Pendahuluan
Merokok adalah suatu perilaku menghisap rokok sehingga perokok merasakan
kemampuan berfikirnya lebih cemerlang dan kondisi psikisnya tenang, tetapi apabila
seseorang berhenti merokok maka perasaan tenang, gelisah, dan salah tingkah.
Belakangan ini peningkatan jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat, bahkan
ditunjang dengan iklan rokok yang digambarkan dengan keberanian menghadapi
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
43
bagi remaja. Remaja tidak ingin disebut banci atau tidak jantan oleh teman-teman
sebayanya, karena itu remaja mencoba menghilangkan kesan tersebut dengan merokok.
Merokok bagi remaja merupakan simbol untuk menjadi dewasa.
Remaja mempersepsikan perilaku merokok merupakan ciri orang dewasa,
memiliki otonomi, matang dan berani. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya
remaja belum memiliki prinsip yang pasti, ingin menghilangkan kesan kanak-kanak agar
dianggap dewasa (Mnks, 1987). Remaja pada umumnya mencoba untuk merokok
karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari kecemasan dan kebosanan.
Salah satu contohnya adalah pada pengguna obatobatan termasuk rokok merupakan
salah satu bentuk konformitas sosial. Selain itu tekanan dari kelompok juga
mengakibatkan seseorang menjadi perokok. Dilihat dari sisi kepribadian remaja
mencoba merokok karena remaja ingin mengetahui bagaimana rasanya merokok, ingin
mendapatkan rasa tenang dan menjadikannya percaya diri.
Masa remaja merupakan masa yang mempunyai arti khusus dalam rangkaian
proses perkembangan, dimana remaja tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak-anak
akan tetapi juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Dalam masa-masa ini
remaja sedang mengalami krisis identitas. Saat-saat seperti ini remaja akan cenderung
mudah kehilangan kepercayaan diri yang berkaitan dengan perkembangan psikologis
dan perkembangan sosial yang semakin luas dan kompleks. Perubahan perkembangan
psikologis tampak pada keadaan emosional remaja yang mudah tersinggung, bergejolak,
dan labil. Perubahan perkembangan sosial tampak terlihat dengan mulai tertariknya
remaja pada aktivitas yang melibatkan orang-orang di luar lingkungan keluarga,
terutama teman sebaya. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat
menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Sebagai manusia, remaja juga
merasakan apa yang disebut dengan interaksi. Interaksi bagi remaja sangat perlu
mengingat masa remaja banyak dihabiskan di luar lingkungan dan dibutuhkan rasa
percaya diri dalam melakukan interaksi dengan lingkungan.
Daniel Harm seperti yang dikutip oleh Christen dan cooper (dalam Prasetyo,
2007) mengungkap bahwa alasan seorang merokok sangat terkait dengan keinginan
orang tersebut untuk mendapatkan kepuasan psikologis, alasan-alasan tersebut karena
stimulasi, karena menginginkan suatu pegangan, kesenangan, ketenangan. Selain factor
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
45
perkembangan dan psikologis, masih banyak faktor dari luar individu yang
mempengaruhi remaja merokok seperi faktor ekonomi, pola asuh orangtua, factor
lingkungan dan lain sebagainya. Pada dasarnya perilaku merokok ini adalah perilaku
yang dipelajari, yang berarti ada pihak-pihak lain yang berpengaruh besar antara lain
orang tua dan teman-teman sebaya.
Kepercayaan
diri
akan
memberikan
keberanian
bagi
remaja
untuk
menyampaikan pikiran-pikiran atau perasan yang sebenarnya kepada orang lain tanpa di
sertai kecemasan dan kekhawatiran. Dalam keadaan tersebut tidak menutup
kemungkinan remaja menggunakan rokok sebagai media untuk melepaskan diri dari
keadaan tidak menyenangkan yang sedang dialaminya. Merokok dalam hal ini digunakan
sebagai penopang atau sebagai pelampiasan dari kegagalan atau ketidakmampuan
dirinya (Hurlock, 1997). Brigham (dalam Komasari, 2000) mengatakan bahwa perilaku
merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan,
kekuaatan, kepemimpinan, daya tarik terhadap lawan jenis. Di sisi lain saat pertama kali
remaja mengkonsumsi rokok, gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah
terasa getir, perut mual dan pusing. Akan tetapi sebagai pemula sering mengabaikan
perasaan tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan menjadikan remaja lebih
percaya diri dalam menghadapi suatu masalah, pada akhirnya jika rokok sudah menjadi
suatu kebiasaan maka dapat berlanjut sebagai ketergantungan. Ketergantungan ini juga
dapat dikatakan sebagai kenikmatan yang memberikan kepuasaan psikologis. Banyak
alasan mengapa remaja ingin merokok, diantaranya agar remaja menjadi percaya diri
dan mampu menghadapi segala permasalahan yang dihadapi tanpa ada rasa minder
atau takut.
Banyak dampak negatif dari perilaku merokok yang muncul. Jika dilihat dari segi
ekonomi akan menambah pengeluaran untuk membeli rokok, dari segi kesehatan akan
merusak organ-organ tubuh, juga dapat mengganggu kesehatan orang lain yang
menghisap asapnya dan juga akan mempengaruhi keadaan psikologis bagi perokok
tersebut. Akan tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia khususnya remaja
merupakan suatu kegiatan yang wajar, Remaja seolah tidak peduli dengan semua
dampak-dampak dari perilaku merokok tersebut, yang remaja cari adalah untuk
mendapatkan rasa percaya diri.
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
46
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara
kepercayaan diri dengan perilaku merokok pada remaja. Asumsi inilah yang mendasari
peneliti mengajukan judul skripsi yaitu hubungan antara kepercayaan diri dengan
perilaku merokok pada remaja.
Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang
diajukan adalah: Ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku
merokok pada remaja. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah perilaku
merokok pada remaja sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi
perilaku merokok pada remaja.
Metode Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1). Variabel tergantung:
Perilaku merokok, 2) .Variabel bebas: Kepercayaan diri.
Subjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian yang memiliki data
mengenai variabel-variabel yang akan diteliti dan akan dikenai kesimpulan hasil
penelitian tersebut. Subjek pada penelitian ini adalah remaja 14-17 tahun, berstatus
siswa kelas I SMU Muhammadiyah II Surakarta dan pernah merokok.
Metode pengumpulan data dalam Penelitian ini yang digunakan adalah skala
pengukuran psikologi berbentuk angket untuk mengumpulkan data tentang
kepercayaan diri dan perilaku merokok. Skala ini digunakan untuk memperoleh data
tentang perilaku merokok yang disebarkan pada responden dengan menggunakan skala
kepercayaan diri. Skala perilaku merokok ini berdasarkan aspek-aspek yang
dikemukakan oleh Nadeak (1994) yaitu; keinginan untuk dewasa, agar diterima dalam
Kelompok, menunjukkan ketegaran diri, gejolak amarah yang tak terbendung, ketagihan.
Uji coba dilakukan pada subyek dengan jumlah 79 orang dan yang memenuhi
kriteria ada 40 orang. Pengolahan hasil menggunakan program SPSS 11.0 For window
Release. Skala perilaku merokok berjumlah 49 item dan gugur tujuh item. Uji reliabiltas
skala dilakukan dengan teknik Alpha Cronbach memperoleh item yang terpilih
mempunyai indeks korelasi item total yang bekisar antara 0,3291 sampai 0,8581 dengan
alpha sebesar 0,9576 kemudian diperoleh 42 butir yang baik. Kriteria pemilihan item
didasarkan pada indeks korelasi item total yaitu > 0,30.
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
47
Table 2
Distribusi data subjek berdasarkan uang saku
Table 3
Distribusi data subjek berdasarkan kegiatan ekstra kurikuler
Tabel 5
Norma Kategorisasi Perilaku Merokok
diri maka semakin tinggi perilaku merokok pada remaja. Hal ini dapat dilihat dari
koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,453 dengan p= 0,000 (p, 0, 01), dengan demikian
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.
Hasil dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa perilaku merokok pada
siswa SMA Muhammadiyah II Surakarta baik siswa putra maupun putrid yang pernah
merokok memiliki perilaku merokok yang tergolong rendah, hal ini dapat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya banyaknya kegiatan ekstra kulikuler yang diikuti oleh
sebagian besar siswa diluar jam pelajaran sekolah, seperti sepak bola, pramuka, les
tambahan, kegiatan seni musik dan lain sebagainya yang pada akhirnya siswa disibukkan
dengan jadwal kegiatan yang padat juga peraturan pada sekolah yang melarang
siswanya untuk merokok pada kegiatan apapun, juga terkait dengan uang saku siswa
yang rata-rata Rp.5000 sampai Rp.6000 per hari untuk makan dan biaya transportasi.
Hasil dari penelitian untuk kepercayaan diri pada siswa-siswi SMA Muhammadiyah II
Surakarta tergolong sedang, dan perlu ditingkatkan .Hal ini dapat dipengaruhi karena
ratarata siswa mempunyai umur antara 15 sampai 16 tahun, pada masa-masa seperti ini
remaja sedang mengalami krisis identitas atau masih dalam pencarian jati diri. Pada
umumnya remaja belum memiliki pendirian yang kuat untuk menghadapi segala situasi
dari luar.
Hasil penelitian di atas di dukung oleh pendapat Hurlock (1997) mengatakan
bahwa remaja cenderung mudah kehilangan kepercayaan diri berkaitan dengan
perkembangan sosial yang semakin luas dan kompleks. Perasaan cemas akan mudah
timbul ketika remaja merasa tidak sama dengan orang lain terutama dengan temanteman kelompoknya. Ditegaskan bahwa pada masa remaja dalam usaha menetapkan
identitas dirinya, apa yang dilakukan kelompok sering ditiru tanpa melihat lebih jauh
sesuai dengan dirinya termasuk diantaranya ikutikutan merokok.
Williard (dalam Prabandari, 1994) remaja beranggapan dengan merokok secara
simbolis dapat dihubungkan dengan kekuasaan, kebersamaan, kepercayaan diri dan
petualangan yang banyak dipengaruhi oleh iklan rokok atau berfikir bahwa merokok
merupakan salah satu cara mudah untuk memulai persahabatan dan memperlancar
pergaulan bersama teman kelompok sebaya. Namun pada kondisi tertentu bagi perokok
yang telah digolongkan sebagai pecandu, merokok bukan untuk mendapatkan rasa
Jurnal Psikohumanika VoI. II No. 2 Desember 2009
ISSN No. 1979-0341
51
percaya diri tetapi merokok adalah untuk mempertahankan kadar nikotin dalam tubuh,
karena bagi pecandu rokok mereka akan mengalami gejala yang tidak mengenakkan
apabila tidak merokok 20-30 menit saja, sehingga mereka umumnya menolak apabila
merokok tersebut dihubungkan dengan kepercayaan diri.
Remaja apabila menjumpai suatu keadaan atau situasi yang belum pernah
terjadi atau dialami sebelumnya maka akan timbul rasa cemas, takut dan kurang percaya
diri untuk menghadapi keadaan tersebut, hal ini dapat menyebabkan remaja merokok.
Menurut Horn dan Hoch Baum (dalam Prasetyo, 2007) salah satu penyebab seseorang
merokok adalah kebutuhan untuk keyakinan diri, dengan merokok maka kebutuhan
untuk mempunyai keyakinan diri akan terpenuhi. Merokok untuk sebagian individu tidak
sekedar kebiasaan sebab merokok mengandung semua unsur yang dapat membuat
individu ketagihan. Seperti kebanyakan perilaku lain manusia, maka perilaku merokok
juga mempunyai akibat negatif di samping akibat positif.
Terbukti dalam penelitian ini berdasarkan kategorisasi pada variable kepercayan
diri tergolong sedang dengan prosentase 56,41% dan pada variable perilaku merokok
tergolong rendah dengan prosentase 52,6%. Sumbangan efektif kepercayaan diri
terhadap perilaku merokok sebesar 20,5% yang berarti bahwa perilaku merokok tidak
hanya dipengaruhi oleh kepercayaan diri tetapi masih ada faktor-faktor lain sebesar
79,5% (Prasetyo, 2007) seperti faktor ekonomi, pola asuh orang tua, faktor lingkungan
dan lain sebagainya yang turut mempengaruhinya.
Selanjutnya dari analisis yang dilakukan dapat ditemukan bahwa penelitian
hubungan antara kepercayan diri dengan perilaku merokok pada remaja sesuai dengan
kondisi remaja saat ini. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dimana
kebanyakan remaja belum memiliki pendirian yang kuat, jika menghadapi suatu masalah
cenderung gegabah dan mencari jalan keluar yang salah dan dapat merugikan diri
sendiri maupun orang lain. Salah satunya ingin sejenak melupakan masalah dengan
merokok tanpa memikirkan akibatnya.
remaja. Semakin tinggi kepercaaan diri maka semakin rendah perilaku merokok pada
remaja sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi perilaku
merokok pada remaja. Maknanya bahwa kepercayaan diri sangat berpengaruh terhadap
perilaku merokok. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang pada
umumnya remaja belum memiliki pendirian yang kuat dalam menghadapi situasi dari
luar dan salah satu contoh untuk melupakan masalah yaitu dengan merokok.
Penelitian ini disadari jauh dari kesempurnaaan, karena masih banyak
kekurangan. Kekurangan tersebut tidaklah memiliki arti tanpa adanya suatu perbaikan
yang menyertainya. Oleh sebab itu setelah melihat hasil penelitian, pembahasan dan
kesimpulan penelitian ini , maka diajukan saran sebagai berikut :
1) Bagi subjek penelitian
Bagi subyek penelitian diharapkan dari penelitian ini dapat meningkatkan
kepercayaan dirinya tanpa harus dengan cara merokok.
2) Bagi peneliti lain
Diharapkan dapat melihat segi-segi yang dapat mempengaruhi kepercayaan
diri dan perilaku merokok, misalnya dengan memperluas sampela
penelitian, dimasukkan aspek-aspek dalam membuat alat ukur serta
melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap perilaku merokok apada remaja seperti
faktor ekonomi, pola asuh orang tua, faktor lingkungan, sehingga hasil
penelitian akan lebih meyakinkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, R. 1992. Rahasia Membangun Kepercayaan Diri (terjemahan Rita Wityadi).
Jakarta : Binarupa Aksara.
Hurlock, E.B. 1997. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Komasari, D. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Universitas
Islam Indonesia.
Mnks, F.J. Knoers, AMP dan Haditono, SR. 1987. Psikologi Perkembangan Pengantar
Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.