Anda di halaman 1dari 9

DD pada skenario

1. KEP (kekurangan energy protein)


Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari sehingga tidak
memenuhi angka kecukupan gizi.3
Diseluruh dunia malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada masa anak.
KEP (Kekurangan Energi dan Protein) atau Protein Energy Malnutrition
merupakan salah satu gangguan gizi yang penting bagi banyak negara yang sedang
berkembang di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. KEP terdapat
terutama pada anak-anak di bawah lima tahun (balita). Dari berbagai hasil penelitian
menunjukan bahwa KEP merupakan salah satu bentuk kurang gizi yang mempunyai
dampak menurunkan mutu fisik dan intelektual, serta menurunkan daya tahan tubuh yang
berakibat meningkatkan resiko kesakitan dan kematian terutama pada kelompok rentan
biologis.
Meskipun sekarang ini terjadi pergeseran masalah gizi dari defisiensi makro
nutrien ke defisiensi mikro nutrien, namun beberapa daerah di Indonesia prevalensi KEP
masih tinggi (> 30 %) sehingga memerlukan penanganan intensif dalam upaya penurunan
prevalensi KEP. Berbagai upaya untuk menanggulangi kejadian KEP antara lain
pemberdayaan keluarga, perbaikan lingkungan, menjaga ketersediaan pangan, perbaikan
pola konsumsi dan pengembangan pola asuh, melakukan KIE, melakukan penjaringan
dan pelacakan kasus KEP, memberikan PMT penyuluhan, pendampingan petugas
kesehatan, mengoptimalkan Poli Gizi di Puskesmas, dan revitalisasi Posyandu.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, namun tetap saja kasus KEP
bermunculan di setiap tahunnya. Hal ini disebabkan kompleksnya penyebab KEP itu
sendiri. Mengingat pentingnya pengetahuan akan KEP tersebut, maka kami menyusun

makalah berjudul Kekurangan Energi Protein ini yang didalamnya memaparkan hal-hal
yang berhubungan dengan KEP itu sendiri.
Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup
atau dapat akibat dari penyerapan makanan yang tidak cukup. Penyediaan makanan yang
tidak cukup, kebiasan diet jelek, mengikuti mode makanan, dan faktor-faktor emosi dapat
membatasi masukan. Kelainan metabolik tertentu dapat juga menyebabkan malnutrisi.
Kebutuhan nutrien pokok dapat bertambah selama stres dan sakit serta selama pemberian
antibiotik atau obat-obat katabolik atau anabolik. Malnutrisi dapat akut atau kronik,
reversibel atau tidak.
Evaluasi status nutrisi yang tepat sukar. Gangguan berat dengan mudah tampak,
tetapi gangguan ringan dapat terlewati, walaupun sesudah pemeriksaan fisik dan
laboratorium yang teliti. Diagnosis malnutrisi berdasar pada riwayat diet yang tepat; pada
evaluasi adanya deviasi berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala rata-rata dan
kecepatan pertumbuhan; pada pengukuran komparatif lingkaran dan ketebalan kulit di
tengah-tengah lengan atas; dan pada uji kimia dan lain-lain. Penurunan ketebalan lipatan
kulit memberi kesan malnutrisi protein kalori; ketebalan yang berlebih menunjukkan
kegemukan. Massa otot dihitung dengan mengurangi lingkaran lengan atas dengan
ukuran lipatan kulit. Untuk lingkaran otot lengan atas tengah anak dan orang dewasa (cm)
= lingkaran lengan atas tengah (cm) - (ketebalan lipatan kulit [cm] x 3,14). Berat badan
tanpa lemak dapat diperkirakan dari ekskresi kreatinin 24 jam. Defisiensi beberapa
nutrien dapat ditunjukkan dengan kadar nutrien atau metabolitnya dalam darah yang
rendah, dengan mengamati pengaruh biokimia atau pengaruh pemberian nutrien atau
produk-produknya secara klinik, atau dengan memberi penderita sejumlah besar nutrien
yang sesuai dan memperhatikan angka yang diekskresikan. Cadangan protein dinilai dari
albumin serum dan kecepatan penggantian protein. Kadar penggantian protein yang
cepat, transthiretin dengan waktu paruh 12 jam, prealbumin dengan waktu paruh 1,9 hari
dan transferin dengan waktu paruh 8 hari, menurun karena sintesis protein viseral tidak
cukup atau karena pengosongan simpanan protein. Kadar asam amino esensial serum
mungkin lebih rendah daripada kadar serum asam amino nonesensial. Ekskresi

hidroksiprolin menurun dan 3-metilhistidin naik, dan rambut dengan mudah dicabut pada
anak malnutrisi berat.
Gangguan nutrisi yang paling akut adalah gangguan yang melibatkan air dan
elektrolit, terutama ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen. Malnutrisi kronik biasanya
melibatkan defisit lebih daripada satu nutrien. Insufisiensi imunologis sering ada pada
malnutrisi dan ditunjukkan oleh angka limfosit total yang kurang dari 1.500/mm3 dan
anergi terhadap uji antigen kulit, seperti streptokinasestreptodornase, Candida, parotitis,
atau tuberkulin pada orang yang terpajang.
MALNUTRISI PROTEIN (Mainutrisi Protein-Kaiori (PCM),) Karena mereka
sedang

tumbuh,

anak

hares

mengkonsumsi

cukup

makanan

nitrogen

untuk

mempertahankan keseimbang- an nitrogen positif, sedang orang dewasa hanya perlu


memper- tahankan keseimbangan nitrogen.
ETIOLOGI.
Walaupun defisiensi kalori dan nutrien lain mempersulit gambaran klinik dan kimia, gejala
utama malnu-trisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup bernilai biologis balk.
Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan
protein abnormal pada proteinuria (nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal
mensintesis protein, seperti pada. penyakit hati kronik.
Klasifikasi dari Kekurangan Energi Protein
Penentuan prevalensi KEP diperlukan klasifikasi menurut derajat beratnya KEP.
Tingkat KEP I dan KEP II disebut tingkat KEP ringan dan sedang dan KEP III disebut
KEP berat. KEP berat ini terdiri dari marasmus, kwashiorkor dan gabungan keduanya.
Maksud utama penggolongan ini adalah untuk keperluan perawatan dan pengobatan.
Untuk menentukan klasifikasi diperlukan batasan-batasan yang disebut dengan ambang
batas. Batasan ini di setiap negara relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan
para ahli gizi di negara tersebut, berdasarkan hasil penelitian empiris dan keadaan klinis.

Klasifikasi KEP menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI Tahun 1999
dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu KEP I(ringan), KEP II (sedang) dan KEP
III (berat). Baku rujukan yang digunakan adalah WHO-NCHS, dengan indeks berat
badan menurut umur.3

Pasien dengan KEP tidak kompleks (KEP tipe I dan KEP tipe II) seharusnya
diobati di luar rumah sakit sejauh memungkinkan. Perawatan rumah sakit meningkatkan
resiko infeksi silang dan situasi yang tidak umum, meningkatkan apatis dan anoreksia
pada anak-anak, sehingga makannya akan sulit. Berikut penatalaksanaan terhadap
Kekurangan Energi Protein (KEP);
a. KEP I (KEP ringan)
Penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi Protein tipe I (KEP ringan);
1. Penyuluhan gizi/nasehat pemberian makanan di rumah
(bilamanapenderita rawat jalan)
2. Dianjurkan memberikan ASI eksklusif (bayi < 4 bl) dan
terusmemberikan ASI sampai 2 th
3. Bila dirawat inap untuk penyakit

lain,

maka

makanan

disesuaikandengan penyakitnya agar tidak menyebabkan KEP


sedang/berat danuntuk meningkatkan status gizi.
b. KEP II (KEP sedang)

Penatalaksanaan terhadap Kekurangan Energi Protein tipe II


(KEPsedang);
1. Rawat jalan : Nasehat pemberian makanan dan vitamin serta
teruskanASI, selalu dipantau kenaikan BB.
2. Tidak rawat jalan : Dapat dirujuk ke puskesmas untuk
penangananmasalah gizi
3. Rawat inap : Makanan tinggi energi dan protein dengan
kebutuhanenergi 20-50% di atas AKG. Diet sesuai dengan
penyakitnya dandipantau berat badannya setiap hari, beri vitamin
dan penyuluhan gizi.Setelah penderita sembuh dari penyakitnya,
tapi masih menderita KEPringan atau sedang rujuk ke puskesmas
untuk penanganan masalahgizinya.
c. KEP III (KEP Berat)
Pada tata laksana rawat inap penderita KEP berat/Gizi buruk di
rumahsakit terdapat 5 (lima) aspek penting, yang perlu diperhatikan :
1. Prinsip dasar pengobatan rutin KEP berat/Gizi buruk (10
langkahutama)Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah
sakit berupa 10 langkahpenting yaitu
a. Mengatasi/mencegah hipoglikemia
b. Mengatasi/mencegah hipotermia
c. Mengatasi/mencegah dehidrasi
d. Mengkoreksi gangguan keseimbangan elektrolit
e. Mengobati/mencegah infeksi
f. Mulai pemberian makanan
g. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
h. Mengkoreksi defisiensi nutrien mikro
i. Melakukan stimulasi sensorik dan dukungan
emosi/mental
j. Menyiapkan dan merencanakan tindak lanjut
setelah sembuh.
k. Pengobatan Penyakit Penyerta
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai
KEP berat,yaitu : defisiensi vitamin A, dermatosis,
parasit/cacing, diare melanjut,dan tuberkulosis obati sesuai
pedoman pengobatan.
2. Kegagalan pengobatan.
3. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas.
4. Tindakan pada kegawatan.

Strategi pengobatan dibagi ke dalam 3 tingkat (Penny,


2004; WHO, 1999):
2. MARASMUS

Malnutrisi berat pada bayi sering ada didaerah dengan ma-kanan tidak cukup,
informasi tehnik pemberian makan yang tidak cukup atau higiene jelek. Sinonim
marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori.
ETIOLOGI.
Gambaran klinik marasmus berasal dari masu-kan kalori yang tidak cukup karena
diet yang tidak cukup, ka-rena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka yang
hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan me-tabolik atau malformasi
kongenital. Gangguan berat setiap sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.
MANIFESTAS1 KLINIK.
Pada mulanya, ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan
berat sampai berakibat kurus, dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi
berkerut dan longgar karena lemak subkutan hilang. Karena lemak terakhir hilang dari

bantalan pengisap pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberapa
waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung atau datar,
dan gambaran uses dapat dengan mudah dilihat. Terjadi atrofi otot, dengan akibat
hipotoni.
Suhu biasanya subnormal, nadi mungkin lan-that, dan ang-ka metabolisme basal
cenderung menurun. Mula-mula bayi mungkin cerewet (rewel), tetapi kemudian menjadi
lesu, dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus, dan
sedikit.
3. KWASHIORKOR
Merupakan sindrom Minis akibat dari defisi-ensi protein berat dan masukan kalori
tidak cukup. Dari keku-rangan masukan atau dari kehilangan yang berlebihan atau
kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kro-nik, akibat defisiensi vitamin
dan mineral dapat turut menim-bulkan tanda-tanda dan gejala-gejala tersebut. Bentuk
malnutrisiyang paling series dan paling menonjol di dunia saat ini terutama berada di
daerah industri belum berkembang. Kwashiorkor berarti "anak tersingkirkan", yaitu anak
yang tidak dak lagi mengisap; dapat menjadi jelas sejak masa bayi awal sampai sekitar
usia 5 tahun, biasanya sesudah menyapih dari ASI. Walaupun penambahan tinggi dan
berat dipercepat de-ngan pengobatan, ukuran ini tidak pernah sama dengan tinggi dan
berat badan anak yang secara tetap bergizi-baik.

MANIFESTASI KLINIK.
Bukti klinik awal malnu-trisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis atau
irita-bilitas. Bila ten's maju, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang stamina,
kehilangan jaringan muskuler, bertambah kerentanan terhadap infeksi, dan udem.
Imunodefisiensi sekunder merupakan salah satu dari manifestasi yang paling serius dan
konstan. Misalnya, campak, penyakit yang relatif benigna pada anak gizi baik, dapat
memburuk dan mematikan pada anak malnutrisi. Pada anak dapat terjadi anoreksia,
kekenduran jaringan subkutan dan kehilangan tonus otot. Hati membesar dapat terjadi
awal atau lambat; sering ada infiltrasi lemak. Udem biasanya terjadi awal; penurunan
berat badan mungkin ditutupi oleh udem, yang sering ada dalam organ dalam sebelum
dapat dikenali pada muka dan tungkai. Aliran plasma ginjal, angka filtrasi glomerulus,
dan fungsi tubuler ginjal menurun. Jantung mungkin kecil pada awal stadium penyakit
tetapi biasanya kemudian membesar.1
Sering ada dermatitis. Penggelapan kulit tampak pada daerah yang teriritasi tetapi
tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari, berlawanan dengan keadaan pada
pellagra. Dispigmentasi dapat terjadi pada daerah ini sesudah desquamasi atau dapat
generalisata. Rambut sering jarang dan tipis dan kehilangan sifat elastisnya. Pada anak
yang berambut hitam, dispigmentasi. menghasilkan coret-coret me-rah atau abu-abu pada
warna rambut (hipokromotrichia). Anyaman rambut menjadi kasar pada penyakit kronik.

Infeksi dan infestasi parasit sering ada, sebagaimana halnya anoreksia, muntah
dan diare terus menerus. Otot menjadi lemah, tipis dan atrofi, tetapi kadang-kadang
mungkin ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan mental, terutama iritabilitas dan apati
sering ada. Stupor, koma dan meninggal dapat menyertai.
DATA LABORATORIUM.
Penurunan kadar albumin serum merupakan perubahan yang paling khas.
Ketonuria sering ada pada stadium awal kekurangan makan tetapi seringkali menghilang pada stadium akhir. Harga glukose darah rendah, tetapi kurva toleransi glukose
dapat bertipe diabetik. Ekskresi hidroksiprolin urin yang berhubungan dengan kreatinin
dapat turun. Angka asam amino esensial plasma dapat turun relatif terhadap angka asam
amino non-esensial, dan dapat mena.nm- bah aminoasiduria. Defisiensi kalium dan
magnesium sering ada. Kadar kolesterol serum rendah, tetapi kadar ini kembali ke normal
sesudah beberapa hari pengobatan. Angka amilase, esterase, kolinesterase, transaminase,
lipase dan alkalin fosfatase serum turun. Ada penurunan aktivitas enzim pankreas dan
santhin oksidase, tetapi angka ini kembali normal segera sesu- dah mulai pengobatan.
Anemia dapat normositik, mikrositik atau makrositik. Tanda-tanda defisiensi vitamin dan
mineral biasanya jelas. Pertumbuhan tulang biasanya terlambat. Sekresi ho on
pertumbuhan mungkin bertambah.

Anda mungkin juga menyukai