2016
MODUL AKUNTANSI
FORENSIK DAN AUDIT
INVESTIGATIF
BAB XIII AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
DISUSUN OLEH
the
application
of
scientific
knowledge
to
legal
problems.
Mata
kuliah
Akuntansi
Forensik
dan
audit
investigatif
pemahaman,
dan
kemampuan
kepada
mahasiswa
Halaman |1
C. SASARAN BELAJAR
Adapun sasaran belajar yang ingin dicapai dalam modul ini yaitu
mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan memraktikkan konsep
akuntansi
forensik
dan
audit
investigatif,
khususnya
dalam
hal
D.URUTAN PENYAJIAN
Modul Akuntasi Forensik disusun dengan struktur sebagai berikut:
I
II
: Pendahuluan
III
: Materi Pembelajaran
IV
: Latihan
: Rangkuman
VI
: Tes Formatif
VII
: Daftar Pustaka
E. PETUNJUK BELAJAR
Disamping bahan pembelajaran berupamodul ini, mahasiswa diharapkan
dapat menggunakan materi bahan bacaan lain sebagai berikut:
1. Buku Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, karya Theodorus
Tuanakotta (2010).
2. Peraturan perundang-undangan.
3. Artikel-artikel terkait lainnya yang relevan dengan akuntansi
forensik dan audit investigatif.
Halaman |2
PENDAHULUAN
A. SASARAN PEMBELAJARAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup bahan modul ini adalah dibatasi pada pokok bahasan yang
terdapat dalam bab 13 Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, karya
Theodorus M. Tuanakotta (2010).
C. MANFAAT
Dengan mempelajari modul ini, memudahkan pembaca dalam memahami dan
menjelaskan tentang Audit Investigatif dengan Teknik Audit.
D.URUTAN PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Definisi
Kunci keberhasilan
Memeriksa fisik dan mengamati
Meminta informasi dan konfirmasi
Memeriksa dokumen audit
Riviu analitikal
Menghitung kembali
Halaman |3
BAB II
AUDIT INVESTIGATIF DENGAN TEKNIK AUDIT
A. DEFINISI
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran
penyajian laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah
bukti audit. Ada tujuh teknik, yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa
Indonesia, dengan jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa
Inggris), yakni:
1.
2.
3.
4.
5.
auditee)
6. Menghitung Kembali (reperformance)
7. Mengamati (observation)
Kalau teknik-teknik audit itu diterapkan dalam audit umum, maka bukti
audit
yang
berhasil
dihimpun
akan
mendukung
pendapat
auditor
B. KUNCI KEBERHASILAN
Kunci Keberhasilan dari semua teknik audit investigative adalah sebagai berikut:
1. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigative.
2. Kuasal dengan baik teknik-teknik audit investigative. Penguasaan yang baik akan
memungkinkan investigator menerapkan teknik yang tepat untuk menyelesaikan
persoalan yang kita identifikasi.
3. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun tekniknya tepat, apabila
pelaksanaannya tidak cermat, hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Halaman |4
4. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang kita pilih.
Halaman |5
cara lain. Permintaan informasi sangat penting, dan juga merupakan prosedur yang normal
dalam suatu investigatif.
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diinvestigasi) untuk menegaskan
kebenaran atau tidak keebenaran suatu informasi. Dalam audit, teknik ini umumnya
diterapkan untuk mendapat kepastian mengenai saldo utang-piutang. Tapi sebenarnya ia
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, keuangan maupun non keuangan.
Dalam audit investigative kita harus memperhatikan apakah pihak ketiga mempunyai
kepentingan dalam audit investigative. Dalam kasus tender pengadaan barang, permintaan
konfirmasi dari penyuplai yang cenderung melindungi pejabat, perlu diperkuat.
E. MEMERIKSA DOKUMEN
Teknik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tak ada investigasi tanpa pemeriksaan
dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi luas, termasuk
informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan secara elektronis/digital.
F. REVIU ANALITIKAL
Dalam reviu analitikal yang penting bukannya perangkat lunaknya, tetapi semangatnya,
Pada dasarnya seorang invvestigator secara intuitif terobsesi dengan sesuatu yang
melenceng dan bahwa something must be wrong because it appears so. Karena itu ia
memerlukan patokan atau benchmark untuk membandingkannya dengan apa yang
dihadapinya. Patokan inilah yang dirumuskan Stringer dan Stewart sebagai results that may
reasonably be expected.
Misalnya kita sedang menginvestigasi suatu bank yang berkewajiban memungut pajak
penghasilan atas bunga yang diperoleh nasabahnya. Apakah bank menyetorkan pajak
penghasilan ini sesuai ketentuan, baik dalam jumlah maupun waktu penyetoran? Apakah
investigasi ini harus dimulai di cabang-cabang atau kantor-kantor perwakilan? Menurut reviu
analitikal, tidak.
Kita mulai dengan mencocokkan angka-angka agregat. Pertama, kita tentukan jumlah pajak
penghasilan yang sudah disetorkan untuk bank secara keseluruhan (Kantor Pusat dan
Cabang-cabang), menurut pembukuan bank itu. Selanjutnya, ini adalah hasil perkalian antar
tarif pajak (misal 10 %) dengan jumlah bunga yang dibayarkan bank itu kepada kepada para
nasabahnya. Perbedaan antara data A dengan data B bisa merupakan perbedaan waktu
(timming difference) saja. Yakni, perbedaan antara saat memotong dan saat menyetor pajak
penghasilan. Timming difference ini juga mudah dialokasi.
Halaman |6
Tetapi mungkin juga ada perbedaan yang bersifat tetap (permanent difference) misalnya
dalam hal deposan dalam negeri yang mendapat pembebasan pajak penghasilan dan
deposan di cabang-cabang luar negeri dimana bank tidak berkewajiban memungut pajak
penghasilannya. Perbedaan ini mudah diketahui karena umumnya jumlah deposan dalam
negeri yang dibebaskan, tidak banyak. Sedangkan untuk deposan di cabang-cabang diluar
negeri, kita mengabaikan seluruh data bunga luar negeri (bagian dari data B semula).
Kedua, a form of deductive reasoning. Di sinin kita membuat deduksi dari data agregat, data
global, data menyeluruh, yang dalam hal ini adalah data A dan data B. Deduksi ini berkenaan
dengan the proprierty of the individual details. Individual details disini adalah pemungutan
dan penyetoran pajak penghasilan oleh bank secara transaksi demi transaksi, cabang demi
cabang, atau mungkin per pejabat bank sesuai dengan kewenangannya. Kita think
ananlytical first, dan tidak langsung terjun dan menyibukkan diri dengan detailed substantive
test.
G.MENGHITUNG KEMBALI
Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mencek kebenaran perhitungan (kali, bagi,
tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat lazim dalam audit. Biasanya tugas
ini diberikan kepada seseorang yang baru mulai bekerja sebagai auditor; seorang junior
auditor di kantor akuntan.
Dalam investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat kompleks, didasarkan atas
kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah terjadi perubahan dan renegoisasi
berkali-kali dengan pejabat(atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau
disupervisi oleh investigator yang berpengalaman.
Beberapa contoh penghitungan kembali semacam itu yang berpotensi triliunan rupiah:
1. Kasus penyelesaian kewajiban pemegang saham menurut Keputusan Menteri
Keuangan nomor 151/KMK.01/2006 tanggal 16 Maret 2006 mensyaratkan
penetapan jumlah kewajiban berdasarkan data terakhir.
2. Perhitungan cost recovery oleh kontraktor bagi hasil (Production Sharing
Contractor). Cost recovery ini sangat besar jumlahnya. Kalau tidak dihitung kembali
oleh counterpart PSC atau lembaga pemeriksa independen, cost recovery rawan
penyalahgunaan.
Halaman |7
LATIHAN
Halaman |8
RANGKUMAN
Kata investigasi dalam akuntansi forensik umumnya berati audit investigasi atau
investigatif. Karena itu secara alamiah, diantara beberapa teknik investigasi ada
teknik-teknik yang berasal dari teknik-teknik audit
Banyak auditor yang sudah berpengalamanpun, merasa ragu untuk terjun dalam
bidang investigasi. Padahal tekni-teknik audit yang mereka kuasai, memadai untuk
dipergunakan dalam audit investigasi.
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian
laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Ada tujuh
teknik yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan jenis bukti
auditnya dalam kurung (kata benda bahsa inggris), yaitu :
1. Memeriksa fisik (physical examination)
Memeriksa fisik atau (physical examination) diartikan sebagai perhitungan uang
tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing) , kertas berharga,
persediaan barang, aktiva tetap, dan barang berwujud lainnya.
Mengamati sering diarikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk mengetahui
sesuatu. Jika kita lakukan kunjungan pabrik, kita melihat luasnya pabrik, peralatan
yang ada, kegiatan yang dilakukan dan beragamnya tenaga kerja.
2. Meminta Informasi dan konfirmasi (cconfirmation)
Meminta Informasi dan konfirmasi baik lisan maupun tertulis kepada auditan,
merupaka prosedur yang biasa dilakukan auditor. Pertanyaannya, apakah dalam
incestigasi hal itu perlu dilakukan? Apakah sebaiknya kita tidak meminta informasi,
supaya yang diperiksa tidak mengetahui apa yang kita cari? Yang bersangkutan
juga mempunyai kepentingan dan peluang untuk berbohong
Permintaan informasi harus dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasikan dengan
informasi dari sumber lain atau diperluas dengan cara lain, sedangkan meminta
konfirmasi adalah meminta pihak lain untuk menegaskan kenenaran atau tidak
kebenaran suatu informasi
3. Memeriksa dokumen (dokumentation)
Teknik ini tidak memerlukan pembahasan khusus. Tidak ada investigasi tanpa
pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan kemajuan teknologi, definisi dokumen
menjadi luas, termasuk informasi yang diolah, disimpan dan dipindahkan secara
elektronik
4. Mereview analitikal (analitic review)
Halaman |9
investigatif,
perhitungan
yang
dihadapi
umumnyasangat
kompleks,
didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumt, mungkin sudah terjadi perubahan
dab rebnegoisasi berkalikali degan pejabat (atau kabinet) yang berbeda. Perhitungan
ini dilakuka atau disurvisi oleh investigator yang berpengalaman.
H a l a m a n | 10
TES FORMATIF
H a l a m a n | 11
Cocokkan jawaban di atas dengan kunci jawaban tes formatif yang ada
dibawah. Ukurlah tingkat penguasaan materi kegiatan belajar anda. Bila
tingkat
penguasan
dirasa
cukup,
silahkan
melanjutkan
ke
materi
masih kurang,
H a l a m a n | 12
1. Ada tujuh tehnik, yang dirinci dalam bentuk kata kerja bahasa Indonesia, dengan
jenis bukti auditnya dalam kurung (kata benda bahasa Inggris), yakni:
a. Memeriksa fisik (physical examination)
b. Meminta konfirmasi (confirmation)
c. Memeriksa dokumen (documentation)
d. Reviu analitikal (analytic review atau analytical review)
e. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditan (inquiries of the auditee)
f. Menghitung Kembali (reperformance)
g. Mengamati (observation)
2. Kunci Keberhasilan dari semua teknik audit investigative adalah sebagai berikut:
a. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diaudit
investigative.
b. Kuasal dengan baik teknik-teknik audit investigative. Penguasaan yang baik akan
memungkinkan investigator menerapkan teknik yang tepat untuk menyelesaikan
persoalan yang kita identifikasi.
c. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih. Biarpun tekniknya tepat, apabila
pelaksanaannya tidak cermat, hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
d. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang kita pilih.
1.
H a l a m a n | 13
DAFTAR PUSTAKA
H a l a m a n | 14