PENDAHULUAN
Buton Sulawesi
aspal alam buton diakui paling besar di dunia. Hampir semua jazirah pulau buton
di penuhi aspal.cadangan aspal buton yang masih tertinggal sebanyak 179,1 juta
ton dengan sumber daya hipotetik minyak dalam aspal sebesar 10.577.646.000
liter.upaya modifikasi produk telah dilakukan oleh pihak terkait seperti membuat
BGA(Buton Granule Asphalt) dalam ukuran -2,36 mm.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk menambah
wawasan ilmu pengetahuan tentang teknologi pemetaan kemajuan tambang
yang ada di PT.wijaya karya, serta mengaplikasikan secara langsung teori
yang didapatkan di bangku kuliah sehingga dapat mengetahui faktor
faktor yang mempengaruhi hasil survey di lapangan.
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1
2. Pengolahan data
PENDAHULUAN
Merupakan bab pembuka yang menjelaskan tentang latar
belakang, tujuan, metode penulisan, batasan masalah serta
sistematika penulisan dari laporan.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Tinjauan umum berisi penjelasan tentang informasi sejarah
perusahaan, lokasi dan kesampaian daerah, keadaan geologi
daerah yang meliputi keadaan topografi, cuaca dan iklim, dan
morfologi.
PENGUKURAN
KEMAJUAN
TAMBANG
DI
PT.
PAMAPERSADA NUSANTARA
Berisi tentang prosedur pengukuran kemajuan tambang, tahapan
pengukuran volume, pengolahan data dengan menggunakan
software, serta pembahasan mengenai jumlah produksi pada bulan
Juli - Agustus 2012.
BAB VI PENUTUP
Merupakan bab akhir pada laporan ini, yang berisi kesimpulan
serta saran.
BAB II
TINJAUAN UMUM
Sejak tahun 1954 MMB telah diambil alih oleh Pemerintah Republik
Indonesia menyerahkan pekerjaan pengambilan asbuton kepada kementerian
pekerjaan umum, jawatan jalan jalan dan jembatan dengan surat keputusan
Menteri Perekonomian tanggal 12 Oktober 1954 Nomor : 14.637/M dan Tanggal
15 Oktober 1955 Nomor: 13.840/M maka pada Tanggal 22 Oktober ditetapkan
sebagai Hari Jadi Perusahaan yang Mengelola Aspal Buton.
Pemerintah berusaha meningkatkan Produksi guna memenuh kebutuhan
Aspal dalam Negeri yang sangat mendesak, atas dasar ini Pemerintah melebur
BUTAS menjadi PAN (PERUSAHAAN ASPAL NEGARA), periode BUTAS
berlangsung sampai dengan tahun 1960. Pada tanggal 12 Mei 1961 dikeluarkan
peraturan pemerintah nomor : 195 tentang pendirian perusahaan aspal negara.
Sejak masa PAN (Perusahaan Aspal Negara) Tahun 1961 menunjukan
kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat dan tingkat produktifitasnya
menunjukan angka kenaikan bila dibandingkan dengan BUTAS, peningkatan
jumlah produksi dan penjualan yang dicapai selama periode PAN berakhir sampai
dengan tahun 1984.
Pada tanggal 30 Januari 1984 dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 3
tentang pengalihan bentuk Perusahaan Aspal Negara menjadi Perusahaan
Perseroan (PT. Persero). Sejak saat itu Pemerintah mendirikan PT. Sarana Karya
(Persero) berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah, SH Nomor : 1 Tahun 1984 pada
tanggal 1 September 1984 dengan Modal sebesar 10 Milyar.
Aspal Buton merupakan Aspal alam yang terdiri dari batuan yang
mengandung bitumen Aspal dan menurut penelitian Konsultan Bank Dunia kadar
bitumen rata-rata mencapai 10 40%. Deposit Aspal yang terdapat di Pulau
Buton dalam 3 (tiga) amatan meliputi kawasan Pasarwajo, Sampolawa dan
Lasalimu dan jumlah cadangan diperkirakan sekitar 400 Juta Ton.
Produksi tertinggi yang Pernah tercapai yaitu pada Tahun 1983 sebesar
533.000 ton dan pemakai Asbuton adalah Ditjen Binamarga hingga tahun 1985,
akan tetapi mulai tahun 1986 karena keterbatasan Dana pada APBN oleh Ditjen
Binamarga tidak melakukan pembelian sama sekali. Pemasaran Asbuton ke
Instalasi Daerah (Departemen Dalam Nageri) pada Tahun 1986 hanya mencapai
121.940 ton, namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan yang sangat
drastis ini disebabkan karena Dana Rupiah pada APBN juga dipergunakan sebagai
Dana Pendamping Bantuan Luar Negeri. Dengan menurunnya pemasaran Aspal
Buton ini maka pada Tahun 1987 di Kompleks Pelabuhan Banabungi bertumpuk
Asbuton sejumlah + 360.000 ton, dan sejak Tanggal 1 Agustus 1987 produksi
dihentikan sehingga mengakibatkan perampingan karyawan besar-besaran yang
pada saat itu jumlah karyawan mencapai 827 orang dirampingkan menjadi 343
orang. Penghentian produksi ini bergemah di tingkat Nasional, para Menteri
berdatangan, demikian pula Pejabat DPA Anggota DPR RI dari berbagai Fraksi
bahkan wapres H.Umar wirahadikusuma Tanggal 14 November 1989 juga
berkunjung ke Banabungi, dan terakhir pada tanggal 10 September 1990 Bapak
Presiden Suharto bersama rombongan juga berkunjung ke Banabungi Pulau
Buton.
Selama penghentian Produksi sebenarnya Aspal Buton masih digunakan
terus untuk konstruksi jalan terutama jalan jalan kabupaten, Propinsi Sulawesi
Tenggara dan berbagai propinsi lainnya sehingga Aspal yang bertumpuk
di
Kompleks Pelabuhan Banabungi dari Tahun 1987 berjumlah + 360.000 ton pada
akhir Oktober 1990 berkurang hingga + 150.000 ton.
Mulai Bulan November 1990 PT. Sarana Karya (Persero) mulai aktif
berproduksi kembali namun karena lama tidak berproduksi banyak kendala yang
dihadapi
terutama
peralatan
banyak
mengalami
kerusakan.
Dengan
ke Negara Cina tersebut yang mencapai + 200.000 ton / tahun dan hal ini masih
berlanjut hingga sekarang ini.
Walaupun sejak Tahun 2011 Perusahaan sudah mulai mengadakan
penjualan dan hasilnya dinilai cukup, namun upaya proses akuisisi yang di
inginkan Pemerintah Pusat tetap harus dilaksanakan dan akhirnya tepat pada
Tanggal 30 Desember 2013 terjadi Peralihan Pemegang Saham oleh PT. Wijaya
karya (Persero) tbk terhadap PT. Sarana Karya (Persero) yang kemudian sejak saat
itu status PT. Sarana Karya berubah menjadi anak Perusahaan PT. Wijaya Karya
(Persero) tbk.
2.3. Keadaan Geologi
2.3.1 Geomorfologi
Menurut teori lempeng yang dikemukakan oleh prof. dr Katili, Pulau
Buton berasal dari busur banda yang di dorong dengan pergeseran melingkar
benua Australia dan selanjutnya membelok kesebelah barat sehingga terbentuk
pulau Buton dengan kedudukan yang sekarang ini di Sulawesi Tenggara.
Busur Banda adalah istilah yang digunakan oleh para geologist untuk
menjelaskan pulau buton,pulau timur dan pulau seram yang sebelumnya diketahui
posisinya jauh berada diselatan dan sejajar dengan Pulau Jawa dan Pulau
Timur.menurut penyelidikan hetzel(1936) bahwa pada masa miosen sampai
neogen,pulau buton mengalami suatu perlipatan sehingga terjadi pegunungan
yang membujur dari arah utara kearah selatan.endapan aspal yang terdapat pada
bagian timur pulau Buton terletak pada zona patahan di sepanjang pinggiran timur
pada suatu graben yang memebentang dari teluk lawele disebelah utara sampai ke
teluk sampolawa pada bagian selatan dengan panjang 75 km dan dengan lebar 12
km.
2.3.2 Stratigrafi
Jenis batuan yang terungkap di pulau buton sangat bervariasi demikian
pula dengan umur batuannya yang mencangkup mulai dari Mezoik hingga
Kuarter.sebaran paling luas dari batuan pra tersier tersebut ditemukan di bagian
ujung utara dari pulau buton di wilayah Kulisusu dan juga di sekitar aliran Sungai
Mokito(Buton Selatan).sedangkan batuan Kuarter yang didominasi oleh satuan
batu gamping terumbu,tersebar terutama dibagian selatan dan tengah pulau
Buton.gambaran urutan stratigrafi pulau buton dari tua ke muda adalah sebagai
berikut:
1. Sekis Kristalin
Batuan malihan ini terutama dari sekis plagioklas yang hanya tersingkap di
aliran Sungai Mokito.menurut hetzel (1936) satuan ini diperkirakan berumur lebih
tua dari trias yang di dasarkan pada satuan mesozoik lainnya tidak terlalu
terubahkan seperti halnya sekis kristalin ini.sikumbang,dkk(1945) menamakan
satuan batuan tersebut sebagai Formasi Mokito yang juga diperkirakan berumur
pra tias.
2. Batuan Mesozoik
Batuan Mesozoik ini termasuk beberapa satuan beberapa dengan satuan
dengan umur tertentu,yaitu:
a. Formasi Winto
Satuan ini tersingkap di daerah Buton Selatan,di bagian atas aliran
Sungai Winto,yang disusun oleh batuan selang seling serpih,serpih
napalan,batu
pasir
arkose,konglomerat
dengan
sisispan
tipis
fosil
amonit
seperti
phylloceras
sp
dan
arietites
Satuan ini terutama disusun oleh selang seling batu gamping, napal
dan sisipan batulempung. Dalam satuan ini banyak ditemukan Fosil
Belemnopsis
Sp,
seperti
Belemnopsis
Gerardi,
Belemnopsis
Ogena
terlihat
selaras.berdasarkan
kandungan
Fosil
batuan
konglomerat
aneka
bahan,
batupasir
dan
batupasir
a. Formasi Tondo
Satuan batuan dari Formasi Tondo terutama disusun oleh konglomerat dan
batupasir berselang seling dengan lempung dan napal.seperti halnya dalam
Formasi Wani,dalam lapisan konglomerat dari Formasi Tondo juga ditemukan
fragmen-fragmen batuan Sedimen Mesozoik, Peridotit dan Serpentin.selain itu
juga dalam satuan tersebut terdapat lapisan batugamping.sikumbang,dkk
memasukkannya sebagai anggota batugamping Formasi Tondo.kandungan fosil
yang terdapat dalam satuan ini seperti Lepidocyclina Sumatrensis, Lepidocyclina
Ferreroi, Miogypsina Sp, mencirikan umur Miosen tengah hingga atas.
b. Formasi Sampolakosa
Formasi Sampolakosa memeperlihatkan satuan yang lebih napalan,jarang
terdapat sisipan batupasir, dan terletak selaras di atas Formasi Tondo. Dlam
satuan ini banyak sekali ditemukan Fosil Moluska dan khas untuk lingkungan
laut dalam(marks,1957). Umumnya pulau buton ditutupi sangat luas oleh satuan
dari Formasi Sampolakosa ini.
4. Batuan Kuarter.
Kedalam batuan kuarter ini termasuk batugamping terumbu, yang terutama
tersebar di sebelah tengah dan selatan pulau buton. Batugamping terumbu sangat
khas memeperlihatkan satuan undak pantai.selain ini juga disusun oleh endapan
batupasir gampingan,batulempung dan napal yang kaya akan Foraminifera
Plangton.di Buton Selatan ditemukan gamping terumbu yang terangkat hingga
ketinggian 700 meter.
2.3 Keadaan Tanah
Kondisi topografi tanah daerah kabupaten buton pada umumnya memiliki
permukaan yang bergunung,bergelombang, dan berbukit-bukit. Diantara gunung
dan bukit-bukit tersebut, terbentang daratan yang merupakan daerah-daerah
potensial untuk pengembangan sector pertanian.permukaan tanah pegunungan
yang relative rendah ada yang juga yang bisa digunakan untuk usaha yang
sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan
laut,kemiringan tanah mencapai 40
2.4 Keadaan Iklim Dan Curah Hujan
Keadaan iklim di wilayah Kabupaten Buton pada umumnya sama seperti
daerah-daerah lain di Indonesia dimana mempunyai dua musim,yakni musim
hujan jan musim kemarau.pengukuran iklim dipusatkan di Stasiun Meteorology
kls III Betoambari Kota Bau-Bau.musim hujan terjadi di antara bulan desember
sampai dengan bulan April.pada saat tersebut,angin barat bertiup dari benua Asia
serta lautan pasifik banyak mengandung uap air.
Musim kemarau terjadi antara bulan juli dan September, pada bulan-bulan
tersebut angin timur yang bertiup dari benua Australia sifatnya kering dan kurang
mengandung uap air.khusus untuk bulan april dan mei di daerah Kabupaten
Buton,arah angin tidak menentu,demikian pula dengan curah hujan,sehingga pada
pada bulan-bulan ini dikenal sebagai musim pancaroba. Berikut adalah data curah
hujan Kabupaten Buton
Table. 2.1 Data Curah Hujan 2015
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
CH(mm)
203
173
250
303
444
338
113
96
0
11
83
368
HH(hari)
17
15
15
17
21
18
11
10
1
2
19
CH/hujan
11.94
11.53
16.66
17.82
21.14
18.77
10.27
9.6
11
41.5
19.36
BAB III
DASAR TEORI
Ilmu ukur tambang adalah salah satu aplikasi dari ilmu geodesidan
rekayasa yang berhubungan dengan masalah pertambangan.Tujuan ilmu ukur
tambang, menyajikan secara grafis (rencana atau bagian dari rencana) bentuk dan
kejadian gambaran penyebaran bahan galian serta struktur yang ada dari
kenampakan permukaan bumi.Memecahkan berbagai permasalahan dalam ilmu
ukur tambang (eksplorasi, konstruksi, eksploitasi).
Untuk melakukan sebuah pengukuran diperlukan perencanaan dan
persiapan terlebih dahulu agar hasil yang diperoleh dapat digunakan secara efektif
dengan waktu, biaya dan tenaga pengukuran yang efisien.
geologi
dan
peta
untuk
perijinan
penambangan,
pengukuran
dari
aspek
penambangan
dan
pemantauan
Community
Development.
Dalam beberapa kasus, kesalahan dalam pekerjaan survey dan pemetaan di
tambang akan sangat erat dengan tujuan penambangan itu sendiri, yakni dalam
pelaksanaan investigasi kandungan tambang (eksplorasi) dan tahap pengambilan
material tambang (eksploitasi). Kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan tambang
akan menyebabkan beberapa hal dibawah ini :
1. Kesalahan data-data survey dalam kegiatan eksplorasi akan menyebabkan
kesalahan dalam membuat model cadangan bahan tambang, serta menentukan
besaran cadangan terkira dan terukur suatu tambang.
2. Kesalahan ini akan menyebabkan analisa dalam studi kelayakan tambang, dan
analisa ekonomi tambang.
3. Kesalahan dalam pembuatan model cadangan bahan tambang akan
mengakibatkan kesalahan pada kesalahan pembuatan design dan kesalahan
pada penentuan metode penambangan.
4. Kesalahan pada pembuatan model akan mengakibatkan kesalahan dalam
perencanaan tambang dan produksi penambangan sehingga cadangan yang
berada dibawah tanah tidak didapat diambil seluruhnya.
5. Kesalahan dalam pengukuran pemasangan patok oleh survey akan meyebabkan
salahnya penggalian yang berdampak pada :
a. Volume galian perencaan tidak sama dengan aktual sehingga cost dari
penambangan akan bertambah.
b. Terganggunya stabilitas atau kemantapan lereng karena perubahan geometri
lereng.
c. Pengambilan material yang salah sehingga kualitas material tidak sesuai
dengan perencanaan.
d. Terganggunya sequence penambangan sehingga target produksi mengalami
perlambatan.
tambang
juga akan
Secara
dikelompokkan
garis
besarnya,
menjadi
dua,
metode
yaitu
pemetaan
metode
topografi
teristris
dan
dapat
metode
fotogrametris.
a. Metode Teresteris
Dalam metode ini, semua pekerjaan pengukuran topografi
dilaksanakan di lapangan dengan menggunakan peralatan ukur, seperti
theodolit, waterpas, alat ukur jarak, serta peralatan ukur modern lainnya
(GPS, total station, dan lain-lain). Pengukuran topografi adalah
pengukuran posisi dan ketinggian titik kerangka pemetaan serta
pengukuran detail topografi (semua objek yang terdapat di permukaan
bumi). Yang dimaksud dengan kerangka pemetaan adalah jaringan titik
kontrol tanah (X dan Y) dan height (h) yang akan digunakan sebagai
referensi atau acuan pengukuran dan titik kontrol pengukuran.
Setelah semua data lapangan terukur secara akurat, maka data-data
tersebut kemudian diolah dalam processing data. Pengolahan data ini
terdiri atas perhitungan data kerangka pemetaan dan data detail topografi,
penggambaran detail topografi, serta proses kartografi. Hasil akhir dari
pengolahan data ini adalah berupa peta topografi.
Secara garis besar, langkah-langkah pemetaan secara terestris
adalah sebagai berikut :
1. Persiapan, yang meliputi peralatan, perlengkapan dan personil.
2. Survei pendahuluan (reconaisance survey), maksudnya peninjauan
lapangan lebih dahulu untuk melihat kondisi medan secara
menyeluruh, sehingga dari hasil ini dapat ditentukan :
a. Teknik pelaksanaan pengukurannya.
b. Penentuan posisi titik-titik kerangka peta yang representatif dalam
arti distribusinya merata, intervalnya seragam, aman dari gangguan,
mudah didirikan alat ukur, mempunyai kapabilitas yang baik untuk
pengukuran detail, saling terlihat dengan titik sebelum dan setelah
detail.
3. Survei pengukuran, meliputi :
a. Pengukuran kerangka peta (misalnya poligon) meliputi sudut,
jarak, dan beda tinggi.
b. Pengukuran detail
c. Pengukuran khusus
4. Pengolahan data
a. Perhitungan kerangka peta (X, Y, Z)
b. Perhitungan detail (X, Y, Z) atau cukup sudut arah/azimutnya,
jarak datar, dan beda tinggi, dari titik ikat.
5. Plotting atau penggambaran, meliputi:
a. Plotting kerangka peta dan detil
b. Penarikan garis kontur dan Editing
Mulai
PETA
PROSES DATA
PETATOPOGRAFI
YA
PERLU
REVISI
TIDAK
DISTRIBUSI
5
GEOLOGI
SELESAI
b. Metode Fotogrametris
Pengukuran detail topografi (disebut pengukuran situasi) selain
dapat langsung dikerjakan di lapangan, dapat pula dilakukan dengan
teknik pemotretan dari udara, sehingga dalam waktu yang singkat dapat
terukur atau terpotret daerah yang seluas mungkin. Dalam metode
fotogrametri ini, pengukuran lapangan masih diperlukan dalam proses
fotogrametris selanjutnya.
Pada dasarnya, metode fotogrametri ini mencakup fotogrametris
metrik dan interpretasi citra.Fotogrametris metrik merupakan pengenalan
serta identifikasi suatu objek pada foto.Dengan metode ini, pengukuran
tidak perlu dilakukan langsung di lapangan, tetapi cukup dilaksanakan di
laboratorium melalui pengukuran pada citra foto.Untuk melaksanakan
pengukuran tersebut, diperlukan beberapa titik kontrol pada setiap foto
udara. Titik kontrol ini dapat dihasilkan dari proses fotogrametris
selanjutnya, yaitu proses triangulasi udara yang bertujuan memperbanyak
titik kontrol foto berdasarkan titik kontrol yang ada(Subagio. 2000).
3.3. Kesalahan Dalam Pengukuran
Pengukuran merupakan proses yang mencakup tiga hal atau bagian
yaitu benda ukur, alat ukur dan pengukur atau pengamat. karena ketidak
sempurnaan masing - masing bagian ini ditambah dengan pengaruh
lingkungan maka bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun pengukuran yang
memberikan ketelitian yang absolut. Ketelitian bersifat relatif yaitu
kesamaan atau perbedaan antara harga hasil pengukuran dengan harga yang
dianggap benar, karena yang absolut benar tidak diketahui. Setiap
pengukuran, dengan kecermatan yang memadai, mempunyai ketidaktelitian
yaitu adanya kesalahan yang berbeda - beda, tergantung pada kondisi alat
ukur, benda ukur, metoda pengukuran dan kecakapan si pengukur.
Kesalahan dalam pengukuran pengukuran yang dinyatakan dalam
persyaratan bahwa:
1. Pengukuran tidak selalu tepat,
2. Setiap pengukuran mengandung galat,
1.
2.
kali.
Kesalahan sistematik (sistematic error), disebabkan oleh alat-alat ukur
sendiri seperti panjang pita ukur yang tidak standar, pembagian skala
yang tidak teratur pada pita ukur, dan pembagian skala yang tidak teratur
pada pita ukur dan pembagian teodolit yang tidak seragam. Kesalahan ini
juga dapat terjadi karena cara-cara pengukuran yang tidak benar. Sifat
kesalahan ini dapat dihilangkan antara lain dengan cara :
- Sebelum digunakan untuk pengukuran, alat dikalibrasi terlebbih
-
3.
dahulu
Dengan cara-cara tertentu, misalnya pengamatan biasa dan luar biasa
Pekerjaan survey atau pemetaan sendiri adalah suatu teknik dan ilmu
untuk menentukan posisi titik dalam suatu ruang 3D, menentukan jarak dan
sudut diantara titik-titik tersebut dengan teliti.Orang yang melakukan survey
dan pemetaan disebut surveyor.Dalam rangka memenuhi sasaran dan
maksud dari pekerjaan survey, seorang surveyor harus tahu prinsip geometri
(ilmu ukur) dan matematika.
Dalam menjalankan tugasnya, seorang juru ukur tambang memiliki
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap profesinya, antara lain sebagai
berikut :
1. Tanggung Jawab Juru Ukur Tambang (Responsibility)
Tanggung jawab juru ukur tambang adalah menjamin dan bertanggung
jawab atas tugastugas yang dibebankan kepadanya dalam bidang
pengukuran dan harus dilaksanakan sesuai dengan aturan/ketentuan dari
instansi/perusahaan yang memberi tugas.Kewajiban disini belum
terperinci.
2. Tanggung Gugat Juru Ukur Tambang (Accountability)
Tanggung gugat juru ukur tambang adalah pertanggungan jawab juru
ukur atas pelaksanaan tugastugas yang dibebankan kepadanya dalam
bidang pengukuran dan harus dilaksanakan sesuai dengan tata urutan atau
frekuensi pelaksanaan pekerjaannya yang sudah ditetapkan dan dapat
dihitung atau dinilai/diaudit pada waktu tertentu.
Perincian pelaksanaan Responsibility dan Accountability seorang juru
ukur tambang dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Tanggung Jawab Juru Ukur Tambang
Sebagai seorang yang membantu Kepala Teknik Tambang dalam
menjalankan kewajibannya, seorang juru ukur tambang memiliki
responsibility sebagai berikut :
- Menyiapkan peta situasi
- Menyiapkan peta rencana tambang
- Menyiapkan peta geologi
- Menyiapkan peta tambang
- Menyiapkan peta perencanaan tambang.
2. Tanggung Gugat Juru Ukur Tambang
Membuat
rincian
tahapan
pekerjaan
pengukuran
yang
akan
dilaksanakan
Menyusun jadwal pengukuran yang berkesinambungan dengan baik
Membantu supervisor dalam menentukan waktu/lamanya dan
Penentuan Luas
Penentuan luas adalah luas yang dihitung dalam peta, yang
membagi-bagi
gambar
menjadi
bentuk-bentuk
Penentuan Volume
Dalam perencanaan rekayasa, penentuan volume tanah adalah
suatu hal yang sangat lazim. Seperti halnya pada perencanaan
pondasi, galian dan timbunan pada rencana irigasi, jalan raya, jalan
kereta api, penanggulangan sepanjang aliran sungai, penghitungan
volume tubuh bendung, dan lain-lain, tanah harus digali dan
ditimbun ke tempat lain, atau sebaliknya, harus diambil dari tempat
lain untuk ditimbun di lokasi proyek. Kegiatan menggali,
mengangkut, dan menimbun serta memadatkannya membutuhkan
biaya yang cukup besar.Biaya tersebut dapat dirancang apabila
perencanaan dapat menghitung lebih dulu berapa volume tubuh
tanah yang dibutuhkan atau yang dipindahkan secara tepat.
dalam
kegiatan
earthwork
seperti
kegiatan
eksploitasi
lain
BAB IV
KEGIATAN PENGAMATAN LAPANGAN
Kegiatan pengamatan lapangan pada PT. Pamapersada Nusantara
menempatkan mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan yang melakukan Kerja
Praktek pada Engineering Department. Sesuai dengan judul yang telah di ajukan
sebelumnya mengenai mine progressatau survey kemajuan tambang dimana
Survey merupakan salah satu section yang ada pada Engineering Department.
Mahasiswa yang telah mengikuti kerja praktek pada PT. Pamapersada Nusantara,
JobsiteAdaro Indonesia diharapkan mampu menjelaskan kegiatan-kegiatan survey
di Engineering Department. Namun, kami sebagai penyusun memfokuskan pada
kegiatan progress tambang atau survey kemajuan tambang pada Pit Central PT.
Sapta Indra Sejati.
4.1. Mine Survey Section
Survey merupakan pekerjaan pengukuran keadaan di lapangan dengan
menggunakan alat ukur berupa Total Station,GPS Trimble, danLasser
Scanner untuk mendapatkan koordinat (Northing, Easting, Elevation atau
Height) dari daerah yang diukur yang kemudian diolah dengan
menggunakan sistem komputerisasi, dan ditampilkan dalam bentuk
informasi, baik peta maupun data atribut.
Pada survey section PT. Pamapersada Nusantara, terdapat 3 team
yaitu team Pit Tutupan, team Pit Wara 1 dan Team Pit Wara 2. Dalam
Masing-masing team Pit terbagi lagi masing-masing tim yang melakukan
survey di masing-masing lokasi dan tugasnya. Tiap team terdiri dari 4 orang
yang terdiri dari satu orang operator instrument (pengoperasi alat Laser
Scanner, Total Station, GPS) dan tiga orang helper survey (chainman),
masing-masing team mempunyai daerah pengukuran sendiri.
saat
pengambilan
data
batubara,material
buangan,dan
data
BAB V
PENGUKURAN KEMAJUAN TAMBANG
PADA PIT WARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA
count dari production, maka didapatkan hasil perhitungan seperti pada tabel di
bawah ini.