Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pemecahan Masalah Terhadap Kasus


Keperawatan

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Agustine Ramie, S.Kep.,M. Kep
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Anggota :

Dyah Yuspitasari
Elfrita Agustina Harahap
Gina Luthfia Safitri
Ira Finarti
M. Hastari Setiawan
Maya Yuliya Mahdarika
Nelly Lidyawati
Riswan Fahlifi
Rizka Fauziah

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nyakepadakami, sehinggakamidapatmenyelesaikanmakalahinitepat pada waktunya.
Mudahmudahandenganadanyamakalahinidapatmenambahwawasanpengetahuantentang

strategi

penyelesaian masalah etik terhadap suatu kasus. Semoga ilmunya dapat bermanfaat bagi kita
semua nantinya.
Pepatahmengataka Tiadagading yang takretak, kesempurnaanhanyamilikAllah.
Kami

pun

menyadaribahwamakalahinimasihjauhdari

Untukitukamimengharapkankritik

dan

saran

yang

kata

sempurna.

membangun

agar

makalahinidapatmemuaskansemuapihak.
Akhir kata kamimengucapkanterimakasihkepadaIbu Ns. Agustine Ramie, S.Kep.,M.
KepselakudosenpengajarEtika

Keperawatan,

yang

telahmembimbingkamidalammenyelesaikanmakalah ini.

Banjarbaru, Desember 2013

Penulis

DAFTAR ISI
halaman

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN..................................................................................

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................

4
4
4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................

A. Permasalahan Etika Keperawatan....................................................


B. Teori Dasar Pembuat Keputusan......................................................
C. Strategi Penyelesaian Masalah Etik.................................................

5
7
8

BAB III PEMBAHASAN.....................................................................................

14

A. Kasus..................................................................................................
B. Tinjauan Kasus...................................................................................
C. Pemecahan Masalah...........................................................................

14
14
14

BAB IVPENUTUP................................................................................................

18

A. Kesimpulan.......................................................................................
B. Saran.................................................................................................

18
18

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

19

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemampuan membuat keputusan masalah etis merupakan salah satu
persyaratan bagi perawat untuk menjalankan praktik keperawatan profesional.
Karena, di dalam menjalankan praktiknya perawat akan menghadapi berbagai
masalah etik yang harus dipecahkan secepatnya. Etika itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu Ethikos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Namun, etika juga
memiliki makna rasional, keputusan yang optimal (dianggap sebagai solusi terbaik
dari opsi yang diberikan) dan tepat dibawa atas dasar akal sehat.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa makalah ini membahas
a.
b.
c.
d.

beberapa masalah berikut :


Apa saja yang bisa menjadi permasalahan etik keperawatan ?
Apa yang mendasari pembuatan keputusan ?
Apa saja strategi penyelesaian masalah etik tersebut?
Bagaimana cara penyelesaian masalah dari kasus tersebut ?

C. TUJUAN
Untuk tujuan dari pembuatan makalah ini sendiri adalah agar nantinya para
pembaca dapat memahami tentang apa saja yang bisa menjadi permasalahan etik
keperawatan, apa yang mendasari pembuatan keputusan , apa saja strategi
penyelesaian masalah etik tersebut , dan Bagaimana cara penyelesaian masalah dari
kasus tersebut . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas Fisika
Biologi yang telah diberikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Permasalahan Etika Keperawatan
Permasalahan etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah
menimbulkan konflik antara kebutuhan klien dengan harapan perawat dan falsafah
keperawatan. Masalah etika keperawatan adalah masalah etika kesehatan Etika biomedisatau
Bioetisadalah ilmu yang mempelajari masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu
pengetahuan di bidang Biologi dan kedokteran), seperti euthanasia, abortus, invertilasi
buatan, transplantasi organ, dan lain-lain.

Menurut Bandman dan bandman (1990) menjelaskan permasalahan etika keperawatan


pada dasarnya ada lima jenis, yaitu :

Kuantitas vs kualitas hidup


Kebebasan vs penanganan dan pencegahan bahaya
Berkata jujur vs berbohong
Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan denganfalsafah

agama,politik,ekonomi danideology
Terapi Ilmiah Konvensional vs Terapi tidak ilmiah dan coba-coba
Adapun masalah etika yang berkaitan langsung dengan praktik keperawatan

Evaluasi Diri
Perawat dapat mengetahui kelemahan, kekurangan dan juga kelebihannya
sebagai praktisi keperawatan, seperti cara untuk melindungi klien dari pemberian

perawatan yang buruk.


Evaluasi Kelompok
Tujuannya untuk mempertahankan konsistensi kualitas asuhan keperawatan
yang bermutu, seperti tanggung jawab etis. Evaluasi kelompok ini dapat dilakukan
secarainformal dan formal.
o Evaluasi kelompok Informal :
Saling mengamati perilaku sesama rekan,

misalnya sewaktu melakukan

perawatan luka. Bila ada kesalahan sebaiknya diberi masukan langsung kepada orang
yang bersangkutan secara halus.
o Evaluasi kelompok Formal :
Merupakan tanggung jawab etis perawat, seperti standar praktik keperawatan

dan kriteria hasil. Evaluasi kelompok formal ini dapat dilakukan dengan cara :
- Konferensi untuk mebahas hal yang diamati,
- wawancara dengan klien dan staf,
- Observasi langsung saat perawatan klien
- Audit keperawatan berdasarkan catatan klien.
Tanggu Jawab terhadap Peralatan dan Barang
Istilah mengutip (Ingg. Pilfering) seperti mencuri barang sepele atau kecil.
Tanpa disadari membawa pulang kapas, larutan antiseptik, jarum, spuit,dan lain-lain.
Bila dilakukan oleh ribuan petugas , maka rumah sakit akan mengalamikerugiandan
lebih tragis lagi bila kerugian dibebankan pada klien. Tidak dibenarkan memasukan
obat-obatan pasien yang meninggal kedalam inventarisasi ruangan tanpa seijin
keluarga.Tenaga kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap paralatan dan barang

di tempat kerja.
Merekomendasikan Dokter pada Klien

o Klien atau orang lain meminta petunjuk tentang dokter mana yg baik ? Secara
etik tidak boleh memberikan kritik tentang dokter kepada klien atau orang lain
yang dapat dituntut dokter yg bersangkutan
o Lebih aman mengatakan : secara pribadi saya tdk memilih dokter.saya

sendiri periksa kepada dokter


o Bila diminta alasan, katakan tidak ingin membicarakan hal itu.
Konflik etik antar teman sejawat
o Keperawatan pada dasarnya membantu pencapaian Kesejahteraan Klien.
o Untuk tercapai kesejahteraan pasien, maka perawat harus mampu mengenal
atau tanggap terhadap asuhan keperawatan yang buruk sehingga akan
berupaya berubah menjadi lebih baik.
o Kondisi ini sering kali menimbulkan konflik antara perawat sebagai pelaku

asuhan dan juga terhadap teman sejawat


o Dilain pihak perawat harus menjaga nama baik teman sejawat lainnya.
Masalah antara Peran Merawat dan Mengobati
o Peran perawat secara formal, seperti memberikan asuhan keperawatan.
o Riset Sciortino (1992), menyatakan ada pertentangan peran formal
(seharusnya) dan aktual (kenyataan)
o Di daerah perifer (Puskesmas) tidak disiapkan dan secara hukum tidak
dilindungi untuk mengobati namun bhadapan dg realita permintaan
masyarakat.
o Implikasi, etik (ingin melayani masyarakat) dan hukum (peraturan
perundangan).
o Penyelesaian masalah dapatmelibatkan berbagai pihak, seperti Depkes, badan
hukum, Persatuan Perawat, IDI, serta masyarakat sendiri sebagai konsumen

layanan kesehatan.
B. TEORI DASAR PEMBUAT KEPUTUSAN
Teori dasar atau prinsip etik merupakanpenuntununtukmembuatkeputusanetis dalam
praktikkeperawatanprofesional (Fry, 1991). Teori etik digunakan dalam pembuatan keputusan
bila terjadi konflik antara prinsip dan aturan. Ahli filsafat moral mengembangkan beberapa
teori etik yang dikelompokkan menjaditeori teleologi & deontologi (formalisme).
Teleologi berasal dari bahasa Yunani, darikata telos berarti akhir. Teleologi
merupakan suatu doktrin yangmenjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang dihasilkan
(konsekuensi yang dapat terjadi akibat suatu tindakan yg dilakukan).Sering disebut the end
justifies the meansartinya makna dari suatu tindakanditentukan oleh hasil akhir yang terjadi.

Penekanan teori teleologi adalah pada pencapaianhasilakhir, kebaikan semaksimal mungkin


dan ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kelly, 1987).
Rule utilitarianisme berprinsip bahwa manfaat atau nilai dari suatu tindakan
bergantung pada sejauh mana tindakan tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan pada
manusia.Act utilitarianisme Bersifat lebih terbatas, tidak melibatkan aturan-aturan umum.
Menjelaskan bahwa pada situasi tertentu dengan pertimbangan terhadap tindakan apa yang
dapat memberikan kebaikan sebanyak-banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada
individu.
Deontologi berasal dari bahasa Yunani, deon yang berarti tugas dan berprinsip pada
aksi atau tindakan.Menurut Kant, benar atau salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau
konsekuensi dari suatu tindakan, melainkan oleh nilai moral dari tindakan tersebut.Teori ini
berfokus pada tindakan sebagai tanggung jawab moral, sebagai penentu tindakan tersebut
benar atau salah secara moral.Secara luas teori deontologi dikembangkan menjadi lima
prinsip penting yaitu :

Kemurahan hati, Inti dari prinsip kemurahan hati (beneficence) adalah tanggung
jawab untuk melakukan kebaikan yg menguntungkan klien dan menghindari

perbuatan yg merugikan atau membahayakan klien.


Keadilan, Prinsip dari keadilan menurut Beauchamp dan Chlidress adalah mereka yg

sederajat harus diperlakukan sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka.


Otonomi, Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan
untuk menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yg mereka pilih

(Fry, 1987).
Kejujuran, Prinsipkejujuran

didefinisikansebagaimenyatakanhalygsebenarnyadantidakbohong.
Ketaatan
(Fry,
1991),
Prinsipketaatan

(veracity)

menurut

Veatch

dan

Fry

(1987)
(fidelity)

didefinisikansebagaitanggungjawabuntuktetapsetiapadasuatukesepakatan.
Adapun falsafah keperawatan yang juga merupakan dasar dari pengambilan
keputusan, yaitu :

Memandang pasien sbg manusia holistik yang harus dipenuhi kebutuhannya dengan

komprehensif
Kebutuhan meliputi biopsikososiospiritual

Bentuk pelayanan keperawatan memperhatikan aspek kemanusiaan


Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa adanya perbedaan
Pelayanan keperawatan adalah integral sistem pelayanan kesehatan
Pasien merupakan mitra aktif bukan pasif

C. Strategi Penyelesaian Masalah Etik


Menghadapidanmengatasipermasalahanetisperawat dan dokter kemungkinanbisa saja
terjadi

perbedaan

pendapat,

masalah

tersebut

dapat

menyebabkan

masalahkomunikasidankerjasamayang

dapat

menghambatperawatanpasiendanhubungankerjasamadokterdenganperawat.Salah satu cara


menyelesaikan permasalahan etis adalah dengan melakukan rounde

( Bioetics Rounds )

yang melibatkan perawat dengan dokter. Rounde ini tidak difokuskan untuk menyelesaikan
masalah etis tetapi untuk melakukan diskusi secara terbuka tentang kemungkinan terdapat
permasalahan etis.
Selain itu, dalam mengambil keputusan dan tindakan moral kita harus memperhatikan
kerangka pembuatan keputusan yaitu:

Nilai dan kepercayaan pribadi


Kode etik perawat Indonesia
Konsep moral keperawatan
Teori atau prinsip-prinsip etika
Berikut ini beberapa contoh model pengambilan keputusan etis keperawatan yg

dikembangkan oleh beberapa ahli:


1) Thompson dan Jameton.
Metode Jameton dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah etika
keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien. Model thompson dan
Jameton terbagi tiga model yaitu, seperti yang ditulis oleh Fry (1991) adalah:
a. MODEL I
Tahap 1, Identifikasi masalah.
Klasifikasi masalah dilihat dari konflik hati nurani.
Perawat juga harus mengkaji keterlibatannya pada masalah etika yg timbul.
Mengkaji parameter waktu untuk pembuatan keputusan.
Tahap ini akan memberikan jawaban pada perawat thd pertanyaan Hal
apakah yg membuat tindakan benar adalah benar?.
Tahap 2, perawat harus mengumpulkan data tambahan.
Informasi yg dikumpulkan dlm tahap ini, meliputi :
Orang yg dekat dg klien, yg terlibat dalam membuat keputusan bagi klien.

Harapan/ keinginan klien dan orang yg terlibat dalam pembuatan keputusan.


Perawat membuat laporan tertulis ttg konflik yg terjadi.
Tahap 3, perawat harus mengidentifikasi semua pilihan atau alternatif secara
terbuka kepada pembuat keputusan (pasien dan keluarga). Semua tindakan yg
memungkinkan harus terjadi, termasuk hasil yg mungkin diperoleh beserta
dampaknya. Tahap ini memberikan jawaban atas pertanyaan, Jenis tindakan
apa yang benar?.
Tahap 4, perawat

harus

berpikir

tentang

masalah

etis

secara

berkesinambungan.
Perawat mempertimbangkan nilai dasar manusia yg penting bagi individu.
Nilai dasar yg menjadi pusat dari masalah dan prinsip-prinsip etis yg dapat
dikaitkan dengan masalah.
Tahap ini menjawab pertanyaan,

Bagaimana aturan-aturan tertentu

diterapkan pada situasi tertentu?.


Tahap 5, pembuat keputusan harus membuat keputusan.
Pembuat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling
tepat. Tahap ini menjawab pertanyaan etika, apa yang harus dilakukan pada
situasi tertentu?. Lalu melakukan tahap terakhir yaitu melakukan tindakan
dan mengkaji keputusan dan hasil.
b. MODEL II
Tahap 1, mengenali dengan jelas masalah yang terjadi, apa intinya, apa
sumbernya, mengenali hakikat masalah.
Tahap 2, mengumpulkan data atau informasi yg berdasarkan fakta, meliputi
sumber data yang termasuk variabel masalah yang telah dianalisa secara teliti.
Tahap 3, menganalisis data yang telah diperoleh dan menganalisis kejelasan
orang yang terlibat, bagaimana kedalaman dan intensitas keterlibatannya,
relevansi keterlibatannya dengan masalah etika.
Tahap 4, Berdasarkan analisis yg telah dibuat, mencari kejelasan konsep etika
yg relevan untuk penyelesaian masalah dg mengemukakan konsep filsafat yg
mendasari etika maupun konsep sosial budaya yg menentukan ukuran yg dapat
diterima.
Tahap 5, membuat konsep argumentasi semua jenis isu yg didapati
merasionalisasi kejadian, kemudian membuat alternatif tindakan yg akan
diambilnya.
Tahap 6, mengambil tindakan, setelah semua alternatif diuji thd nilai yg ada di
masyarakat. Bila dapat diterima maka pilihan tersebut dikatakan sah (valid)
secara etis. Tindakan yg dilakukan menggunakan proses yang sistematis.

Tahap 7, langkah terakhir adalah mengevaluasi, apakah tindakan yg dilakukan


mencapai hasil yg diinginkan, mencapai tujuan penyelesaian masalah. Bila
belum berhasil harus mengkaji lagi hal-hal apa yg menyebabkan kegagalan
dan menjadi umpan balik untuk melaksanakan pemecahan/ penyelesaian
masalah secara ulang.
c. MODEL III, (model keputusan boetis)
Tahap 1, tinjau ulang situasi yg dihadapi untuk menentukan masalah
kesehatan,

keputusan

yg

dibutuhkan,

komponen

etis

individu/

keunikan/karakteristik individu.
Tahap 2, kumpulkan informasi tambahan untuk memperjelas situasi.
Tahap 3, identifikasi aspek etis dari masalah yg dihadapi.
Tahap 4, ketahui atau bedakan posisi pribadi dan posisi moral profesional.
Tahap 5, Identifikasi keunikan individu .
Tahap 6, identifikasi konflik2 nilai bila ada.
Tahap 7, kaji siapa yg harus membuat keputusan.
Tahap 8, identifikasi rentang tindakan dan hasil yang diharapkan.
Tahap 9, Tentukan tindakan yg diambil dan laksanakan
Tahap 10, Evaluasi hasil dari keputusan/tindakan.

2) Kozier, Erb (1989)


Pembuatan keputusan atau pemecahan dilema etik menurut Kozier, Erb
(1989), adalah sebagai berikut :
Mengembangkan data dasar.
Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut.
Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut.Menentukan siapa
yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat.
Mendefinisikan kewajiban perawat.
Membuat keputusan.
3) Model murphy dan murphy
Pembuatan keputusan atau pemecahan dilema etik Model murphy dan murphy,
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan
2. Mengidentifikasi masalah etik
3. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
4. Mengidentifikasi peran perawat
5. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif
keputusan
7. Memberi keputusan
8. Mempertmbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum perawatan klien

9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan
berikutnya.
4) Purtilo dan Cassel (1981)
Pembuatan keputusan atau pemecahan dilema etik menurut langkahPurtilo dan
Cassel (1981) menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik, yaitu
Mengumpulkan data yang relevan
Mengidentifikasi dilema
Memutuskan apa yang harus dilakukan
Melengkapi tindakan
5) Tappen (2005)
Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :
1. Pengkajian
Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah adakah saya terlibat langsung
dalam dilema?. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan menjadi pendengar yang
berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil
keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu :
a. Apa yang menjadi fakta medik ?
b. Apa yang menjadi fakta psikososial ?
c. Apa yang menjadi keinginan klien ?
d. Apakah ada konflik nilai yg terjadi ?
2. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orangyang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan,
yaitu:
a. Tentukan tujuan dari threatment.
b. Identifikasi pembuat keputusan
c. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi atau pilihan.
3. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan beserta
anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan
saling menguntungkan.

Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi.


4. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan
sebagai outcome-nya.
Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan fakta2 sosial dapat dipakai
untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment yg perlu untuk dirubah.
Komunikasi diantara para pengambil keputusan harus dipelihara.

BAB III
PEMBAHASAN

A. KASUS
Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker payudara
terminal dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan
radiasi. Wanita tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat
lagi diatasi dengan pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya rintihan ketika istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah
posisinya. Walapun klien tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat
analgesik, dan keluarganya pun meminta untuk dilakukan penambahan dosis
pemberian obat analgesik. Saat dilakukan diskusi perawat disimpulkan bahwa
penambahan obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.

B. TINJAUAN KASUS
Sebelum kita menyelesaikan masalah, kta harus tahu terlebh dahulu mengenai
penyakit yang diderita pasien, yaitu kanker payudara.
Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara.. kanker payudara
(Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas
yang berasal dari parenchyma.

C. PEMECAHAN MASALAH
Pemecahan masalah menurut murphy murphy, antara lain :
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan
Pasien menderita penyakit kanker payudara teriminal (stadium akhir)
Pasien mengalami nyeri tulang yang sudah tidak dapat diatasi lagi
Saat istirahat pasien merintih kesakitan
Dan saat mengubah posisi tidur rasa nyeri pada pasien semakin hebat
2. Mengidentifikasi masalah etik
Pasien meminta perawat untuk selalu memberikan obat analgesik
Keluarga meminta perawat untuk menambahkan dosis obat analgesik tersebut
agar pasien tidak lagi merasa kesakitan.
Setelah berdiskusi dengan dokter, disimpulkan bahwa penambah dosis obat
analgesik tersebut dapat mempercepat kematian pasien.
3. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
Keluarga, karena keluarga yang meminta perawat untuk dilakukkannya
penambahan dosis obat analgesik tersebut
Perawat, karena perawat yang bertugas untuk memberikan obat tersebut.
4. Mengidentifikasi peran perawat
Pembuat keputusan klinis
Komunikator
Kolaborator
Edukator
Konsultan
5. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
Alternatif 1

Perawat tidak memperdulikan permintaan keluarga pasien tersebut sehingga


perawat tetap memberikan obat kepada pasien sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan oleh dokter.
Alternatif 2
Perawat menjelaskan kepada keluarga bahwa sebenarnya jika dilakukan
penambahan dosis obat analgesik itu tidak akan mengurangi rasa nyeri pasien
tersebut melainkan akan mempercepat kematian pasien.
Alternatif 3
Perawat akan meminta bantuan dokter untuk memberikan penjelasan kepada
keluarga pasien tentang akibat yang akan terjadi jika tetap dilakukan
penambahan dosis obat tersebut. Karena apabila dokter yang menjelaskannya,
keluarga mungkin akan dapat menerimanya.
Alternatif 4
Perawat akan mendekati orang yang paling di hormati dalam keluarga pasien
tersebut, kemudian akan menjelaskan mengenai resiko yang akan terjadi bila
keluarga tetap bersikeras untuk melakukan penambahan dosis obat tersebut.
sehingga orang yang paling di hormati tersebut diharapkan dapat menjelaskan
kepada keluarga yang lain, dan berdiskusi untuk menentukan keputusan yang
paling baik untuk dilakukan.
Alternatif 5
Perawat akan melakukan penambahan dosis obat analgesik sesuai dengan
permintaan dari keluarga pasien tersebut. karena pada dasarnya keluarga
pasien dan pasienlah yang berhak untuk mengambil keputusan.
6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
Alternatif 1
Perawat :
Mengabaikan
permintaan
keluarga
karena
perawat
mengetahui
akan berdampak buruk bagi pasien bahkan akan mempercepat kematian
pasien tersebut
Keluarga :
Keluarga merasa tidak dihargai karena perawat melakukan tindakan tanpa ada
komunikasi kepada pihak keluarga bahkan perawat mengabaikan permintaan
keluarga pasien sehingga perawat tersebut di cap buruk oleh keluarga pasien dan
bahkan bisa bisa dituntut oleh keluarga pasien
Alternatif 2
Perawat :
Perawat menjalankan fungsinya sebagai edukator konsultan dan komunikator
bagi keluarga dengan memberikan informasi yang sebenar-benarnya sehingga
keluarga dapat mengetahui dampak yang akan terjadi jika perawat melakukan
permintaan keluarga pasien dipenuhi .
Keluarga :
Pada awalnya mungkin keluarga akan memaksa perawat memenuhi perintaan nya
dilakukan oleh perawat akan tetapi ketika mengetahui dampak yang akan terjadi
keluarga akan berpikir kembali apakah itu akan dilakukan atau tidak.
Alternatif 3

Perawat :
Dengan meminta bantuan dokter Perawat akan lebih meyakinkan keluarga pasien
bahwa permintaan pasien akan menimbukan resiko yang lebih berbahaya bagi
pasien dan perawat juga melaksanakan peranya sebagai fungsi kaloborator
Keluarga :
Keraguan keluarga akan sedikit berkurang karena keluarga mendengar langsung
penjelasan dokter sehingga nantinya pihak keluarga akan mempertimbangkan
kembali permintaanya
Alternatif 4
Perawat :
Perawat menilai keluarga tetap bersikeras agar permintaan nya di penuhi sehingga
perawat mencari sosok yang paling di hormati di keluarga tersebut kemudian
mendekati dan menjelaskan pada orang tersebut akan resiko yang akan terjadi
jika permitaan keluarga tadi dipenuhi sehingga nanti sosok tersebut yang
menjelaskan dan mendekati secara perlahan kepada keluarga pasien yang
bersikeras agar keluarga pasien mengurungkan permintaannya
Keluarga :
Keluarga pasti akan merasa jengkel akan perbuatan perawat karena mempengaruhi
orang yang mereka hormati , dan karena figur orang yang mereka hormati tersebut
sudah berbicara maka pihak keluarga akan mengikuti aa kata orang tersebut ,
walaupun keputusan yang mereka ambil tidak sesuai keinginan mereka.
Alternatif 5
Perawat :
Perawat akan tetap memberitahukan keluarga tentang resiko yang akan terjadi jika
permintaan keluarga dipenuhi tapi disini perawat akan tetap mendengar keinginan
keluarga, jika keluarga tetap ingin permintaan nya di penuhi maka perawat akan
tetap melaksanakan permintaan keluarga pasien walaupun merasa tidak enak dan
tidak nyaman atas tindakan nya karena tahu efek yang akan ditimbulkan
Keluarga :
Keluarga akan merasa nyaman karena perawat mendengarkan apa keinginan dari
pihak keluarga
7. Memberi keputusan
Dari alternatif alternatif di atas kami lebih memilih alternatif ke 5 karena
perawat sudah memberitahu keluarga akan dampak yang akan ditimbulkan, tetapi
keluarga tetap bersikeras, kita tetap harus menjalankan permintaan keluarga
walaupun kita mengetahui dampak yang akan terjadi jika tindakan tersebut dilakukan,
kita tidak bisa memaksakan kehendak kita terhadap pasien karna sesungguhnya yang
mengambil keputusan adalah keluarga pasien
8. Mempertmbangkan bagaimana keputusan tersebut hingga sesuai dengan falsafah
umum perawatan klien.
Keputusan ini telah sesuai dengan salah satu falsafah keperawatan yaitu bentuk
pelayanan keperawatan memperhatikan aspek kemanusian. Sebab aspek kemanusian
disini dipertimbangkan pada saat keluarga meminta enambahan dosis morphin yang
dapat menyebabkan kematiaan, sedangkan di sisi lain keluarga pasien tidak tega

melihat pasien(keluarganya) menahan nyeri yang di alami walau sudah di berikan


morphin sesuai dosis.
9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
Setelah menganalisa pengambil keputusan dari alternatif 5 kita bisa membuat
keputusan berikutnya, melaporkan kepada Dokter atau kepala ruangan bahwa kita
telah meaksanakan kewajiban kita sebagai seorang perawat yaitu pemberian informasi
kepada keluarga pasien tentang penyakit yang diderita dan akibatnya, serta pemberian
saran .

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa permasalahan eti itu
ada berbagai macam, salah atunya adalah euthanasia. Falsafah keperawatan juga
merupakan hal yang mendasar dalam pngambilan keputuan terebut. Da banyak
strategi yang dapat dilakukan untuk mengambil keputusan terebut. Namun, yang kami
gunakan adalah model pemecahan maalah menurut Murphy Murphy.

B. Saran

Dalam mengambil keputusan diharapkan perawat nantinya akan bertindak


lebih teliti dalam mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi dari alteratif yang di
pilih. Sehingga di dapatkan hail yang benar-benar baik. Makalah ini sangat jauh dari
kata sempurna. Jad, kami mengharapkan kritik dan saran bagi pembaca sekalian. Dan
seoga ilmunya dapat bermnfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Jaringan Epidemiologi Nasional. (1995). AIDS dan Hukum / Etika. Seri
Monogragi No:05. Jakarta : Jaringan Epidemi Nasional bekerja sama
dengan The Ford Foundation.

Guwandi,J. (2002). Hospital Law (Emerging doctrines & Jurisprudence). Jakarta :


Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Guwandi,J. (1992). Trilogi Rahasia Kedokteran. Jakarta :


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Balai penerbit

Marquis, B.L and Huston, Carol.J. (2006). Leadership Roles and Management
Functions in Nursing : Theory and Application. 5

th

Ed. Philadelphia :

Lippincott Williams & Wilkins.

Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of Nursing Leadership
and Management. 3

rd

http://eprints.unika.ac.id/1187/

Ed. Philadelphia : FA. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai