Anda di halaman 1dari 18

Makalah Agama Islam

Etika, Moral, dan Akhlak

Dosen Pembimbing ;
Dr. Ahmad Husairi, MAg

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Gabila Auliana

7. Mardhiati

2. Gina Elmawati

8. Mayang Sekar I.

3. Jandika Febrianto

9. M. Ikhlasul Amal S.

4. Hilman Muzadi

10. M. Irfan Andhika S.

5. Kuntari Dwi L.

11. Mustika Meisy R.

6. Kurnia Fatwati

12. Nadia Rizky Safitri

13. Makfiyah Saidah

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah
maka penyusun dapat menyelesaikan makalah tutorial yang berjudul Etika,
Moral dan Akhlak dengan Dosen pembimbing Dr. Ahmad Husairi, MAg.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaian makalah ini. Makalah ini dibuat sebagai bahan
pembelajaran program studi kedokteran gigi Universitas Lambung Mangkurat
tahun ajaran 2015, diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dalam pembelajaran
selanjutnya.
Dengan selesainya makalah ini semoga dapat menjadi referensi baik pada
institusi pendidikan dokter gigi guna kelancaran kegiatan belajar mengajar.
Penyusun menyadari keterbatasan akan literatur dan sumber informasi terkait
kajian dalam makalah, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan dan bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, 10 Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................
1
B. Tujuan ................................................................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika ...................................................................................................................................
3
B. Moral...................................................................................................................................
7
C. Akhlak.................................................................................................................................
8
D. Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak ..................................................................................
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
14
B. Saran ..................................................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................
15

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, telah muncul gejala yang kurang baik yang menimbulkan
kegoncangan dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan bangsa,
diantaranya adalah kenakalan remaja, tauran, dan korupsi oleh para pejabat
negara. Salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja,adalah
karena kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, utamanya pembinaan
akhlak.
Pembinaan akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan makhluk
manusia dan makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat
kemanusiaannya sebagai mahkluk mulia, sesuai dengan fitrah, dan yang
memiliki peran sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Oleh
karena itu, nilai-nilai akhlak harus ditanamkan sejak dini baik melalui
pendidikan keluarga, masyarakat, maupun lembaga pendidikan formal yaitu
sekolah.
Suatu bangsa akan jaya dan terkenal bukan ditentukan oleh keluasan
wilayah, kekayaan sumber daya alam, serta kuantitas penduduknya, akan
tetapi karena kualitas akhlak atau tingginya nilai-nilai peradaban yang
dimilikinya. Integritas, dedikasi, kredibilitas dan kualitas keilmuan populasi

yang ada pada suatu Negara akan menyebabkannya terkenal dan mampu
menghadapi tantangan jaman yang serba global.
Dalam konteks inilah, justru Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir
diutus agar mampu menyempurnakan akhlak manusia. Dalam khazanah
keilmuan, dikenal beberapa istilah berkenaan dengan akhlak, di antaranya;
etika, moral dan akhlak itu sendiri Bagaimana perbedaan antara ketiga terma
tersebut? Bagaimana hubungan akhlak dengan ilmu-ilmu lainnya, dan
bagaimana cara menciptakan manusia yang berbudaya dalam arti beretika,
bermoral dan berakhlak? Menjawab sejumlah rumusan ini, dan membuat
suatu tulisan yang berjudul Etika, Moral dan Akhlak.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih memahami dan
menerapkan perihal Etika, Moral dan Akhlak dalam kehidupan seharihari. Sehingga baik penyusun maupun pembaca dapat menjadi contoh
yang baik bagilingkungannya.
b. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Etika
1. Pengertian
a. Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa
yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang
asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai
ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan
memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh
akal pikiran.
Adapun arti etika dari segi istilah, telah dikemukakan para ahli dengan
ungkapan yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandangnya. Menurut
Ahmad Amin mengartikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat.
Dari definisi etika tersebut diatas, dapat segera diketahui bahwa etika
berhubungan dengan empat hal sebagai berikut:

a. Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas


perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
b. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal
pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak
bersifat mutlak, absolute dan tidak pula universal.
c. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai,
penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan
oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik,
buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.
d. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni
dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.
2. Komponen Etika
a. Kebebasan dan Tanggung Jawab
Etika merupakan suatu perencanaan menyeluruh yang mengaitkan
daya kekuatan alam dan masyarakat dengan bidang tanggung jawab
manusiawi. Sedangkan tanggung jawab dapat dipertanggungjawabkan
atau dapat dituntut apabila ada kebebasan. Kebebasan manusia bukan
sesuatu yang abstrak, melainkan konkret, sesuai dengan sifat
kemanusiaannya. Manusia mempunyai kebebasan untuk berbuat dan
seharusnya manusia itu juga mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Terdapat hubungan timbal balik antara kebebasan dan tanggung jawab,
sehingga orang yang mengatakan manusia itu bebas, maka dia harus
menerima konsekwensinya bahwa manusia itu harus bertanggung
jawab. Maka dengan demikian, dalam etika, tidak ada kebebasan
tanpa tanggung jawab, begitu juga sebaliknya, tidak ada tanggung
jawab tanpa ada kebebasan.
b. Hak dan Kewajiban
Hak dan kewajiban merupakan hal yang sambung menyambung
atau korelatif antara satu dengan yang lainnya. Setiap ada hak, maka
ada kewajiban. Kewajiban pertama bagi manusia adalah supaya
menghormati hak orang lain dan tidak mengganggunya, sedangkan
kewajiban bagi yang mempunyai hak .Ada filsuf yang berpendapat

bahwa selalu ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban.
Pandangan yang disebut teori korelasi itu terutama dianut oleh
pengikut utilitarianisme15. Menurut mereka setiap kewajiban orang
berkaitan dengan hak orang lain, dan sebaliknya setiap hak seseorang
berkaitan dengan kewajiban orang lain untuk memenuhi hak tersebut.
Mereka berpendapat bahwa kita baru dapat berbicara tentang hak
dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu. Hak yang tidak ada
kewajiban yang sesuai denganya tidak pantas disebut hak. Menurut
pandangan etika kewajiban adalah pekerjaan yang dirasa oleh hati
sendiri mesti dikerjakan atau mesti ditinggalkan.
c. Baik dan Buruk
Dalam membahas etika sudah semestinya mebahas tentang
baik dan buruk. Baik dan buruk bisa dilihat dari akibat yang
ditimbulkan dari perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Apabila
akibat yang ditimbulkan dari perbuatannya itu baik, maka tindakan
yang dilakukan itu benar secara etika, dan sebaliknya apabila
tindakannya berakibat tidak baik, maka secara etika salah. Nilai baik
dan buruk ditentukan oleh akal dan agama
d. Keutamaan dan Kebahagiaan
Keutamaan etika berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang
pantas dikagumi dan disanjung. Tindakan yang mengandung
keutamaan pantas dikagumi dan disanjung. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan keutamaan dalam pembahasan etika
adalah halhal yang terkait dengan kebaikan dan keistimewaan budi
pekerti. Kebahagiaan hanya dapat dimiliki oleh makhluk-makhluk
yang berakal budi, sebab hanya mereka yang dapat merenungkan
keadaannya, menyadari, serta mengerti kepuasan yang mereka alami.
Selain itu. Kebahagiaan adalah keadaan subyektif yang menyebabkan
seseorang merasa dalam dirinya ada kepuasan keinginannya dan
menyadari dirinya mempunyai sesuatu yang baik. Oleh karena itu,

hanya manusialah yang dapat merasakan kebahagiaan yang


sebenarnya.
3. Pembagian Etika
Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh
mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara
kepentingan pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan
jasmaninya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau normanorma
yang dikaitkan dengan etika. Etika dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Etika Deskriptif
Etika deskriptif ialah etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan pola perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Kaidah etika
yang biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang
diperbolehkan atau tidak diperbolehkan.
Etika deskriptif dapat dibagi menjadi dua bagian:
1) Sejarah moral adalah bagian etika deskriptif yang bertugas
untuk meneliti cita-cita, aturan-aturan dan norma-norma moral
yang pernah diberlakukan dalam kehidupan manusia pada
kurun waktu dan suatu tempat tertentu atau dalam suatu
lingkungan besar mencakup bangsa-bangsa
2) Sedangkan fenomenologi moral adalah etika deskriptif yang
berupaya menemukan arti dan makna moralitas dari berbagai
fenomena moral yang ada. Fenomenologi moral tidak
berkomponen menyediakan petunjukpetunjuk atau batasanbatasan moral yang perlu dipegang oleh manusia.
Fenomenologi moral tidak membahas apa yang dimaksud
dengan yang benar dan apa yang dimaksud dengan yang salah
b. Etika Normatif
Etika normatif merupakan bagian terpenting dari etika. Etika
normatif adalah etika yang mengacu pada norma-norma atau
standar moral yang diharapkan untuk mempengaruhi perilaku,

kebijakan, keputusan, karakter individu, dan struktur sosial. Etika


normatif inilah yang sering disebut dengan filsafat moral atau biasa
juga disebut etika filsafat.
Kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani,
kebebasan dantanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan
kewajiban.
4. karakteristik etika Islam
a. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku
yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk
b. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran
baik buruknya perbuatan, didasarkan kepada ajaran Allah SWT., yaitu
ajaran yang berasal dari al-Quran dan al-Hadits
c. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh
seluruh umat manusia di segala waktu dan tempat.
d. Ajaran-ajarannya yang praktis dan tepat, cocok dengan fithrah (naluri)
dan akal pikiran manusia (manusiawi), maka etika Islam dapat
dijadikan pedoman oleh seluruh manusia.
e. etika Islam mengatur dan mengarahkan fithrah manusia ke jenjang
akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah
pancaran sinar petunjuk Allah SWT. menuju keridlaan-Nya.
B. Moral
1. Pengertian
Kata moral berasal dari bahasa Latin mores, kata jama dari mos, yang
berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan arti
tata susila. Moral adalah perbuatan baik dan buruk yang disandarkan pada
kesepakatan masyarakat. Moral merupakan istilah tentang perilaku atau
akhlak yang diterapkan kepada manusia sebagai individu maupun sebagai
sosial. Moralitas bangsa artinya, tingkah laku umat manusia yang berada
dalam suatu wilayah tertentu di suatu Negara.
2. Landasan Terbentuknya Moral

10

Berbicara mengenai moral, berarti berbicara tentang tiga landasan utama


terbentuknya moral, yaitu:
a. Sumber moral atau pembuat moral. Dalam kehidupan bermasyarakat,
sumber moral dapat berasal dari adat kebiasaan. Pembuatnya bisa
seorang raja, sultan, kepala suku, dan tokoh agama. Bahkan
mayoritas adat dilahirkan oleh kebudayaan masyarakat sendiri yang
menciptanya tanpa diketahui sumbernya.
b. Orang yang menjadi objek sekaligus subjek dari sumber moral dan
penciptanya. Moralitas sosial yang berasal dari adat, sedangkan
objek dan subjeknya adalah individu dan masyarakat yang sifatnya
lokal, karena adat hanya berlaku untuk wilayah tertentu.
c. Tujuan moral, yaitu tindakan yang diarahkan pada target tertentu,
seperti contoh ketertiban sosial, keamanan dan kedamaian. Dalam
moralitas Islam, tujuan moralnya adalah untuk mencapai
kemaslahatan duniawi dan ukhrawi.
C. Akhlak
1. Pengertian
Secara etimologi, istilah Akhlak berasal dari bentuk jamak khuluk
yang berarti watak, tabiat, perangai dan budi pekerti. Imam al-Ghazali
memberi batasan khuluk sebagai : Khuluk adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong lahirnya perbuatan dengan mudah dan ringan
tanpa pertimbangan dan pemikiran mendalam. Dari pengertian ini, suatu
perbuatan dapat disebut baik jika dalam melahirkan perbuatan-perbuatan
baik itu dilakukan secara spontan dan tidak ada paksaan atau intervensi
dari orang lain
Akhlak adalah sikap atau prilaku baik dan buruk yang dilakukan
secara berulang-ulang dan diperankan oleh seseorang tanpa disengaja atau
melakukan pertimbangan terlebih dahulu. Akhlak yang terpuji dinamakan
akhlak al karimah (akhlak mahmudah). Sedangkan akhlak buruk atau
tercela dinamakan akhlak mazmumah.
2. Dasar Akhlak dalam Islam

11

a. Al Qur'an
Al Qur'an adalah pedoman hidup umat Islam yang menjelaskan
kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan buruk manusia.Al
Qur'an merupakan dasar Akhlak yang paling utama.
b. Hadist
Segala hal yang berdasarkan perkataan ,perbuatan dan ketetapan
yang dibuat oleh Nabi Muhammad SAW,sehingga akhlak beliau
merupakan contoh akhlak yang mulia.
Seseorang akan berakhlak baik atau sebaliknya karena dipengaruhi
oleh hati (al qalb) yang ada pada sanubari yang terdalam. Artinya,
bahwa perbuatan baik atau buruk dalam kategori akhlak bukan
didasarkan kepada pertimbangan akal, tradisi atau pengalaman, tetapi
karena bisikan hati sanubari yang ada pada setiap orang itu. Menurut
Ibn Arabi, dorongan untuk melakukan perbuatan baik atau sebaliknya
adalah karena pada diri seseorang itu terdapat tiga model nafsu, yaitu:
a. Nafsu syahwaniyyah adalah nafsu yang mendorong seseorang
untuk menikmati kelezatan dan kesenangan hidup. Seseorang
yang dikendalikan oleh nafs syahwaniyyah akan senantiasa
terbiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang hanya
menyenangkan kebutuhan fisik atau biologis, seperti makan,
minum, berhubungan sex, dan sejenisnya. Manusia yang
kelebihan nafsu syahwaniyyah akan mendorongnya bersifat
hedonis, materialis dan individualis.
b. Nafsu Ghadabiyyah. Seseorang yang dikendalikan oleh nafsu
ghadabiyyah akan menyebabkannya cenderung bersifat
pemarah, tegas, tidak tenang, egois, tidak kompromi, menang
sendiri, dan tergesa-gesa. Nafsu model ini bahkan lebih
berbahaya dari pada nafsu syahwaniyyah karena di samping.
menyebabkan seseoarng bersifat pemarah, juga mendorong
seseorang untuk bersifat iri, dengki, hasut dan fitnah.
c. Nafsu Anhatiqqah. Nathiq artinya berpikir atau berwawasan
luas. Berkenaan dengan pengertian ini, maka yang dimaksud

12

dengan nafsu nathiqah adalah dorongan yang menyebabkan


seseorang itu berpikir, dan berzikir terhadap
fenomenafenomena alam dan kekuasaan Allah. Seseorang yang
dikendalikan oleh nafsu nathiqah akan menyebabkannya
menjadi orang yang sadar, bersyukur dan berterima kasih
kepada Allah karena telah memberikan sejumlah nikmah dan
angerah-Nya kepada manusia.
3. Pembagian Akhlak
a. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah artinya: akhlak terpuji, contoh akhlak mahmudah
adalah:
1) Sabar, adalah mampu menahan diri atau mampu mengendalikan
amarah.
2) Ikhlas, adalah mengejakan sesuatu amal hanya semata-mata karena
Allah, yakni harus mengharap ridhoNya.
3) Jujur, adalah mengatakan sesuatu itu dengan apa adanya dan harus
dengan hati yang lurus.
4) Pemaaf, adalah orang yang memberikan maaf kepada peminta
maaf yang menyadari kesalahannya.
5) Pemurah, adalah sikap seseorang yang ringan untuk mengeluarkan
sebagian hartanya untuk kepentingan orang lain,
6) Menepati janji, adalah orang yang datang ketempat yang sudah
disepakati sebelumnya.
b. Akhlak Mazmumah
Ahklak mazmumah adalah akhlak yang buruk atau tercela, contoh
akhlak mazmumah adalah:
1) Ujub dan Takabur, Ujub adalah mengagumi kemampuan dirinya
sendiri. Sedangkan takabur, adalah membanggakan diri karena
dirinya merasa lebih dari pada yang lain.
2) Ria dan Sumah, Ria adalah beramal baik dan bermaksud ingin
memperoleh pujian orang lain. Sedangkan sumah, adalah berbuat
atau berkata agar didengar orang lain sehingga namanya jadi
terkenal.

13

3) Malas dan Tamak, Malas adalah enggan atau tidak mau melakukan
sesuatu, dan Tamak( serakah) adalah terlalu bernafsu untuk
memiliki sesuatu yang berguna bagi dirinya sendiri.
4) Dendam dan Iri hati, Dendam adalah keinginan untuk membalas
kejahatan yang dilakukan orang lain atas dirinya. Dan Iri hati
adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain mendapat
kesenangan.
5) Fitnah dan Penipuan, Fitnah adalah berita bohong atau desas- desus
tentang seseorang dengan maksud yang tidak baik. Sedangkan
penipuan adalah perkataan atau perbuatan tidak jujur dengan
maksud menyesatkan seseorang dan mencari untung dari
perbuatannya tersebut.
6) Bohong dan Khianat, Bohong adalah dusta, berarti tidak
sesuaidengan keadaan yang sebenarnya., sedangkan Khianat adalah
perbuatan tidak setia terhadap pihak lain.
7) Bakhil dan Takut miskin, Bakhil adalah perasaan tidak rela
memberikan sesuatu kepada orang lain atau untuk kepentingan
agama. Dan Takut miskin adalah rasa cemas akan menderita
hidupnya karena kekurangan harta.
4. Ciri-ciri Akhlak Dalam Islam
a. Kebaikanya bersifat mutlak (al-khairiyah al-muthlaqah) yaitu kebaikan
yang terkandung dalam akhlak islam merupakan kebaikan murni, baik
untuk individu maupun untuk masyarakat luas, kapanpun dan
dimanapun.
b. Kebaikanya bersifat menyeluruh (al-shalahiyah al-ammah). Yaitu
kebaikan yang terkandung di dalamnya merupakan kebaikan untuk
seluruh umat manusia di segala zaman dan di semua tempat.
c. Tetap, langeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di
dalamnya bersifat tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu, tempat
dan perubahan kehidupan manusia.
d. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-ilzamul mustajab), yaitu kebaikan
yang terkandung di dalamnya merupakan hukum yang harus
dilaksanakan, sehingga ada sanksi hukum tertentu bagi orang-orang
yang tidak melaksanakan.
e. Pengawasan yang menyeluruh (ar-raqabah al-muhithah), yaitu allah
yang memiliki sifat maha mengetahui seluruh isi alam semesta, dan
14

apa yang dilahirkan dan disembunyikan oleh manusia, maka perbuatan


manusia selalu diawasi dan dimintai pertanggungjawaban atas apa
yang dilakukan. Tidak ada sekecil dzarrah-pun yang lepas dari
pengawasan Allah SWT.
5. Ruang Lingkup Akhlaq
Adapun ruang lingkup akhlaq menurut Abdullah Draz ada lima bagian
yaitu :
a. Akhlaq pribadi terdiri dari Yang diperintahkan, yang dilarang, yang
dibolehkan dan Akhlaq dalam keadaan darurat
b. Akhlaq berkeluarga terdiri dari Kewajiban timbal balik antara orang
dengan anak, kewajiban sumai dengan istri dan kewajiban terhadap
karib kerabat.
c. Akhlaq bermasyarakat terdiri dari Yang dilarang yang iperintahkan dan
Kaedah-kaedah adab.
d. Akhlaq bernegara terdiri dari Hubungan antara pimpinan dan rakyat
dan hubungan luar negeri.
e. Akhlaq beragama yaitu kewajiban terhadap Allah SWT.
Berangkat dari sistematika di atas, sedikit modifikasi, maka penulis
membagi pembahasan akhlaq menjadi :
Akhlaq terhadap Allah SWT.
Akhlaq terhadap Rasulullah SAW.
Akhlaq pribadi
Akhlaq dalam keluarga
Akhlaq bermasyarakat dan
Akhlaq bernegara
6. Kedudukan Dan Keistimewaan Akhlak Dalam Islam
a. Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia
sebagai misi pokok risalah Islam.
b. Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok Islam
c. Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan sesorang
nanti pada hari kiamat
d. Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai
ukuran kualitas imanya

15







45. bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat
Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang
lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
e. Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah
kepada allahSWT.
f. Nabi Muhammad SAW selalu berdoaagar Allah SWT membaikan
akhlak beliau.
g. Di dalam al-Quran banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan
dengan akhlak.
D. Perbedaan Etika, Moral, dan Akhlak
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa akhlak berbeda dengan etika
dan moral. Kalau akhlak lebih bersifat transcendental karena berasal dan
bersumber dari Allah, maka etika dan moral bersifat relatif, dinamis, dan nisbi
karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi
ijtihadnya terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup
manusia di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Berdasarkan perbedaan
sumber ini maka etika dan moral senantiasa bersifat dinamis, berobah-obah
sesuai dengan perkembangan kondisi, situasi dan tuntutan manusia. Etika
sebagai aturan baik dan buruk yang ditentukan oleh akal pikiran manusia
bertujuan untuk menciptakan keharmonisan.
Begitu juga moral sebagai aturan baik buruk yang didasarkan kepada
tradisi, adat budaya yang dianut oleh sekelompok masyarakat juga bertujuan
untuk terciptanya keselarasan hidup manusia. Etika, moral dan akhlak
merupakan salah satu cara untuk menciptakan keharmonisan dalam hubungan

16

antara sesama manusia (habl minannas) dan hubungan vertikal dengan khaliq
(habl minallah).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tulisan di atas dapat disimpulkan kepada empat hal, di antaranya:
1. Akhlak, etika dan moral adalah suatu disiplin ilmu yang membicarakan
tentang persoalan baik dan buruk
2. Antara akhlak, etika dan moral, memiliki persamaan dan perbedaan.
Persamaannya adalah sama-sama mengkaji masalah baik dan buruk,
sedangkan perbedaanya adalah terletak pada landasan yang dipakai
B. Saran
Etika, Moral dan Akhlak adalah salah satu dimensi keilmuan yang perlu
digunakan dalam berbagai lini dan profesi kehidupan untuk meningkatkan
kualitas ilmu, iman dan amal. Keberadaannya bahkan dianggap mampu
menentukan maju atau mundurnya suatu negara, agama, dan bangsa. Oleh
karena itu, bahasan tentang etika, moral, dan akhlak adalah sesuatu yang
dipentingkan.

17

DAFTAR PUSTAKA
Azmi, Muhammad, 2006, Pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah: Upaya
Mengefektifkan Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Keluarga, Yogyakarta:
Belukar
Daud Ali, 2002. Muhammad, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja
Grafindo Persada Hamka, 1987. Tasawuf Modern, Jakarta : Pustaka
Panjimas Kahar Masyur, tt, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta : Rineka
Cipta Moh Saifulloh Al Azizz, 1998, Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya:Terbit
Terang
Quraish, M. Syihab, 1996, Membumikan AlQuran, Bandung: Mizan Syaikh
Muhammad Al-Ghazali, 1996, Kayfa Nataamal Maal-Quran, Bandung: Mizan
Zainal Sarifin Abbas,1964, Pri Hidup Muhammad Rasulullah Saw, Medan:
Firma Rahm

18

Anda mungkin juga menyukai