Oleh :
Nama
NIM
Kelas
Asisten
Prodi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pola tanam adalah usaha menanam pada sebidang lahan dengan mengatur
susunan, tata letak dan urutan tanaman selama periode tertentu. Pola tanam yang
biasa digunakan petani adalah pola tanam monokultur dan polikultur. Untuk
menentukan pola tanam yang akan dipakai, kita harus memperhatikan
karakteristik tanaman yang akan kita tanam.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Media Tanam
1. Tanam adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke lahan
pertanaman untuk didapatkan hasil produk dari tanaman yg dibudidayakan.
Proses pemindahan ini tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, perlu
adanya metode agar tanaman dapat berlangsung hidup di media dan
lingkungannya yg baru (AAK, Dasar-Dasar Bercocok Tanam, 1985).
2. Tanam adalah menempatkan bahan tanam berupa benih atau bibit pada media
tanam baik media tanah maupun bukan media tanah dalam suatu bentuk pola
tanam (Vincent, 1998).
3. Tanam adalah menanam sesuatu yang bisa hidup yang disesuaikan dengan
daerah kondisi dan lingkungan serta keadaan sehingga dapat menghasilkan
sesuatu yang menguntungkan minimal bagi si penanam (Setjanata, 1983).
2.2Fungsi Pola Tanam
Pola tanam memiliki beberapa fungsi. Antara lain adalah untuk menekan
populasi hama, mengurangi terjadinya erosi, menambah kesuburan tanah, serta
untuk memutus siklus hidup hama atau penyakit. Pola tanam digunakan sebagai
landasan
untuk
meningkatkan
produktivitas
lahan.Hanya
saja,
dalam
monokultur
adalah
pertanian
dengan
menanam
tanaman
Pertumbuhan
dan
Jagung di
pengaruhi oleh pola tanam,apabila pola tanam tersebut telah sesuai dengan pola
tanam yang sudah di tentukan maka proses pertumbuhan tanaman jagung akan
baik,begitu juga sebalikya. Pada pengamatan ini di dapatkan hasil bahwa tanaman
jagung dapat tumbuh dengan baik apabila pola tanamnya di atur dengan jarak
yang telah ditentukan .Tanaman jagung memiliki beberapa syarat untuk hidup
salah satunya pola tanam terbaik untuk pertumbuhan tanaman jagung.(Hartono,
2006).
Menurut Mc.Naugton dan Wolf (1990), Di alam beberapa faktor lingkungan
yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman antara lain
cahaya, tunjangan mekanik, suhu udara, air dan unsur hara. Untuk mendapatkan
faktor lingkungan yang optimal, sehingga memungkinkan tanaman untuk dapat
tumbuh dengan baik, dapat dilakukan dengan pengaturan jarak tanaman atau pola
tanam. Pengaturan jarak tanam berkaitan erat dengan radiasi, pengaturan tanaman
maupun kerapatan populasi memegang peranan penting, sehingga persaingan
terhadap radiasi surya dapat dikurangi dan tanaman dapat menggunakan radiasi
surya secara efisien. Di samping itu kerapatan populasi juga mempengaruhi
persaingan di antara tanaman dalam menggunakan lenggas tanah dan unsur hara.
Perbedaan jumlah daun dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Mimbar
(1999),
terjadi dalam kehidupan sehari hari tanaman. Pada kondisi lapangan, kompetisi
biasanya mulai terjadi setelah tanaman mencapai pertumbuhan tingkat tertentu
dan kemudian semakin keras dengan pertambahan ukuran tanaman dan umur.
Dengan makin lanjut pertumbuhan tanaman, tajuknya semakin rimbun dan sistem
perakarannya semakin padat sehingga tanaman tanaman yang tumbuh
berdekatan terjadi kompetisi,maka di perlukan sistim jarak tanam atau pola tanam.
Adapun beberapa teknik dalam budidaya tanaman Jagung menurutBalai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian(2008) sebagai berikut:
Varietas Unggul
Memilih varietas hendaknya melihat deskripsi varietas terutama potensi
hasilnya, ketahanannya terhadap hama atau penyakit, ketahanannya terhadap
kekeringan, tanah masam, umur tanaman, warna biji dan disenangi baik
petani maupun pedagang.
Benih Bermutu
Penggunaan benih bermutu merupakan langkah awal menuju keberhasilan
dalam
usahatani
jagung.Gunakan
benih
bersertifikat
dengan
vigor
Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu olah tanah sempurna (OTS) dan tanpa olah tanah (TOT) bila lahan
gembur. Namun bila tanah berkadar liat tinggi sebaiknya dilakukan
pengolahan tanah sempurna (intensif).Pada lahan yang ditanami jagung dua
kali setahun, penanaman pada musim penghujan (rendeng) tanah diolah
sempurna dan pada musim tanam berikutnya (musim gadu) penanaman dapat
dilakukan dengan tanpa olah tanah untuk mempercepat waktu tanam.
Penanaman
Cangkul/koak tempat menugal benih sesuai dengan jarak tanam lalu beri
pupuk
kandang
atau
kompos
1-2
genggam
(+50-75
gr)
tiap
Pemupukan
Cara pemberian pupuk, ditugal sedalam kira-kira 5 cm sekitar 10 cm di
samping pangkal tanaman dan ditutup dengan tanah.
Bagan warna daun hanya digunakan pada waktu pemberian pupuk ketiga.
Sebelum pemupukan, dilakukan Teknologi Budidaya Jagung 6 BB
Pengkajian pembacaan BWD dengan cara menempelkan daun jagung
teratas yang sudah sempurna terbuka. Waktu pembacaan sebaiknya sore
hari agar tidak terpengaruh dengan cahaya matahari.
Pada saat pemupukan III (45-50 hari sesudah tanam), untuk menentukan
jumlah pupuk Urea yang diberikan ukur tingkat kehijauan daun
menggunakan Bagan Warna Daun
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dua kali selama masa pertumbuhan tanaman
jagung.Penyiangan pertama pada umur 14-20 Hari sesudah tanam dengan
cangkul atau bajak sekaligus bersamaan dengan pembumbunan. Penyiangan
kedua dilakukan tergantung pada perkembangan gulma (rumput). Penyiangan
kedua dapat dilakukan dengan cara manual seperti pada penyiangan pertama
atau menggunakan herbisida kontak seperti Gramoxon atau Bravoxone 276
SL atau Noxone 297 AAS. Pada saat menyemprot nozzle diberi pelindung
plastik berbentuk corong agar tidak mengenai daun jagung.
Pengairan
Pengairan
diperlukan
bila
musim
kemarau
pada
fasefase
(umur)
pertumbuhan, 15 hst, 30 hst, 45 hst, 60 hst, dan 75 hst. Pada fase atau umur
tersebut tanaman jagung sangat riskan dengan kekurangan air. Pengairan
dengan pompanisasi pada wilayah/daerah yang terdapat air tanah dangkal
sangat efektif untuk dikembangkan pada budidaya jagung.
2.5 Tumpang Sari Tanaman Jagung dan Kedelai
2.5.1 Produksi
Kegiatan pengkajian tumpang sari tanaman jagung dan kedelai Bahanbahan yang digunakan, yaitu: benih jagung manis varietas Master Sweet,
benih kedelai varietas Anjasmoro, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl,
kapur pertanian (dolomite), legin dan pestisida. Penanaman jagung dan
kedelai dilakukan pada lahan seluas 1 hektar jarak tanam 40 cm x 15 cm
untuk tanaman kedelai, sedangkan tanaman jagung menggunakan jarak
sdimasukkan ke dalam lubang tanaman sebanyak 2 butir per lubang.
Pemberian pupuk anorganik adalah sebagai berikut: untuk tanaman jagung,
pemberian pupuk urea sebanyak 250 kg. ha-1 dilakukan dua kali, yaitu 1/3
dosis saat tanam dan 2/3 dosis saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam.
Pupuk SP-36 dengan dosis 200 kg.ha-1 dan KCl sebanyak 100 kg. ha-1
diberikan pada saat tanam. Pupuk diberikan dengan cara ditugal di kiri atau
kanan lubang tanam dengan jarak 10 cm dan kedalaman 10 cm. Untuk
tanaman kedelai, pemberian pupuk urea sebanyak 50 kg.ha-1 dilakukan pada
saat tanam bersama dengan SP 36 100kg. ha-1 dan KCl 100kg.ha-1. Pupuk
diberikan dengan cara disebar dalam larikan sekitar 10 cm dari lubang tanam.
1.
2.
3.
Kemudian
Setelah itu
disetiap
masukkan
lubang
2-3tersebut
biji jagung
diberikan
pada setiap
serbuk
Lalu tutup
lubang
dengan
tanah
secukupnya
lubang
gergaji
yangsecukupnya
telah disiapkan
2 mst
8
10
Monokultur
Tumpang Sari
5 mst
40
25
Monokultur
Tumpang Sari
2 mst
6
5
5 mst
11
9
12
10
8
Jumlah Daun (Helai)
6
Monokultur
Tumpang Sari
2
0
2
4.2 Pembahasan
Dari data hasil pengamatan yang didapatkan dari minggu kedua setelah
tanam hingga minggu kelima setelah tanam, dapat diketahui bahwa tinggi
tanaman jagung mengalami peningkatan setiap minggunya baik pada pola tanam
monokultur maupun tumpang sari. Begitu pula dengan jumlah daun tanaman
jagung selalu mengalami peningkatan setiap minggunya baik pada pola tanam
monokultur maupun tumpang sari.
Pada hasil pengamatan terlihat bahwa jagung yang ditanam dengan pola
tanam monokultur mengalami pertumbuhan yang lebih baik daripada tanaman
jagung pada pola tanam tumpang sari dalam parameter tinggi tanaman maupun
jumlah daun. Hal ini dikarenakan tidak adanya persaingan dalam mendapatkan
unsur hara atau nutrisi bagi tanaman sesuai dengan pendapat Abdi Sukmana
(2012), bahwa salah satu kelemahan pola tanam tumpang sari adalah persaingan
dalam hal unsur hara. Dalam pola tanam tumpang sari, akan terjadi persaingan
dalam menyerap unsur hara antar tanaman yang ditanam. Sebab, setiap tanaman
memiliki jumlah kebutuhan unsur hara yang berbeda-beda, sehingga tidak
menutup kemungkinan bahwa salah satu tanaman akan mengalami defisiensi
unsur hara akibat kekalahan bersaing dengan tanaman yang lainnya.
5. KESIMPULAN
Dari data hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa tanaman jagung yang
ditanam dengan pola tanam monokultur mengalami pertumbuhan yang lebih baik
daripada jagung yang ditumpangsarikan dengan kedelai. Hal ini dikarenakan pada
pola tanam monokultur tidak terjadi perebutan unsur hara atau nutrisi antar
tanaman yang ditanam.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Jagung Monokultur
Sampel
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Tanaman 6
Tanaman 7
Tanaman 8
Rata-rata
2 mst
10
8
9
8
6
10
6
9
8
Sampel
Tanaman 1
Tanaman 2
Tanaman 3
Tanaman 4
Tanaman 5
Tanaman 6
Tanaman 7
Tanaman 8
Rata-rata
DOKUMENTASI
Gambar
Keterangan
Penanaman Jagung
Jagung Monokultur
DAFTAR PUSTAKA
AAK. (1985). Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Kanisius.
AAK. (1993). Jagung. Yogyakarta: Kanisius.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. (2008).
Teknologi Budidaya Jagung. Departemen Pertanian: Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Basri, J. H. (1998). Dasar-dasar Agronomi. Jakarta: Rajawali.
Bernadinus, W. (2007). Media Tanam untuk Tanaman Hias. Jakarta: Agromedia.
Hartono, P. d. (2006). Bertanam Jagung Unggul. Jakarta: Penebar Sawadaya.
Karsono, S. (1995). Pengaruh tumpangsari kacang gude dengan jagung terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang gude. Risalah Seminar Hasil Penelitian
Tanaman Pangan Tahun. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan.
McNaughton, S. J. (1990). Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Mimbar, S. M. (1999, Juni). Penggunaan Asam Khlorida sebagai Stimulansia
untuk Meningkatkan Produksi Getah Pinus di RPH Selorejo, BKPH
Kepanjen, KPH Malang. Habitat. Vol. 10 (107).
Semeru. (1995). Hortikultura dan Aspek Budaya. Jakarta: UI Press.
Setjanata, S. (1983). Perkembangan Penerapan Pola Tanam dan Pola Usaha Tani
dalam Usaha Intensifikasi. Lokakarya Teknologi dan Dampak Penelitian
Pola Tanam dan Usahatani. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanam.
Sukmana, A. (2012). Peningkatan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Melalui
Penggunaan Pola Tanam Tumpangsari Pada Produksi Benih Kapas
(Gossypium sp). Surabaya : Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman
Perkebunan
Supriyatman, B. ( 2011). Introduksi Teknologi Tumpangsari Jagung dan Kacang
Tanah. Karya Ilmiah.
Sutanto, R. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan).
Yogyakarta: Kanisius.
Syakir, M. (2010). Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media.
Vincent, H. (1998). Agriculture and Fertilizer and Envisement. New York: CO.BI
Publishing.