Anda di halaman 1dari 70

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang ketika
dilahirkan mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram (Yulifah &
Yuswanto,2009).
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah faktor risiko yang memiliki
kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
BBLR menyebabkan berbagai masalah kesehatan, salah satunya masalah
kesehatan jangka panjang. Berat Bayi Lahir Rendah memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami keterbelakangan pada awal pertumbuhan, mudah
terkena penyakit menular, dan mengalami kematian selama masa bayi dan
masa anak-anak (WHO, 2011).
BBLR merupakan indikator penting kesehatan reproduksi dan
kesehatan umum pada masyarakat dan merupakan prediktor utama
penyebabkematianpadabulanpertama kelahiranseorangbayi.Kejadian
BBLR akan menyebabkan berbagai dampak kesehatan masyarakat baik
dimasabayidilahirkanmaupunpadamasaperkembangannyadiwaktuyang
akandatang(Jayant,2011).
Laporan Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa kejadian BBLR
di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 10,2%. Angka BBLR di Indonesia
nampak bervariasi, secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI angka
BBLR sekitar 7,5%. Prevalensi bayi berat lahir rendah di Provinsi Sulawesi
Selatan pada tahun 2011 sebesar 3.370 kasus dari 147,059 kelahiran bayi,
meningkat bila dibandingkan pada tahun 2010 sebanyak 2.412 kasus dari
147,794 kelahiran bayi (Riskesdas, 2013).
Apabila faktor-faktor BBLR tidak segera diatasi maka jumlah
kelahiran BBLR kemungkinan semakin meningkat. Hal ini akan menjadi
beban pembangunan kesehatan jangka pendek dan jangka panjang, karena
dampak jangka pendek meningkatnya jumlah kematian bayi usia 0-28 hari,

sedangkan jangka panjang BBLR rentan terhadap timbulnya beberapa jenis


penyakit pada usia dewasa (Silangit, Agusanna Dewi, 2013).
Penanganan yang tepat dan terencana merupakan kunci keberhasilan
penanganan bayi dengan berat lahir rendah di rumah sakit. Konsep
pelayanan perinatologi yang berkualitas tinggi memerlukan organisasi yang
komprehensif dan melibatkan seluruh profesional di bidang kesehatan
termasuk pelayanan keperawatan (Silangit, Agusanna Dewi, 2013).
Perawat memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas pada bayi dengan berat lahir rendah.
Perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan yang optimal
mengenai asuhan keperawtan pada bayi dengan berat lahir rendah (Silangit,
Agusanna Dewi, 2013).
B.

Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini akan dibahas mengenai kasus BBLR
yang meliputi tinjauan teori, pembahasan kasus klien dengan BBLR dan
analisa kesenjangan teori dan kasus.

C.

Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep teori dan kasus mengenai asuhan
keperawatan pada klien dengan BBLR serta kesenjangan antara teori
dengan kasus tersebut.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi BBLR
b. Untuk mengetahui etiologi BBLR
c. Untuk mengetahui manifestasi BBLR
d. Untuk mengetahui patofisiologi BBLR
e. Untuk mengetahui asuhan keperawatan BBLR secara teori
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan BBLR secara kasus
g. Untuk mengetahui kesenjangan antara asuhan keperawatan teori
dengan asuhan keperawatan kasus yang di alami klien dengan

D.

BBLR
Manfaat
Manfaat penyusunan laporan ini sebagai tambahan pengetahuan
mengenai konsep teori, proses asuhan keperawatan dengan gangguan BBLR

agar dapat di aplikasikan dengan baik dilahan praktik maupun dimasyarakat


untuk kedepannya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A.

Definisi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang
3

baru sehingga dapat mengakibatkan pada terlambatnya pertumbuhan dan


perkembangan,

bahkan

dapat

mengganggu

kelangsungan

hidupnya

(Prawirohardjo, 2006).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan

(< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan

(intrauterine restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).


BBLRadalahbayiyanglahirdenganberatbadankurangdari2500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat
badanlahirkurangdari2500gramatausamadengan2500gramdisebut
prematur.Padatahun1961olehWHOsemuabayiyangbarulahirdengan
berat kurang 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (Proverawati,
2010).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa BBLR
adalah berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram)
tanpa memandang usia gestasi yang disebabkan oleh masa kehamilan
kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan sehingga BBLR pada
umumnya dapat mengakibatkan pada terlambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan hidupnya.
Klasifikasi BBLR Menurut Rukiyah (2010) bayi berat lahir rendah
(BBLR) dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1.

Bayi prematur sesuai masa kehamilan (SMK) terdapat derajat


prematuritas di golongkan menjadi 3 kelompok:
a. Bayi sangat prematur (extremely prematur ): 24-30 minggu.
b. Bayi prematur sedang (moderately prematur ) : 31-36 minggu.
c. Borderline Premature : 37-38 minggu. Bayi ini bersifat premature
dan mature.
Beratnya seperti bayi matur akan tetapi sering timbul
masalah seperti yang dialami bayi prematur, seperti gangguan
pernafasan, hiperbilirubinemia dan daya hisap lemah.

2.

Bayi prematur kecil untuk masa kehamilan (KMK) terdapat banyak


istilah untuk menunjukkan bahwa bayi KMK dapat menderita gangguan

pertumbuhan di dalam uterus (intra uterine growth retardation /


IUG)seperti pseudo premature, small for dates, dysmature, fetal
malnutrition syndrome, chronis fetal distress, IUGR dan small for
gestasionalage ( SGA ).
Bayi BBLR dapat diklasifikan berdasarkan umur kehamilan dan
berat badan lahir rendah. Menurut Sarwono Prawirohardjo (2007),
diklasifikasikan berat badan waktu lahir, yaitu:
1.

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir 1.500 2.500 gram.

2.

Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.

3.

Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram.
Menurut Pantiawati, Ika., 2010, bayi dengan berat badan lahir rendah

dapat dibagi menjadi 2 golongan:


1.

Prematuritas murni adalah bayi dengan masa kehamilan kuranng dari


37 minggu dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia
kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan.

2.

Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilannya, yaitu berat badan dibawah
persentil. pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasanya disebut dengan
bayi kecil untuk masa kehamilan.

B.

Anatomi Fisiologis Reproduksi Wanita


1. Anatomi
a. Sistem Pernapasan
Kuncup paru-paru (Lung buds) janin mula-mula terbentuk
pada minggu ke 4 kehamilan. Perkembangan kuncup (budding) dan
pembentukan cabang (Branching) membentuk batang uatam lobulus
bronkopulmonal. Pembentukan cabang terus berlangsung sampai
awal masa kanak-kanak, meskipun percabangan tersebut kurang
proliferatif. Dari bulan ke-6, lobulus berkembang menjadi duktus
alveolus. Dan duktus berkembang menjadi sakus alveolus, yang

menjadi alveoli sebenarnya pada bulan ke 2 kehidupan postnatal.


(Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012).
Karena sakus alveolus berkembang, epitel yang membatasi
sakus tersebut menipis. Kapiler-kapiler paru menekan dinding sakus
karena paru-paru dipersiapkan untuk pertukaran oksigen dan
karbondioksida, menjelang akhir bulan ke 6 kehamilan. Selama
minggu terakhir kehamilan, paru-paru mengeluarkan surfaktan yang
mencegah sakus alveolus kolaps selama ekspirasi, menyebabkan
atelektasis diantara gangguan-gangguan lain. Saat lahir, paru-paru
berisi cairan. Cairan ini dengan cepat dihalau dan di absorbsi karena
paru-paru terisi udara. (Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012).
Struktur tulang toraks (Thoracic cage) bayi yang baru lahir
agak bundar. Secara bertahap diameter transversal bertambah sampai
menjadi bentuk elips seperti dada orang dewasa, kira-kira umur 6
tahun. Struktur tulang toraks bayi juga agak lunak, yang
memungkinkan kerangka dada tertarik selama pernapasan yang
memerlukan usaha besar (Labored breathing). Bayi mempunyai
sedikit jaringan dan kartilago pada trakea dan bronkus yang
memungkinkan struktur ini lebih mudah kolaps. (Hamilton, 1995
dalam Pattipilohy, 2012).
Jalan napas berkembang lebih cepat daripada kolumna
vertebra. Pada bayi bifurkasi trakea adalah setinggi vertebra torakal
ke 4.
Bayi hanya bernapas melalui hidung, dan rongga hidung
yang dilewati lebih sempit. Pernapasan kurang ritmik dibandingkan
anak. Pada bayi dan anak usia dibawah 6 atau 7 tahun, jenis
pernapasan

adalah

pernapasan

diagfragma

atau

pernapasan

abdomen.volume oksigen yang di ekspirasi oleh bayi dan anak


anak lebih besar daripada yang di ekspirasikan oleh orang

dewasa.pada usia 12 tahun anak mempunyai 9x jumlah alveoli


dibandingkan ketika lahir. (Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012).
b. Sistem Kardiovaskuler
Pada tahap awal perkembangannya, jantung merupakan tuba
lurus. Antara minggu ke 2 dan ke 10 kehamilan jantung mengalami
serangkaian perubahan menjadi organ yang mempunyai 4 ruangan.
Jantung mulai berdenyut pada minggu ke 3 kehamilan. Selama
kehidupan janin, jantung mendistribusikan oksigen dan nutrient yang
disuplai melalui plasenta. Paru paru janin di pintas oleh pirau yang
ada selama kehidupan janin. Pada saat lahir pirau ini mulai menutup
karena tahanan pembuluh darah pulmonal turun. Tahanan pembuluh
darah kira kira sama dengan orang dewasa pada umur 6 minggu.
Tahanan pembuluh darah pulmonal relatif lebih tinggi pada bulan
pertama kehidupan bayi, dan kelainan jantung seperti defek sputum
ventrikel ( VSD ) mungkin tidak dapat di deteksi. (Hamilton, 1995
dalam Pattipilohy, 2012)
Jantung adalah besar dalam hubungan nya dengan ukuran
tubuh pada bayi. Jantung terletak agak horizontal dan menempati
sebagian besar cavum thoraks. Perkembangan paru paru
menyebabkan jantung terdesak ke posisi yang lebih rendah dan pada
umur 7 tahun jantung dianggap seperti posisi jantung orang dewasa
yang lebih oblik dan lebih rendah. Ukuran jantung meningkat pada
remaja karena pertumbuhan yang cepat. (Hamilton, 1995 dalam
Pattipilohy, 2012)
Pada saat lahir dinding ventrikel mempunyai ketebalan yang
sama, tetapi dengan kebutuhan sirkulasi ventrikel kiri akan lebih
tebal. Dinding ventrikel yang tipis menghasilkan tekanan sistolik
yang rendah pada bayi baru lahir. Tekanan sistolik meningkat setelah
lahir hingga sampai mendekati tekanan sistolik orang dewasa pada
saat pubertas. Pembuluh darah memanjang dan menebal dalam

berespons terhadap tekanan yang meningkat. (Hamilton, 1995 dalam


Pattipilohy, 2012)
c. Sistem Integumen
Kulit, yang mualai berkembang selama minggu ke 11
kehamilan, terdiri dari 3 lapisan ( Epidermis, Dermis dan jaringan
subkutan ). Kulit mempunyai 4 fungsi utama : perlindungan terhadap
cedera, termoregulasi,

impermeabilitas,

dan sensor terhadap

sentuhan, nyeri, panas, dan dingin. (Hamilton, 1995 dalam


Pattipilohy, 2012).
Ph kulit yang normal adalah asam, berguna untuk melindungi
kulit dari invasi bakteri. Pada bayi Ph kulit bayi lebih tinggi, kulit
lebih tipis, dan sekresi keringat dan sebum sedikit. Akibatnya, bayi
lebih rentan terhadap infeksi kulit daripada anak yang lebih besar
dan orang dewasa. Selanjutnya, karena pelekatan yang longgar
antara dermis dan epidermis, kulit bayi dan anak anak cenderung
mudah melepuh. (Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012)
d. Sistem Pendengaran
Tiga bagian telinga berkembang pada masa embrio dalam
waktu yang bersamaan dengan perkembangan organ organ vital
lainnya, oleh karena itu deformitas pada telinga dapat memberikan
petunjuk

terhadap

penyimpangan

organ

lain

dalam

tubuh.

Perkembangan telinga luar dimulai kira kira pada minggu ke lima


kehamilan dan perkembangan telinga tengah sekitar minggu ke 6.
telinga terutama sekali rentan terhadap penyimpangan pada minggu
ke 9 kehamilan. (Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012).
Neonatus mampu membedakan suara saat lahir dan lebih
mudah berespon terhadap suara dengan nada yang tinggi. Adanya
mucus pada tuba eustachius dapat membatasi pendengaran ketika
bayi pertama kali dilahirkan tetapi segera jelas setelah lahir. Verniks

kaseosa pada saluran telinga luar dapat menyulitakan visualisasi


membrane timpani. (Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012).
Bayi yang lebih muda berespon terhadap kebisingan yang
keras dengan refleks terkejut, berkedip, atau menghentikan
gerakan. Bayi, yang berumur 6 bulan atau lebih mencoba mencari
sumber suara. (Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012)
e. Sistem Penglihatan
Mata mulai terbentuk pada 22 hari kehamilan, dan pada 8
minggu kehamilan dianggap dalam bentuk yang lazim. Struktur dan
bentuk mata terus berkembang sampai anak mencapai usia sekolah.
Pada saat lahir Mielinisasi serat-serat saraf sudah lengkap dan respon
pupil dapat diperoleh. Bayi baru lahir, bagaimanapun juga
mempunyai penglihatan yang terbatas. Neonatus mampu mengenali
bentuk ibunya dan mengenali cahaya dan gerakan, ditandai dengan
refleks berkedip. Nistagmus yang tajam umum terjadi. Kemampuan
untuk mengikuti objek tidak berkembang sampai umur 4 minggu,
ketika bayi mampu mengikuti cahaya dan objek kegaris tengah. Pada
umur 8 minggu bayi mampu mengikuti cahaya melewati garis
tengah, walaupun strabismus menjadi jelas. (Hamilton, 1995 dalam
Pattipilohy, 2012).
Strabismus konvergen intermiten umum terjadi sampai umur
6 bulan, kemudian menghilang. Otot otot dianggap berfungsi
dengan sempurna pada umur 1 tahun. Macula dan fovea sentralis
secara structural mengalami diferensiasi pada umur 4 bulan.
Maturasi makula dicapai saat umur 6 tahun. Perbedaan warna
ada antara umur 3 dan 5 bulan. Bayi normalnya berpenglihatan jauh.
Seperti anak kecil, bayi melihat dengan baik pada rentang yang
sempit. Ketajaman penglihatan jauh. Seperti anak kecil, bayi melihat
dengan baik pada rentang yang sempit. Ketajaman penglihatan pada
bayi mempunyai rentang dari 20/300 sampai 20/50. iris biasanya

dianggap berwarna permanent saat umur 6 bulan, tetapi pada


beberapa anak tidak sampai 1 tahun. Lakrimasi mulai ada saat
berumur 6 12 minggu. (Hamilton, 1995 dalam Pattipilohy, 2012)
2. Fisiologi
a.

Perkembangan Gerak Refleks


Perilaku gerak pada anak sudah muncul saat masih dalam
kandungan ibu dan bulan pertama setelah lahir. Sebagian besar
gerak yang dilakukan anak masih bersifat refleks artinya setiap
gerakan dilakukan tidak secara sukarela, namun sebagai respon
terhadap

rangsangan

tertentu.

Contoh,

apabila

diberikan

rangsangan berupa sentuhan pada telapak tangan bayi, maka


telapak tangan tersebut akan menutup. Hal ini akan terus menerus
dilakukan oleh bayi apabila mendapat rangsangan yang sama. Jadi
gerak refleks dilakukan secara tidak sukarela oleh bayi, namun
sebagai upaya tidak sadar yang dilakukan oleh bayi.
1.

Tahapan Gerak Refleks


Pada anak usia balita, gerak refleks pada umumnya
tidak berlangsung hingga melampaui ulang tahun pertama.
Namun demikian, sebagian gerak refleks akan bertahan dalam
waktu yang lebih lama bahkan selama hidupnya pada orang
normal dan sehat. Gerak refleks bukan hanya merupakan salah
satu aspek perkembangan manusia yang menarik, melainkan
juga menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi
kehidupan umat manusia. Manusia lahir hanya dengan sedikit
kemampuan yang dapat dilakukan secara sadar dan dengan
mobilitas yang sangat terbatas. Manusia pada saat baru lahir
(neonatal) sangatlah tidak berdaya dan sangat menggantungkan
diri pada orang lain dan pada refleks untuk perlindungan dan
kelangsungan hidupnya. Gerak refleks pada bayi digunakan
sebagai perlindungan kadar makanan (nutrisi). Refleks seperti
ini seing disebut dengan refleks primitif artinya gerak refleks
yang muncul pada saat perkembangan dalam kandungan atau
10

setelah lahir dan biasanya hilang setelah umur bayi 6 bulan.


Gerak refleks menghisap/menyusu merupakan salah satu
refleks primitive yang paling dikenal, refleks ini ditandai
dengan gerakan menghisap jika bibir dirangsang. Seorang bayi
yang baru lahir, tanpa kemampuan yang dapat dilakukan secara
sadar untuk mencerna makanan. Oleh karena itu, gerak refleks
menyusu ini membuat bayi dapat memperoleh makanan yang
penting bagi kelangsungan hidupnya dengan gerakan yang
dilakukan secara tidak sadar. Gerak refleks lainnya, yang
penting untuk mempertahankan kecukupan zat makanan adalah
refleks menarik atau menekan. Keduanya berfungsi untuk
menghisap makanan. Gerak refleks ini akan muncul apabila
daerah pipi dekat mulut dirangsang. Kepala bayi akan berputar
kearah pemberi rangsangan. Gerak refleks ini membuat bayi
yang belum mampu bergerak dapat mencari makanan yang
disediakan oleh ibunya saat dirangsang dengan puting susu
ibunya. Gerak refleks yang agak sukar (labyrinthine reflex)
merupakan refleks perlindungan yang sedikit berbeda dengan
refleks sebelumnya. Jika seorang bayi ditempatkan dalam
posisi telungkup sehingga membuat pernafasannya agak
terhambat. Bayi akan berusaha untuk membalikkan badanya
agar dapat bernafas, refleks ini dapat merangsang bayi untuk
dapat memutar atau memiringkan kepalanya ke posisi yang
sesuai dengan posisi tubuhnya. Selain gerak refleks yang
dilakukan tanpa kesadaran, ada juga gerak refleks yang
dilakukan dengan sadar (postular reflex). Gerak refleks ini
dianggap sebagai dasar dari gerakan-gerakan pada masa
datang, karena rangsangan timbul dari pusat otak. Gerak
refleks postular ini diintegrasikan, dimodifikasi, dan diterapkan
secara langsung ke dalam pola-pola gerakan secara sadar yang
lebih kompleks. Contoh, gerak refleks berjalan, seorang anak
berusia 1 atau 2 bulan jika diangkat dengan kedua kaki

11

menyentuh lantai, maka tekanan pada telapak kaki akan


merangsang kaki untuk melakukan aksi berjalan. Jadi, gerak
refleks memberikan suatu gerak otomatis untuk mencapai
gerakan-gerakan pada masa datang. Gerak refleks ini akan
digabung dengan pola-pola gerak yang dilaksanakan secara
sadar dan diperlukan untuk memulai gerakan dengan
mengembangkan otot. Bentuk-bentuk perilaku gerak yang
dilakukan secara tidak sadar pada usia dini sangatlah penting
dalam menentukan tingkat kematangan syaraf pada bayi.
Masing-masing gerak refleks pada bayi itu akan muncul dan
menghilang sebagai variasi untuk masing-masing bayi.
Namun, penyimpangan yang terlalu jauh dari kerangka waktu
normal sebagai bukti adanya ketidakberfungsian syaraf-syaraf
bayi tersebut. Salah satu refleks yang paling sering
dipergunakan untuk menguji ketidakberfungsian syaraf adalah
refleks moro, yang dapat menunjukkan kerusakan otak pada
saat lahir jika refleks itu kurang simetris. Metode pengujian
gerak refleks yang terstandarisasi ini dapat memberikan
peluang untuk memeriksa secara visual pola gerak anak dan
kelayakan pola gerak tersebut untuk usia anak yang
bersangkutan. Beberapa tahapan perkembangan gerak refleks
yang dialami anak saat usia balita secara kronologis diuraikan
pada kegiatan belajar 1, sebagai berikut:
a. Tahap Gerak Refleks Telapak Tangan (palmar grasp
reflex)
Tahapan gerak refleks telapak tangan merupakan
salah satu dari seluruh refleks bayi yang paling dikenal dan
merupakan salah satu yang paling awal muncul pada usia
balita. Gerak refleks ini merupakan respons yang
ditampilkan terhadap rangsangan yang halus pada telapak
tangannya. Apabila telapak tangan dirangsang dengan apa
saja, maka keempat jari tangan secara spontan akan

12

menutup, meskipun ibu jari tidak memberikan respons


terhadap rangsangan ini. Namun gerak refleks tangan ini
menjadi ciri khas dari perkembangan motorik yang
diperlihatkan anak balita. Jadi pada tahapan ini anak balita
sudah

memiliki

kemampuan

menggunakan

telapak

tangannya sebagai alat komunikasi dengan ibunya, seperti


yang tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 1. Gerak Refleks Telapak Tangan (palmar grasp
reflex)
b. Tahap Gerak Refleks Menghisap (sucking reflex)
Tahapan gerak refleks menghisap dilakukan oleh
bibir yang mendapat rangsangan, misalnya sentuhan susu
ibu. Rangsangan ini sebenarnya menimbulkan dua respons
yang berkaitan dengan menghisap. (1) terbentuk tekanan
negatif di dalam oral sehingga timbul aksi menghisap, dan
(2) lidah akan menimbulkan tekanan positif, lidah akan
menekan ke arah atas dan sedikit ke arah depan dengan
setiap aksi menghisap. Setelah diberi rangsangan yang
sesuai akan terjadi serangkaian gerakan menghisap,
masingmasing gerakan ini terdiri dari penerapan tekanan
positif dan negatif secara serentak. Jadi, padatahapan ini
anak sudah memiliki kemampuan menghisap seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 2. Gerak Refleks Menghisap (sucking reflex)
c. Tahap Gerak Refleks Pencarian (search reflex)
Tahapan gerak refleks pada pencarian ini membantu
bayi mendapatkan sumber makanan dan kemudian refleks
menghisap membuat bayi dapat mencerna makanan.
Refleks ini pada umumnya dapat ditimbulkan dengan
sentuhan lembut pada daerah sekitar mulut. Jadi, pada
tahapan ini anak sudah memiliki kemampuan melakukan

13

pencarian sesuatu dengan geraknya seperti yang tampak


pada gambar di bawah ini.
Gambar 3. Gerak Refleks Pencarian (search reflex)
d. Tahap Gerak Refleks Moro (moro reflex)
Tahapan gerak refleks moro paling bermanfaat
untuk mendiagnosis kematangan neurologis bayi. Gerak
refleks ini sering kali muncul pada saat lahir dan berakhir
pada saat bayi berumur 4 s/d 6 bulan. Salah satu
rangsangan untuk membangkitkan refleks moro adalah
dengan

jalan

menelentangkan

bayi

di

atas

kasur.

Rangangan ini akan membuat lengan, jari-jari, dan kaki


meregang. Jadi pada tahapan ini anak sudah memiliki
kemampuan melakukan gerak refleks moro seperti yang
tampak pada gambar.
Gambar 4. Gerak Refleks Moro (moro reflex)
e. Tahap

Gerak

Refleks

tidak

Simetrik

Leher

(asymmetrical tonic neck reflex)


Tahapan gerak refleks tidak simetrik leher pada
umumnya dapat dilihat pada bayi yang lahir prematur.
Refleks ini dapat muncul jika bayi dalam keadaan
telungkup. Jika kepala bayi diputar ke salah satu sisi atau
yang lainnya, maka anggota tubuh yang searah dengan
perputaran tersebut akan membuka, sedangkan anggota
tubuh pada arah berlawanan akan menutup. Gerak refleks
ini biasanya paling bertahan hingga bayi berusia 2 s/d 3
bulan, selanjutnya akan menghilang. Jadi, pada tahapan ini
anak sudah memilki kemampuan gerak refkleks tidak
dimentrik seperti yang tampak pada gambar
Gambar

5.

Gerak

Refleks

tidak

Simetrik

Leher

(asymmetrical tonic neck reflex)

14

f. Tahapan Gerak Refleks Simetrik Leher (symmetrical


tonic neck reflex)
Tahapan

gerak

refleks

simetrik

pada

leher

memberikan respons yang sama dengan anggota tubuhnya.


Respons

simetris

ini

dapat

timbul

dengan

jalan

menempatkan bayi dalam posisi duduk yang ditumpu


(dipegang orang dewasa). Jika bayi dimiringkan cukup
jauh ke belakang, maka leher akan memanjang, yang sesuai
dengan refleks membuka tangan dan menutup kaki.
Namun, apabila dimiringkan ke depan maka terjadi refleks
yang sebaliknya. Apabila refleks ini bertahan lama akan
menimbulkan hambatan pada kemampuan bayi dalam
mengangkat kepala dengan sadar saat berada dalam posisi
telungkup. Jadi, pada tahapan ini anak sudah memiliki
kemampuan refleks simetrik pada bagian leher seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 6. Gerak Refleks Simetrik Leher (symmetrical
tonic neck reflex)
g. Tahap Gerak Refleks Telapak Kaki (plantar grasp
reflex)
Tahapan gerak refleks ini normalnya dapat dilihat
pada anak mulai dari sejak lahir hingga sepanjang tahun
pertama usia bayi tersebut. Refleks ini dapat ditimbulkan
dengan jalan menerapkan sedikit tekanan, biasanya dengan
ujung jari, pada tumit kaki, yang membuat seluruh jari kaki
menutup. Gerakan menutup ini sebagai upayanya untuk
menangkap rangsangan. Refleks ini harus lebih dahulu
dilampaui sebelum anak dapat berdiri dengan tegak, berdiri
sendiri, dan berjalan. Jadi, pada tahapan ini anak sudah
dapat melakukan gerak refleks tepalak kaki seperti yang
tampak pada gambar di bawah ini.

15

Gambar 7. Gerak Refleks Telapak Kaki (plantar grasp


reflex)

h. Tahap Gerak Refleks kedua Telapak Tangan (palmar


mandibular reflex)
Tahapan gerak refleks ini dapat muncul dengan
jalan menerapkan tekanan secara serentak terhadap telapak
dari masing-masing tangan, sehingga akan menimbulkan
semua atau salah satu dari respons berikut: mulut terbuka,
mata tertutup, dan leher menekuk. Gerak refleks ini juga
timbul jika tangan bayi itu dirangsang. Refleks ini biasanya
hilang setelah bayi berumur 3 bulan. Jadi, pada tahapan ini
anak sudah dapat melakukan gerak refleks dengan dua
tangan seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 8 Gerak Refleks kedua Telapak Tangan (palmar
mandibular reflex)
i. Tahap Gerak Refleks Berjalan Kaki (stepping reflex)
Tahapan gerak refleks ini merupakan gerakan yang
sangat penting yang dilakukan secara sadar, yaitu berjalan
kaki. Gerak ini dapat ditimbulkan dengan mengangkat bayi
pada posisi tegak dengan kaki menyentuh lantai. Tekanan
pada telapak kaki akan membuat kaki mengangkat dan
selanjutnya diturunkan. Aksi kaki ini sering muncul secara
bergantian, dan oleh karena mirip dengan gerakan berjalan
yang masih pemula. Refleks ini sering disebut juga dengan
refleks berjalan, namun tidak disertai oleh stabilitas atau
gerakan lengan yang terjadi jika berjalan secara sadar. Jadi,
pada tahapan ini anak sudah dapat melakukan gerak refleks
berjalan kaki seperti yang tampak pada gambar di bawah
ini.
Gambar 9. Gerak Refleks Berjalan Kaki (stepping reflex)
16

j. Tahap Gerak Refleks Berenang (swimming reflex)


Tahapan Gerak refleks ini sangat luar biasa, karena
gerakannya seperti orang berenang gaya dada. Gerakan ini
umumnya

dilakukan

dengan

tidak

sadar.

Untuk

menimbulkan respons ini, bayi harus dipegang dalam


posisi telungkup (horizontal) seperti di atas sebuah
permukaan meja atau lantai, di atas air, atau di dalam air.
Respons terhadap rangsangan ini adalah gerakan tangan
dan kaki seperti berenang yang terkoordinasi dengan
sangat baik. Gerakan-gerakan ini dapat diamati mulai dari
minggu ke 2 setelah lahir dan akan tetap bertahan hingga
bayi berumur 5 bulan. Pengenalan gerakan ini memberikan
kontribusi yang sangat besar terhadap populernya program
berenang pada bayi. Jadi, pada tahapan ini anak sudah
dapat melakukan gerak berenang seperti yang tampak pada
gambar di bawah ini.
Gambar 10. Gerak Refleks Berenang (swimming reflex)
C.

Etiologi
1.

Umur ibu
Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir. Kehamilan pda
umur <20 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi, 2-4 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang cukup umur.
Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi
dan fungsi fisiologi belum optimal. (Nurfilaila, 2012).
Kehamilan pada masa remaja (umur<20 tahun) menimbulkan
tantangan bagi remaja itu sendiri dan bagi janin yang dikandungnya
yang berhubungan dengan meningkatnya risiko terhadap komplikasi
kehamilan dan luaran perinatal yang buruk seperti preeklamsi, berat
lahir janin rendah dan prematuritas. (Simbolon & Aini, 2013)

2.

Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat berpengaruh dalam
peningkatan kondisi bayi. Ibu dengan pendidikan yang cukup akan
17

melakukan hal-hal yang dibutuhkan oleh bayi. Misalnya kesadaran


untuk memenuhi gizi, imunisasi, pemeriksaan berkala, dll. (Nurfilaila,
2012).
3.

Umur kehamilan
Bayi BBLR dapat merupakan hasil dari umur gestasi yang
pendek (<37 minggu) tapi dengan kecepatan pertumbuhan janin yang
normal, atau umur gestasi mormal ddengan kecepatan pertumbuhan
janin yang terganggu. Semakin pendek umur kehamilan maka berat
bayi akan semakin rendah serta risiko kecacatan dan kematian bayi
akan semakin tinggi. (Nurfilaila, 2012).

4.

Status gizi
Status gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kondisi janin.
Pada masa kehamilan seorang ibu memerlukan makanan lebih banyak
dibandingkan wanita tidak hamil. Gangguan yang menyebabkan tidak
terpenuhinya gizi akan menyebabkan gangguan pada janin dan berisiko
untuk melahirkan bayi BBLR. (Nurfilaila, 2012).

5.

Kadar Hb
Menurut WHO, anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu
dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 11,0 gr%.
Kadar Hb ibu selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap
perkembangan janin dalam kandungan. Hb berfungsi membawa oksigen
dan nutrisi ke jaringan termasuk ke janin. Kadar Hb yang tidak adekuat
akan menyebabkan gangguan suplai oksigen dan nutrisi yang dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan bayi.
(Nurfilaila, 2012).

6.

Penyakit ibu
Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan
ibu. Bila ibu mempunyai penyakit yang berlangsung lama atau
merugikan kehamilannya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun
terancam. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kehamilan yaitu
penyakit Jantung, anemia berat, TBC, malaria, HIV, dan infeksi. Ibu

18

dengan keadaan tersebut harus diperiksa dan mendapat pengobatan


secara teratur oleh dokter (Kemenkes RI, 2011)
7.

Komplikasi kehamilan
Komplikasi

kehamilan

seperti

perdarahan,

pre

eklampsia/eklampsia, ketuban pecah dini. Perdarahan dibedakan dalam


dua kelompok yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
(Nurfilaila, 2012).
8. Kehamilan ganda
Pada keadaan kehamilan gemili kira-kira satu pertiga kehamilan
gemili mempunyai dua amnion, dua korion, dan dua plasenta, kadangkadang dua plasenta itu menjadi satu. Keadaan ini tidak dapat
dibedakan dengan gemili dizigotik. Dua pertiga mempunyai satu
plasenta, satu korion, dan 1 atau dua amnion. Sebagian besar plasenta
monokorionik mengandung anastomisis vascular antara sirkulasi
gemili. Anastomisis ini dapat menyebabkan beragam komplikasi.
Gemili yang berbagi aliran darah kemungkinan berisiko untuk
mengalami perubahan akut aliran darah yang melewati anastomose. Hal
ini mengakibatkan perubahan volume cairan amnion, juga dapat
mengakibatkan

hipotensi

pada

salah

satu

gemili

yang

akan

mempengaruhi oksigenasi dan perfusi (Roswanti, 2012).


9.

Hamil dengan Hidramnion


Hidramnion / polihidramnion yaitu banyaknya air ketuban lebih
dari 200 cc. hidramnion dianggap sebagai kehamilan risiko tinggi
karena dapat membahayakan ibu dan anak, hidramnion menyebabkan
uterus renggang sehingga dapat menyebabkan partus prematur.
(Roswanti, 2012).

D.

Patofisiologi
Patofisiologi menurut Surasmi (2009) dalam Pattipielohy (2012)
adalah: Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini
disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan
panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan

19

tidak adanya jaringan adiposa coklat (yang mempunyai aktifitas metabolik


yang tinggi), pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang
buruk, dan masukan makanan yang rendah. (Surasmi, 2009).
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh
yang relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya
pengaturan panas bayi sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat
pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon
terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh
mekanisme keringat yang cacat, demikian juga tidak adanya lemak
subkutan.

Pada

minggu

pertama

dari

kehidupan,

bayi

preterm

memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubungan
dengan fluktuasi suhu lingkungan. (Surasmi, 2009).
Dalam sistem pencernaan : Semakin rendah umur gestasi, maka
semakin kecil atau lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling
kecil tidak mampu minum secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang
paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan
spingter pilorus yang secara relatif kuat. Pencernaan tergantuang dari
perkembangan dari alat pencernaan, lambung dari seorang bayi dengan berat
900 gr memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula sekretoris,
demikian juga otot kurang berkembang. Perototan usus yang lemah
mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna. Hepar
relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi yang kecil. Hal
ini

merupakan

predisposisi

terjadinya

ikterus

akibat

adanya

ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak


larut dan eksistensinya ke dalam empedu tidak mungkin. Pencernaan protein
berkembang dengan baik pada bayi preterm yang terkecil sekalipun. Protein
baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya dapat ditoleransi dan
diabsorbsi. Absorbsi lemak tampaknaya merupakan masalah, kendatipun
sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan kekurangan
ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah diserap.
Dalam sistem pernapasan : Lebih pendek masa gestasi maka semakin
kurang perkembangan paru-paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli

20

cenderung kecil, dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi


stroma seluler. Semakin mature bayi dan lebih berat badanya maka akan
semakin besar alveoli. Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler,
otot pernapasan bayi lemah dan pusat pernapasan kurang berkenbang.
Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru-paru, yaitu surfaktan yang dapat
mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru. Surfaktan diduga
bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil, sehingga mencegah
terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi. Ritme dari dalamnya
pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan apnea, dalam
keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1 menit untuk perhitungan
yang tepat. Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak ada. Hal ini dapat
mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan
timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil dan
mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal ini penting
diingat untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui
hidung. Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi
preterm. Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan
pernapasan dapat 6080 kali/menit berangsur angsur menurun mencapai
kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34-36 kali/menit (Surasmi, 2009
dalam Pattipielohy, 2012).
Dalam sistem sirkulasi : Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada
beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole
dan bising yang dapat di dengar pada atau segara setalah lahir. Hal ini hilang
ketika apartusa jantung fetus menutup secara berangsur-angsur. Sirkulasi
perifer seringkali buruk dari dinding pembuluh darah intrakranial. Hal ini
merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial
yang terlihat pada bayi preterm. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan
dengan bayi aterm. Tekanan menurun dengan menurunya berat badan.
Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi preterm 45 60
mmHg. Tekanan diastolik secara proporsional rendah, bervariasi dari 30
45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100 160 kali/menit cenderung

21

ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara yang tepat maka dianjurkan
untuk mendengar pada debaran apeks dengan menggunakan stetoskop.
Dalam sistem urinari : Pada saat lahir fungsi ginjal perlu
menyesuaikan diri dengan lingkungan, fungsi ginjal kurang efisien dengan
adanya angka filtrasi glomerolus yang menurun, klirens urea dan bahan
terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan perubahan kemampuan untuk
mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan
air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang
kurang berkembang (Surasmi, 2009 dalam Pattipielohy, 2012).
Dalam sistem persyarafan : perkembangan susunan syaraf sebagian
besar tergantung pada derajat maturitas, pusat pengendali fungsi fital,
misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks kurang berkembang.
Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan pada bayi prematur normal,
tetapi refleks tendon bervariasi karena perkembangan susunan saraf yang
buruk, maka bayi terkecil pada khususnya yang lemah, lebih sulit untuk di
bangunkan dan mempunyai tangisan yang lemah. Sistem genital : Genital
kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora hingga aterm.
Pada laki-laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis atau
skrotum. Sistem Pengindraan (Penglihatan) : Maturitas fundus uteri pada
gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya 2 stadium perkembangan yang
dapat diketahui yaitu immature dan transisional (peralihan) yang terjadi
antara 24 dan 33 34 minggu. Selama setahun stadium ini bayi bisa
menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi untuk
waktu yang lama (Surasmi, 2009 dalam Pattipeilohy 2012).
E.

Manifestasi Klinis
Menurut Jitowiyono, Sugeng dkk. 2011 manifestasi klinis BBLR
adalah sebagai berikut :
1. Prematuritas Murni
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang
b.
c.
d.
e.
f.

dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.


Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.
Kepala lebih besar dari badan.
Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan.
Lemak subkutan kurang.

22

F.

g.
h.
i.
j.
k.
l.

Ubun-ubun dan sutura lebar.


Rambut tipis, halus.
Tulang rawan dan daun telinga immature.
Puting susu belum terbentuk dengan baik.
Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat.
Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia

m.
n.
o.
p.

mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki).


Bayi masih posisi fetal.
Pergerakan kurang dan lemah.
Otot masih hipotonik.
Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering

mengalami serangan apnue.


q. Reflek tonic neck lemah.
r. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna.
2. Dismatur
a. Pre term : sama dengan bayi prematuritas murni
b. Post term :
1. Kulit pucat/bernod, mekonium kering keriput, tipis.
2. Vernixs Caseosa tipis/tidak ada.
3. Jaringan lemak dibawah kulit tipis.
4. Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.
5. Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
Komplikasi
Tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus merupakan
syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Penyakit
yang terjadi pada bayi prematur berhubungan dengan belum matangnya
fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan dengan umur kehamilan
saat bayi dilahirkan. Semakin meningkat umur kehamilan makin tidak
sempurna organ-organnya. Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang
belum matang bayi prematur cenderung mengalami masalah yang
bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal
(Pantiawati, Ika., 2010). Adapun masalah-masalah yang terjadi adalah
sebagai berikut:
1.

Asfiksia
BBLR bisa kurang, cukup, atau lebih bulan, semuanya
berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga
mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan
keterampilan dalam tindakan resusitasi. (Depkes RI, 2009)

2.

Sindrom gawat nafas


23

Kesukaran pernapasan pada bayi premature dapat disebabkan


karena belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan
yang merupakan suatu zat yang dapat menurunkan regangan dinding
alveoli paru. Pertumbuhan surfaktan paru mencapai maksimum pada ke
30 minggu kehamilan. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan
kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan
kembali koleps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernapasan
berikutnya dibutuhkan tekanan negative intrathorak yang lebih besar
yang disertai usaha inspirasi yang kuat. (Pantiawati, Ika., 2010)
Tanda klinis sindrom gawat nafas :

Pernapasan cepat

Sianosis perioral

Merintih waktu inspirasi

Retraksi substernal dan intrakostal.


(Pantiawati, Ika., 2010)

3.

Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang
normal dan stabil yaitu 360-370 C. segera setelah lahir bayi dihadapkan
pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah. Perbedaan suhu ini
memberi pengaruh pada kehilangan tubuh panas bayi. Selain itu,
hipotermi dapat terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan
panas dan kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas
karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai, lemak
subkutan yang sedikit, belum matangnya sistem saraf pengaturan suhu
tubuh, luas permukaan tubuh relative lebih besar dibanding dengan
berat badan sehingga mudah kehilangan panas. (Pantiawati, Ika., 2010)
Tanda klinis hipotermia:

Suhu tubuh dibawah normal

Kulit dingin

Akral dingin

Sianosis

24

(Pantiawati, Ika., 2010)


4.

Hipoglikemi
Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikitnya simpanan energy
pada bayi baru lahir dengan BBLR. Bayi dengan BBLR membutuhkan
ASI sesegera mungkin setelah lahir dan minum sangat sangat sering
(setiap 2 jam) pada minggu pertama. (Depkes RI, 2009)

5.

Rentan terhadap infeksi


Pemindahan subtansi kekebalan ibu ke janin terjadi pada
minggu terakhir masa kehamilan. Bayi premature mudah menderita
infeksi karena imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi
mudah menderita infeksi. Selain itu, karena kulit dan selaput lender
membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan.
(Pantiawati, Ika., 2010)

6.

Hiperbilirubinemia
Hal ini dapat terjadi karena belum maturnya fungsi hepar.
Kurangnya enzim glukorinil transferase sehingga konjugasi bilirubin
indirek menjadi menjadi bilirubin direk belum sempurna, dan kadar
albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan
ke hepar kurang. Kadar bilirubin normal pada bayi premature 10
mg/dL. Hiperbilirubinemia pada prematur bila tidak segera diatasi dapat
menjadi kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang
permanen. (Pantiawati, Ika., 2010)
Tanda klinis hiperbilirubinemia:

Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan


ekstremitas berwarna kuning.

Letargi

Kemampuan menghisap menurun

Kejang.
(Pantiawati, Ika., 2010)

7.

Perdarahan intracranial
Pada bayi premature pembuluh darah masih sangat rapuh hingga
mudah pecah perdarahan intracranial dapat terjadi karena trauma lahir,
25

disseminated

intravascular

coagulopathy

atau

trombositopenia

idiopatik. Matriks germinal epidimial yang kaya pembuluh darah


merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perdarahan selama
minggu pertama kehidupan. (Pantiawati, Ika., 2010)
Tanda klinis perdarahan intracranial:

Kegagalan umum untuk bergerak normal

Refleks moro menurun atau tidak ada

Tonus otot menurun

Letargi

Pucat dan sianosis

Apneu

Kegagalan menetek dengan baik

Muntah yang kuat

Tangisan bernada tinggi dan tajam

Kejang

Kelumpuhan

Fontanela mayor mungkin tegang dan cembung

Pada bagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan


manifestasi klinis satupun.
(Pantiawati, Ika., 2010)

G.

Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati, Ika., 2010 pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard.
2. Tes kocok, dianjurkan untuk bayi kurang bulan.
3. Darah rutin, glukosa darah, jika tersedia fasilitas diperiksa kadar
4.

elektrolit dan analisa gas darah.


Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan didapat/diperkirakan akan terjadi

5.

sindrom gawat nafas.


USG kepala terutama pada bayi dengan kehamilan < 35 minggu,
dimulai pada umur 2 hari dan dilanjutkan sesuai hasil yang didapat.

26

H.

Penatalaksanaan
Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir
rendah (BBLR) adalah :
1.

Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami


hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus dipertahankan dengan
ketat.

2.

Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi,


memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi.

3.

Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum sempurna,


oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan cermat.

4.

Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi


bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan dilakukan dengan ketat.

5.

Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.

6.

Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.

7.

Tali pusat dalam keadaan bersih.

8.

Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI


Menurut Jitowiyono, Sugeng dkk. 2011 penatalaksanaan BBLR

sebagai berikut :
1.

Membersihkan jalan nafas.

2.

Membersihkan badan bayi dengan kapas dan baby oil/ minyak.

3.

Memberikan obat mata.

4.

Membungkus bayi dengan kain hangat.

5.

Pengkajian keadaan kesehatan pada bayi dengan berat badan lahir


rendah (BBLR).

6.

Mempertahankan suhu tubuh bayi dengan cara :


a. Membungkus bayi dengan menggunakan selimut bayi yang
dihangatkan terlebih dahulu.
b. Menidurkan bayi didalam inkubator buatan yaitu dapat dibuat dari
keranjang yang pinggirnya diberi penghangat dari buli-buli panas
27

atau botol yang berisi air panas. Buli-buli panas atau botol-botol ini
disimpan dalam keadaan berdiri, tutupnya ada disebelah atas agar
air tidak tumpah dan tidak mengakibatkan luka bakar pada bayi.
Buli-buli panas/ botol-botol ini pun harus dalam keadaan
terbungkus, dapat menggunakan handuk/kain yang tebal. Bila air
panasnya sudah dingin, ganti airnya dengan air panas kembali.
c. Suhu lingkungan bayi harus dijaga:
1. Sinar matahari dapat masuk ke kamar.
2. Jendela dan pintu dalam keadaan tertutup untuk mengurangi
hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi dan
konveksi.
d. Badan bayi harus dalam keadaan kering untuk mencegah terjadi
evaporasi.
7.

Pemberiaan nutrisi yang adekuat:


a. Apabila daya hisap belum baik, bayi dicoba untuk menetek sedikit
demi sedikit.
b. Apabila bayi belum bisa menetek pemberiaan ASI diberikan melalui
sendok/pipet.
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan harus
dipasangi selang penduga atau sonde fooding.

8.

Mengajarkan ibu atau orang tua dengan cara :


a. Membersihkan jalan nafas.
b. Mempertahankan suhu tubuh.
c. Mencegah terjadinya infeksi.
d. Perawatan bayi sehari-hari.
1. Memandikan
2. Perawatan tali pusat.
3. Pemberiaan ASI., dll.

9.

Menjelaskan pada ibu (orangtua).


a. Pemberian ASI.
b. Makanan bergizi bagi ibu.
c. Mengikuti program sesegera mungkin.

28

10. Observasi keadaan umum bayi selama 3 hari, apabila tidak ada
perubahan atau keadaan umum semakin menurun bayi harus dirujuk ke
rumah sakit. Berikan penjelasan kepada keluarga bahwa anaknya harus
dirujuk ke rumah sakit.
Menurut Maryani (2011), penatalaksanaan prematuritas murni sangat
penting diperhatikan karena mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat
tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian
diri dengan lingkungan hidup di luar uterus. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka diperlukan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan
dan perlu oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin
dan zat besi.
Menurut Maryani (2011), penatalaksanaan bayi dismaturitas adalah
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan
2.

ultrasonografi.
Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostik atau

3.
4.

laboratorium kalau hipoglikemi perlu diatasi.


Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi

5.

SMK.
Melakukan tracheal-washing pada bayi yang digunakan menderita

6.

aspirasi mekonium.
Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi
lebih dari 60 x/menit dibuat foto thorax.
Menurut Depkes, RI., dalam Rahmayanti, 2011 penatalaksanaan

metode kanguru adalah perawatan untuk bayi berat lahir rendah dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin to skin
contact). Perawatan dengan metode kanguru dapat dilakukan secara terus
menerus dalam 24 jam (continue).
Keuntungan menggunakan

metode

kanguru

antara

lain

meningkatnya hubungan ibu-bayi, stabilisasi suhu tubuh bayi, stabilisasi


laju denyut jantung dan pernafasan, pertumbuhan dan peningkatan berat

29

badan yang lebih baik, mengurangi stress baik pada ibu maupun bayi, tidur
bayi lebih lama, memperpanjang masa kewaspadaan (alert) bayi,
mengurangi lama menangis, memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi,
meningkatkan

produksi

ASI,

menurunkan

kejadian

infeksi,

dan

mempersingkat masa rawat di rumah sakit. (Depkes, RI., dalam


Rahmayanti, 2011).
I.

Konsep Nursing Care Plan


1. Pengkajian
Segera setelah bayi lahir dilakukan pengkajian secara umum dan
menyeluruh untuk menentukan masalah dan mengidentifikasi masalah
yang membutuhkan penanganan segera. Pengkajian yang dilakukan
segera setelah lahir adalah penilaian APGAR dan evaluasi adanya
kelainan kongenital atau akibat kesukaran dalam proses kelahiran.
(Pantiawati, Ika., 2010)
a. Masalah yang berkaitan dengan ibu. Penyakit seperti hipertensi,
toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal,
kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes mellitus. Status sosial
ekonomi yang rendah, dan tidak adanya perawatan sebelum
kelahiran (prenatal care). Riwayat kelahiran prematur atau aborsi,
penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok dan kaffein. Riwayat ibu
(ibu umur dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun dan latar belakang
pendidikan rendah, kehamilan kembar, status sosial ekonomi yang
rendah, tidak adanya perawatan sebelum kelahiran dan rendahnya
gizi, konsultasi genetik yang pernah dilakukan, kelahiran prematur
sebelumnya dan jarak kehamilan yang berdekatan, infeksi TORCH
atau penyakit hubungan seksual lain, keadaan seperti toksemia,
abrupsio plasenta, konsumsi kaffein, rokok, alkohol, dan obatobatan, golongan darah, faktor Rh). (Pantiawati, Ika., 2010)
b. Bayi pada saat kelahiran. Umur kehamilan biasanya antara 24
sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat kelahiran, SGA,
atau terlalu besar disbanding umur kehamilan, berat biasanya kurang
dari 2500 gram (seperti postur tubuh kurus, lapisan lemak subkutan
sedikit atau tidak ada, kepala relatif lebih besar dari pada badan, 3
30

cm lebih besar dari pada lebar dada, kelainan fisik yang mungkin
terlihat: nilai APGAR 1 5 menit, 0 - 3 menunjukan kegawatan
yang parah, 4 6 kegawatan sedang, dan 7 10 normal. (Pantiawati,
Ika., 2010)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam
pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat
dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam
pertama. (Kemenkes, 2011)
Langkah langkah pemeriksaan menurut Kemenkes, 2011 :
a.

Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak


menangis).

b.

Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan


dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung serta perut.

c.

Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir sebelum


dan sesudah memegang bayi.
Pemeriksaan Fisik Yang dilakukan :

a.
b.

Lihat postur, tonus dan aktivitas


1. Posisi tungkai dan lengan fleksi.
2. Bayi sehat akan bergerak aktif.
Lihat kulit dari mulai wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus

c.

berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul.


Hitung pernapasan dan lihat tarikan dinding dada bawah ketika
bayi sedang tidak menangis.
1. Frekuensi napas normal 40-60 kali per menit.
2. Tidak ada tarikan dinding dada bawah yang dalam Hitung
denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri
setinggi apeks kordis.

31

3. Frekuensi denyut jantung normal 120-160 kali per menit.


d.

Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer Suhu normal


adalah 36,5-37,5C. Lihat dan raba bagian kepala.
1.

Bentuk kepala terkadang asimetris karena penyesuaian ada saat


proses persalinan, umumnya hilang dalam 48 jam.

2.

Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat sedikit


membonjol saat bayi menangis.

e.
f.

Lihat mata tidak terdapat adanya kotoran/sekret


Lihat bagian dalam mulut yaitu pada bibir, gusi, langit-langit utuh

g.

dan tidak ada bagian yang terbelah.


Lihat dan raba alat kelamin luar
1.

Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil.

2.

Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina berwarna putih


atau kemerahan.

3.

Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung penis. Teraba


testis di skrotum.

4.

Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam setelah lahir.

5.

Yakinkan

tidak

ada

kelainan

alat

kelamin,

misalnya

hipospadia, rudimenter, kelamin ganda.


h.

Timbang bayi
1.

Timbang

bayi

dengan

menggunakan

selimut,

hasil

penimbangan dikurangi berat selimut.


2.

Berat lahir 2,5-4 kg.

3.

Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu


(tidak melebihi 10% dalam waktu 3-7 hari) baru kemudian
naik kembali. Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi.

4.

Panjang lahir normal 48-52 cm.

32

5.

Lingkar kepala normal 33-37 cm.

33

1. Analisa Data
Tabel 1. Analisa Data Berdasarkan Teori
Data
(Subjektif-Objektif)
DS :
DO :
Keadaan umum lemah.
Akral teraba dingin.
Kulit kemerahan.
Bibir kering dan pucat.
Suhu badan 34,5O

Etiologi
Prematuritas murni atau dismaturitas

Masalah keperawatan
Hipotermi

BBLR
Pemaparan suhu luar
Kehilangan panas
Risiko ketidak seimbangan suhu tubuh
HIPOTERMI

Menangis lemah.
Gerakan kurang aktif.
Risiko kekurangan volume
DS :

Prematuritas murni atau dismaturitas

cairan
Ketidakseimbangan

nutrisi

34

BBLR
DO :

BB <2500 gram

NGT terpasang
Refleks hisap lemah dan menelan
lemah.

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

Fungsi organ-organ belum matang


Daya tahan tubuh menuruh

Minum ASI lewat selang NGT 2530 cc / 2 jam.


BB lahir 2000 gr

Imaturitas organ-organ pada bayi


Otak

Bayi tampak di rawat di incubator.

Imaturitas sentrum vital


Reflek menelan belum sempurna
KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN TUBUH
Prematuritas murni atau dismaturitas

DS :
Ibu klien mengatakan, anak saya
tidak

bisa

menghisap

menysui.
DO :
Disfungsi abdomen

pada

saat

BBLR

Disfungsi

motalitas

gastrointestinal

BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang

35

Sfingter kardio esofagus berkurang

Daya tahan tubuh menuruh

Reflek menghisap dan menelan

Imaturitas organ-organ pada bayi

belum sempurna.
Otak
Imaturitas sentrum vital
Reflek menelan belum sempurna
Diskontinuitas pemberian ASI
Peristaltic belum sempurna
Pengosongan lambung belum baik
DISFUNGSI MOTALITAS GASTROINTESTINAL
Prematuritas murni atau dismaturitas

DS :

BBLR

DO :
Bayi ditempatkan di inkubator.
Sclera,

Risiko ikterus neonatus

puncak hidung, sekitar

BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang

mulut, dada, perut dan ekstremitas


berwarna kuning.

36

Kemampuan menghisap menurun


Kejang

Daya tahan tubuh menuruh


Imaturitas organ-organ pada bayi
Hati
Konjugasi billirubin belum baik
Hiperbilirubin
RISIKO IKTERUS NEONATUS

DS :

Risiko keterlambatan dan

Ibu klien mengatakan, anak saya

perkembangan

lemas.
DO :
Klien terlihat lemah.
Klien terlihat tidak bersemangat
Kegagalan umum untuk bergerak
normal
Refleks moro menurun atau tidak
ada

37

Tonus otot menurun


DS :

Risiko infeksi

DO :
Bayi terpasang infus.
Perawatan tali pusat.
DS :
DO :
Retraksi dinding dada (+)
Penggunaan otot bantu nafas.
Nafas cuping hidung (-).
RR : 30 x/menit.
Sianosis (-).
R

Prematuritas murni atau dismaturitas


BBLR

Ketidakefektifan pola nafas


tidak efektif

BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
Daya tahan tubuh menuruh
Imaturitas organ-organ pada bayi
Pada paru aspirasi mekonium
Aspirasi mekonium karena insufisiensi plasenta dan

38

keadaan hipoksia intra uteri


Cairan mengandung mekonium lengket di paru
Saat bayi lahir mengalami gangguan pernapasan
POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF
DS :
Ibu

Faktor ibu
klien

mengatakan,

kurang

mengerti tentang keadaan anaknya.

Defisit pengetahuan

Sosial ekonomi
Pemenuhan gizi kurang baik

DO :
Ibu klien sering bertanya kepada
dokter

dan

perawat

tentang

Kurangnya paparan informasi kesehatan


DEFISIT PENGETAHUAN

keadaan anaknya

2.

Diagnosa Keperawatan
1.

Hipotermia b.d peningkatan permukaan tubuh yang lebih luas berbanding dengan berat bayi

2.

Resiko kekurangan volume cairan dngan faktor risiko hilangnya volume cairan aktif.

3.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis

39

4.

Disfungsi motilitas gatrointestinal b.d prematuritas neurologi.

5.

Resiko ikterus neonatal dengan faktor resiko penurunan berat badan yang tidak normal .

6.

Resiko keterlambatan perkembangan dengan faktor resiko nutrisi tidak adekuat.

7.

Risiko infeksi dengan faktor resiko imaturitas imunitas.

8.

Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas neurologi.

9.

Defisit pengetahuan b.d kurang pengetahuan

40

3. Nursing Care Plan


Tabel 2. Rencana asuhan keperawatan berdasarkan teori
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Hipotermia
b.d

NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan

peningkatan

permukaan selama 4 x 24 jam diharapkan hipotermi

tubuh

lebih

yang

luas dapat teratasi. Dengan kriteria Hasil:


Comfort Status physical
berbanding dengan berat
saturasi oksigen terpenuhi
bayi
patensi jalan napas baik suhu tubuh
baik

NIC
Infant care : newborn
1. Monitor respiratori pada bayi
2. Monitor berat baan bayi baru lahir
3. Dukung klien untuk dilakukannya motode skin
to skin anatara ibu dan bayi.
4. Gunakan selimut pada bayi baru lahir untuk
menghangatkan badan bayi.
5. Fasilitasi bonding attachment ibu dengan bayi
baru lahir.
6. Anjurkan klien dan keluarga untuk mengenali
tanda kesulitan bayi baru lahir .
Hipotermya teatment

41

1. Monitor suhu

bayi baru lahir dengan

menggunakan termometer.
2. Jauhkan bayi baru lahir dari lingkungan yang
dingin.
3. Tentukan penggunaan obat secara hati-hati
(menghindari

gangguan

mempantauan
peningkatan

metabolisme

peningkatan
pada

mempertimbangkan

keadaan,

hormon
pemberhentian

dan
obat

sampai suhu membaik.


4. Identifikasi faktor ;medikasi, lingkungan dan
faktor lain yang memungkinkan menyebabkan
hipotermia (seperti air dingin, mal nutrisi ).
2.

Resiko kekurangan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Fluid /electrolyte management

volume cairan dngan

selama 5 x 24 jam diharapkan cairan

faktor risiko hilangnya

dapat terpenuhi. Dengan kriteria Hasil:


Weight loss behavior
peningkatan berat badan

1. Moning abnormal serum elektrolit yang


tersediah.

volume cairan aktif

2. Berikan cairan IV jika diperlukan .

42

Indeks massa tubuh yang sesuai


Asupan cairan terkontrol

3. Monitor Hasil LAB yang relevan untuk


keseimbangan caiaran
(hematokrit,bun,albumin,serum
asmolarity,total protein,urin,).
4. Instruksikan pasien dan keluarga tentang
tentang pembatasan cairan elektrolit.

3.

Ketidakseimbangan nutrisi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

kurang dari kebutuhan

selama 7 x 24 jam diharapkan nutrisi

tubuh b.d faktor biologis

terpenuhi. Dengan kriteria Hasil:


Breastfeeding Establishment: infant
Bayi dapat menyusu minimal 8
kali/hari
Bayi terlihat puas setelah menyusu
Bayi dapat menyusu minimal 5-10
menit dalam 1 payudara ibu

Nutrition managemant
1. Tentukan lokasi atau tempat untuk pemberian
susu.
2. Posisikan bayi semi fowler pada saat pemberian
susu
3. Monitor asupan cairan pada bayi baru lahir
4. Instruksikan klien,

penjaga/pengasuh untuk

membersihkan botol susu teknik steril.

Teaching : infant nutrition 0-3 months

43

1. Instrukisan klien / pengasuh untuk memberikan


makan pada bayi hanya ASI / susu formula
untuk tahun pertama (tidak ada makanan padat
sebelum 4 bulan )
2. Instruksikan klien / pengasuh untuk selalu
menjaga bayi ketika memberi makan.
3. Instruksikan

membuang

klien

dan

sisa

susu

pengasuh

untuk

formula

dan

membersihkan botol setelah makan.


4.

Disfungsi

motilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan

gatrointestinal
prematuritas neurologi

b.d selama 3 x 24 jam diharapkan


gastrointestinal dapat berfungsi dengan
baik. Dengan kriteria hasil:
Gastrointestinal function
Waktu pengosongan gastric
terkontrol
Bising usus baik 3-5x/menit
Nafsu makan meningkat

Infant care: preterm


1. Sediahkan informasi bagi orang tua mengenai
kondisi bayi pengobatan yang dibutuhkan.
2. Tentuhkan waktu perawatan dan pemberian
makan pada siklus bangun dan tidur bayi.
3. Gunakan sentuhan yang lembut saat
memberikan makan dan merawat bayi.
4. Anjurkan orang tua berpartisipasi dalam

44

pemberian makanan.
5. Dukung pemberian ASI.
6. Informasikan orang tua mengenai pencegahan
sindrom kematian bayi mendadak.
5.

Resiko ikterus neonatal

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Phototherapy: Neonate

dengan faktor resiko

selama 3 x 24 jam diharapkan ikterus

1. Kaji riwayat ibu dan anak faktor resiko

penurunan berat badan

hilang. Dengan kriteria hasil:


Newborn adaptation

yang tidak normal

Skor apgar dalam rentang normal 7-

10

hiperbilirubinemia.
2.

Observasi tanda jaundice.

3.

Ajarkan keluarga prosedur dan perawatan


pototerapi.

4.

Tempatkan lampu pototerapy sesuai dengan


tinggi tempat bayi.

5.

Ubah posisi bayi setiap 4 jam.

Warna kulit merah muda


Mata terlihat jelas
Adanya refleks mengisap
Tingkat bilirubin terkontrol

Surveillance
1.

Tentukan resiko yang mengganggu kesehatan


klien.

2.

Monitor tanda-tanda vital.

45

6.

Resiko keterlambatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

perkembangan dengan

selama 7 x 24 jam diharapkan

faktor resiko nutrisi tidak

keterlambatan perkembangan teratasi.

adekuat

Dengan kriteria hasil:


Infant nutritional status
Kontrol makanan
Peningkatan berat badan
Asupan zat besi
Asupan lemak
Asupan kalsium

3.

Monitor oksigenasi yang adekuat.

4.

Monitor status nutrisi yang diperlukan.

Parent education : infant


1. Tentukan pengetahuan klien, kesiapan dan
kemampuan untuk belajar tentang perawatan
bayi.
2. Berikan informasi tentang tambahan makanan
lunak untuk diet selama 1 tahun.
3. Berikan informasi tentang pertumbuhan gigi
oral hygine selama 1 tahun.
4. Instruksikan klien bagaimana untuk mencapai
kesehatan optimal.
Teaching : infant stimulation 0-4 month
1. Jelaskan proses tumbuh kembang yang
normal

46

2. Intruksikan

klien

untuk

berbicara,

beryanyi,dan tersenyum,kepada bayi.


3. Instruksikan klien atau orang tua untuk
menyentuh untuk memeluk bayi.
4. Instrusikan

klien

untuk

menggosokan

mainan kecil pada tubuh bayi


7.

Risiko infeksi dengan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Immunization/ vaccimation management

faktor resiko imaturitas

selama 3 x 24 jam diharapkan tidak ada

1. Ajarkan orang tua memberikan imunisasi yang

imunitas

infeksi. Dengan kriteria hasil:


Immune status
Berfungsinya gastrointestinal
Berfungsinya respirasi
Berfungsinya sistem urinari
Suhu tubuh dalam rentang normal
36,5-37C
Integritas kulit elastis

direkomendasikan untuk bayinya, dengan rute


medikasi, alasan dan keuntungan reaksi, dan
efek samping.
2. Sediakan informasi memngenai vaksin yang
disiapkan oleh pusat kontrol dan pencegahan
penyakit.
3. Catat riwayat obat-obatan dan riwayat alergi.
4. Injeksi pada bayi dibagian anterolateral paha
jika diperlukan.

47

5. Jadwalkan imunisasi sesuai jarak waktu.


Infecition protection
1. Pantau tanda dan gejala infeksi sistemik
ataupun lokal.
2. Tingkatkan intake nutrisi yang cukup
3. Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi saat mereka melapor kepetugas
kesehatan.
4. Sediakan privasi ruangan jika diperlukan.

8.

Ketidakefektifan pola

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

Oxygen therapy

nafas b.d imaturitas

selama 4 x 24 jam diharapkan pola nafas

1. Siapkan alat oksigen.

neurologi

efektif. Dengan kriteria hasil:


Respiratory status: airway patency
Status pernapasan terkontrol
Keseimbangan kedalaman inspirasi
Tingkat pernapasan teratur
Suara napas vesikuler

2. Pantau aliran oksigen yang terpasang pada


bayi.
3. Pantau efektifitas terapi oksigen pada bayi.

4. Konsultasikan denagn tenaga kesehatan yang


lain mengenai penggunaan oksigen selama
aktifas dan tidur

48

Respiratory monitoring
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman ,dan
upaya pernapasan.
2. Catat pergerakan dinding dada,lihat

kesimetrisan, penggunaan otot, dan retraksi


otot supra klafikular dan inter kosta.
3. Pantau pola napas (bradipne,takipne,

hiperventilasi,pernapasan kusmaul/ pernapasan


biot
4. Lakukan usaha resusitasi jika dibutuhkan.
9.

Defisit pengetahuan b.d

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

kurang pengetahuan

selama 2 x 24 jam diharapkan


pengetahuan menigkat. Dengan kriteria
hasil:
Knowledge: preterm infant care
Paham penyebab dan faktor terjadi
prematur
Mengerti pola tidur-bangun bayi
Mengerti perawatan intensif
neonatal

Parenting promotion
1. Bantu orang tua untuk memiliki harapan yang
realistis

untu

tumbuh

kembang

dan

kemampuan bayi.
2. Monitor status kesehatan bayi, dan status
imunisasi bayi.
3. Monitor status kesehatan parental dan aktifitas

49

Mengetahui manfaat perawatan


kanguru

kesehatan.
4. Informasikan

klien

tempat

pelayanan

berencana.
Teaching : disease process
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien tentang
proses penyakit.
2. Monitor pengetahuan klien tentang kondisi
penyakit saat ini.
3. Jelaskan tanda dan gejala penyakit yang
diderita klien saat ini , memungkinkan.
4. Jelaskan proses penyakit yang diderita klien,
jika memungkinkan.
5. Diskusikan dengan klien terapi yang akan
dipilih.
6. Jelaskan rasional dan manfaat managemen,

50

terapi dan pengobatan yang direkomendasikan.


7. Sediakan

informasi

yang

diberikan

oleh

anggota tim kesehatan yang lain.


(Bluechek, G. M. Et al. 2014, Herdman, T. Heather. 2014, Moorhead, sue, et al. 2014)

51

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A.

Pengkajian dan Pemeriksaan Fiskik By. A


1. Identitas Klien
Nama
: By. A
Umur
: 15 menit
Jenis Kelamin
: laki-laki
Tanggal Pengkajian
: 25 April 2016
Diagnosa Medis
:
2. Keluhan Utama
Tidak terdapat dalam kasus
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak terdapat dalam kasus
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Tidak terdapat dalam kasus
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat dalam kasus

4. Pola Pemenuhan Aktivitas


a. Pola istirahat
Tidak terdapat dalam kasus
b. Pola Nutrisi
IMD telah dilakukan namun tidak ada ASI
(Payudara ibu coklat kehitaman gelap
dan datar, kedua payudara menegang
namun tidak ada sekresi).
c. Pola aktivitas

52

Tidak terdapat dalam kasus


d. Pola eliminasi
Mekonium belum keluar
e. Pola Personal hygiene
Tidak terdapat dalam kasus

5. Pemeriksaan Fisik
a. Initial asessment
APGAR skor:
- Menit ke 1 : 4
- Menit ke 5 : 8
b. Growth measurement
- BBL: 1950 gr
- PB : 47 cm
c. Kepala
Presentasi ubun-ubun kecil
d. Hidung
Terpasang oksigen kanul binasal liter/menit
e. Abdomen

53

Tali pusat berjumlah 2 buah dengan panjang 51 cm dan setiap tali


pusat terdapat 2 arteri serta 1 vena, Plasenta utuh dengan berat 450
gr
Genitalia
Jenis kelamin laki-laki
Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik By. B
f.

B.

1.

Identitas Klien
Nama
: By. B
Umur
: 15 menit
Jenis Kelamin
: laki-laki
Tanggal Pengkajian
: 25 April 2016
Diagnosa Medis
: BBLR
2.
Keluhan Utama
Tidak terdapat dalam kasus
3.
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tidak terdapat dalam kasus
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Tidak terdapat dalam kasus
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak terdapat dalam kasus
4.
Pola Pemenuhan Aktivitas
a. Pola istirahat
Tidak terdapat dalam kasus
b. Pola Nutrisi
IMD telah dilakukan namun tidak ada ASI
(Payudara ibu coklat kehitaman gelap
dan datar, kedua payudara menegang
namun tidak ada sekresi).
54

c. Pola aktivitas
Tidak terdapat dalam kasus
d. Pola eliminasi
Mekonium belum keluar
e. Pola Personal hygiene
Tidak terdapat dalam kasus
5.
a.

b.
c.
d.
e.

Pemeriksaan Fisik
Initial asessment
APGAR skor
- Menit ke 1 : 4
- Menit ke 5 : 6
Growth measurement
- BBL : 2070 gr
- PB : 45 cm
Kepala
Presentasi ubun-ubun kecil
Hidung
Terpasang oksigen kanul binasal liter/menit
Abdomen
Tali pusat berjumlah 2 buah dengan panjang 51 cm dan setiap tali
pusat terdapat 2 arteri serta 1 vena, Plasenta utuh dengan berat 450

C.

gr
f. Genitalia
Jenis kelamin laki-laki
Penatalaksanaan
1.
Terapi Pijat dengan Minyak Kelapa
Menurut jurnal penelitian yang dilakukan oleh Arora, Smriti.,
Ravindran, Disha., dan Sarkar, Shilpi., pada tahun 2015 yang berjudul
Effect of Coconut Oil Massage on Weight and Neurobehavioral
Response in LBW Babies, menjelaskan mengenai pengaruh pijat dengan
minyak kelapa terhadap berat badan dan respon neurobehaviour pada
bayi BBLR.
Pijat diberikan kepada bayi BBLR dengan melakukan usapan
lembut dengan telapak tangan menggunakan minyak kelapa. Minyak
kelapa diberikan sebanyak 5mL / kg berat badan yang diterapkan
persesi, dua kali sehari mulai dari hari ke-2 sampai pulang. Dua sesi
pemijatan dilakukan per hari selama 15 menit oleh orang yang terlatih.

55

Minyak kelapa diberikan selama 1 minggu, , (Arora, Smriti., Ravindran,


Disha., dan Sarkar, Shilpi., 2015).
Pijat tersebut dilakukan oleh orang yang terlatih, dan setelah itu
dilanjutkan oleh ibu. Ibu dapat memijat bayi sampai bayi berusia 31
hari. Ibu dapat melakukan pemijatan sebanyak empat kali sehari dan
setiap minggunya dilakukan pemeriksaan antropometri untuk melihat
perubahan pada berat badan bayi, (Arora, Smriti., Ravindran, Disha.,
dan Sarkar, Shilpi., 2015).
2.

Kangaroo Mother Care


Menurut jurnal penelitian yang berjudul Effect of Intermittent
Kangaroo Mother Care on Weight Gain of Low Birth Weight Neonates
With Delayed Weight Gain oleh Samra, Nashwa M., Tawel, Amal El.,
Cardwell pada tahun 2013 menjelaskan mengenai pengaruh kangaroo
mother care secara rutin terhadap penambahan berat badan pada
neonatus yang BBLR.
Kangaroo mother care merupakan kontak kulit ke kulit antara
ibu dan bayinya yang merupakan bagian dari revolusi metode
perawatan bayi prematur, dengan menempatkan bayi dalam posisi tegak
di dada ibu secara rapat (posisi kanguru) (Samra, Nashwa M., Tawel,
Amal El., 2013).

Gambar. Kangaroo Mother Care


(Sumber: Sachdeva, Anupam. 2012)
Kriteria inklusi bayi yang mendapat kan kangaroo mother care
(Samra, Nashwa M., Tawel, Amal El., 2013):

56

a.
b.

Bayi dirawat di NICU di hari pertama kehidupan.


Bayi BBLR yang prematur: bayi yang lahir kurang dari 37 minggu

c.
d.

usia kehamilan.
Berat badan lahir rendah termasuk juga prematur.
Berat badan meningkat menjadi 10% -13% dari berat badan lahir

e.

pada minggu pertama.


Bayi yang umumnya stabil.
Sesi yang berlangsung selama kangaroo mother care kurang dari

60 menit. Namun hindari perubahan terlalu sering agar bayi tidak stress.
Lama kontak kulit-ke-kulit secara bertahap bertambah, siang dan
malam, terputus hanya untuk mengganti popok ataupun kegiatan lain
(Department of Reproductive Health and Research, World Health
Organization, 2003. dalam Sachdeva, Anupam. 2012).
Ketika ibu dan bayi yang nyaman, kontak kulit-ke-kulit
diteruskan selama mungkin. Hal ini digunakan sampai bayi mencapai
berat badan 2500 gram. Untuk melihat ketidaknyamanan pada bayi, dia
mulai menggeliat untuk menunjukkan bahwa dia tidak nyaman,
menarik tubuhnya keluar, menangis dan rewel setiap kali ibu mencoba
untuk menempatkan dia kembali kulit-ke-kulit. Ini merupakan waktu
yang aman untuk menyarankan ibu untuk menyapih bayi secara
bertahap dari kangaroo mother care. Ibu dapat kembali ke kontak kulitke-kulit, setelah memandikan bayi, pada suasan malam yang dingin,
atau

ketika

bayi

membutuhkan

kenyamanan

(Department

of

Reproductive Health and Research, World Health Organization, 2003


dalam Sachdeva, Anupam. 2012).
Kangaroo mother care lebih efektif dan meningkatkan
pemberian ASI eksklusif. Hal ini adalah metode yang aman, efektif, dan
perawatan yang layak untuk BBLR bahkan dalam perawatan di NICU
(Samra, Nashwa M., Tawel, Amal El., 2013).

57

1.

Analisa Data
Tabel. 3 Analisa Data Berdasarkan Kasus
Data-data
(Sunjektif-Objektif)

Etiologi

Masalah Keperawatan

BAYI
DS: Tidak terdapat dalam kasus
DO:
-

Prematuritas murni atau dismaturitas

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

BBLR
IMD telah dilakukan namun
tidak ada ASI (Payudara ibu
coklat kehitaman gelap dan
datar,

kedua

payudara

menegang namun tidak ada


sekresi).
-

BB by. A 1950 gr

PB by. A 47 cm

BB by. B 2070 gr

PB by. A 45 cm

BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
Daya tahan tubuh menuruh
Imaturitas organ-organ pada bayi
Otak
Imaturitas sentrum vital
Reflek menelan belum sempurna

58

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI
DS:

KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH


Prematuritas murni atau dismaturitas

DO:

BBLR

Mekonium belum keluar

Risiko ikterus neonatus

BB <2500 gram
Fungsi organ-organ belum matang
Daya tahan tubuh menuruh
Imaturitas organ-organ pada bayi
Hati
Konjugasi billirubin belum baik
Hiperbilirubin
RISIKO IKTERUS NEONATUS

DS:
DO:

Risiko keterlambatan
perkembangan

59

APGAR skor by. A menit ke-1


= 4, menit ke-5 = 8

BB by. A 1950 gr

APGAR skor by. B menit ke-1


= 4, menit ke-5 = 6

BB by. B 2070 gr
IBU

DS:

Ketidakefektifan pemberian ASI

DO:
-

IMD telah dilakukan namun


tidak ada ASI (Payudara ibu
coklat kehitaman gelap dan
datar,

kedua

payudara

menegang namun tidak ada


sekresi).

60

2. Diagnosa Keperawatan
Bayi
1.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.

2.

Risiko ikterus neonatus dengan faktor resiko keterlambatan pengeluaran mekonium.

3.

Risiko keterlambatan perkembangan dengan faktor resiko nutrisi tidak adekuat

Ibu
3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan anomali payudara ibu.

3. Nursing Care Plan


Tabel 4. Rencana Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus
No

Diagnosa

NOC

NIC

Rasional

61

Keperawatan
BAYI
1.

Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d faktor
biologis

Setelah dilakukan tindakan


Infant Care
keperawatan 7 x 24 jam, berat
1. Monitor intake dan output.
badan bayi bertambah,
dengan kriteria hasil:
2. Berikan kepada bayi nutrisi
berupa ASI untuk
perkembangan.
Nipple shields
1. Dorong refleks sucting pada
bayi dengan memberikan
stimulasi reflek rooting.

Infant Care
1. memastikan intake dan output
nutrisi seimbang
2. ASI merupakan nutrisi dengan
kandungan zat yang baik untuk
perkembangan bayi.
Nipple shields
1. Reflek rooting membantu
meningkatkan reflek rooting
pada bayi.

2. Gendong bayi selama pemberian


ASI.
2. Dapat membantu bayi merasa
aman dan nyaman di
3. Posisikan bayi dengan posisi
gendongan ibu.
semi fowler saat pemberian ASI.
3. Mengurangi kemungkinan bayi
4. Tempatkan nipple shields diatas
tersedak
hidung bayi.
4. Membantu bayi mengenali
5. Monitor dan evaluasi refleks
putting susu ibu
sucking selama pemberian ASI.

62

6. Monitor berat badan bayi secara


berkala.

5. Mengidentifikasi kemampuan
reflek sucting bayi
6. Memastikan ada tidaknya
peningkatan atau penurun an
berat badan bayi.

2.

3.

Risiko ikterus
neonatal dengan
faktor resiko
keterlambatan
pengeluaran
mekonium

Risiko
keterlambatan
perkembangan
dengan faktor
resiko nutrisi tidak
adekuat

Setelah dilakukan tindakan


Infant care : preterm
keperawatan 1 x 24 jam,
maka mekonium dapat keluar, 1. Dukung ibu untuk memberikan
ASI.
dengan kiteria hasil:
2. Berikan perlindungan mata dan
genetalia jika diberikan
penatalaksanaan phototherapy.

Infant care : preterm


1. Pemberian ASI eksklusif dapat
membantu mengatasi
keterlambatan pengeluaran
mekonium
2. Menghindari bahaya radiasi
phototerapi mngenai mata atau
genitalia.

Setelah dilakukan tindakan


Defelopmental enhancement: infant Defelopmental enhancement:
keperawatan 3 x 24 jam,
infant
1.
Berikan
stimulasi,
visual,
maka bayi terhindar dari
auditori, taktil saat bersama
1. Meningkatkan bounding
keterlambatan perkembangan,
bayi.
attachment pada bayi yang
dengan kriteria hasil:
dapat membantu meningkatkan
2. Berikan dukungan dan pujian
perkembangan bayi
terhadap keahlian dan usaha
orangtua bayi.
2. Memotifasi orang tua dalam

63

memberikan stimulasi motorik


pada bayi
Teaching: infant stimulation 0-4
months
1. Jelaskan perkembangan normal
pada bayi.
2. Jagalah bayi dari stimulasi yang
berlebihan
3. Ajarkan orangtua untuk
berinteraksi dengan bayi secara
face-to-face.

Teaching: infant stimulation 0-4


months
1. Membantu ibu
mengidentifikasi kemampuan
yang sesuai dengan usia bayi
2. Stimulasi yang berlebihan pada
bayi dapat menimbulkan
respon tidak baik pada bayi

4. Anjurkan orangtua untuk


berbicara, menyanyi dan
tersenyum pada bayi.

3. Interaksi secara face to face


dengan bayi dapat
meningkatkan bounding
attachment bayi dengan orang
tua

5. Anjurkan orangtua untuk


merespon tangisan bayi dengan
memeluk, mengusap punggung.

4. Menghibur bayi sekaligus


meningkatkan bounding
attachment bayi dan orang tua

6. Dampingi orangtua dalam


menstimulasi bayi.

5. Memeluk dan mengusap


punggung bayi dapat
menenangkan bayi sehingga
64

7. Berikan terapi pijat dengan


tangisannya dapat segera reda
minyak kelapa (5ml/kgBB) pada
6. Membantu memberikan
bayi 2x/hari, durasi 15 menit,
stimulasi yang tepat pada bayi
dengan teknik usapan lembut.
8. Ajarkann orangtua mengenai
terapi pijat tersebut.

7. Pijat dengan minyak kelapa


dapat membuat bayi merasa
rileks, meningkatkan stimulasi
sensorik bayi, dan dapat
meningkatkan berat badan bayi
dalam jangka panjang.
8. Membantu orang tua
melakukan pijat bayi secara
mendiri

IBU
1.

Ketidakefektifan
pemberian ASI b.d
anomali payudara
ibu

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 1 x 24 jam,
payudara ibu dapat
mengeluarkan ASI, dengan
kriteria hasil:

Breast feeding maintenance

Lactation counseling

Lactation counseling

1. Identifikasi kemampuan bayi


terhadap reflek shucking.

1. Mengetahui kemampuan
menghisap pada bayi baru lahir

2. Kaji keadaan puting meliputi


nyeri, warna dan pengeluaran
cairan.

2. Mengetahui adanya ke
abnormalan pada payudara

3. Instruksikan klien untuk

3. Membantu klien agar


melakuakn pemberian ASI

65

Payudara mampu
menyimpan ASI
Tidak ada tanda
tanda mastitis.

Knowledge: breastfreeding

Klien mengetahui
manfaat ASI.

Asupan cairan ibu


terpenuhi.

Terpenuhi zat dan ASI


dari ibu ke bayi.

Adanya tanda-tanda
pasokan susu yang
memadai.

berkonsultasi dengan
menentukan strategi pemberian
ASI yang sesuai.
4. Diskusikan strategi yang tepat
untuk pemberian ASI yang
efektif (misalnya: pompa ASI
atau Nipple Shields).

yang efektif
4. Merangsang terjadinya
pengeluaran pada ASI
5. Membantu klien agar
memahami penggunaan nipple
shield dalam memberikan ASI
eksklusif pada bayi

5. Berikan pendidikan kesehatan


dan instruksikan mengenai
penggunaan Nipple Shields pada
klien saat akan menyusui.

Teaching = Infont Nutrition (0-3


month)

Teaching = Infont Nutrition (0-3


month)

1. Identifikasi pengetahuan klien


tentang pemenuhan nutrisi pada
bayi.

1. Menentukan jumlah asupan


nutrisi yang akan diberikan
pada bayi

2. Instruksikan klien dan keluarga


untuk pemberian ASI eksklusif.

2. Memenuhi kebuthan ASI


eksklusif yang dibutuhkan

66

3. Instruksikan klien dan keluarga


untuk membersihkan botol
pemberian susu setiap selesai
dipakai dengan teknik steril.

oleh bayi
3. Mencegah terjadinya
akumulasi bakteri dari sisa
cairan susu dalam botol

(Bluechek, G. M. Et al. 2014, Herdman, T. Heather. 2014, Moorhead, sue, et al. 2014)

67

1. Analisa Kesenjangan Teori dengan Kasus


Setelah memahami makalah diatas, terdapat beberapa kesenjangan
teori dengan kasus, diliat dari faktor etiologi pada teori BBLR diantaranya:
umur ibu < 20 tahun, tingkat pendidikan, umur kehamilan < 37 minggu,
status gizi, kadar Hb (anemia), penyakit ibu, komplikasi kehamilan,
kehamilan ganda, kehamilan hidramion. Pada kasus hanya terdapatetiologi
kehamilan ganda, sedangkan dari umur kehamilan pada kasus > 37
minggu lebih tepatnya 40 minggu.
Pada teori di jelaskan komplikasi kehamilan ketuban pecah sebagai
penyebab terjadinya BBLR, sedangkan pada kasus tidak terdapat data
bahwa klien mengalami ketubahn pecah dini.
Dilihat dari manifestasi klinis teori BBLR panjang tubuh bayi < 45
cm, sedangkan pada kasus panjang bayi A= 47 cm dan bayi B= 51 cm.

68

BAB V
PENUTUP

A.

Kesimpulan
BBLR adalah berat badannya kurang dari 2500 gram (sampai dengan
2499 gram) tanpa memandang usia gestasi yang disebabkan oleh masa
kehamilan kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan sehingga
BBLR

pada

umumnya

dapat

mengakibatkan

pada

terlambatnya

pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat mengganggu kelangsungan


hidupnya.
Klasifikasikan berat badan waktu lahir, yaitu:
1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat
lahir 1.500 2.500 gram.
2. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.500 gram.
3. Berat Badan Lahir Eksterm Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir
dengan berat lahir <1.000 gram.
B.

Saran
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan untuk senantiasa melakukan PMK bagi BBLR
selama rumah sakit maupun di rumah sesuai dengan yang telah
diajarkan di rumah sakit secara termitten agar didapatkan efek yang
lebih baik bagi pertumbuhan dan perkembangan BBLR yang optimal,
dan harus selalu memberikan dukungan pada ibu untuk melakukan
metode kanguru secara termitten bagi bayinya dan saling bekerjasama
karena dukungan keluarga sangat diperlukan bagi ibu selama merawat
bayinya terutama bayi dengan BBLR yang lebih membutuhkan
perhatian dan penanganan khusus.
2. Bagi Mahasiswa

69

Mahasiswa hendaknya dapat mengaplikasikan antara ilmu


pengetahuan logika dan ilmu dalam melaksanakan dan menerapkan
asuhan keperawatan yang baik dan benar.
3. Bagi Pendidikan
Memberikan pendidikan pada mahasiswa mengenai metode
kanguru dan manfaatnya bagi BBLR sehingga diharapkan mahasiswa
dapatmenerapkannyadilahanpraktek.
4. Bagi Kesehatan
Lebih meningkatkan upaya deteksi dini dengan cara melakukan
pemantauan dan pengawasan pada ibu hamil dengan risiko tinggi
terhadap kasus BBLR misalnya umur berisiko (<20 dan >35 tahun),
paritas 1 dan lebih dari 4 serta Hb kurang dari normal sehingga
penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
BBLR yang lebih berat dan lebih meningkatkan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi) pada ibu hamil tentang faktor risiko BBLR dan
pencegahannya sehingga ibu hamil dapat melakukan upaya untuk
menghindari faktor risiko setelah melahirkan nanti (misalnya dengan
mengikuti program KB jangka panjang atau MOW pada paritas lebih
dari 4 dan peningkatan status gizi terutama pada makanan yang
mengandung Fe, cara pengolahan makanan yang benar dan KIE tentang
tablet tambah darah)

70

Anda mungkin juga menyukai