BBLR
BBLR
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang ketika
dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram (Yulifah &
Yuswanto,2009).
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah faktor risiko yang memiliki
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
BBLR menyebabkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya masalah
kesehatan jangka panjang. Berat Bayi Lahir Rendah memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami keterbelakangan pada awal pertumbuhan, mudah
terkena penyakit menular, dan mengalami kematian selama masa bayi dan
masa anak-anak (WHO, 2011).
BBLR merupakan indikator penting kesehatan reproduksi dan
kesehatan umum pada masyarakat dan merupakan prediktor utama
penyebabkematianpadabulanpertama kelahiranseorangbayi.Kejadian
BBLR akan menyebabkan berbagai dampak kesehatan masyarakat baik
dimasabayidilahirkanmaupunpadamasaperkembangannyadiwaktuyang
akandatang(Jayant,2011).
Laporan Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa kejadian BBLR
di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 10,2%. Angka BBLR di Indonesia
nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI angka
BBLR sekitar 7,5%. Prevalensi bayi berat lahir rendah di Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2011 sebesar 3.370 kasus dari 147,059 kelahiran bayi,
meningkat bila dibandingkan pada tahun 2010 sebanyak 2.412 kasus dari
147,794 kelahiran bayi (Riskesdas, 2013).
Apabila faktor-faktor BBLR tidak segera diatasi maka jumlah
kelahiran BBLR kemungkinan semakin meningkat. Hal ini akan menjadi
beban pembangunan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, karena
dampak jangka pendek meningkatnya jumlah kematian bayi usia 0-28 hari,
Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus BBLR
yang meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus klien dengan BBLR dan
analisa kesenjangan teori dan kasus.
C.
Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep teori dan kasus mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan BBLR serta kesenjangan antara teori
dengan kasus tersebut.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi BBLR
b. Untuk mengetahui etiologi BBLR
c. Untuk mengetahui manifestasi BBLR
d. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan BBLR secara teori
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan BBLR secara kasus
g. Untuk mengetahui kesenjangan antara asuhan keperawatan teori
dengan asuhan keperawatan kasus yang di alami klien dengan
D.
BBLR
Manfaat
Manfaat penyusunan laporan ini sebagai tambahan pengetahuan
mengenai konsep teori, proses asuhan keperawatan dengan gangguan BBLR
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang
3
bahkan
dapat
mengganggu
kelangsungan
hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan
2.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir 1.500 2.500 gram.
2.
Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.
3.
Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram.
Menurut Pantiawati, Ika., 2010, bayi dengan berat badan lahir rendah
2.
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah
persentil. pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan
bayi kecil untuk masa kehamilan.
B.
adalah
pernapasan
diagfragma
atau
pernapasan
impermeabilitas,
terhadap
penyimpangan
organ
lain
dalam
tubuh.
rangsangan
tertentu.
Contoh,
apabila
diberikan
11
12
memiliki
kemampuan
menggunakan
telapak
13
jalan
menelentangkan
bayi
di
atas
kasur.
Gerak
Refleks
tidak
Simetrik
Leher
5.
Gerak
Refleks
tidak
Simetrik
Leher
14
gerak
refleks
simetrik
pada
leher
simetris
ini
dapat
timbul
dengan
jalan
15
dilakukan
dengan
tidak
sadar.
Untuk
Etiologi
1.
Umur ibu
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan pda
umur <20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur.
Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi
dan fungsi fisiologi belum optimal. (Nurfilaila, 2012).
Kehamilan pada masa remaja (umur<20 tahun) menimbulkan
tantangan bagi remaja itu sendiri dan bagi janin yang dikandungnya
yang berhubungan dengan meningkatnya risiko terhadap komplikasi
kehamilan dan luaran perinatal yang buruk seperti preeklamsi, berat
lahir janin rendah dan prematuritas. (Simbolon & Aini, 2013)
2.
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat berpengaruh dalam
peningkatan kondisi bayi. Ibu dengan pendidikan yang cukup akan
17
Umur kehamilan
Bayi BBLR dapat merupakan hasil dari umur gestasi yang
pendek (<37 minggu) tapi dengan kecepatan pertumbuhan janin yang
normal, atau umur gestasi mormal ddengan kecepatan pertumbuhan
janin yang terganggu. Semakin pendek umur kehamilan maka berat
bayi akan semakin rendah serta risiko kecacatan dan kematian bayi
akan semakin tinggi. (Nurfilaila, 2012).
4.
Status gizi
Status gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kondisi janin.
Pada masa kehamilan seorang ibu memerlukan makanan lebih banyak
dibandingkan wanita tidak hamil. Gangguan yang menyebabkan tidak
terpenuhinya gizi akan menyebabkan gangguan pada janin dan berisiko
untuk melahirkan bayi BBLR. (Nurfilaila, 2012).
5.
Kadar Hb
Menurut WHO, anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0 gr%.
Kadar Hb ibu selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin dalam kandungan. Hb berfungsi membawa oksigen
dan nutrisi ke jaringan termasuk ke janin. Kadar Hb yang tidak adekuat
akan menyebabkan gangguan suplai oksigen dan nutrisi yang dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi.
(Nurfilaila, 2012).
6.
Penyakit ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan
ibu. Bila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau
merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun
terancam. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kehamilan yaitu
penyakit Jantung, anemia berat, TBC, malaria, HIV, dan infeksi. Ibu
18
Komplikasi kehamilan
Komplikasi
kehamilan
seperti
perdarahan,
pre
hipotensi
pada
salah
satu
gemili
yang
akan
D.
Patofisiologi
Patofisiologi menurut Surasmi (2009) dalam Pattipielohy (2012)
adalah: Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini
disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan
panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan
19
Pada
minggu
pertama
dari
kehidupan,
bayi
preterm
memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubungan
dengan fluktuasi suhu lingkungan. (Surasmi, 2009).
Dalam sistem pencernaan : Semakin rendah umur gestasi, maka
semakin kecil atau lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling
kecil tidak mampu minum secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang
paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan
spingter pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantuang dari
perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat
900 gr memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris,
demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah
mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna. Hepar
relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi yang kecil. Hal
ini
merupakan
predisposisi
terjadinya
ikterus
akibat
adanya
20
21
ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan
untuk mendengar pada debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.
Dalam sistem urinari : Pada saat lahir fungsi ginjal perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan
adanya angka filtrasi glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan
terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk
mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan
air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang
kurang berkembang (Surasmi, 2009 dalam Pattipielohy, 2012).
Dalam sistem persyarafan : perkembangan susunan syaraf sebagian
besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi fital,
misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang.
Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur normal,
tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang
buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di
bangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah. Sistem genital : Genital
kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora hingga aterm.
Pada laki-laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis atau
skrotum. Sistem Pengindraan (Penglihatan) : Maturitas fundus uteri pada
gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya 2 stadium perkembangan yang
dapat diketahui yaitu immature dan transisional (peralihan) yang terjadi
antara 24 dan 33 34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa
menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk
waktu yang lama (Surasmi, 2009 dalam Pattipeilohy 2012).
E.
Manifestasi Klinis
Menurut Jitowiyono, Sugeng dkk. 2011 manifestasi klinis BBLR
adalah sebagai berikut :
1. Prematuritas Murni
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang
b.
c.
d.
e.
f.
22
F.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Asfiksia
BBLR bisa kurang, cukup, atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga
mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan
keterampilan dalam tindakan resusitasi. (Depkes RI, 2009)
2.
Pernapasan cepat
Sianosis perioral
3.
Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang
normal dan stabil yaitu 360-370 C. segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan tubuh panas bayi. Selain itu,
hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas
karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak
subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengaturan suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relative lebih besar dibanding dengan
berat badan sehingga mudah kehilangan panas. (Pantiawati, Ika., 2010)
Tanda klinis hipotermia:
Kulit dingin
Akral dingin
Sianosis
24
Hipoglikemi
Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikitnya simpanan energy
pada bayi baru lahir dengan BBLR. Bayi dengan BBLR membutuhkan
ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sangat sangat sering
(setiap 2 jam) pada minggu pertama. (Depkes RI, 2009)
5.
6.
Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar.
Kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin
indirek menjadi menjadi bilirubin direk belum sempurna, dan kadar
albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan
ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi premature 10
mg/dL. Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak segera diatasi dapat
menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang
permanen. (Pantiawati, Ika., 2010)
Tanda klinis hiperbilirubinemia:
Letargi
Kejang.
(Pantiawati, Ika., 2010)
7.
Perdarahan intracranial
Pada bayi premature pembuluh darah masih sangat rapuh hingga
mudah pecah perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir,
25
disseminated
intravascular
coagulopathy
atau
trombositopenia
Letargi
Apneu
Kejang
Kelumpuhan
G.
Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati, Ika., 2010 pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard.
2. Tes kocok, dianjurkan untuk bayi kurang bulan.
3. Darah rutin, glukosa darah, jika tersedia fasilitas diperiksa kadar
4.
5.
26
H.
Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.
6.
7.
8.
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
atau botol yang berisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini
disimpan dalam keadaan berdiri, tutupnya ada disebelah atas agar
air tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi.
Buli-buli panas/ botol-botol ini pun harus dalam keadaan
terbungkus, dapat menggunakan handuk/kain yang tebal. Bila air
panasnya sudah dingin, ganti airnya dengan air panas kembali.
c. Suhu lingkungan bayi harus dijaga:
1. Sinar matahari dapat masuk ke kamar.
2. Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi.
d. Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadi
evaporasi.
7.
8.
9.
28
10. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke
rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus
dirujuk ke rumah sakit.
Menurut Maryani (2011), penatalaksanaan prematuritas murni sangat
penting diperhatikan karena mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat
tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian
diri dengan lingkungan hidup di luar uterus. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka diperlukan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin
dan zat besi.
Menurut Maryani (2011), penatalaksanaan bayi dismaturitas adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
2.
ultrasonografi.
Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostik atau
3.
4.
5.
SMK.
Melakukan tracheal-washing pada bayi yang digunakan menderita
6.
aspirasi mekonium.
Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi
lebih dari 60 x/menit dibuat foto thorax.
Menurut Depkes, RI., dalam Rahmayanti, 2011 penatalaksanaan
metode kanguru adalah perawatan untuk bayi berat lahir rendah dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin
contact). Perawatan dengan metode kanguru dapat dilakukan secara terus
menerus dalam 24 jam (continue).
Keuntungan menggunakan
metode
kanguru
antara
lain
29
badan yang lebih baik, mengurangi stress baik pada ibu maupun bayi, tidur
bayi lebih lama, memperpanjang masa kewaspadaan (alert) bayi,
mengurangi lama menangis, memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi,
meningkatkan
produksi
ASI,
menurunkan
kejadian
infeksi,
dan
cm lebih besar dari pada lebar dada, kelainan fisik yang mungkin
terlihat: nilai APGAR 1 5 menit, 0 - 3 menunjukan kegawatan
yang parah, 4 6 kegawatan sedang, dan 7 10 normal. (Pantiawati,
Ika., 2010)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. (Kemenkes, 2011)
Langkah langkah pemeriksaan menurut Kemenkes, 2011 :
a.
b.
c.
a.
b.
c.
31
2.
e.
f.
g.
2.
3.
4.
Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir.
5.
Yakinkan
tidak
ada
kelainan
alat
kelamin,
misalnya
Timbang bayi
1.
Timbang
bayi
dengan
menggunakan
selimut,
hasil
3.
4.
32
5.
33
1. Analisa Data
Tabel 1. Analisa Data Berdasarkan Teori
Data
(Subjektif-Objektif)
DS :
DO :
Keadaan umum lemah.
Akral teraba dingin.
Kulit kemerahan.
Bibir kering dan pucat.
Suhu badan 34,5O
Etiologi
Prematuritas murni atau dismaturitas
Masalah keperawatan
Hipotermi
BBLR
Pemaparan suhu luar
Kehilangan panas
Risiko ketidak seimbangan suhu tubuh
HIPOTERMI
Menangis lemah.
Gerakan kurang aktif.
Risiko kekurangan volume
DS :
cairan
Ketidakseimbangan
nutrisi
34
BBLR
DO :
BB <2500 gram
NGT terpasang
Refleks hisap lemah dan menelan
lemah.
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
DS :
Ibu klien mengatakan, anak saya
tidak
bisa
menghisap
menysui.
DO :
Disfungsi abdomen
pada
saat
BBLR
Disfungsi
motalitas
gastrointestinal
BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
35
belum sempurna.
Otak
Imaturitas sentrum vital
Reflek menelan belum sempurna
Diskontinuitas pemberian ASI
Peristaltic belum sempurna
Pengosongan lambung belum baik
DISFUNGSI MOTALITAS GASTROINTESTINAL
Prematuritas murni atau dismaturitas
DS :
BBLR
DO :
Bayi ditempatkan di inkubator.
Sclera,
BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
36
DS :
perkembangan
lemas.
DO :
Klien terlihat lemah.
Klien terlihat tidak bersemangat
Kegagalan umum untuk bergerak
normal
Refleks moro menurun atau tidak
ada
37
Risiko infeksi
DO :
Bayi terpasang infus.
Perawatan tali pusat.
DS :
DO :
Retraksi dinding dada (+)
Penggunaan otot bantu nafas.
Nafas cuping hidung (-).
RR : 30 x/menit.
Sianosis (-).
R
BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
Daya tahan tubuh menuruh
Imaturitas organ-organ pada bayi
Pada paru aspirasi mekonium
Aspirasi mekonium karena insufisiensi plasenta dan
38
Faktor ibu
klien
mengatakan,
kurang
Defisit pengetahuan
Sosial ekonomi
Pemenuhan gizi kurang baik
DO :
Ibu klien sering bertanya kepada
dokter
dan
perawat
tentang
keadaan anaknya
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Hipotermia b.d peningkatan permukaan tubuh yang lebih luas berbanding dengan berat bayi
2.
Resiko kekurangan volume cairan dngan faktor risiko hilangnya volume cairan aktif.
3.
39
4.
5.
Resiko ikterus neonatal dengan faktor resiko penurunan berat badan yang tidak normal .
6.
7.
8.
9.
40
Diagnosa Keperawatan
Hipotermia
b.d
NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
peningkatan
tubuh
lebih
yang
NIC
Infant care : newborn
1. Monitor respiratori pada bayi
2. Monitor berat baan bayi baru lahir
3. Dukung klien untuk dilakukannya motode skin
to skin anatara ibu dan bayi.
4. Gunakan selimut pada bayi baru lahir untuk
menghangatkan badan bayi.
5. Fasilitasi bonding attachment ibu dengan bayi
baru lahir.
6. Anjurkan klien dan keluarga untuk mengenali
tanda kesulitan bayi baru lahir .
Hipotermya teatment
41
1. Monitor suhu
menggunakan termometer.
2. Jauhkan bayi baru lahir dari lingkungan yang
dingin.
3. Tentukan penggunaan obat secara hati-hati
(menghindari
gangguan
mempantauan
peningkatan
metabolisme
peningkatan
pada
mempertimbangkan
keadaan,
hormon
pemberhentian
dan
obat
Resiko kekurangan
42
3.
Ketidakseimbangan nutrisi
Nutrition managemant
1. Tentukan lokasi atau tempat untuk pemberian
susu.
2. Posisikan bayi semi fowler pada saat pemberian
susu
3. Monitor asupan cairan pada bayi baru lahir
4. Instruksikan klien,
penjaga/pengasuh untuk
43
membuang
klien
dan
sisa
susu
pengasuh
untuk
formula
dan
Disfungsi
gatrointestinal
prematuritas neurologi
44
pemberian makanan.
5. Dukung pemberian ASI.
6. Informasikan orang tua mengenai pencegahan
sindrom kematian bayi mendadak.
5.
Phototherapy: Neonate
10
hiperbilirubinemia.
2.
3.
4.
5.
Surveillance
1.
2.
45
6.
Resiko keterlambatan
perkembangan dengan
adekuat
3.
4.
46
2. Intruksikan
klien
untuk
berbicara,
klien
untuk
menggosokan
imunitas
47
8.
Ketidakefektifan pola
Oxygen therapy
neurologi
48
Respiratory monitoring
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman ,dan
upaya pernapasan.
2. Catat pergerakan dinding dada,lihat
kurang pengetahuan
Parenting promotion
1. Bantu orang tua untuk memiliki harapan yang
realistis
untu
tumbuh
kembang
dan
kemampuan bayi.
2. Monitor status kesehatan bayi, dan status
imunisasi bayi.
3. Monitor status kesehatan parental dan aktifitas
49
kesehatan.
4. Informasikan
klien
tempat
pelayanan
berencana.
Teaching : disease process
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien tentang
proses penyakit.
2. Monitor pengetahuan klien tentang kondisi
penyakit saat ini.
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit yang
diderita klien saat ini , memungkinkan.
4. Jelaskan proses penyakit yang diderita klien,
jika memungkinkan.
5. Diskusikan dengan klien terapi yang akan
dipilih.
6. Jelaskan rasional dan manfaat managemen,
50
informasi
yang
diberikan
oleh
51
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A.
52
5. Pemeriksaan Fisik
a. Initial asessment
APGAR skor:
- Menit ke 1 : 4
- Menit ke 5 : 8
b. Growth measurement
- BBL: 1950 gr
- PB : 47 cm
c. Kepala
Presentasi ubun-ubun kecil
d. Hidung
Terpasang oksigen kanul binasal liter/menit
e. Abdomen
53
B.
1.
Identitas Klien
Nama
: By. B
Umur
: 15 menit
Jenis Kelamin
: laki-laki
Tanggal Pengkajian
: 25 April 2016
Diagnosa Medis
: BBLR
2.
Keluhan Utama
Tidak terdapat dalam kasus
3.
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak terdapat dalam kasus
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Tidak terdapat dalam kasus
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat dalam kasus
4.
Pola Pemenuhan Aktivitas
a. Pola istirahat
Tidak terdapat dalam kasus
b. Pola Nutrisi
IMD telah dilakukan namun tidak ada ASI
(Payudara ibu coklat kehitaman gelap
dan datar, kedua payudara menegang
namun tidak ada sekresi).
54
c. Pola aktivitas
Tidak terdapat dalam kasus
d. Pola eliminasi
Mekonium belum keluar
e. Pola Personal hygiene
Tidak terdapat dalam kasus
5.
a.
b.
c.
d.
e.
Pemeriksaan Fisik
Initial asessment
APGAR skor
- Menit ke 1 : 4
- Menit ke 5 : 6
Growth measurement
- BBL : 2070 gr
- PB : 45 cm
Kepala
Presentasi ubun-ubun kecil
Hidung
Terpasang oksigen kanul binasal liter/menit
Abdomen
Tali pusat berjumlah 2 buah dengan panjang 51 cm dan setiap tali
pusat terdapat 2 arteri serta 1 vena, Plasenta utuh dengan berat 450
C.
gr
f. Genitalia
Jenis kelamin laki-laki
Penatalaksanaan
1.
Terapi Pijat dengan Minyak Kelapa
Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Arora, Smriti.,
Ravindran, Disha., dan Sarkar, Shilpi., pada tahun 2015 yang berjudul
Effect of Coconut Oil Massage on Weight and Neurobehavioral
Response in LBW Babies, menjelaskan mengenai pengaruh pijat dengan
minyak kelapa terhadap berat badan dan respon neurobehaviour pada
bayi BBLR.
Pijat diberikan kepada bayi BBLR dengan melakukan usapan
lembut dengan telapak tangan menggunakan minyak kelapa. Minyak
kelapa diberikan sebanyak 5mL / kg berat badan yang diterapkan
persesi, dua kali sehari mulai dari hari ke-2 sampai pulang. Dua sesi
pemijatan dilakukan per hari selama 15 menit oleh orang yang terlatih.
55
56
a.
b.
c.
d.
usia kehamilan.
Berat badan lahir rendah termasuk juga prematur.
Berat badan meningkat menjadi 10% -13% dari berat badan lahir
e.
60 menit. Namun hindari perubahan terlalu sering agar bayi tidak stress.
Lama kontak kulit-ke-kulit secara bertahap bertambah, siang dan
malam, terputus hanya untuk mengganti popok ataupun kegiatan lain
(Department of Reproductive Health and Research, World Health
Organization, 2003. dalam Sachdeva, Anupam. 2012).
Ketika ibu dan bayi yang nyaman, kontak kulit-ke-kulit
diteruskan selama mungkin. Hal ini digunakan sampai bayi mencapai
berat badan 2500 gram. Untuk melihat ketidaknyamanan pada bayi, dia
mulai menggeliat untuk menunjukkan bahwa dia tidak nyaman,
menarik tubuhnya keluar, menangis dan rewel setiap kali ibu mencoba
untuk menempatkan dia kembali kulit-ke-kulit. Ini merupakan waktu
yang aman untuk menyarankan ibu untuk menyapih bayi secara
bertahap dari kangaroo mother care. Ibu dapat kembali ke kontak kulitke-kulit, setelah memandikan bayi, pada suasan malam yang dingin,
atau
ketika
bayi
membutuhkan
kenyamanan
(Department
of
57
1.
Analisa Data
Tabel. 3 Analisa Data Berdasarkan Kasus
Data-data
(Sunjektif-Objektif)
Etiologi
Masalah Keperawatan
BAYI
DS: Tidak terdapat dalam kasus
DO:
-
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
BBLR
IMD telah dilakukan namun
tidak ada ASI (Payudara ibu
coklat kehitaman gelap dan
datar,
kedua
payudara
BB by. A 1950 gr
PB by. A 47 cm
BB by. B 2070 gr
PB by. A 45 cm
BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
Daya tahan tubuh menuruh
Imaturitas organ-organ pada bayi
Otak
Imaturitas sentrum vital
Reflek menelan belum sempurna
58
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
DS:
DO:
BBLR
BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
Daya tahan tubuh menuruh
Imaturitas organ-organ pada bayi
Hati
Konjugasi billirubin belum baik
Hiperbilirubin
RISIKO IKTERUS NEONATUS
DS:
DO:
Risiko keterlambatan
perkembangan
59
BB by. A 1950 gr
BB by. B 2070 gr
IBU
DS:
DO:
-
kedua
payudara
60
2. Diagnosa Keperawatan
Bayi
1.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.
2.
3.
Ibu
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan anomali payudara ibu.
Diagnosa
NOC
NIC
Rasional
61
Keperawatan
BAYI
1.
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d faktor
biologis
Infant Care
1. memastikan intake dan output
nutrisi seimbang
2. ASI merupakan nutrisi dengan
kandungan zat yang baik untuk
perkembangan bayi.
Nipple shields
1. Reflek rooting membantu
meningkatkan reflek rooting
pada bayi.
62
5. Mengidentifikasi kemampuan
reflek sucting bayi
6. Memastikan ada tidaknya
peningkatan atau penurun an
berat badan bayi.
2.
3.
Risiko ikterus
neonatal dengan
faktor resiko
keterlambatan
pengeluaran
mekonium
Risiko
keterlambatan
perkembangan
dengan faktor
resiko nutrisi tidak
adekuat
63
IBU
1.
Ketidakefektifan
pemberian ASI b.d
anomali payudara
ibu
Lactation counseling
Lactation counseling
1. Mengetahui kemampuan
menghisap pada bayi baru lahir
2. Mengetahui adanya ke
abnormalan pada payudara
65
Payudara mampu
menyimpan ASI
Tidak ada tanda
tanda mastitis.
Knowledge: breastfreeding
Klien mengetahui
manfaat ASI.
Adanya tanda-tanda
pasokan susu yang
memadai.
berkonsultasi dengan
menentukan strategi pemberian
ASI yang sesuai.
4. Diskusikan strategi yang tepat
untuk pemberian ASI yang
efektif (misalnya: pompa ASI
atau Nipple Shields).
yang efektif
4. Merangsang terjadinya
pengeluaran pada ASI
5. Membantu klien agar
memahami penggunaan nipple
shield dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayi
66
oleh bayi
3. Mencegah terjadinya
akumulasi bakteri dari sisa
cairan susu dalam botol
(Bluechek, G. M. Et al. 2014, Herdman, T. Heather. 2014, Moorhead, sue, et al. 2014)
67
68
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
BBLR adalah berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan
2499 gram) tanpa memandang usia gestasi yang disebabkan oleh masa
kehamilan kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan sehingga
BBLR
pada
umumnya
dapat
mengakibatkan
pada
terlambatnya
Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan untuk senantiasa melakukan PMK bagi BBLR
selama rumah sakit maupun di rumah sesuai dengan yang telah
diajarkan di rumah sakit secara termitten agar didapatkan efek yang
lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan BBLR yang optimal,
dan harus selalu memberikan dukungan pada ibu untuk melakukan
metode kanguru secara termitten bagi bayinya dan saling bekerjasama
karena dukungan keluarga sangat diperlukan bagi ibu selama merawat
bayinya terutama bayi dengan BBLR yang lebih membutuhkan
perhatian dan penanganan khusus.
2. Bagi Mahasiswa
69
70