang terletak di Kecamatan Pasarwajo Kabupaten

Buton Sulawesi

Tenggara .dengan beroperasinya PT. Wijaya Karya Bitumen di Kabupaten Buton


telah memeberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah di Provinsi Sulawesi
Tenggara.
PT.Wijaya Karya Bitumen, sebagai perusahaan pertambangan telah
mendapatkan ijin usaha pertambangan operasi produksi dari pemerintah
kabupaten buton provinsi Sulawesi tenggara untuk melakukan pengusahaan aspal
yang meliputi tahapan perencanaan dan pemetaan, kegiatan study kelayakan,
eksploitasi, pengolahan dan pemurnian sampai dengan pengangkutan dan
penjualan. Dalam penambangan PT.Wijaya Karya Bitumen. Salah satu potensi
sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Buton adalah aspal alam.cadangan

aspal alam buton diakui paling besar di dunia. Hampir semua jazirah pulau buton
di penuhi aspal.cadangan aspal buton yang masih tertinggal sebanyak 179,1 juta
ton dengan sumber daya hipotetik minyak dalam aspal sebesar 10.577.646.000
liter.upaya modifikasi produk telah dilakukan oleh pihak terkait seperti membuat
BGA(Buton Granule Asphalt) dalam ukuran -2,36 mm.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang teknologi pemetaan kemajuan tambang
yang ada di PT.wijaya karya, serta mengaplikasikan secara langsung teori
yang didapatkan di bangku kuliah sehingga dapat mengetahui faktor
faktor yang mempengaruhi hasil survey di lapangan.
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1

Mengetahui kegiatan dan tugas surveyor di PT. Wijaya karya.

Mengetahui teknologi survey dan pengukuran kemajuan tambang


pada PT. Wijaya karya.

Mengetahui proses pengolahan data dari hasil kegiatan survey pada


PT. Wijaya karya.

Mengetahui faktor yang mempengaruhi pada hasil survey kemajuan


tambang pada PT. Wijaya karya.

1.3. Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan ini ada
tiga, yaitu:
1. Pengumpulan data
a

Primer, data primer berasal dari pengamatan, pengambilan data


langsung di lapangan, dan dokumentasi berupa foto dan data yang
diambil langsung di lapangan.

Sekunder, data sekunder berasal dari berbagai sumber literatur seperti


diktat mata kuliah, buku-buku manual handbook alat, internet, serta
interview terhadap karyawan yang bersangkutan.

2. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software tambang,


untuk PT. Wijaya karya, sendiri menggunakan software surfer11 dan
software pendukung lainnya seperti Autocad Civil 3D dan Riscanpro.
3. Pelaporan
Pelaporan berupa penyajian data berupa peta dari kegiatan kerja praktek
yang berisi hasil pengamatan dan perhitungan dari data primer yang
dapat dipertanggungjawabkan.
1.4. Batasan Masalah
Secara umum, penyusun mengamati seluruh kegiatan penambangan
pada PT. Pamapersada Nusantara, namun secara khusus penyusun
membahas mengenai kegiatan survey dan pemetaan progres tambang
maupun pengukuran lainnya serta pengolahan data pada PT. Pamapersada
Nusantara pada bulan Juli-Agustus 2012.
1.2. Sistematika Penulisan
Dalam laporan ini terbagi menjadi beberapa bab sesuai dengan isi,
dimana dalam masing-masing bab terbagi lagi menjadi beberapa subbab.
Sistem penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Merupakan bab pembuka yang menjelaskan tentang latar
belakang, tujuan, metode penulisan, batasan masalah serta
sistematika penulisan dari laporan.

BAB II

TINJAUAN UMUM
Tinjauan umum berisi penjelasan tentang informasi sejarah
perusahaan, lokasi dan kesampaian daerah, keadaan geologi
daerah yang meliputi keadaan topografi, cuaca dan iklim, dan
morfologi.

BAB III DASAR TEORI


Berisi tentang teori-teori mengenai survey dan pemetaan serta
informasi mengenai alat-alat yang digunakan untuk kegiatan
pemetaan yang diambil dari berbagai macam sumber.

BAB IV KEGIATAN PENGAMATAN LAPANGAN


Berisi tentang pengamatan penyusun pada kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Survey Section yang ada pada Mine Plan &
Development, Production, Geology and Exploration,Geotech,
Safety Health and Environment (SHE), serta PortDepartment.
BAB V

PENGUKURAN

KEMAJUAN

TAMBANG

DI

PT.

PAMAPERSADA NUSANTARA
Berisi tentang prosedur pengukuran kemajuan tambang, tahapan
pengukuran volume, pengolahan data dengan menggunakan
software, serta pembahasan mengenai jumlah produksi pada bulan
Juli - Agustus 2012.
BAB VI PENUTUP
Merupakan bab akhir pada laporan ini, yang berisi kesimpulan
serta saran.

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1. Sejarah Perusahaan


Di belahan Bumi bagian timur terbentang Negara Republik Indonesia terdiri
dari beribu pulau yang tercipta dengan kekayaan alam nan beragam khususnya di
jazirah Tenggara Ke pulau Sulawesi tepatnya di Pulau Buton terkarunia sumber
daya alam yang cukup banyak. Pada tahun 1920 penduduk setempat menemukan
batuan

berwarna hitam pekat, ringan dan melehkan Aspal, oleh kedatangan

Belanda pada tahun 1922 Ir. W C B Koolhoven mulai mengadakan penelitian di


Pulau Buton, setahun kemudian yaitu tahun 1923 penelitian tersebut dilanjutkan
oleh Mijnbouwkunding seorang ahli Geologish Onderzook Oost Celebes
(Penelitian Geologi Tambang Sulawesi Timur) mendapatkan endapan Aspal di
bagian Selatan Pulau Buton tepatnya pada suatu jalur dari teluk sampolawa
sebelah selatan sampai ke teluk Lawele di bagian Utara.
Oleh A. Walker, atas izin Kesultanan Buton membuat kontrak eksplorasi dan
eksploitasi meliputi wilayah Waisiu, Kabungka, Wariti Dan Lawele mengambil
Aspal Batu Buton (asbuton) yang sebelumnya dinamakan BUTAS (Buton Aspal).
Tahun 1926 A. Walker menyerahkan hak eksploitannya kepada MMB (Mijnbouw
en Cultur maattschapij Buton Belanda) selama 30 Tahun terhitung sejak tanggal
21 Oktober 1924 sampai dengan tanggal 21 Oktober 1954 dalam kurun waktu
selama 30 tahun itu asbuton tidak hanya di eksport ke beberapa negara Eropa
tetapi dipakai juga untuk permintaan pembuatan jalan di dalam Negeri karena
berkwalitas sangat baik.
Tingkat produksi yang dicapai pada waktu itu masih sangat rendah oleh
karena peralatan yang digunkan untuk proses produksi sangat sederhana, alat
angkut yang sangat vital kala itu adalah cabel way yang saat itu masyarakat
menyebutnya kabel ban, rute angkutan alat angkut ini langsung dari Tambang
Kabungka ke daerah penimbunan Aspal (Stock File) di Banabungi dan
pengangkutan dari tambang ke stasiun kabel ban dipergunakan lori dengan
lokomotif dan proses produksi seperti ini berlangsung hingga tahun 1954.

Sejak tahun 1954 MMB telah diambil alih oleh Pemerintah Republik
Indonesia menyerahkan pekerjaan pengambilan asbuton kepada kementerian
pekerjaan umum, jawatan jalan jalan dan jembatan dengan surat keputusan
Menteri Perekonomian tanggal 12 Oktober 1954 Nomor : 14.637/M dan Tanggal
15 Oktober 1955 Nomor: 13.840/M maka pada Tanggal 22 Oktober ditetapkan
sebagai Hari Jadi Perusahaan yang Mengelola Aspal Buton.
Pemerintah berusaha meningkatkan Produksi guna memenuh kebutuhan
Aspal dalam Negeri yang sangat mendesak, atas dasar ini Pemerintah melebur
BUTAS menjadi PAN (PERUSAHAAN ASPAL NEGARA), periode BUTAS
berlangsung sampai dengan tahun 1960. Pada tanggal 12 Mei 1961 dikeluarkan
peraturan pemerintah nomor : 195 tentang pendirian perusahaan aspal negara.
Sejak masa PAN (Perusahaan Aspal Negara) Tahun 1961 menunjukan
kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat dan tingkat produktifitasnya
menunjukan angka kenaikan bila dibandingkan dengan BUTAS, peningkatan
jumlah produksi dan penjualan yang dicapai selama periode PAN berakhir sampai
dengan tahun 1984.
Pada tanggal 30 Januari 1984 dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 3
tentang pengalihan bentuk Perusahaan Aspal Negara menjadi Perusahaan
Perseroan (PT. Persero). Sejak saat itu Pemerintah mendirikan PT. Sarana Karya
(Persero) berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH Nomor : 1 Tahun 1984 pada
tanggal 1 September 1984 dengan Modal sebesar 10 Milyar.
Aspal Buton merupakan Aspal alam yang terdiri dari batuan yang
mengandung bitumen Aspal dan menurut penelitian Konsultan Bank Dunia kadar
bitumen rata-rata mencapai 10 40%. Deposit Aspal yang terdapat di Pulau
Buton dalam 3 (tiga) amatan meliputi kawasan Pasarwajo, Sampolawa dan
Lasalimu dan jumlah cadangan diperkirakan sekitar 400 Juta Ton.
Produksi tertinggi yang Pernah tercapai yaitu pada Tahun 1983 sebesar
533.000 ton dan pemakai Asbuton adalah Ditjen Binamarga hingga tahun 1985,
akan tetapi mulai tahun 1986 karena keterbatasan Dana pada APBN oleh Ditjen
Binamarga tidak melakukan pembelian sama sekali. Pemasaran Asbuton ke
Instalasi Daerah (Departemen Dalam Nageri) pada Tahun 1986 hanya mencapai
121.940 ton, namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan yang sangat

drastis ini disebabkan karena Dana Rupiah pada APBN juga dipergunakan sebagai
Dana Pendamping Bantuan Luar Negeri. Dengan menurunnya pemasaran Aspal
Buton ini maka pada Tahun 1987 di Kompleks Pelabuhan Banabungi bertumpuk
Asbuton sejumlah + 360.000 ton, dan sejak Tanggal 1 Agustus 1987 produksi
dihentikan sehingga mengakibatkan perampingan karyawan besar-besaran yang
pada saat itu jumlah karyawan mencapai 827 orang dirampingkan menjadi 343
orang. Penghentian produksi ini bergemah di tingkat Nasional, para Menteri
berdatangan, demikian pula Pejabat DPA Anggota DPR RI dari berbagai Fraksi
bahkan wapres H.Umar wirahadikusuma Tanggal 14 November 1989 juga
berkunjung ke Banabungi, dan terakhir pada tanggal 10 September 1990 Bapak
Presiden Suharto bersama rombongan juga berkunjung ke Banabungi Pulau
Buton.
Selama penghentian Produksi sebenarnya Aspal Buton masih digunakan
terus untuk konstruksi jalan terutama jalan jalan kabupaten, Propinsi Sulawesi
Tenggara dan berbagai propinsi lainnya sehingga Aspal yang bertumpuk

di

Kompleks Pelabuhan Banabungi dari Tahun 1987 berjumlah + 360.000 ton pada
akhir Oktober 1990 berkurang hingga + 150.000 ton.
Mulai Bulan November 1990 PT. Sarana Karya (Persero) mulai aktif
berproduksi kembali namun karena lama tidak berproduksi banyak kendala yang
dihadapi

terutama

peralatan

banyak

mengalami

kerusakan.

Dengan

berproduksinya kembali PT. Sarana Karya (Persero) oleh departemen pekerjaan


umum sebagai pemakai utama Asbuton meminta agar kualitas produksinya
ditingkatkan terutama mengenai ukuran butiran dan kadar air, untuk ini
pemerintah akan memberikan tambahan dana untuk rehabilitasi peralatan
produksi.
Sejak tahun 2003 perusahaan membuka tambang baru di lawele yang
masih di produksi dalam bentuk curah, meskipun sejak tahun 1998 sudah banyak
investor yang akan mengolah Aspal Lawele dengan cara di ekstraksi tapi
kenyataannya sampai saat ini belum ada yang terealisasi.
Untuk meningkatkan penjualan Asbuton, sejak tahun 2006 sudah
dilakukan perintisan Expor ke Negara Cina yang diharapkan akan menjadi
peluang besar yang menjanjikan, dan Tahun 2011 terlaksanalah pemuatan Expor

ke Negara Cina tersebut yang mencapai + 200.000 ton / tahun dan hal ini masih
berlanjut hingga sekarang ini.
Walaupun sejak Tahun 2011 Perusahaan sudah mulai mengadakan
penjualan dan hasilnya dinilai cukup, namun upaya proses akuisisi yang di
inginkan Pemerintah Pusat tetap harus dilaksanakan dan akhirnya tepat pada
Tanggal 30 Desember 2013 terjadi Peralihan Pemegang Saham oleh PT. Wijaya
karya (Persero) tbk terhadap PT. Sarana Karya (Persero) yang kemudian sejak saat
itu status PT. Sarana Karya berubah menjadi anak Perusahaan PT. Wijaya Karya
(Persero) tbk.
2.3. Keadaan Geologi
2.3.1 Geomorfologi
Menurut teori lempeng yang dikemukakan oleh prof. dr Katili, Pulau
Buton berasal dari busur banda yang di dorong dengan pergeseran melingkar
benua Australia dan selanjutnya membelok kesebelah barat sehingga terbentuk
pulau Buton dengan kedudukan yang sekarang ini di Sulawesi Tenggara.
Busur Banda adalah istilah yang digunakan oleh para geologist untuk
menjelaskan pulau buton,pulau timur dan pulau seram yang sebelumnya diketahui
posisinya jauh berada diselatan dan sejajar dengan Pulau Jawa dan Pulau
Timur.menurut penyelidikan hetzel(1936) bahwa pada masa miosen sampai
neogen,pulau buton mengalami suatu perlipatan sehingga terjadi pegunungan
yang membujur dari arah utara kearah selatan.endapan aspal yang terdapat pada
bagian timur pulau Buton terletak pada zona patahan di sepanjang pinggiran timur
pada suatu graben yang memebentang dari teluk lawele disebelah utara sampai ke
teluk sampolawa pada bagian selatan dengan panjang 75 km dan dengan lebar 12
km.
2.3.2 Stratigrafi
Jenis batuan yang terungkap di pulau buton sangat bervariasi demikian
pula dengan umur batuannya yang mencangkup mulai dari Mezoik hingga
Kuarter.sebaran paling luas dari batuan pra tersier tersebut ditemukan di bagian
ujung utara dari pulau buton di wilayah Kulisusu dan juga di sekitar aliran Sungai
Mokito(Buton Selatan).sedangkan batuan Kuarter yang didominasi oleh satuan
batu gamping terumbu,tersebar terutama dibagian selatan dan tengah pulau

Buton.gambaran urutan stratigrafi pulau buton dari tua ke muda adalah sebagai
berikut:
1. Sekis Kristalin
Batuan malihan ini terutama dari sekis plagioklas yang hanya tersingkap di
aliran Sungai Mokito.menurut hetzel (1936) satuan ini diperkirakan berumur lebih
tua dari trias yang di dasarkan pada satuan mesozoik lainnya tidak terlalu
terubahkan seperti halnya sekis kristalin ini.sikumbang,dkk(1945) menamakan
satuan batuan tersebut sebagai Formasi Mokito yang juga diperkirakan berumur
pra tias.
2. Batuan Mesozoik
Batuan Mesozoik ini termasuk beberapa satuan beberapa dengan satuan
dengan umur tertentu,yaitu:
a. Formasi Winto
Satuan ini tersingkap di daerah Buton Selatan,di bagian atas aliran
Sungai Winto,yang disusun oleh batuan selang seling serpih,serpih
napalan,batu

pasir

arkose,konglomerat

dengan

sisispan

tipis

batugamping berwarna gelap.satuan ini menutupi sekis kristalin yang


terlipatkan.berdasarkan fosil yang terdapat dalam lapisan batugamping
seperti Halabia Sp,satuan ini berumur trias atas.satuan ini tersingkap di
sekitar Lawele dan bagian atas aliran Sungai Winto.
b. Formasi Doole
Batuan dari Formasi Doole ini terutama terdiri dari batuan malihan
yang berderajat rendah.satuan ini tersingkap di sepanjang pantai timur
buton utara antara teluk doole hingga tanjung Lakansai.adanya
kemiripan dengan batuan Formasi Winto,satuan Formasi Doole ini
diperkirakan berumur Trias.
c. Formasi Ogena
Batuan yang menyusun Formasi Ogena terutama terdiri dari
batugamping dengan sisipan napal.dalam lapisan napal sering
ditemukan

fosil

amonit

seperti

phylloceras

sp

dan

arietites

sp.keberadaan fauna amonit ini menentukan umur satuan tersebut


sebagai jurah bawah. Formasi Ogena terutama di dapatkan bagian utara
dan selatan Buton,sedangkan dibagian tengah tidak ditemukan sebaran
satuan batuan ini.
d. Formasi Rumu

Satuan ini terutama disusun oleh selang seling batu gamping, napal
dan sisipan batulempung. Dalam satuan ini banyak ditemukan Fosil
Belemnopsis

Sp,

seperti

Belemnopsis

Gerardi,

Belemnopsis

Alfurica,dan Ancela Cf.kontak dengan satuan di bawahnya yaitu


Formasi

Ogena

terlihat

selaras.berdasarkan

kandungan

Fosil

tersebut,umur satuan batuan ini diperkirakan jura atas.


e. Formasi Tobelo
Seperti halnya dua satuan sebelumnya seperti Formasi Ogena dan
formasi rumu, satuan batuan Formasi Tobelo terutama disusun oleh
lapisan batugamping dengan sisipan tipis napal. Ciri satuan ini adalah
terdapatnya sisispan tipis rijang, dengan kandungan Fosil Foraminifera
yang banyak ditemukan dalam satuan ini terdiri dari Globotruncana
Canaliculata,Globigerina Cretacea dan Pseudotextulaia Globulosa.fosilfosil tersebut adalah fauna khas berumur kapur. lapisan batugamping
Kalsilutit dari satuan ini banyak mengandung Fosil Radiolaria.
3. Batuan Tersier
Satuan batuan yang berumur tersier ini terbagi atas batuan berumur
Paleogen dan Neogen.menurut Hetzel terdapat satuan batuan berumur Paleogen
yang dinamakan Formasi Wani yang disekitar Pegunungan Tobelo,disusun oleh
lapisan

batuan

konglomerat

aneka

bahan,

batupasir

dan

batupasir

gampingan.dalam lapisan konglomerat tersebut ditemukan pecahan batugamping


mengandung Fosil Glabotruncana yang berumur kapur, juga ditemukan Fosil
Nummulites,Isolepidina Boetonensis.berdasarkan keberadaan Fosil Nummulites,
Asterocyclina Sp, Spyroclipeus Sp dan Borelis Sp tersebut ditentukan satuan
batuan tersebut berumur Eosen. Penyebaran satuan batuan ini terbatas disekitar
aliran Sungai Wani,Pegunungan Tobelo,Buton Utara.
Penyebaran paling luas yaitu batuan tersier dimana hampir tiga perempat
wilayah pulau buton ditempati oleh batuan tersebut.batuan tersier atas(neogen)
terletak tidak selaras di atas satuan yang lebih tua(Mesozoik).secara umum
endapan muda ini dimulai dengan batuan konglomerat hingga pasiran, yang
kemudian berubah menjadi lebih kearah gampingan napalan.terdapat dua karakter
sedimen berbeda dari satuan tersier muda ini, yaitu sedimen konglomeratik
pasiran dari lapisan Tondo dan sedimen yang lebih gampingan napalan dari
lapisan Sampolakosa.

a. Formasi Tondo
Satuan batuan dari Formasi Tondo terutama disusun oleh konglomerat dan
batupasir berselang seling dengan lempung dan napal.seperti halnya dalam
Formasi Wani,dalam lapisan konglomerat dari Formasi Tondo juga ditemukan
fragmen-fragmen batuan Sedimen Mesozoik, Peridotit dan Serpentin.selain itu
juga dalam satuan tersebut terdapat lapisan batugamping.sikumbang,dkk
memasukkannya sebagai anggota batugamping Formasi Tondo.kandungan fosil
yang terdapat dalam satuan ini seperti Lepidocyclina Sumatrensis, Lepidocyclina
Ferreroi, Miogypsina Sp, mencirikan umur Miosen tengah hingga atas.
b. Formasi Sampolakosa
Formasi Sampolakosa memeperlihatkan satuan yang lebih napalan,jarang
terdapat sisipan batupasir, dan terletak selaras di atas Formasi Tondo. Dlam
satuan ini banyak sekali ditemukan Fosil Moluska dan khas untuk lingkungan
laut dalam(marks,1957). Umumnya pulau buton ditutupi sangat luas oleh satuan
dari Formasi Sampolakosa ini.
4. Batuan Kuarter.
Kedalam batuan kuarter ini termasuk batugamping terumbu, yang terutama
tersebar di sebelah tengah dan selatan pulau buton. Batugamping terumbu sangat
khas memeperlihatkan satuan undak pantai.selain ini juga disusun oleh endapan
batupasir gampingan,batulempung dan napal yang kaya akan Foraminifera
Plangton.di Buton Selatan ditemukan gamping terumbu yang terangkat hingga
ketinggian 700 meter.
2.3 Keadaan Tanah
Kondisi topografi tanah daerah kabupaten buton pada umumnya memiliki
permukaan yang bergunung,bergelombang, dan berbukit-bukit. Diantara gunung
dan bukit-bukit tersebut, terbentang daratan yang merupakan daerah-daerah
potensial untuk pengembangan sector pertanian.permukaan tanah pegunungan
yang relative rendah ada yang juga yang bisa digunakan untuk usaha yang
sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan
laut,kemiringan tanah mencapai 40
2.4 Keadaan Iklim Dan Curah Hujan
Keadaan iklim di wilayah Kabupaten Buton pada umumnya sama seperti
daerah-daerah lain di Indonesia dimana mempunyai dua musim,yakni musim
hujan jan musim kemarau.pengukuran iklim dipusatkan di Stasiun Meteorology
kls III Betoambari Kota Bau-Bau.musim hujan terjadi di antara bulan desember

sampai dengan bulan April.pada saat tersebut,angin barat bertiup dari benua Asia
serta lautan pasifik banyak mengandung uap air.
Musim kemarau terjadi antara bulan juli dan September, pada bulan-bulan
tersebut angin timur yang bertiup dari benua Australia sifatnya kering dan kurang
mengandung uap air.khusus untuk bulan april dan mei di daerah Kabupaten
Buton,arah angin tidak menentu,demikian pula dengan curah hujan,sehingga pada
pada bulan-bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Berikut adalah data curah
hujan Kabupaten Buton
Table. 2.1 Data Curah Hujan 2015
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

CH(mm)
203
173
250
303
444
338
113
96
0
11
83
368

HH(hari)
17
15
15
17
21
18
11
10

1
2
19

CH/hujan
11.94
11.53
16.66
17.82
21.14
18.77
10.27
9.6

11
41.5
19.36

BAB III
DASAR TEORI
Ilmu ukur tambang adalah salah satu aplikasi dari ilmu geodesidan
rekayasa yang berhubungan dengan masalah pertambangan.Tujuan ilmu ukur
tambang, menyajikan secara grafis (rencana atau bagian dari rencana) bentuk dan
kejadian gambaran penyebaran bahan galian serta struktur yang ada dari
kenampakan permukaan bumi.Memecahkan berbagai permasalahan dalam ilmu
ukur tambang (eksplorasi, konstruksi, eksploitasi).
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan
persiapan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan secara efektif
dengan waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.

Pengukuran (survey) adalah sebuah teknik pengambilan data yang


dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah obyek ke
obyek lainnya. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi
pengukuran, kemudian hasil pengolahan data pengukuran adalah dasar dari
pembuatan peta.
Kegiatan pengukuran (survey) dilakukan dalam proses tahapan-tahapan
sebagai berikut :
1. Eksplorasi
2. Pengukuran Luasan Tambang
3. Studi Geoteknik dan Geohidrologi / Hidrologi
4. Studi Kelayakan
5. Perencanaan Tambang
6. Penambangan (Produksi - Eksploitasi Pengolahan - Pemurnian)
7. Pengangkutan dan Penjualan
8. Penutupan Tambang
Pada setiap tahap tersebut, peranan tenaga survey dan pemetaan sangat
diperlukan, khususnya dalam tahapan Eksplorasi dan Eksploitasi.Dalam tahapan
eksplorasi, peran tenaga survey dan pemetaan antara lain, penyediaan peta-peta
kerja

geologi

dan

peta

untuk

perijinan

penambangan,

pengukuran

topografioriginal, dan penentuan posisi titik bor geologi.Dalam tahapan


eksploitasi, peran tenaga surveyor diperlukan untuk pelaksanaan konstruksi
insfrastruktur serta aplikasi dari desain tambang dengan memasang patok - patok
acuan desain.
Pekerjaan survey pada tahapan kegiatan tambang dapat dikategorikan
sebagai pekerjaan Geodesi Rendah (Plane Geodesi).Pada umumnya wilayah
tambang tidak mencakup areal yang terlalu luas sehingga kelengkungan bumi
dapat diabaikan. Aspek ketelitian survey dan pemetaan pada kegiatan penambang,
yang diharapkan masih dalam ketelitian fraksi desimeter - meter, kecuali untuk
pekerjaan yang berhubungan dengan konstruksi infrastruktur atau bangunan dan
pengukuran deformasi lereng.
Perkembangan teknologi dan pemetaan yang dalam kurun waktu terakhir
meningkat sangat cepat juga menuntut beberapa dunia tambang untuk
meningkatkan produktifitas penambangannya dengan melakukan perbaikanperbaikan pada bidang survey pemetaan, misalnya :
1. Pemetaan topografi original menggunakan teknologi Laser Scanner atau
menggunakan metode fotogrametris.

2. Pengunaan satelit positioning (Global Positioning System) GPS untuk


pemetaan pada model tambang terbuka.
3. Pengunaan teknologi Robotic Monitoring System untuk pemantauan kestabilan
lereng seperti Laser Scanner.
4. Penggunaan teknologi (Geografhic Information System) GIS dan (Global
Positioning System) GPS untuk memantau posisi dan kondisi alat produksi.
5. Penggunaan GIS untuk membantu kegiatan pembebasan lahan, pemantauan
lingkungan

dari

aspek

penambangan

dan

pemantauan

Community

Development.
Dalam beberapa kasus, kesalahan dalam pekerjaan survey dan pemetaan di
tambang akan sangat erat dengan tujuan penambangan itu sendiri, yakni dalam
pelaksanaan investigasi kandungan tambang (eksplorasi) dan tahap pengambilan
material tambang (eksploitasi). Kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan tambang
akan menyebabkan beberapa hal dibawah ini :
1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi akan menyebabkan
kesalahan dalam membuat model cadangan bahan tambang, serta menentukan
besaran cadangan terkira dan terukur suatu tambang.
2. Kesalahan ini akan menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang, dan
analisa ekonomi tambang.
3. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan
mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan
pada penentuan metode penambangan.
4. Kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam
perencanaan tambang dan produksi penambangan sehingga cadangan yang
berada dibawah tanah tidak didapat diambil seluruhnya.
5. Kesalahan dalam pengukuran pemasangan patok oleh survey akan meyebabkan
salahnya penggalian yang berdampak pada :
a. Volume galian perencaan tidak sama dengan aktual sehingga cost dari
penambangan akan bertambah.
b. Terganggunya stabilitas atau kemantapan lereng karena perubahan geometri
lereng.
c. Pengambilan material yang salah sehingga kualitas material tidak sesuai
dengan perencanaan.
d. Terganggunya sequence penambangan sehingga target produksi mengalami
perlambatan.

e. Kesalahan dalam melakukan pengukuran topografi original atau topografi


progress tambang akan mengganggu proses penyaliran tambang (drainase
tambang) sehingga akan menganggu proses produksi dari aspek sequence
tambang dan terganggunya proses penyaliran

tambang

juga akan

menganggu kestabilan lereng (Anonim, 2011).


Sedangkan kegiatan pemetaan merupakan proses pembuatan peta
berdasarkan pengolahan data hasil pengukuran. Bidang ilmu yang mempelajari
pembuatan peta ini disebut dengan kartografi, sedangkan ahlinya adalah
kartografer.Pemahaman yang baik mengenai Sistem Proyeksi dan Sistem
Koordinat bumi merupakan hal dasaryang harus diketahui oleh seorang
kartografer.
3.1. Peta dan Jenis - Jenis Peta
Peta topografi merupakan gambaran sebagian kecil permukaan bumi
di atas bidang datar (atau bidang yang didatarkan) yang dibuat dalam skala
tertentu, serta dilakukan dengan metode tertentu pula. Karena banyaknya
data topografi yang dapat disajikan di atas suatu peta, maka perlu dilakukan
pemilihan data-data yang akan disajikan sehingga kerumitan isi peta dapat
dihindari. Dalam pemilihan peta tersebut, perlu dipertimbangkan beberapa
hal, seperti : skala peta yang akan dibuat, sumber data pemetaan, serta jenis
data yang disajikan (tujuan pemetaan). Berdasarkan ketiga pertimbangan
tersebut, suatu peta dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis peta.
Berdasarkan sumber datanya, peta dikelompokkan ke dalam dua
golongan peta, yaitu :
a. Peta induk, adalah peta yang dihasilkan dari survey langsung di lapangan
dan dilakukan secara sistematis
b. Peta turunan, adalah peta yang dibuat (diturunkan) berdasarkan acuan
peta yang sudah ada, sehingga survey langsung ke lapangan tidak
diperlukan di sini. Peta turunan ini tidak dapat digunakan sebagai peta
dasar untuk pemetaan topografi.
Berdasarkan data yang disajikan, peta dapat digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu :

a. Peta topografi (topographic map), adalah peta yang menggambarkan


semua unsur topografi yang nampak di permukaan bumi, baik unsur alam
maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan pula keadaan relief
permukaan bumi. Dengan demikian, di samping data planimetris berupa
unsur-unsur topografi di atas, ditampilkan pula data-data ketinggian
seperti data titik tinggi dan data kontur topografi. Contoh peta topografi
yaitu peta rupa bumi terbitan Bakosurtanal, peta teknik untuk
perencanaan teknik sipil, dan lain-lain.
b. Peta tematik (tematic map), adalah peta yang hanya menyajikan data-data
atau informasi dari suatu konsep/ tema yang tertentu saja, baik itu berupa
data kualitatif, maupun data kuantitatif, dalam hubungannya dengan
detail topografi yang spesifik, terutama yang sesuai dengan tema peta
tematik tersebut. Contoh peta tematik yaitu peta geologi, peta anomali
gaya berat, peta anomali magnet, peta tata guna lahan, peta pendaftaran
tanah, dan lain-lain.
Berdasarkan besarnya gambar yang disajikan, maka skala peta dapat
dikelompokkan ke dalam tiga golongan, yaitu :
a. Skala besar, merupakan skala peta yang dapat menyajikan gambar dalam
ukuran besar sehingga data-data topografi dapat digambarkan secara
rinci. Termasuk ke dalam skala ini adalah skala 1 : 10.000, 1 : 5.000, 1 :
1.000, 1 : 500, dan skala yang lebih besar lagi.
b. Skala sedang, merupakan skala yang dapat menyajikan gambar dalam
ukuran yang semi rinci, sehingga sudah ada pengelompokan data-data
rinci dan sejenis ke dalam satu kelompok data. Misalnya lebar jalan
sudah mengalami penyederhanaan menjadi garis. Termasuk ke dalam
kelompok ini adalah skala 1 : 250.000, 1 : 100.000, 1 : 50.000, 1 :
25.000. Skala sedang biasanya digunakan untuk pemetaan dasar
topografi nasional oleh Bakosurtanal.
c. Skala kecil, merupakan skala peta yang hanya dapat menyajikan data
dalam ukuran kecil pula, sehingga tingkat penyederhanaan data sudah
semakin membesar. Yang termasuk skala kecil adalah skala 1 : 500.000
dan atau skala yang lebih kecil (Subagio, 2000).
3.2. Metode Pemetaan Topografi

Secara
dikelompokkan

garis

besarnya,

menjadi

dua,

metode
yaitu

pemetaan

metode

topografi

teristris

dan

dapat
metode

fotogrametris.
a. Metode Teresteris
Dalam metode ini, semua pekerjaan pengukuran topografi
dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan peralatan ukur, seperti
theodolit, waterpas, alat ukur jarak, serta peralatan ukur modern lainnya
(GPS, total station, dan lain-lain). Pengukuran topografi adalah
pengukuran posisi dan ketinggian titik kerangka pemetaan serta
pengukuran detail topografi (semua objek yang terdapat di permukaan
bumi). Yang dimaksud dengan kerangka pemetaan adalah jaringan titik
kontrol tanah (X dan Y) dan height (h) yang akan digunakan sebagai
referensi atau acuan pengukuran dan titik kontrol pengukuran.
Setelah semua data lapangan terukur secara akurat, maka data-data
tersebut kemudian diolah dalam processing data. Pengolahan data ini
terdiri atas perhitungan data kerangka pemetaan dan data detail topografi,
penggambaran detail topografi, serta proses kartografi. Hasil akhir dari
pengolahan data ini adalah berupa peta topografi.
Secara garis besar, langkah-langkah pemetaan secara terestris
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan, yang meliputi peralatan, perlengkapan dan personil.
2. Survei pendahuluan (reconaisance survey), maksudnya peninjauan
lapangan lebih dahulu untuk melihat kondisi medan secara
menyeluruh, sehingga dari hasil ini dapat ditentukan :
a. Teknik pelaksanaan pengukurannya.
b. Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representatif dalam
arti distribusinya merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan,
mudah didirikan alat ukur, mempunyai kapabilitas yang baik untuk
pengukuran detail, saling terlihat dengan titik sebelum dan setelah
detail.
3. Survei pengukuran, meliputi :
a. Pengukuran kerangka peta (misalnya poligon) meliputi sudut,
jarak, dan beda tinggi.
b. Pengukuran detail
c. Pengukuran khusus

4. Pengolahan data
a. Perhitungan kerangka peta (X, Y, Z)
b. Perhitungan detail (X, Y, Z) atau cukup sudut arah/azimutnya,
jarak datar, dan beda tinggi, dari titik ikat.
5. Plotting atau penggambaran, meliputi:
a. Plotting kerangka peta dan detil
b. Penarikan garis kontur dan Editing
Mulai
PETA

PENGECEKAN PERMINTAAN PEMETAAN TOPOGRAFI

PENYUSUNAN RENCANA DAN SKEDUL1KERJA


REFERENSI

PENGUKURAN TITIK KONTROL

PENGUKURAN POLIGON CABANG DAN3DETAIL

PROSES DATA

PETATOPOGRAFI

YA
PERLU
REVISI

TIDAK

DISTRIBUSI

5
GEOLOGI

SELESAI

Gambar 3.1.Flowcart pengambilan titik-titik Topografi

b. Metode Fotogrametris
Pengukuran detail topografi (disebut pengukuran situasi) selain
dapat langsung dikerjakan di lapangan, dapat pula dilakukan dengan
teknik pemotretan dari udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat
terukur atau terpotret daerah yang seluas mungkin. Dalam metode
fotogrametri ini, pengukuran lapangan masih diperlukan dalam proses
fotogrametris selanjutnya.
Pada dasarnya, metode fotogrametri ini mencakup fotogrametris
metrik dan interpretasi citra.Fotogrametris metrik merupakan pengenalan
serta identifikasi suatu objek pada foto.Dengan metode ini, pengukuran
tidak perlu dilakukan langsung di lapangan, tetapi cukup dilaksanakan di
laboratorium melalui pengukuran pada citra foto.Untuk melaksanakan
pengukuran tersebut, diperlukan beberapa titik kontrol pada setiap foto
udara. Titik kontrol ini dapat dihasilkan dari proses fotogrametris
selanjutnya, yaitu proses triangulasi udara yang bertujuan memperbanyak
titik kontrol foto berdasarkan titik kontrol yang ada(Subagio. 2000).
3.3. Kesalahan Dalam Pengukuran
Pengukuran merupakan proses yang mencakup tiga hal atau bagian
yaitu benda ukur, alat ukur dan pengukur atau pengamat. karena ketidak
sempurnaan masing - masing bagian ini ditambah dengan pengaruh
lingkungan maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun pengukuran yang
memberikan ketelitian yang absolut. Ketelitian bersifat relatif yaitu
kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang
dianggap benar, karena yang absolut benar tidak diketahui. Setiap
pengukuran, dengan kecermatan yang memadai, mempunyai ketidaktelitian
yaitu adanya kesalahan yang berbeda - beda, tergantung pada kondisi alat
ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan si pengukur.
Kesalahan dalam pengukuran pengukuran yang dinyatakan dalam
persyaratan bahwa:
1. Pengukuran tidak selalu tepat,
2. Setiap pengukuran mengandung galat,

3. Harga sebenarnya dari suatu pengukuran tidak pernah diketahui,


4. Kesalahan yang tepat selalu tidak diketahui,

Adapun sumber-sumber kesalahan yang menjadi penyebab kesalahan


pengukuran adalah sebagai berikut:
1. Karena faktor alam yaitu perubahan angin, suhu, kelembaban udara,
pembiasan cahaya, gaya berat dan deklinasi magnetik.
2. Karena faktor alat yaitu ketidaksempurnaan konstruksi atau penyetelan
instrumen.
3. Karena faktor pengukur yaitu keterbatasan kemampuan pengukur dalam
merasa, melihat dan meraba.
Kondisi alam walaupun pada dasarnya merupakan suatu fungsi yang
berlanjut, akan tetapi mempunyai karakteristik yang dinamis. Hal inilah
yang menyebabkan banyak aplikasi pada bidang pengukuran dan
pemetaan.Pengukuran dan pemetaan banyak tergantung dari alam.
Pelaksanaan pekerjaan dan pengukuran jarak, sudut, dan koordinat titik pada
foto udara juga diperlukan suatu instrumen pengukuran yang prosedurnya
untuk mengupayakan kesalahan yang kecil.Dan jika diantara kesalahan itu
terjadi maka pengukuran dan pengumpulan data harus di ulang. Kesalahan
terjadi karena salah mengerti permarsalahan, kelalaian, atau pertimbangan
yang buruk. Kesalahan dapat diketemukan dengan mengecek secara
sistemetis seluruh pekerjaan dan dihilangkan dengan jalan mengulang
sebagian atau bahkan seluruh pekerjaan. Dalam melaksanakan ukuran datar
akan selalu terdapat Kesalahan. Kesalahan kesalahan ini disebabkan
baik karena kekhilapan maupun karena kita manusia memang tidak
sempurna dalam menciptakan alat alat.
Kesalahan dalam pengamatan dapat digolongkan menjadi 3 jenis,
yaitu :

1.

Kesalahan kasar atau kesalahan besar (mistake atau blunders), kesalahan


ini terjadi karena kurang hati-hati, kurang pengalaman, atau kurang
perhatian. Dalam pengukuran, jenis kesalahan ini tidak boleh terjadi,
sehingga dianjurkan untuk mengadakan self checking dari pengamatan
yang dilakukan. Apabila diketahui ada kesalahan kasar maka dianjurkan
untuk mengulang seluruh atau sebagian pengukuran tersebut. Contoh
kesalahannya adalah salah baca (6 dibaca 9, 3 dibaca 8), salah mencatat
data ukuran, dan salah dengar dari si pencatat. Untuk menghindari
terjadinya kesalahan kasar, dapat dilakukan pengukuran lebih dari satu

2.

kali.
Kesalahan sistematik (sistematic error), disebabkan oleh alat-alat ukur
sendiri seperti panjang pita ukur yang tidak standar, pembagian skala
yang tidak teratur pada pita ukur, dan pembagian skala yang tidak teratur
pada pita ukur dan pembagian teodolit yang tidak seragam. Kesalahan ini
juga dapat terjadi karena cara-cara pengukuran yang tidak benar. Sifat
kesalahan ini dapat dihilangkan antara lain dengan cara :
- Sebelum digunakan untuk pengukuran, alat dikalibrasi terlebbih
-

3.

dahulu
Dengan cara-cara tertentu, misalnya pengamatan biasa dan luar biasa

dan hasilnya dirata-rata


- Dengan memberikan koreksi pada data ukuran yang didapat
- Koreksi pada pengolahan peta
Kesalahan random (accidental error), terjadi karena hal-hal yang tak
terduga (Iskandar, 2011).
3.4. Survey dan Pemetaan Tambang
Survey tambang merupakan kegiatan pendukung yang sangat penting
dalam pertambangan, baik pada tahap persiapan (eksplorasi), selama
kegiatan operasional, maupun penutupan tambang (pasca operasi).Pada
kegiatan persiapan seperti pemetaan topografi, perencanaan desain tambang
dan pembangunan fasilitas tambang.Pengukuran tambang selama kegiatan
tambang berlangsung (operasional) misalnya pada pengukuran volume
penggalian, volume disposal, dan volume stockpile.Sedangkan pada
penutupan tambang, data survey tambang digunakan untuk pembuatan dasar
rencana reklamasi.

Pekerjaan survey atau pemetaan sendiri adalah suatu teknik dan ilmu
untuk menentukan posisi titik dalam suatu ruang 3D, menentukan jarak dan
sudut diantara titik-titik tersebut dengan teliti.Orang yang melakukan survey
dan pemetaan disebut surveyor.Dalam rangka memenuhi sasaran dan
maksud dari pekerjaan survey, seorang surveyor harus tahu prinsip geometri
(ilmu ukur) dan matematika.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang juru ukur tambang memiliki
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap profesinya, antara lain sebagai
berikut :
1. Tanggung Jawab Juru Ukur Tambang (Responsibility)
Tanggung jawab juru ukur tambang adalah menjamin dan bertanggung
jawab atas tugastugas yang dibebankan kepadanya dalam bidang
pengukuran dan harus dilaksanakan sesuai dengan aturan/ketentuan dari
instansi/perusahaan yang memberi tugas.Kewajiban disini belum
terperinci.
2. Tanggung Gugat Juru Ukur Tambang (Accountability)
Tanggung gugat juru ukur tambang adalah pertanggungan jawab juru
ukur atas pelaksanaan tugastugas yang dibebankan kepadanya dalam
bidang pengukuran dan harus dilaksanakan sesuai dengan tata urutan atau
frekuensi pelaksanaan pekerjaannya yang sudah ditetapkan dan dapat
dihitung atau dinilai/diaudit pada waktu tertentu.
Perincian pelaksanaan Responsibility dan Accountability seorang juru
ukur tambang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tanggung Jawab Juru Ukur Tambang
Sebagai seorang yang membantu Kepala Teknik Tambang dalam
menjalankan kewajibannya, seorang juru ukur tambang memiliki
responsibility sebagai berikut :
- Menyiapkan peta situasi
- Menyiapkan peta rencana tambang
- Menyiapkan peta geologi
- Menyiapkan peta tambang
- Menyiapkan peta perencanaan tambang.
2. Tanggung Gugat Juru Ukur Tambang

Agar pekerjaan seorang juru ukur tambang dapat dikatakan


accountable, maka perlu dilaksanakan halhal sebagai berikut :
-

Membuat

rincian

tahapan

pekerjaan

pengukuran

yang

akan

dilaksanakan
Menyusun jadwal pengukuran yang berkesinambungan dengan baik
Membantu supervisor dalam menentukan waktu/lamanya dan

frekuensi pengukuran setiap minggu/bulan/tahun


Membantu supervisor dalam menyusun petunjuk pelaksanaan
pengukuran (SOP) yang berorientasi dengan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K-3)


Membuat proritas lokasilokasi pengukuran yang urgent
Menyusun tim pengukuran yang kompak dan solid
Membuat kerangka acuan pelaporan hasil pengukuran yang baik dan

baku (Anonim, 2011).


3.5. Penentuan Luas dan Volume
Penentuan luas dan volume tanah sangat erat kaitannya dengan
rekayasa, seperti halnya dalam penentuan ganti rugi dalam hal pembebasan
tanah untuk keperluan suatu proyek, penentuan volume galian dan
timbunan, penentuan volume bendung, dan lain-lain yang erat kaitannya
dengan biaya suatu pekerjaan rekayasa.
3.5.1.

Penentuan Luas
Penentuan luas adalah luas yang dihitung dalam peta, yang

merupakan gambaran permukaan bumi dengan proyeksi orthogonal,


sehingga selisih tinggi dari batas-batas yang diukur diabaikan. Luas
suatu bidang tanah dapat ditentukan dengan salah satu cara di bawah
ini, tergantung dari data dasar yang tersedia.
1. Penentuan luas cara numerik
Dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Dengan memakai koordinat, apabila titik koordinatnya
diketahui.
b. Dengan ukuran dari batas-batas tanah, jika batas-batas diukur
langsung.

2. Penentuan luas secara grafis


Cara ini dilakukan apabila gambar tanah hanya diketahui skalanya
saja tanpa dukungan data lain seperti angka ukur dan lain-lain,
serta batas tanah berupa garis-garis lurus. Untuk itu diperlukan
piranti pengukur jarak dalam gambar seperti mistar skala, jangka
tusuk, dan sebagainya. Penentuan luas secara grafis dapat
dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Dengan

membagi-bagi

gambar

menjadi

bentuk-bentuk

geometris yang lebih sederhana, sehingga dengan penjangkaan


atau pengukuran beberapa sisinya dapat dihitung luasannya.
b. Dengan mengubah bentuk gambar menjadi bentuk geometri
yang lebih sederhana dengan luas yang sama, sehingga dengan
penjangkaan beberapa sisinya dapat dihitung luasnya.
c. Dengan menggunakan mal grid yang terbuat dari kertas
transparanm misalnya milimeter kalkir, sehingga luas tanah
yang akan diukur dihitung dengan kelipatan dari jala-jala grid.
3. Penentuan luas secara grafis mekanis
Cara ini dipakai apabila batas-batas gambar tanah dibatasi oleh
garis-garis nonlinier (tidak lurus), yaitu berupa garis lengkung
atau kurva. Cara ini menggunakan peralatan yang dinamakan
planimeter (Anonim, 2011)
3.5.2.

Penentuan Volume
Dalam perencanaan rekayasa, penentuan volume tanah adalah
suatu hal yang sangat lazim. Seperti halnya pada perencanaan
pondasi, galian dan timbunan pada rencana irigasi, jalan raya, jalan
kereta api, penanggulangan sepanjang aliran sungai, penghitungan
volume tubuh bendung, dan lain-lain, tanah harus digali dan
ditimbun ke tempat lain, atau sebaliknya, harus diambil dari tempat
lain untuk ditimbun di lokasi proyek. Kegiatan menggali,
mengangkut, dan menimbun serta memadatkannya membutuhkan
biaya yang cukup besar.Biaya tersebut dapat dirancang apabila
perencanaan dapat menghitung lebih dulu berapa volume tubuh
tanah yang dibutuhkan atau yang dipindahkan secara tepat.

Pada dasarnya penentuan volume tubuh tanah dapat


dilakukan dengan salah satu dari tiga cara atau metode, yaitu:
1. Dengan penampang melintang (cross section),
2. Dengan garis kontur (conturing).
3. Dengan sifatdatar dan penggalian (spot level)
(Prabowo, 2010).
3.6. Perkembangan Pengukuran dengan Menggunakan Total Station
Di

dalam

kegiatan

earthwork

seperti

kegiatan

eksploitasi

pertambangan, informasi topografi area pertambangan sangatlah penting


karena digunakan sebagai acuan dalam berkegiatan. Pada proses pembuatan
desain bertahap dalam kegiatan pertambangan, dibutuhkan informasi
topografi area pertambangan yang akurat,aktual dan dapat diperolah dalam
waktu yang singkat. Informasi topografi kondisi aktual pit juga menjadi
parameter ukuran progress kegiatan eksploitasi pertambangan yang
dilaksanakan oleh perusahaan kontraktor pertambangan yang nantinya akan
menjadi tujuan akhir dari proses kegiatan eksploitasi pertambangan.
Kegiatan survey topografi area eksploitasi pertambangan yang dapat
menghasilkan hasil yang relatif akurat dan praktis dalam pelaksanaan serta
pengolahan data pengukurannya menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan
kontraktor pertambangan. Tugas survey pada kegiatan ini adalah melakukan
pengumpulan informasi topografi area pertambangan dengan Terrestrial
Lasser Scanner yang kemudian akan digunakan oleh departemen
dalam perencanaan, eksekusi serta pemantauan aktivitas pertambangan.

lain

BAB IV
KEGIATAN PENGAMATAN LAPANGAN
Kegiatan pengamatan lapangan pada PT. Pamapersada Nusantara
menempatkan mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan yang melakukan Kerja
Praktek pada Engineering Department. Sesuai dengan judul yang telah di ajukan
sebelumnya mengenai mine progressatau survey kemajuan tambang dimana
Survey merupakan salah satu section yang ada pada Engineering Department.
Mahasiswa yang telah mengikuti kerja praktek pada PT. Pamapersada Nusantara,
JobsiteAdaro Indonesia diharapkan mampu menjelaskan kegiatan-kegiatan survey
di Engineering Department. Namun, kami sebagai penyusun memfokuskan pada
kegiatan progress tambang atau survey kemajuan tambang pada Pit Central PT.
Sapta Indra Sejati.
4.1. Mine Survey Section
Survey merupakan pekerjaan pengukuran keadaan di lapangan dengan
menggunakan alat ukur berupa Total Station,GPS Trimble, danLasser
Scanner untuk mendapatkan koordinat (Northing, Easting, Elevation atau
Height) dari daerah yang diukur yang kemudian diolah dengan
menggunakan sistem komputerisasi, dan ditampilkan dalam bentuk
informasi, baik peta maupun data atribut.
Pada survey section PT. Pamapersada Nusantara, terdapat 3 team
yaitu team Pit Tutupan, team Pit Wara 1 dan Team Pit Wara 2. Dalam
Masing-masing team Pit terbagi lagi masing-masing tim yang melakukan
survey di masing-masing lokasi dan tugasnya. Tiap team terdiri dari 4 orang
yang terdiri dari satu orang operator instrument (pengoperasi alat Laser
Scanner, Total Station, GPS) dan tiga orang helper survey (chainman),
masing-masing team mempunyai daerah pengukuran sendiri.

Alat- alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran ialah sebagai


berikut :
1. Laser scanner adalah sebuah teknik menggunakan cahaya laser untuk
mengukur titik-titik dalam sebuah pola secara langsung dalam tiga dimensi
dari yang ada pada permukaan objek dari sebuah tempat di permukaan
bumi.Hasil yang didapatkan dari pengukuran TLS ini adalah point cloud
yang berkoordinat tiga dimensi terhadap tempat berdiri alat. Point cloud
tersebut adalah kumpulan titik-titik dalam jumlah banyak yang dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan model tiga dimensi. TLS ini
mempunyai kekurangan yaitu ketidakmampuan TLS dalam mengakusisi
warna yang sesuai dengan warna aslinya. Warna yang didapatkan oleh alat
TLS adalah intensitas pantulan dari benda yang ditembak oleh laser tersebut
(Quintero, et al., 2008).
2. Total Station, alat utama dalam pengukuran tambang, yang dapat
mengeluarkan gelombang kemudian dipantulkan kembali oleh reflektor atau
prisma. Alat ini dapat membaca sudut horizontal dan vertikal bersama-sama
dengan jarak miringnya (slope distance). Tim survey pada PT. SaptaIndra
Sejati menggunakan Total Station Leica.
3. Prisma target, digunakan sebagai alat pemantul gelombang yang dipasang
pada backsight sebagai titik ikat. Alat ini diletakkan pada titik yang telah
diketahui koordinatnya.
4. Stick dan prisma, digunakan untuk memantulkan gelombang yang
dipancarkan oleh Total Station dan diletakkan pada objek-objek yang akan
diukur. Stick berfungsi untuk penopang prisma saat akan melakukan
pengukuran titik, dimana stick itu berdiri maka disitu juga titik yang akan
diketahui koordinat serta azimuthnya saat dilakukan penembakan dengan
total station. Namun sebelumnya prisma harus dipasangkan pada stick.
Panjang dari stick dapat diubah ubah, dari 1,5 m hingga 3 m.
5. Tripod atau statif, digunakan sebagai tempat berdirinya alat maupun prisma.
Tripod terbuat dari aluminium maupun besi stainless
6. Meteran, digunakan untuk mengukur tinggi total station dan APS, yang
selanjutnya diinput ke dalam Total Station.
7. Handy talky, digunakan sebagai alat komunikasi para team survey.
8. Alat tulis, digunakan untuk mencatat data yang bersangkutan dengan survey

Kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh survey section yang penyusun


ketahui selama melakukan kerja praktek di PT. SaptaIndra Sejati adalah
sebagai berikut :
1. Mengeksekusi desain rencana tambang
Setiap hari terdapat desain terbaru dari subdepartemen engineering
yang mewakili perubahan pit. Survei berperan sebagai pengeksekusi setiap
detail didalamnya. Survei melakukan pematokan untuk membantu para
operator menjalankan perubahan tersebut sesuai dengan desain.
Aktivitas mingguan survei antara lain melakukan pengambilan seluruh
data penampakan pit yang nanti akan digunakan sub-departemen
Engineering untuk membuat desain pada minggu berikutnya. Aktivitas
bulanan survei antara lain pengambilan data ROM bulanan dan melakukan
perhitungan volume batubara dan material buangan. Pada survei terdapat
istilah chainman dan instrument man.Chainman adalah pemegang reflektor
pada

saat

pengambilan

data

batubara,material

buangan,dan

data

lainnya.Instrument man adalah orang yang mengoperasikan alat TS dan


GPS saat pengambilan data.Chainman harus bisa mengenali serta
mengidentifikasikan bentukan profil dan jenis batubara untuk memudahkan
instrument man dalam pemberian kode pada TS.
Selain mengetahui bentukan topografi, survei juga melakukan survei
pematokan.Survei pematokan dilakukan untuk mengaktualisasikan desain
rencana tambang (mineplan). Survei pematokandilakukan dengan metode
offset. Metode offset dilakukan dengan menarik 2 garis lurus dari titik yang
diketahui koordinatnya, lalu berdiri ditempat yang sekiranya mewakili
koordinat yang dicari. Nilai offset didapat dari hasil program yang dibuat di
kalkulator. Dari nilai offset tersebut memiliki beberapa kemungkinan yaitu
pemegang patok kurang maju, mundur, kanan, atau kiri. Untuk
mempermudah penandaan patok, survei memberikan pita pada tiap patok
dengan warna pita yang berbeda-beda sesuai dengan jenis informasinya.

BAB V
PENGUKURAN KEMAJUAN TAMBANG
PADA PIT WARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA

5.1. Pengukuran Kemajuan Tambang


Pada kegiatan Kerja Praktek yang kami lakukan selama kurang lebih
duabulan, kami melakukan observasi kemajuan tambang pada Pit Wara 2 atau
1dengan luasan konsesi sekitar 2792,16 Ha dan data yang di ambil sebagai
bahan referensi laporan yaitu pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus
2012.
Pengukuran kemajuan tambang pada Pit Wara 2 atau 1 dilakukan setiap
akhir bulan. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengambilan data detail dari
crest, toe, spot baik pada batubara maupun tanah penutup (Overburden),
topsoil serta melakukan pengukuran terhadap keadaan disposal dan dimensidimensi tambang lainnya seperti Sediment Pond, Tailling Pond, Run Of Mine
(ROM), dsb. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya dihitung untuk mengetahui
volume overburden, topsoil dan batubara yang telah terbongkar dan tertambang
pada bulan tersebut.
Dalam melakukan kegiatan pengukuran untuk kemajuan tambang pada
Pit Wara 2 atau 1 ini dilakukan kegiatan Joint Survey antara tim survey dari PT.
Pamapersada Nusantara dengan tim survey dari PT. Adaro Indonesia selaku
owner. Adapun tujuan pengukuran kemajuan tambang adalah dapat di bagi
menjadi 2 komponen dasar diantaranya yang pertama untuk komponen internal
yaitu sebagai bahan evaluasi antara progress yang di capai dengan target yang
telah direncanakan, dan untuk mengetahui jumlah material yang telah
dibongkar secara aktual dan yang kedua untuk komponen eksternal yaitu
sebagai dasar pembayaran dari pihak PT. Adaro Indonesia kepada pihak
kontraktor Pit Wara 2 atau 1 yaitu PT. Pamapersada Nusantara.

5.2. Hasil Perhitungan Kemajuan Tambang Pit Wara


Dari tahapan tahapan yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka
didapat data hasil volume untuk masing masing material. Volume yang
didapat dari hasil pengolahan dan processing data pada survey, dibandingkan
dengan volume plan dari mine planning dan volume timbangan dan truck

count dari production, maka didapatkan hasil perhitungan seperti pada tabel di
bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai