Anda di halaman 1dari 12

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja

(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN


PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
Hikma Artiana Sofia1), Istiana Kuswardani2)
1,2)
Universitas Setia Budi
ABSTRAK
Merokok merupakan kegiatan yang sangat merugikan bagi diri sendiri maupun orang
yang berada disekitarnya. Banyak penyakit yang ditimbulkan akibat merokok. Perilaku merokok
berarti memasukkan racun kedalam tubuh dan merupakan kebiasaan yang tidak baik, ada
beberapa alasan mengapa remaja merokok, diantaranya untuk memenuhi dorongan psikologis
dan sosial. Remaja berkeyakinan bahwa merokok merupakan cara yang mudah untuk memulai
persahabatan dan memperlancar pergaulan dengan kelompoknya karena merupakan symbol
kepercayaan diri.
Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar individu untuk dapat
menentukan arah dan tujuan hidup serta merasa yakin akan kemampuan dirinya. Individu dapat
menyesuaikan masalah yang dihadapinya, karena tau apa yang dibutuhkan, serta mempunyai
sikap positif yang didasari keyakinan akan kemampuannya. Adanya kepercayan diri ini dapat
dilihat dalam hubungan remaja dengan teman sebaya dan lingkungannya.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak emosi dan ketidak seimbangan,
keadaan seperti ini membuat kebanyakan remaja belum memiliki pendirian yang kuat untuk
menhadapi permasalahan atau cobaan hidup. Sering kali mereka terlalu peka tehadap hal-hal
yang dapat mempengaruhinya seperti adanya perilaku merokok. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan antara perilaku merokok dengan kepercayaan diri pada remaja.
Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatife yang signifikan antara perilaku merokok
dengan kepercayaan diri pada remaja.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa SMU Muhammadiyah 2 Surakarta Kelas X yang
berusia antara 14-17 tahun dan pernah merokok. Alat ukur yang dipakai adalah skala perilaku
merokok dan skala kepercayaan diri. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian adalah teknik Korelasi Product Moment dari Pearson. Uji hipotesis dilakukan dengan
bantuan SPSS 11.0 for Windows Release. Hasil analisis Product Moment dari pearson diperoleh
koefisien korelasi (Rxy) sebesar -0,453 dengan p = 0,000 (p<0,01), berarti terdapat hubungan
korelasi negatif yang sangat signifikan antara perilaku merokok dengan kepercayaan diri. Hal ini
berarti subjek memiliki perilaku merokok yang rendah dan kepercayan diri sedang.
Kata kunci : Kepercayaan diri, Perilaku merokok

Pendahuluan
Merokok adalah suatu perilaku menghisap rokok sehingga perokok merasakan
kemampuan berfikirnya lebih cemerlang dan kondisi psikisnya tenang, tetapi apabila
seseorang berhenti merokok maka perasaan tenang, gelisah, dan salah tingkah.
Belakangan ini peningkatan jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat, bahkan
ditunjang dengan iklan rokok yang digambarkan dengan keberanian menghadapi
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
43

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

tantangan dan ditambah kurangnya perhatian, pengetahuan dan kesadaran masyarakat


tentang bayaha merokok secara mendalam mengakibatkan merebaknya perilaku
merokok. Ternyata, merokok menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi orang
yang merokok twtapi juga orangorang yang berada di sekililingnya atau dikenal dengan
perokok pasif. Merokok dapat memicu terjadinya kanker, mengakibatkan gangguan
berfikir dan perilaku serta mengakibatkan depresi ringan (Susilowati, 2008). Meski
semua orang tahu akan bahaya yang akan ditimbulkan akibat dari merokok, perilaku
merokok tidak pernah surut walaupun perilaku merokok masih tidak dapat ditolerir oleh
sebagian masyarakat. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti di rumah,
lingkungan kantor, angkutan umum maupun jalan raya. Hampir setiap saat dapat
disaksikan dan dijumpai orang yang sedang merokok Masalah yang paling
memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang setiap tahun semakin muda.
Sekarang ini banyak anak-anak umur sembilan tahun yang sudah berani
mencoba untuk merokok. Hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok
melaporkan bahwa anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia
Sembilan tahun. Dari data WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah
perokok yang ada di dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja, hampir 50% perokok di
Amerika serikat termasuk remaja. Merokok juga telah membunuh tiga juta orang tiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi sepuluh juta orang
dan akan meningkat lagi menjadi dua belas juta orang pada tahun 2050. Di Amerika
serikat merokok telah mengakibatkan kematian sekitar 400.000 orang tiap tahunnya dan
menghabiskan dana sebesar lima puluh dua milyar dollar untuk biaya mediaksi dan
hilangnya waktu kerja (Komasari, 2000).
Merokok merupakan salah satu dari permasalahan yang dihadapi remaja,
remaja berfikir bahwa merokok merupakan salah satu cara mudah untuk memulai
persahabatan dan memperlancar pergaulan dalam proses pencarian jati dirnya, disisi
lain merokok dapat mengganggu kesehatannya, selain remaja banyak menemukan
permasalahan-permasalahan baru dan remaja di tuntut untuk dapat mengatasi
permasalahannya tersebut sebagai bekal menuju dewasa. Lingkungan teman sebaya
memiliki arti yang sangat penting bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan usaha
untuk menghindari penolakan kelompok teman sebaya merupakan hal yang terpenting
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
44

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

bagi remaja. Remaja tidak ingin disebut banci atau tidak jantan oleh teman-teman
sebayanya, karena itu remaja mencoba menghilangkan kesan tersebut dengan merokok.
Merokok bagi remaja merupakan simbol untuk menjadi dewasa.
Remaja mempersepsikan perilaku merokok merupakan ciri orang dewasa,
memiliki otonomi, matang dan berani. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya
remaja belum memiliki prinsip yang pasti, ingin menghilangkan kesan kanak-kanak agar
dianggap dewasa (Mnks, 1987). Remaja pada umumnya mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari kecemasan dan kebosanan.
Salah satu contohnya adalah pada pengguna obatobatan termasuk rokok merupakan
salah satu bentuk konformitas sosial. Selain itu tekanan dari kelompok juga
mengakibatkan seseorang menjadi perokok. Dilihat dari sisi kepribadian remaja
mencoba merokok karena remaja ingin mengetahui bagaimana rasanya merokok, ingin
mendapatkan rasa tenang dan menjadikannya percaya diri.
Masa remaja merupakan masa yang mempunyai arti khusus dalam rangkaian
proses perkembangan, dimana remaja tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak-anak
akan tetapi juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Dalam masa-masa ini
remaja sedang mengalami krisis identitas. Saat-saat seperti ini remaja akan cenderung
mudah kehilangan kepercayaan diri yang berkaitan dengan perkembangan psikologis
dan perkembangan sosial yang semakin luas dan kompleks. Perubahan perkembangan
psikologis tampak pada keadaan emosional remaja yang mudah tersinggung, bergejolak,
dan labil. Perubahan perkembangan sosial tampak terlihat dengan mulai tertariknya
remaja pada aktivitas yang melibatkan orang-orang di luar lingkungan keluarga,
terutama teman sebaya. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat
menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Sebagai manusia, remaja juga
merasakan apa yang disebut dengan interaksi. Interaksi bagi remaja sangat perlu
mengingat masa remaja banyak dihabiskan di luar lingkungan dan dibutuhkan rasa
percaya diri dalam melakukan interaksi dengan lingkungan.
Daniel Harm seperti yang dikutip oleh Christen dan cooper (dalam Prasetyo,
2007) mengungkap bahwa alasan seorang merokok sangat terkait dengan keinginan
orang tersebut untuk mendapatkan kepuasan psikologis, alasan-alasan tersebut karena
stimulasi, karena menginginkan suatu pegangan, kesenangan, ketenangan. Selain factor
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
45

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

perkembangan dan psikologis, masih banyak faktor dari luar individu yang
mempengaruhi remaja merokok seperi faktor ekonomi, pola asuh orangtua, factor
lingkungan dan lain sebagainya. Pada dasarnya perilaku merokok ini adalah perilaku
yang dipelajari, yang berarti ada pihak-pihak lain yang berpengaruh besar antara lain
orang tua dan teman-teman sebaya.
Kepercayaan

diri

akan

memberikan

keberanian

bagi

remaja

untuk

menyampaikan pikiran-pikiran atau perasan yang sebenarnya kepada orang lain tanpa di
sertai kecemasan dan kekhawatiran. Dalam keadaan tersebut tidak menutup
kemungkinan remaja menggunakan rokok sebagai media untuk melepaskan diri dari
keadaan tidak menyenangkan yang sedang dialaminya. Merokok dalam hal ini digunakan
sebagai penopang atau sebagai pelampiasan dari kegagalan atau ketidakmampuan
dirinya (Hurlock, 1997). Brigham (dalam Komasari, 2000) mengatakan bahwa perilaku
merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan,
kekuaatan, kepemimpinan, daya tarik terhadap lawan jenis. Di sisi lain saat pertama kali
remaja mengkonsumsi rokok, gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah
terasa getir, perut mual dan pusing. Akan tetapi sebagai pemula sering mengabaikan
perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan menjadikan remaja lebih
percaya diri dalam menghadapi suatu masalah, pada akhirnya jika rokok sudah menjadi
suatu kebiasaan maka dapat berlanjut sebagai ketergantungan. Ketergantungan ini juga
dapat dikatakan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasaan psikologis. Banyak
alasan mengapa remaja ingin merokok, diantaranya agar remaja menjadi percaya diri
dan mampu menghadapi segala permasalahan yang dihadapi tanpa ada rasa minder
atau takut.
Banyak dampak negatif dari perilaku merokok yang muncul. Jika dilihat dari segi
ekonomi akan menambah pengeluaran untuk membeli rokok, dari segi kesehatan akan
merusak organ-organ tubuh, juga dapat mengganggu kesehatan orang lain yang
menghisap asapnya dan juga akan mempengaruhi keadaan psikologis bagi perokok
tersebut. Akan tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia khususnya remaja
merupakan suatu kegiatan yang wajar, Remaja seolah tidak peduli dengan semua
dampak-dampak dari perilaku merokok tersebut, yang remaja cari adalah untuk
mendapatkan rasa percaya diri.
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
46

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara
kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja. Asumsi inilah yang mendasari
peneliti mengajukan judul skripsi yaitu hubungan antara kepercayaan diri dengan
perilaku merokok pada remaja.
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang
diajukan adalah: Ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku
merokok pada remaja. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah perilaku
merokok pada remaja sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi
perilaku merokok pada remaja.

Metode Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1). Variabel tergantung:
Perilaku merokok, 2) .Variabel bebas: Kepercayaan diri.
Subjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian yang memiliki data
mengenai variabel-variabel yang akan diteliti dan akan dikenai kesimpulan hasil
penelitian tersebut. Subjek pada penelitian ini adalah remaja 14-17 tahun, berstatus
siswa kelas I SMU Muhammadiyah II Surakarta dan pernah merokok.
Metode pengumpulan data dalam Penelitian ini yang digunakan adalah skala
pengukuran psikologi berbentuk angket untuk mengumpulkan data tentang
kepercayaan diri dan perilaku merokok. Skala ini digunakan untuk memperoleh data
tentang perilaku merokok yang disebarkan pada responden dengan menggunakan skala
kepercayaan diri. Skala perilaku merokok ini berdasarkan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Nadeak (1994) yaitu; keinginan untuk dewasa, agar diterima dalam
Kelompok, menunjukkan ketegaran diri, gejolak amarah yang tak terbendung, ketagihan.
Uji coba dilakukan pada subyek dengan jumlah 79 orang dan yang memenuhi
kriteria ada 40 orang. Pengolahan hasil menggunakan program SPSS 11.0 For window
Release. Skala perilaku merokok berjumlah 49 item dan gugur tujuh item. Uji reliabiltas
skala dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach memperoleh item yang terpilih
mempunyai indeks korelasi item total yang bekisar antara 0,3291 sampai 0,8581 dengan
alpha sebesar 0,9576 kemudian diperoleh 42 butir yang baik. Kriteria pemilihan item
didasarkan pada indeks korelasi item total yaitu > 0,30.
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
47

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

Sedangkan skala kepercayaan diri, ini digunakan untuk memperoleh data


tentang kepercayaan diri, yang disebarkan pada responden dengan menggunakan skala
kepercayaan diri. Skala ini berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Anthony
(1992) yaitu; kemampuan menyelesaikan masalah, konsep diri, dan mandiri.
Skala kepercayaan diri berjumlah 38 item dan setelah diuji cobakan gugur empat
item. Uji reliabiltas skala dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach memperoleh item
yang terpilih mempunyai indeks korelasi item total yang bekisar antara 0,3521 sampai
0,8377 dengan alpha sebesar 0,9511 kemudian diperoleh 34 butir yang baik. Kriteria
pemilihan item didasarkan pada indeks korelasi item total yaitu > 0,30.
Metode yang dipakai menganalisis data adalah dengan cara teknik korelasi
product moment dengan bantuan program Statiscal Program for Social Science (SPSS)
11.0 for Windows Realese

Hasil dan Pembahasan


Data-data yang terkumpul kemudian diskor dan ditabulasi, setelah selesai
dilakukan analisis guna pengujian hipotesis yang akan diajukan. Pengolahan data hasil
penelitian digunakan fasilitas komputer program SPSS 11.0 for window release.
Penelitian ini menggunakan subyek sebanyak 78 orang dari siswa SMU Muhammadiyah
II Surakarta, dengan kriteria siswa yang pernah merokok, usia 14-17 tahun. Mengenai
jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1
Distribusi Data Subyek Berdasarkan Umur

Table 2
Distribusi data subjek berdasarkan uang saku

Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009


ISSN No. 1979-0341
48

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

Table 3
Distribusi data subjek berdasarkan kegiatan ekstra kurikuler

Hasil analisis data dapat diperoleh deskripsi statistik masing-masing variabel,


perbandingan antara variabel perilaku merokok dan kepercayaan diri. Pada variabel
perilaku merokok untuk mean empiriknya adalah 86,05 lebih rendah dari mean
hipotetiknya yaitu 105, sedangkan pada variabel kepercayaan diri mean empiriknya
adalah 85,09 hampir sama dengan mean hipotetiknya yaitu 85. Artinya sacara umum
subyek penelitian memiliki perilaku merokok yang tergolong rendah dan kepercayaan
diri yang tergolong sedang. Variabel-variabel penelitian pada subyek dapat dilihat dalam
ketetapan kriteria. Kategori untuk variabel perilaku merokok dan kepercayaan diri pada
remaja dibuat menjadi lima bagian, dapat dilihat dalam tabel 4 dan 5.
Tabel 4
Norma Kategorisasi Kepercayaan Diri

Tabel 5
Norma Kategorisasi Perilaku Merokok

Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009


ISSN No. 1979-0341
49

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

Analisis korelasi dilakukan untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis


yang diajukan dalam penelitian ini tetapi sebelum dilakukan analisis korelasi terlebih
dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data subyek dalam
penelitian ini memiliki distribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test dari SPSS 11.0 for window release. Persyaratan data penelitian
dikatakan terdistribusi secara normal apabila nilai probabilitas di atas 0.05 (p >. 0.05).
Hasil penghitungan diperoleh kesimpulan bahwa variabel kepercayaan diri memenuhi
kurve normal dengan nilai K-S = 1,343 dan p = 0.054 (p > 0,05). Demikian pula hasil
pengujian variabel perilaku merokok normal adalah K-S = 0,917 dan p = 0.369 (p > 0,05).
Pengujian selanjutnya dilakukan untuk mengetahui apakah kedua hubungan bersifat
linier. Hubungan antara kepercayaan diri dan perilaku merokok pada remaja dikatakan
linier apabila p < 0.05. Hasil pengujiam yang diperoleh adalah F = 22,25 dan p = 0.000
yang menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel linier.
Hasil uji hipotesis, diperoleh bahwa nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0.453
(negatif) dengan p = 0,000 (p < 0,01) serta koefisien determinasi sebesar 0.205.
Hipotesis ini dengan demikian dapat diterima dengan taraf yang sangat signifikan.
Koefisien determinasi sebesar 0.205 menunjukkan sumbangan efektif kepercayaan diri
terhadap perilaku merokok pada remaja adalah 20,5% sedang sisanya (79,5%)
disumbangkan oleh faktor lain.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negative
antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja. Semakin tinggi
kepercayaan diri maka semakin rendah perilaku merokok pada remaja sebaliknya
semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi perilaku merokok pada remaja.
Hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan analisis product moment dari Carl
pearson. Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 11.0 windows
for release.
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif
yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja,
maka hipotesis yang diajukan dapat diterima. Semakin tinggi kepercayaan diri maka
semakin rendah perilaku merokok pada remaja sebaliknya, semakin rendah kepercayaan
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
50

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

diri maka semakin tinggi perilaku merokok pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,453 dengan p= 0,000 (p, 0, 01), dengan demikian
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Hasil dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perilaku merokok pada
siswa SMA Muhammadiyah II Surakarta baik siswa putra maupun putrid yang pernah
merokok memiliki perilaku merokok yang tergolong rendah, hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya banyaknya kegiatan ekstra kulikuler yang diikuti oleh
sebagian besar siswa diluar jam pelajaran sekolah, seperti sepak bola, pramuka, les
tambahan, kegiatan seni musik dan lain sebagainya yang pada akhirnya siswa disibukkan
dengan jadwal kegiatan yang padat juga peraturan pada sekolah yang melarang
siswanya untuk merokok pada kegiatan apapun, juga terkait dengan uang saku siswa
yang rata-rata Rp.5000 sampai Rp.6000 per hari untuk makan dan biaya transportasi.
Hasil dari penelitian untuk kepercayaan diri pada siswa-siswi SMA Muhammadiyah II
Surakarta tergolong sedang, dan perlu ditingkatkan .Hal ini dapat dipengaruhi karena
ratarata siswa mempunyai umur antara 15 sampai 16 tahun, pada masa-masa seperti ini
remaja sedang mengalami krisis identitas atau masih dalam pencarian jati diri. Pada
umumnya remaja belum memiliki pendirian yang kuat untuk menghadapi segala situasi
dari luar.
Hasil penelitian di atas di dukung oleh pendapat Hurlock (1997) mengatakan
bahwa remaja cenderung mudah kehilangan kepercayaan diri berkaitan dengan
perkembangan sosial yang semakin luas dan kompleks. Perasaan cemas akan mudah
timbul ketika remaja merasa tidak sama dengan orang lain terutama dengan temanteman kelompoknya. Ditegaskan bahwa pada masa remaja dalam usaha menetapkan
identitas dirinya, apa yang dilakukan kelompok sering ditiru tanpa melihat lebih jauh
sesuai dengan dirinya termasuk diantaranya ikutikutan merokok.
Williard (dalam Prabandari, 1994) remaja beranggapan dengan merokok secara
simbolis dapat dihubungkan dengan kekuasaan, kebersamaan, kepercayaan diri dan
petualangan yang banyak dipengaruhi oleh iklan rokok atau berfikir bahwa merokok
merupakan salah satu cara mudah untuk memulai persahabatan dan memperlancar
pergaulan bersama teman kelompok sebaya. Namun pada kondisi tertentu bagi perokok
yang telah digolongkan sebagai pecandu, merokok bukan untuk mendapatkan rasa
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
51

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

percaya diri tetapi merokok adalah untuk mempertahankan kadar nikotin dalam tubuh,
karena bagi pecandu rokok mereka akan mengalami gejala yang tidak mengenakkan
apabila tidak merokok 20-30 menit saja, sehingga mereka umumnya menolak apabila
merokok tersebut dihubungkan dengan kepercayaan diri.
Remaja apabila menjumpai suatu keadaan atau situasi yang belum pernah
terjadi atau dialami sebelumnya maka akan timbul rasa cemas, takut dan kurang percaya
diri untuk menghadapi keadaan tersebut, hal ini dapat menyebabkan remaja merokok.
Menurut Horn dan Hoch Baum (dalam Prasetyo, 2007) salah satu penyebab seseorang
merokok adalah kebutuhan untuk keyakinan diri, dengan merokok maka kebutuhan
untuk mempunyai keyakinan diri akan terpenuhi. Merokok untuk sebagian individu tidak
sekedar kebiasaan sebab merokok mengandung semua unsur yang dapat membuat
individu ketagihan. Seperti kebanyakan perilaku lain manusia, maka perilaku merokok
juga mempunyai akibat negatif di samping akibat positif.
Terbukti dalam penelitian ini berdasarkan kategorisasi pada variable kepercayan
diri tergolong sedang dengan prosentase 56,41% dan pada variable perilaku merokok
tergolong rendah dengan prosentase 52,6%. Sumbangan efektif kepercayaan diri
terhadap perilaku merokok sebesar 20,5% yang berarti bahwa perilaku merokok tidak
hanya dipengaruhi oleh kepercayaan diri tetapi masih ada faktor-faktor lain sebesar
79,5% (Prasetyo, 2007) seperti faktor ekonomi, pola asuh orang tua, faktor lingkungan
dan lain sebagainya yang turut mempengaruhinya.
Selanjutnya dari analisis yang dilakukan dapat ditemukan bahwa penelitian
hubungan antara kepercayan diri dengan perilaku merokok pada remaja sesuai dengan
kondisi remaja saat ini. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dimana
kebanyakan remaja belum memiliki pendirian yang kuat, jika menghadapi suatu masalah
cenderung gegabah dan mencari jalan keluar yang salah dan dapat merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Salah satunya ingin sejenak melupakan masalah dengan
merokok tanpa memikirkan akibatnya.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada korelasi
negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
52

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

remaja. Semakin tinggi kepercaaan diri maka semakin rendah perilaku merokok pada
remaja sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi perilaku
merokok pada remaja. Maknanya bahwa kepercayaan diri sangat berpengaruh terhadap
perilaku merokok. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang pada
umumnya remaja belum memiliki pendirian yang kuat dalam menghadapi situasi dari
luar dan salah satu contoh untuk melupakan masalah yaitu dengan merokok.
Penelitian ini disadari jauh dari kesempurnaaan, karena masih banyak
kekurangan. Kekurangan tersebut tidaklah memiliki arti tanpa adanya suatu perbaikan
yang menyertainya. Oleh sebab itu setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan
kesimpulan penelitian ini , maka diajukan saran sebagai berikut :
1) Bagi subjek penelitian
Bagi subyek penelitian diharapkan dari penelitian ini dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya tanpa harus dengan cara merokok.
2) Bagi peneliti lain
Diharapkan dapat melihat segi-segi yang dapat mempengaruhi kepercayaan
diri dan perilaku merokok, misalnya dengan memperluas sampela
penelitian, dimasukkan aspek-aspek dalam membuat alat ukur serta
melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perilaku merokok apada remaja seperti
faktor ekonomi, pola asuh orang tua, faktor lingkungan, sehingga hasil
penelitian akan lebih meyakinkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri (terjemahan Rita Wityadi).
Jakarta : Binarupa Aksara.
Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Komasari, D. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Universitas
Islam Indonesia.
Mnks, F.J. Knoers, AMP dan Haditono, SR. 1987. Psikologi Perkembangan Pengantar
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009


ISSN No. 1979-0341
53

Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja


(Hikma Artiana Sofia, Istiana Kuswardani, Hal, 43 - 54)

Nadeak, W. 1994. Memahami Anak Remaja. Yogyakarta : Kanisius.


Prabandari, Y.S. 1994. Pendidikan Kesehatan Melalui Seminar dan Diskusi Sebagai
Alternatif Penanggulangan Perilaku Merokok pada Remaja Pelajar SLTA di Kodya
Yogyakarta. Thesis (tidak dterbitkan). Yogyakarta : Program pasca Sarjana UGM.
Prasetyo, S. 2007. Hubungan Antara Kestabilan Emosi dengan Intensitas Merokok pada
Mahasiswa Universitas Srtia Budi Surakarta. Skripsi (tidak diterbitkan), Surakarta :
Fakultas Psikologi USB.
Susilowati, P. 2008. Merokok Apa sebabnya?. Majalah Psikologi Plus. Vol II No. 7, 80-84.
Semarang : HAGA Grafika

Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009


ISSN No. 1979-0341
54

Anda mungkin juga menyukai