Laptut SKEN 6 Blok 12
Laptut SKEN 6 Blok 12
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan
menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Hadian Rahman
sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini.
Kami
juga
mengucapkan
terima
yang ikut
Penyusun
24
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . 1
Daftar Isi .. 2
BAB I : PENDAHULUAN.... 3
1.1. Skenario... 3
1.2. Learning Objective (LO)... . 3
1.3. Mind Map 4
BAB II : PEMBAHASAN ... 5
BAB III : PENUTUP 23
Daftar Pustaka... 24
24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. SKENARIO 6
Dyspnea
A 65 year old man comes to the emergency room with difficulty of breathing. The
symptom was felt by him since 3 days ago and getting worse, difficulty of
breathing accompanied by cough with yellowish sputum production. The patient
has experienced dyspnea during hard activities for 7 years, and it was getting
worse so that he hadnt been able to work since the last 5 years. He has been
smoking 2 packs of cigarette per day since the last 40 years. On examination,
his body weight is 46 Kg, and his height is 162 cm. His blood pressure is
160/100 mmHg, pulse
37.8oC. The lips looks cyanotic, there are intercostals retraction and contraction of
accessory respiratory muscles. Hyperresonant percussion in both lungs.
Auscultation of the chest reveals widespread expiratory wheeze and inspiratory
coarse crackles.
24
Laki-laki, 65
thn
IGD
Kesulitan
bernafas sejak
3 hari yang lalu
dan semakin
memberat
Anamnesis
Tambahan,
Pemeriksaan fisik
lanjutan dan
pemeriksaan
penunjang yang
Asma,
Bronkiektasis,
Tuberkulosis
PPOK
Penegakan
diagnosis
DD
Diagnosis
Kerja
Penatalaksan
aan dan
pencegahan
24
Sesak disertai
batuk dengan
produksi sputum
produktif
Riwayat penyakit
dahulu : sesak
saat aktivitas 7
tahun yg lalu dan
tidak bisa bekerja
5 tahun terakhir,
merokok 2
bungkus perhari
selama 40 tahun
Px Fisik : BB 46 kg,
TB 162 cm, bibir
sianosis, retraksi
interkostal,
kontraksi otot
bantu pernapasan,
perkusi hipersonor
pada kedua paru,
asukultasi : mengi
VS : RR 36x/mnt,
Nadi 105x/mnt, TD
160/100 mmHg, T
37,8oC
BAB II
PEMBAHASAN
24
PPOK sebagai penyebab kematian ke-6 pada tahun 1990 dan akan
meningkat menjadi penyebab terbesar ke-3 pada tahun 2020 di seluruh
dunia.
2.1.2. Etiologi
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab paling umum dari
eksaserbasi PPOK. Namun, polusi udara, gagal jantung, emboli pulmonal,
infeksi nonpulmonal, dan pneumothorax dapat memicu eksaserbasi akut.
Terdapat bukti yang menunjukkan bahwa setidaknya 80% dari PPOK
eksaserbasi disebabkan oleh infeksi. Infeksi tersebut 40-50% disebabkan
oleh bakteri, 30% oleh virus, dan 5-10% karena bakteri atipikal. Infeksi
bersamaan oleh lebih dari satu patogen menular tampaknya terjadi dalam
10 sampai 20% pasien. Meskipun ada data epidemiologis menunjukkan
bahwa peningkatan polusi yang berkaitan dengan peningkatan ringan pada
eksaserbasi PPOK dan perawatan di rumah sakit, mekanisme yang terlibat
sebagian besar tidak diketahui. Emboli pulmonal juga dapat menyebabkan
eksaserbasi PPOK akut, dan, dalam satu penelitian terbaru, emboli
pulmonal sebesar 8,9% menunjukkan pasien rawat inap dengan eksaserbasi
PPOK.
Faktor risiko penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah hal-hal
yang berhubungan dan atau yang mempengaruhi atau menyebabkan
terjadinya PPOK pada seseorang atau kelompok tertentu. Faktor risiko
tersebut meliputi :
a. Kebiasaan merokok, merupakan satu-satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari factor penyebab yang lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan:
1. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
2. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu
perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan
lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
24
dapat
diatasi
dengan
antiprotease
endogen
namun
24
24
24
60 tahun
Faktor-faktor yang tidak
akibat merokok)
50 tahun
Faktor-faktor yang tidak
diketahui
diketahui
Predisposisi genetik
Merokok
Merokok
Polusi udara
Sputum
Dispnea
Rasio V/Q
Polusi udara
Sedikit
Relatif dini
Ketidakseimbangan V/Q
Cuaca
Banyak sekali
Reltif lambat
Ketidakseimbangan V/Q
Bentuk tubuh
Diameter AP dada
Patologi anatomi paru
minimal
Kurus dan ramping
Sering berbentuk tong
Empfisema panlobular
nyata
Gizi cukup
Tidak bertambah
Emfisema sentrilobular
banyak ditemukan
Hilangnya dorongan
pernapasan
sewaktu istirahat
Pola pernapasan
hiperkapnea
FEV1 rendah
PaCO2
sedang
Meningkat (50-60 mmHg)
PaO2
SaO2
mmHg)
65-75 mmHg
Normal
45-60 mmHg
Desaturasi tinggi karena
Hematokrit
Polisitemia
35 - 45%
Hb dan Htc normal sampai
ketidakseimbangan V/Q
50 - 55 %
Sering terjadi peningkatan
Sianosis
Kor pulmonale
tahap akhir
Jarang
Jarang, kecuali tahap akhir
Hb dan Htc
Sering
Sering, disertai banyak
Volume paru
serangan
2.1.6. Gejala
24
Tiga gejala klinis yang paling sering timbul pada pasien PPOK yang
dalam hal ini adalah bronchitis kronis adalah batuk, produksi sputum,dan
sesak napas/ dyspnea.
Gejala
Batuk
Keterangan
mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama
batuk makin berat, timbul siang hari maupun malam hari,
Produksi sputum
Sesak nafas
2.1.7. Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala,
gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan jelas dan tanda inflasi paru. Diagnosis PPOK di tegakkan
berdasarkan :
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
- Keluhan
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisik
B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
A. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan.
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja.
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga.
24
sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
24
24
24
Mengurangi gejala
Global
24
24
penggunaan
dapat
sebagai
monitor
timbulnya
24
Kuinolon
Makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit dapat dipilih:
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
4) Mukolitik
Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai pengobatan
simptomatik bila terdapat dahak yang lengket dan kental. Hanya
diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan
sputum yang viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis
kronik, tetapi tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.
5) Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu.
Penggunaan secara rutin merupakan kontraindikasi.
b. Pengobatan Penunjang
1) Rehabilitasi
a) Edukasi
b) Berhenti merokok
c) Latihan fisik dan respirasi
d) Nutrisi
2) Terapi oksigen
Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada penggunaan jangka
panjang atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati-hati
dapat menyebabkan hiperkapnia dan memperburuk keadaan.
Penggunaan jangka panjang pada PPOK stabil derajat berat dapat
memeperbaiki kualitas hidup.
Manfaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktivitas
24
24
2.1.2. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
1. Gagal napas
a) Gagal napas kronik
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60
mmHg, dan pH normal, penatalaksanaan:
Jaga keseimbangan PO2 dan PCO2
Bronkodilator adekuat
Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau
waktu tidur
Antioksi
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing
b) Gagal napas akut pada gagal napas kronik
Sesak napas dengan atau tanpa sianosis
Sputum bertambah dan purulen
Demam
Kesadaran menurun
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonale
Infeksi berulang Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi
24
berulang. Pada kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limposit darah. Kor pulmonal ditandai oleh P
pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal jantung kanan
2.1.3. Prognosis
Bila
sudah
terdapat
hipoksemia,
prognosis
biasanya
kurang
24
DAFTAR PUSTAKA
Seventeenth
24