Anda di halaman 1dari 3

Nama : Harly V Sabarlele

Nim : 2014-21-011
Tugas : Hukum laut (Materi Pencemaran laut)

Pendahuluan
Laut merupakan suatu ekosistem yang kaya akan sumber daya alam termasuk
keanekaragaman sumber daya hayati yang dimanfaatkan untuk manusia. Sebagaimana diketahui
bahwa 70% permukaan bumi didominasi oleh perairan atau lautan. Kehidupan manusia di bumi
ini sangat bergantung pada lautan, sehingga manusia harus menjaga kebersihan dan
kelangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis sumber daya yang
terdapat di laut, seperti berbagai jenis ikan, terumbu karang, mangrove, rumput laut, mineral,
minyak bumi, dan berbagai jenis bahan tambang yang terdapat di dalamnya. Kekayaan sumber
daya alam serta keanekaragaman hayati yang sebagin besar ada di perairan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan hidup manusia. Hal ini menyebabkan banyaknya aktivitas disekitar perairan laut
Indonesia. Salah satu akibat yang dapat terjadi dari aktivitas tersebut adalah terjadinya tumpahan
minyak hingga proses pencemaran minyak yang secara kompleks mengakibatkan perubahan sifat
fisik, kimiawi dan biologis yang dapat merusak kehidupan. Minyak adalah pencemar utama di
lautan. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang mengakibatkan
pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah, buangan dari kapal.
Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem perairan pantai
dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar dan terkonsentrasi ke sedimen,
dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut. Makalah ini akan membahas
tentang pemasalahan pencemaran laut akibat tumpahan minyak, sehingga dapat dikaji untuk
menemukan solusi serta pengembangan untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan lingkungan
yag lebih parah. Apa solusi yang dapat dilakukan dalam penanggulangan tumpahan minyak di
laut?

Pembahasan

Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil buangan aktivitas makhluk
hidup yang masuk ke daerah laut. Pencemaran lingkungan laut merupakan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat bangsa-bangsa. Pengaruhnya dapat menjangkau seluruh aktifitas
manusia di laut dan karena sifat laut yang berbeda dengan darat, maka masalah pencemaran laut
dapat mempengaruhi semua negara pantai, baik yang sedang berkembang maupun negara-negara
maju, sehingga perlu disadari bahwa semua negara pantai mempunyai kepentingan terhadap
masalah pencemaran laut. Sumber dari pencemaran laut antara lain adalah tumpahan minyak,
sisa damparan amunisi perang, buangan sampah dari transportasi darat melalui sungai, emisi
trasportasi laut dan buangan pestisida dari pertanian. Namun, sumber utama pencemaran lebih
sering terjadi pada tumpahnya minyak dari kapal tanker. Hasil ekspoitasi minyak bumi diangkut
oleh kapal tanker ke tempat pengolahan minyak bumi (crude oil). Pencemaran minyak bumi
dilepas pantai bisa diakibatkan oleh sistem penampungan yang bocor, atau kapal yang tenggelam
yang menyebabkan lepasnya crude oil ke badan perairan (laut lepas) (Ramadhany, 2009).
Dampak dari lepasnya crude oil di perairan lepas pantai mengakibatkan limbah tersebut dapat
tersebar tergantung kepada gelombang air laut. Penyebaran limbah tersebut dapat berdampak
pada beberapa negara. Dampak yang terjadi akibat dari pencemaran tersebut adalah tertutupnya
lapisan permukaan laut yang dapat menyebabkan penetrasi matahari berkurang, menyebabkan
proses fotosintesis terganggu, pengikatan oksigen terganggu, dan dapat menyebabkan kematian.
Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran laut telah diatur oleh pemerintah
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 Tentang Pengendalian
Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut. Jika pencemaran minyak di laut tidak dapat dihindari
maka dapat dilakukan upaya pembersihan yaitu dengan melakukan pemantauan dan juga
penanggulangan terhadap pencemaran minyak tersebut. Sebelum upaya penanggulangan
tumpahan minyak dilakukan, maka tindakan pertama yang diambil adalah melakukan
pemantauan tumpahan yang terjadi guna mengetahui secara pasti jumlah minyak yang lepas ke
lautan serta kondisi tumpahan, misalnya terbentuknya emulsi. Ada dua jenis upaya yang
dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote sensing).
Karena ada keterbatasan pada masing-masing teknik tersebut, seringkali digunakan kombinasi
beberapa teknik (Alamsyah, 1999).

1. Pengamatan visual melalui pesawat merupakan teknik yang reliable, namun sering terjadi pada
peristiwa tumpahan minyak yang besar dengan melibatkan banyak pengamat, laporan yang
diberikan sangat bervariasi. Ada beberapa faktor yang membuat pemantauan dengan teknik ini
menjadi kurang dapat dipercaya seperti pada tumpahan jenis minyak yang sangat ringan akan
segera mengalami penyebaran (spreading) dan menjadi lapisan sangat tipis. Pada kondisi
pencahayaan ideal akan terlihat warna terang atau pelangi. Namun, seringkali penampakan
lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan
permukaan laut. Karenanya, pengamatan ketebalan minyak berdasarkan warna slick kurang bisa
dipercaya. Faktor lainnya adalah kondisi lingkungan setempat dan prediksi coverage area.
2. Cara kedua dengan menggunakan metode penginderaan jarak jauh yang dilakukan dengan
berbagai macam teknik seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR) yang telah digunakan
secara luas. SLAR memiliki keuntungan yaitu bisa dioperasikan segala waktu dan segala cuaca,
menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil pengindraan lebih detail dengan kekintrasan
tinggi dan bisa ditransmisikan. Sayangnya teknik ini hanya bisa mendeteksi lapisan minyak yang
tebal dan tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dan kondisi laut sangat tenang.
Selain SLAR digunakan pula teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner
dan LANDSAT Satellite System.
Berbagai teknik ini digunakan besama guna menghasilkan informasi yang akurat dan cepat.
Setelah melakukan pemantauan dan mengetahui keadan secara pasti, selanjutnya dilakukan
penanggulangannya. Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya dengan
pembakaran minyak pada permukaan air (in-situ burning), penyisihan secara mekanis melalui
dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan
minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer,
bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan
menambahkan nutrien, penggunaan sorbent melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak
pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent), dan penggunaan
bahan kimia dispersan yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet)
(Charade dan Subandri, 1983).

Anda mungkin juga menyukai