Respirasi PDF
Respirasi PDF
PRAKTIKUM HISTOLOGI
MODUL 3.1 SISTEM RESPIRASI & LIMFOID
DEPARTEMEN HISTOLOGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Buku Panduan Praktikum Histologi ini diterbitkan dalam rangka memudahkan mahasiswa
dalam memahami materi praktikum histologi. Hal-hal yang penting dijelaskan dalam bentuk
penjelasan tertulis maupun gambar (atlas histologi).
Dengan penuntun praktikum ini diharapkan para mahasiswa Kedokteran dapat memahami
struktur anatomi mikroskopis organ tubuh yang normal sehingga mahasiswa mempunyai gambaran
perbandingan dengan organ tubuh yang abnormal (Patologi Anatomi). Mudah-mudahan buku ini
bermanfaat bagi yang memerlukan.
PENULIS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Tata Tertib Praktikum Histologi
Daftar Isi
Praktikum Histologi I (Sistem Respirasi)
Sasaran Pembelajaran Praktikum I
A. Cavum Nasi
B. Pharynx
C. Epiglotis
D. Trakea
E. Paru
Referensi
Lembar Kerja Mahasiswa
Jadwal Praktikum
Tutor & Kelompok Praktikum
I . DASAR TEORI
A. Definisi dan klasifikasi Sistem Respiratorius
Sistem respiratorius terdiri dari paru dan seperangkat saluran di atasnya yang
menghubungkan tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Mekanisme ventilasi
terdiri dari rongga toraks, otot-otot intercostal, diafragma, dan komponen elastis/kolagen
paru. Secara anatomis traktus respiratorius dapat dibagi menjadi traktus respiratorius atas
dan traktus respiratorius bawah. Sedangkan secara fisiologis traktus respiratorius dapat
dibagi menjadi pars konduksi dan pars respiratorius.
Klasifikasi sistem respiratorius (traktus respiratorius):
Anatomis:
1. Traktus respiratorius atas: cavum nasi, naso pharynx, dan oro pharyngx
2. Traktus respiratorius bawah: larynx, trachea, bronchus primarius, dan pulmo
Fisiologis:
Bagian konduksi dari hidung sampai laring lapisan mukosanya disusun oleh jaringan
epitel berlapis gepeng (epithelium stratificatum squamosum non-cornificatum). Epitel ini
memberikan perlindungan lebih bila dibanding epitel respiratorik.
Bagian konduksi dibawah laring dilapisi oleh jaringan epithelium stratificatum columnare
ciliata (epitel bertingkat silindris bersilia) yang dikenal dengan epitel respiratorik.
Lapisan mukosa ini sedikitnya mengandung empat sel berikut:
a. Sel silindris bersilia (sel paling banyak). Setiap sel memiliki 300 silia pada
permukaan apikalnya.
b. Sel goblet (sel piala) merupakan kelenjar yang bersifat uniseluler. Terletak di antara
sel-sel silindris dan mengandung granula berisi musin.
c. Sel sikat (brush) merupakan sel silidris yang lebih sedikit, tidak bersilia, tetapi
memiliki mikrofili. Sel ini memiliki fungsi tranduksi sinyal (sebagai kemoreseptor).
d. Sel granul kecil: sel yang jumlahnya paling sedikit, seperti sel sikat, berfungsi sebagai
neuroendokrin
e. Sel basal merupakan sel punca (stem sel) untuk regenerasi sel sel-sel epitel
respiratorik.
Tinjauan klinis: sindrom silia imotil, apa yang anda ketahui tentang sindrom
ini?
Pada perokok proporsi sel silindris bersilia dan sel goblet berubah (sel goblet
bertambah banyak) sebagai kompensasi banyak polutan CO dan SO 2. Walaupun
demikian karena sel bersilia berkurang lapisan mukus yang banyak sulit digiring
keluar dan sering menimbul penyempitan.
Gambar 2. Foto epitel respiratorius bersilia dari mikroskop elektron; G (sel goblet)
C. Struktur Histologis Traktur Respiratorius
Secara umum organ-organ berbentuk tabung (saluran) di dalam tubuh manusia struktur
histologisnya terdiri dari beberapa lapisan (tunika) yaitu:
a. Tunica intima (Mucosa)
Tunica intima terdiri dari sel-sel epithelium yang menempel pada suatu membrana
basalis. Dibawah membrana basalis terdapat suatu lapisan jaringan ikat tipis yang
disebut juga lamina propria. Pada lamina propria ini juga terdapat beberapa kelenjar,
kapiler, dan jaringan cartilago. Pada beberapa organ juga terdapat lapisan di antra
lamina propria tunica intima dengan tunica media yang disebut lamina submucosa
(biasanya di organ penceranan).
b. Tunica media (Muscularis)
Terdiri dari jaringan otot baik yang berbentuk sirkular maupun longitudinal
c. Tunica adventitia (Serosa)
D. Bagian Konduksi
1. Hidung
Terdiri atas dua rongga kanan dan kiri yang dibatasi septum nasi. Pintu depan disebut nares anterior =
nostril, Pintu belakang disebut nares posterior = choanae. Terdiri dari dua ruangan Vestibulum nasi
dan Cavum nasi.
Vestibulum Nasi
Vestibulum nasi terdiri dari epitel pipih berlapis yang kehilangan keratinnya (epitel
peralihan dari kulit ke epitel respiratorius)
Mengandung rambut hidung (vibrisea) yang berfungsi sebagai filter (penyaring) udara
yang masuk
Cavum nasi
Dinding lateral ruangan ini ada tiga penonjolan (concha) yaitu superior, media dan
inferior. Concha superior ditutupi oleh epitel olfaktorius (reseptor penciuman) akan
dipelajari lebih lanjut pada sistem indera. Conchae media dan inferior dilapisi oleh epitel
respiratorik. Pada lamina propria concha terdapat plexus vena besar yang dikenal dengan
swelling bodies.
Apakah fungsi swelling bodies?
2. Sinus & Nasofaring
Sinus paranasalis adalah rongga bilateral di os frontale, maxillae, ethmoidale, dan
sphenoiale.
Dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan lebih sedikit sel goblet.
Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum di
bawahnya.
Sinus paranasalis berhubungan langsung dengan rongga hidung melalui lobang-lobang
kecil dan mukus yang dihasilkan dalam sinus ini terdorong ke dalam hidung sebagai
akibat dari aktivitas sel-sel epitel bersilia.
3. Nasopharynx
Terletak di bagian posterior rongga hidung, nasofaring adalah bagian pertama faring, yang
berlanjut sebagai orofaringke arah kaudal, yaitu bagian posterior rongga mulut.
Nasofaring dilapisi oleh epitel respiratorik dan memiliki tonsila pharyngealis di media
dan muara bilateral tuba auditorius untuk setiap telinga tengah.
4. Laring
Laring adalah saluran kaku yang pendek (4cmx4cm) untuk udara antara faring dengan
trakea.
Dindingnya diperkuat oleh kartilago hialin (di tiroid, krikoid dan cartilago arytenoid
inferior) dan kartilago elastis yang lebih kecil (di epiglotis, cuneiformis, cornikulatum dan
cartilago arytenoid superior), yang kesemuanya dihubungkan oleh ligamen.
Selain menjaga agar jalan napas terbuka , pergerakan kartilago ini oleh otot rangka
berperan pada produksi suara selama fonasi dan epiglotis berfungsi sebagai katup untuk
mencegah masuknya makanan atau cairan kedalam trakea.
Epiglotis, yang terjulur keluar dari tepian laring, meluas kedalam faring dan memiliki
permukaan lingual dan laringeal. Seluruh permukaan lingual dan bagian apikal
permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Pada beberapa titik permukaan
laringeal di epiglotis epitelnya beralih menjadi epitel bertingkat silindris bersilia. Di
bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa di lamina propria.
5. Trakea
Trakea adalah saluran dengan panjang 12-14 cm dan dilapisi mukosa respiratorik khas.
Di lamina propria terdapat sejumlah besar kelenjar seromukosa menghasilkan mukus
encer dan di submukosa. Trakea tersusun atas 16-20 cincin kartilago hialin berbentuk C
yang menjaga agar lumen trakea tetap terbuka.
Ujung terbuka dari cincin kartilago ini terdapat di permukaan posterior trakea,
menghadap esofagus dan dihubungkan oleh suatu berkas otot polos (m. trachealis) dan
suatu lembar jaringan fibroelastis yang melekat pada perikondrium. Keseluruhan organ
dikelilingi oleh lapisan adventisia.
Trakea menjadi relaks selama menelan untuk mempermudah pasase makanan dengan
memungkinkan esofagus menonjol kedalam lumen trakea, dengan lapisan elastis yang
mencegah peregangan berlebih di lumen. Pada refleks batuk, otot berkontraksi untuk
menyempitkan lumen trakea dan meningkatkan kecepatan pengeluaran udara dan
melonggarkan materi pada pasase udara.
6. Bronchus dan percabangannya
Trakea terbagi menjadi dua bronkus primer yang memasuki paru di hilus beserta arteri, vena
dan pembuluh limfe. Setelah memasuki paru, bronkus primer menyusur ke bawah dan ke luar
dan membentuk tiga bronkus sekunder (lobaris) dalam paru kanan dan dua buah di paru kiri,
dan masing-masing memasok sebuah lobus paru.
E. Zona Respiratorius
Pada zona ini terlah terjadi proses gas exchange. Zona ini meliputi: bronchiolus respiratorius,
ductus alveolaris, saccus alveolaris:
1. Bronchiolus respiratorius (gambaran mikroskopis terdapat dalam tabel preparat histologi)
Setiap bronchiolus terminalis bercabang menjadi dua atau lebih bronchiolus respiratorius
yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respiratorik
sistem pernapasan. Mukosa bronchiolus respiratorius secara struktural identik mukosa
bronchiolus terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus tempat
terjadinya pertukaran gas.
2. Ductus alveolaris
Semakin ke distal pada bronkiolus respiratorius, jumlah muara alveolus ke dalam dinding
bronkiolus semakin banyak. Bronciolus respiratorius bercabang menjadi saluran yang disebut
ductus alveolaris yang sepenuhnya dilapisi oleh muara alveoli. Ductus alveolaris dan alveolus
dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus. Di lamina propria yang mengelilingi
tepian alveolus terdapat anyaman sel otot polos, yang menghilang di ujung distal ductus
alveolaris. Sejumlah besar matriks serat elastin dan kolagen memberikan sokongan pada
duktus dan alveolusnya.
3. Saccus alveolaris
Duktus alveolaris bermuara ke dalam atrium di dua saccus alveolaris atau lebih. Serat elastin
dan retikular membentuk jalinan rumit yang mengelilingi muara atrium , saccus alveolaris dan
alveoli. Serat-serat elastin memungkinkan alveolus mengembang sewaktu inspirasi dan
berkontraksi secara pasif sewaktu ekspirasi. Serat-serat retikuler berfungsi sebagai penunjang
yang mencegah pengembangan berlebih dan kerusakan kapiler-kapiler halus dan septa
alveolar yang tipis. Kedua serabut tersebut menunjang jaringan ikat yang menampung
jaringan kapiler disekitar setiap alveolus.
4. Alveoli/ Alveolus
Alveolus merupakan evaginasi mirip kantong (berdiameter sekitar 200 m) pada
bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris dan saccus alveolaris. Alveoli bertanggung jawab
atas terbentuknya struktur berongga dalam paru. Secara struktural, alveolus menyerupai
kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, yang mirip dengan sarang lebah. Di dalam
struktur mirip mangkok ini, berlangsung pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah.
Struktur dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara
lingkungan luar dan dalam.
Dinding terletak di antara dua alveolus yang bersebelahan sehingga disebut sebagai
septum intraalveolaris. Setiap septum intra-alveolaris dilapisi oleh sel epithelium squamosum
simplex pada kedau mukanya. Di antara kedua epithelium disebut interstitium yang terdiri
dari jaringan ikat dan kapiler. Interstitium alveolus ini merupakan bagian tubuh yang paling
banyak mengandung kapiler. Kapiler di alveolus ini tidak berfenestra.
Udara dalam alveolus dipisahkan dari darah kapiler oleh tiga komponen yang secara
kolektif disebut sebagai membran respiratorik atau sawar darah-udara yang terdiri dari:
o Lapisan permukaan (surfactan) dan sitoplasma dari sel alveolaris (epithel squamous
simplex)
o Membrana basalis penyatuan lamina basal sel alveolus dan lamina basal sel endotel
kapiler
o Sitoplasma sel endotel
Keterangan
Preparat
Trachea
pml
2.
3.
4.
5.
Sinus nasalis
Conchae nasalis
Mucosa Nasopharynx
Mucosa epiglottis
6.
Larynx
7.
Trachea
8.
Bronchus primarius
9.
Bronchus intrapulmonal
Paru HE
Epiglottis
Tidak ada
preparat
Trachea
pml
1
0.
Bronchiolus dan
Bronchiolus terminalis
1
1.
Bronchiolus
respiratorius
lebih kecil
Pada lamina serosa terdapat sekelompok otot polos
berbentuk spiral
Tunica mucosa: epithelium pseudostratificatum Paru HE
columner dan lambat laun berubah menjadi
epithelium columnare simplex, dan menjadi
cuboid simplex dengan sel piala
Lamina propria: teradapat otot polos
Submocosa tidak mengandung kelenjar
Tidak memiliki cincin cartilago
Bronchiolus terminalis: Terdapat sel clara,
modifikasi sel epitel, kehilangan cilia, dan
memiliki granula sekretorik pada apexnya
1
2.
Ductus alveolaris
Saccus alveolaris
Alveolus
Ductus Alveolaris
Berupa saluran yang dindingnya terdiri atas
alveolus.
Pada setiap pintu masuk ke alveol terdapat
epitel skuamous simplek.
Didalam lamina propria terdapat serat-serat otot
polos yang terpotong melintang sehingga
tampak sebagai titik-titik kecil (sukar dilihat).
Saccus Alveolaris
Terdiri atas beberapa alveol yang bermuara
bersama membentuk satu ruangan.
Alveolus
Berupa kantong yang dibatasi oleh sel epitel
skuamous simplek yang amat tipis.
Bentuk alveolus bulat atau oval.
Terdapat sel septal yang merupakan sel epitel
berbentuk kuboid.
Referensi:
1. JUNQUEIRAs Basic Histology: Text & Atlas, 11 edition.
Paru HE
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6.