BAB I (Repaired)
BAB I (Repaired)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya manusia merupakan makhluk hidup paling sempurna.
Manusia dapat hidup sebagai makhluk individu dan makhluk social. Secara
individu, manusia ingin memenuhi kebutuhannya, ingin mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya, dan selalu berusaha untuk mencari jati dirinya.
Manusia sebagai makhluk individu tentunya selalu ingin menjadi dirinya sendiri
sehingga
dia
akan
selalu
sadar
akan
keiindividualitasannya.
Dalam
Bab II
ISI
2.1 SKENARIO
Kehidupan antar suku
Desa Kemujan merupakan salah satu dari tiga desa yang terdapat di
Kepulauan Karimunjawa, termasuk Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten
Jepara,Jawa Tengah. Penduduk yang menempati Pulau Karimun Jawa di Desa
Kemujan ini terdiri dari 6 suku bangsa yaitu, Jawa, Bugis-Makassar, Madura
Buton, Mandar dan Bajau. Dari suku bangsa tersebut yang paling banyak suku
Jawa dan Bugis-Makassar. Kedua suku bangsa ini mempunyai latar belakang
sosial budaya dan ekonomi yang berbeda. Interaksi yang terjadi di antara suku
bangsa Bugis-Makassar dengan suku bangsa Jawa bentuknya kerjasama yang
positif , baik sosial, budaya maupun ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari gotongroyong, hubungan ketetanggan saling membantu kegiatan bersifat keagamaan,
dalam pekerjaan di bidang kenelayanan dan saing menghormati adat kebiasaan.
Interaksi yang bersifat negatif, apalagi sampai timbul pertentangan atau konflik,
tidak terjadi. Mereka sudah melakukan adat yang ada di Desa Kemujan, sudah
terjadi pembauran yaitu perkawinan antar suku bangsa Bugis-Makassar dengan
Jawa. Mereka sama-sama pendatang yang mempunyai rasa persaudaraan dan
saling menghargai, rasa kebersamaan sehingga tampak terjadi interaksi social
yang baik.
Hal yang berbeda terjadi di daerah Sampit. Disana terjadi konflik
berdarah antar suku yang paling membekas dan bikin geger bangsa Indonesia
pada tahun 2001 silam. Konflik yang melibatkan suku Dayak dengan orang
Madura ini dipicu banyak faktor, diantaranya kasus orang Dayak yang diduga
tewas dibunuh warga Madura hingga kasus pemerkosaan gadis Dayak. Warga
Madura sebagai pendatang disana dianggap gagal beradaptasi dengan orang
Dayak selaku tuan rumah. Akibat bentrok dua suku ini ratusan orang dikabarkan
tidak terulang ?
6. Bagaimana cara menyikapi perbedaan yang ada dalam masyarakat ?
2.2.3 Step 3 Analisa Masalah
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
Sikap saling menghargai (toleransi) atau ada keinginan untuk bersama-sama
(inklusifitas)
Terjadinya perkawinan antar suku
Tingginya kesadaran diri suatu suku bangsa sebagai pendatang di suatu
wilayah
Tidak adanya deferensiasi negatif
Banyaknya pendatang membuat semakin rendahnya rasa keegoisan per
individu suatu suku bangsa
2. Faktor gagalnya suku bangsa beradaptasi
Rasa keegoisan yang tinggi
Kurangnya inklusifitas dalam diri
Kurangnya keasadaran diri
Kurangnya peran pemerintah
3. Hal pendorong timbulnya rasa saling menghargai antar masyarakat maupun
suku bangsa
Sikap saling menghargai (toleransi) atau ada keinginan untuk bersama-sama
(inklusifitas)
Terjadinya perkawinan antar suku
Tingginya kesadaran diri suatu suku bangsa sebagai pendatang di suatu
wilayah
Tidak adanya deferensiasi negatif
Banyaknya pendatang membuat semakin rendahnya rasa keegoisan per
individu suatu suku bangsa
4. A. Positif (-)
5
Adanya inklusifitas
B. Negatif (+)
Menimbulkan konflik yang sukar diselesaikan
Ada pihak yang dirugikan
Tidak adanya inklusifitas
Timbulnya korban
2.2.4 STEP 4 STRUKTURISASI KONSEP
Karateristik
Makhluk Individu
Peran
Pengertian
Faktor Pendorong dan Penghambat
Manfaat
Interaksi Sosial
Cara Berinteraksi dengan Baik
Jenis-jenis
d) Akulturasi
Pencampuran budaya atau penyesuaian antara budaya masyarakat .
2. Disasosiatif
a) Persaingan
Suatu proses di mana indvidu atau kelompok-kelompok manusia yang
bersaing mencari keutungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada
suatu proses masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara
menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah
ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan (Gillin dan Gillin, 1954)
b) Kontravensi
Proses sosial yang berada pada antara persaingan dan pertentangan atau
pertikaian.
c) Konflik
Suaatu bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha
untuk mencapai tujuan dengan cara menentang pihak lain disertai ancaman
dan kekerasan
sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu
10
pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Secara garis besar, terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat
yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu:
a. Sugesti karena hambatan berpikir
Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya
mengambil alih pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya
pertimbangn-pertimbangan kritik terlebih dahulu. Orang yang terkena sugesti
itu menelan apa saja yang dianjurkan orang lain. Hal ini tentu lebih mudah
terjadi apabila ia ketika terkena sugesti berada dalam keadaan ketika caracara berpikir kritis itu sudah agak terkendala. Hal ini juga dapat terjadi
misalnya apabila orang itu sudah lelah berpikir, tetapi juga apabila proses
berpikir secara itu dikurangi dayanya karena sedang mangalami rangsanganrangsangan emosional. Misalnya: Rapat-rapat Partai Nazi atau rapat-rapat
raksasa seringkali diadakan pada malam hari ketika orang sudah cape dari
pekerjaannya. Selanjutnya mereka pun senantiasa memasukkan dalam
acara rapat-rapat itu hal-hal yang menarik perhatian, merangsang emosi dan
kekaguman sehingga mudah terjadi sugesti kepada orang banyak itu.
b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi)
Selain dari keadaan ketika pikiran kita dihambat karean kelelahan atau
karena rangsangan emosional, sugesti itu pun mudah terjadi pada diri
seseorang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya, yaitu apabila
pemikiran orang itu mengalami keadaan terpecah-belah. Hal ini dapat terjadi
misalnya apabila orang yangbersangkutan menjadi bingung karena ia
dihadapkan pada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi daya
penampungannya. Apabila orang menjadi bingung, maka ia lebih mudah
terkena sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluar dari kesulitankesulitan yang dihadapinya itu. Keadaan semacam ini dapat pula
menerangkan mengapa dalam zaman modern ini orang-orang yang biasanya
berobat kepada dokter juga mendatangi dukun untuk memperoleh sugestinya
11
anak itu memperoleh pengetahuan mengenai apa yang disebut perbuatan yang
baik dan apa yang disebut perbuatan yang tidak baik melalui didikan dari
orangtuanya.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik
(sama) dengan seorang lain. Kecenderungan ini bersifat tidak sadar bagi anak
dan tidak hanya merupakan kecenderungan untuk menjadi seperti seseorang
secara lahiriah saja, tetapi justru secara batin. Artinya, anak itu secara tidak
sadar mengambil alih sikap-sikap orangtua yang diidentifikasinya yang dapat
ia pahami norma-norma dan pedoman-pedoman tingkah lakunya sejauh
kemampuan yang ada pada anak itu.
Sebenarnya, manusia ketika ia masih kekurangan akan norma-norma,
sikap-sikap, cita-cita, atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacammacam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada
orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia
masih kekurangan pegangan. Demikianlah, manusia itu terus-menerus
melengkapi sistem norma dan cita-citanya itu, terutama dalam suatu
masyarakat yang berubah-ubah dan yang situasi-situasi kehidupannya serba
ragam.
Ikatan yang terjadi antara orang yang mengidentifikasi dan orang
tempat identifikasi merupakan ikatan batin yang lebih mendalam daripada
ikatan antara orang yang saling mengimitasi tingkah lakunya. Di samping itu,
imitasi dapat berlangsung antara orang-orang yang tidak saling kenal,
sedangkan orang tempat kita mengidentifikasi itu dinilai terlebih dahulu
dengan cukup teliti (dengan perasaan) sebelum kita mengidentifikasi diri
dengan
dia,
yang
bukan
merupakan
proses
rasional
dan
sadar,
13
dengan identifikasi, timbulnua simpati itu merupakan proses yang sadar bagi
manusia yang merasa simpati terhadap orang lain. Peranan simpati cukup
nyata dalam hubungan persahabatan antara dua orang atau lebih. Patut
ditambahkan bahwa simpati dapat pula berkembang perlahan-lahan di
samping simpati yang timbul dengan tiba-tiba. Gejala identifikasi dan simpati
itu sebenarnya sudah berdekatan. Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbalbalik itu, akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama di mana seseorang ingin
lebih mengerti orang lain sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa
berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lain itu. Sedangkan
dalam hal identifikasi terdapat suatu hubungan di mana yang satu
menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya
karena yang lain itu dianggapnya sebagai ideal. Jadi, pada simpati, dorongan
utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan orang lain,
sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti
jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya
sebagai ideal. Hubungan simpati menghendaki hubungan kerja sama antara
dua atau lebih orang yang setaraf. Hubungan identifikasi hanya menghendaki
bahwa yang satu ingin menjadi seperti yang lain dalam sifat-sifat yang
dikaguminya. Simpati bermaksud kerja sama, identifikasi bermaksud belajar.
Faktor penghambat
1. Terisolasinya kehidupan suatu golongan
a. Cacat
b. Perbedaan ras dan kebudayaan
c. Berkasta
d. Suku bangsa
2. Perasaan takut terhadap suatu kebudayaan yang dihadapi
2.2.7.5 CARA INTERAKSI SOSIAL YANG BAIK.
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang cara berinteraksi
social yang baik. cara berinteraksi yang baik ialah :
14
1
2
Berbeda dengan paparan diatas, maka cara interaksi yang baik harus
memuat hal hal berikut :
1
2
3
4
5
Kejelasan (clarity)
Penyampaian informasi harus jelas dan mudah dipahami
Ketepatan (accuracy)
Informasi harus benar dan tepat
Konteks
Bahasa dan informasi harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi
Alur (flow)
Alur bahasa dan informasi harus runtut
Budaya
Menyangkut bahasa, informasi, etika dan tata kerama (Endang,
2006)
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai manusa, tentu kita memiliki sifat sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial itu sendiri memiliki makna bahwa kita
tidak dapat hidup seorang diri, dan masih memerlukan orang lain. Dalam
berhubungan dengan orang lain, baik dalam bentuk perorangan maupun dengan
kelompok tentu dibutuhkan interaksi sosial sebagai kunci dari semua kehidupan
sosial. Interaksi sosial itu sendiri dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, gotong royong, bahkan
berkelahi. Dalam melakukan interaksi sosial juga diperlukan cara berkomunikasi
yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman, dan tidak menimbulkan konflik yang
besar.
3.2 Saran
Diharapkan ke depannya mahasiswa mampu mengaplikasikan apa yang telah
dipelajari di Modul Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Dimana mahasiswa mampu mengaplikasikan interaksi sosial dengan cara yang
baik, agar tidak menimbulkan konflik yang besar. Mengingat masih banyak
kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi diskusi kelompok, penulisan
laporan, dan sebagainya. Diharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang
mengajar baik tutor maupun dosen yang memberikan kuliah demi kesempurnaan
laporan ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Gillin, John, Lewis & John Philips Gillin,. 1954, Cultural Sociology, New
York : The Macmillan Company
Herimanto & Winarno, 2012, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, buku, Jakarta:
Bumi Aksara.
McPeath, Sean,. 2010. effective communication skills, MTD Training and
Ventus Publishing Aps.
Soekanto, S dan Sulistyowati, B., 2006. Sosiologi Suatu Pengantar.
Jakarta: RajaGrafindo Persada
17