SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
LEO RIZKY
6101408271
SARI
Leo Rizky. 2013. Pengembangan Pembelajaran Lempar Lembing Menggunakan
Media Roket Pada Siswa Kelas IX SMP N 2 Pemalang Tahun Pelajaran
2012/2013.Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Rumini, S.Pd., M.Pd, Ipang
Setiawan, S.Pd., M.Pd
Kata Kunci: Pengembangan pembelajaran, lempar lembing, media roket.
Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran
penjasorkes di sekolah antara lain, terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran
yang tersedia di sekolah, kekurangan dana untuk menyelenggarakan program
yang akan menghasilkan perubahan bermakna, hasil belajar yang diharapkan.
Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara signifikan
terhadap proses pembelajaran penjasorkes, dari permasalahan diatas dapat ditarik
rumusan masalah : bagaimana mengembangkan pembelajaran penjasorkes
menggunakan media roket pada pembelajaran lempar lembing siswa kelas IX
SMP N 2 Pemalang. Tujuan penelitian ini adalah menghasilan media
pembelajaran roket pada kelas IX SMP N 2 Pemalang dalam meningkatkan
pembelajaran penjasorkes.
Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang mengacu pada
model pengembangan dari Suharsimi Arikunto. (1) melakukan analisis produk
yang akan dikembangkan dari hasil observasi lapangan dan kajian pustaka, (2)
mengembangkan bentuk produk awal, (3) evaluasi ahli yaitu menggunakan satu
ahli penjas dan satu ahli pembelajaran penjas SMP, serta uji coba skala kecil (10
siswa), menggunakan angket kuesioner kemudian dianalisis, (4) revisi produk
awal, (5) uji coba skala besar (32 siswa), (6) revisi produk akhir setelah
melakukan uji coba lapangan skala besar, (7) hasil akhir media roket bagi siswa
SMP kelas IX F yang dihasilkan melalui revisi uji coba lapangan skala besar.
Instrumen yang digunakan adalah angket kuesioner. Teknik analisis data adalah
deskriptif persentase.
Kesimpulan penelitian ini adalah hasil penilaian dari para ahli yaitu, ahli
Penjas 92% (sangat baik) dan ahli pembelajaran 98% (sangat baik), dari uji coba
skala luas didapat hasil kuesioner rata-rata persentase pilihan jawaban sebesar 90
% (sangat baik). Hasil belajar kognitif siswa sebesar 88%. Dari data yang ada
dapat dikatakan bahwa media pengembangan roket ini efektif untuk siswa kelas
IX F SMP N 2 Pemalang. Saran: 1) media roket ini dapat menjadi alternatif
penyampaian materi, 2) media roket dapat digunakan untuk mencapai tujuan
penjasorkes, 3) penggunaan media ini harus memperhatikan faktor keamanan dan
keselamatan siswa terutama bagi siswa yang bermain.
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi ini hasil karya saya sendiri. Apabila pernyataan saya ini tidak benar
saya bersedia menerima sangsi akademik dari Universitas Negeri Semarang dan
sanksi hukum sesuai yang berlaku di wilayah negara Republik Indonesia.
Leo Rizky
NIM. 6101408271
iii
PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diujikan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Nama
: Leo Rizky
NIM
: 6101408271
Judul
Pada Hari
Tanggal
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang
iv
PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Danu Utomo
dan Ibu Sugirah, yang senantiasa memberikan
doa, nasehat, dukungan dan kasih sayangnya.
2. Kakak saya, Henry Sasongko dan Shita
Anggraini yang saya cintai.
3. Teman-teman saya yang memberikan bantuan.
4. Orang yang selalu sayang dan mencintai saya.
5. Almamater FIK Unnes.
vi
KATA PENGANTAR
Syukur Alkhamdulillah berkat rahmat serta hidayah Allah SWT penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Pembelajaran Lempar
Lembing Menggunakan Media Roket pada Siswa Kelas IX SMP N 2 Pemalang
Tahun Pelajaran 2012/2013. Dengan demikian juga penulis dapat menyelesaikan
studi program Sarjana di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis mengucapkan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1.
2.
3.
4.
Rumini, S.Pd., M.Pd selaku Dosen pembimbing pertama yang telah sabar
memberikan dorongan, motivasi dan bimbingannya dalam penulisan skripsi
ini.
vii
5.
Ipang Setiawan, S.Pd., M.Pd selaku Dosen pembimbing kedua yang telah
sabar memberikan dorongan, motivasi dan bimbingannya dalam penulisan
skripsi ini.
6.
Bapak dan Ibu Dosen dan staf jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, yang
telah memberikan bekal ilmu dan bantuannya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7.
8.
Kedua orang tua dan kedua kakak yang saya sayangi, yang senantiasa
memberikan doa, dukungan dan kasih sayangnya.
9.
Teman-teman PJKR FIK UNNES angkatan 2008 atas kerjasama dan yang
telah memberikan dukungan selama ini. Semoga tali silaturahmi kita tetap
terjaga selamanya.
10. Wulandari yang telah selalu setia menemani dan semua teman-teman saya
atas dukungan yang diberikan selama ini.
11. Semua saudara-saudaraku dari keluarga besar bapak dan ibu atas doa dan
dukungannya.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi
semua pihak.
Semarang,
Maret 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
ABSTRAK .......................................................................................................
ii
PERNYATAAN...............................................................................................
iii
PERSETUJUAN ..............................................................................................
iv
PENGESAHAN ...............................................................................................
vi
vii
ix
xiii
xiv
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
Permasalahan ..............................................................................
1.3
1.4
1.5
10
10
ix
14
14
16
18
18
18
19
20
21
21
22
23
24
27
29
30
32
32
32
32
33
33
34
34
34
34
35
35
35
37
40
40
40
41
45
46
47
49
49
49
xi
50
52
53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
jasmani yang
dilakukan dan menjalani pola hidup sehat di sepanjang hayatnya. Tujuan ini
tercapai jika melalui penyediaan pengalaman langsung dan nyata berupa aktivitas
jasmani. Aktivitas Jasmani itu dapat berupa permainan atau olahraga yang
terpilih. Penjasorkes merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas
jasmani dan direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan
individu secara organik, neuromuscular, perseptual, kognitif, social, dan
emosional. (Adang Suherman 2000:22).
Pendidikan Jasmani, Olahraga,dan Kesehatan bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan
dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai
aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
2) Meningkatkan pertumbuhan fisik pengembangan psikis yang lebih baik.
3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai
yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
jasmani
merupakan dasar alami bagi manusia untuk belajar dalam upaya mengenal dunia
dan dirinya. Struktur belajar dalam pendidikan jasmani berkaitan dengan
bagaimana siswa belajar mencapai tujuan pendidikan melalui medium akivitas
fisik. Tujuan ideal program pendidikan jasmani bersifat menyeluruh, sebab
mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup
aspek intelektual, emosional, sosial, dan moral dengan maksud kelak anak muda
itu menjadi seseorang yang percaya diri, berdisiplin, sehat, bugar dan hidup
bahagia (Rusli Lutan: 2001:43).
Atletik merupakan salah satu cabang olahraga yang tertua, yang telah
dilakukan manusia sejak jaman purba sampai dewasa ini. Bahkan boleh dikatakan
sejak adanya manusia di muka bumi ini atletik sudah ada, karena gerakan-gerakan
yang terdapat dalam cabang olahraga atletik, seperti berjalan, berlari, melompat
dan melempar adalah gerakan yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya
sehari-hari. Atletik adalah suatu cabang olahraga, bahkan disebut sebagai mother
of sport atau ibu dari cabang-cabang olahraga lainnya (Aip Syarifudin 1992:1),
yang sudah diajarkan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dengan
demikian cabang olahraga atletik sudah sangat tidak asing lagi bagi para khalayak
yang pernah mengenyam pendidikan. Dalam atletik terdapat bemacam-macam
nomor yaitu jalan, lari, lempar dan lompat.
Lempar adalah salah satu nomor yang terdapat dalam cabang olahraga
atletik yang selalu diperlombakan. Baik didalam penyelenggaraan pesta-pesta
olahraga yang bersifat nasional dan internasional maupun dalam kejuaraan atletik
sendiri. Dalam cabang olahraga atletik, istilah yang digunakan untuk setiap bagian
dari cabang olahraga tersebut adalah Nomor, yaitu : nomor jalan dan lari, nomor
lompat, dan nomor lempar. Lempar atau melempar bagi anak-anak merupakan
salah satu dari akifitas pengembangan kemampuan daya geraknya, yaitu untuk
bertindak melakukan suatu bentuk gerakan dengan anggota badannya secara lebih
terampil
(manipulasi),
atau
sering juga
dikatakan
dengan
ketrampilan
sama seperti halnya tolak peluru. Lempar lembing diikutsertakan dalam peserta
Olimpiade sejak tahun 1908 sebagai nomor perorangan untuk putra dan putri.
(Aip Syarifuddin 1992:18).
Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran
penjasorkes di sekolah antara lain, terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran
yang tersedia di sekolah, kekurangan dana untuk menyelenggarakan program
yang akan menghasilkan perubahan bermakna, hasil belajar yang diharapkan.
Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara signifikan
terhadap proses pembelajaran penjasorkes, karena kurang didukung oleh tingkat
kemampuan, kreativitas dan inovasi para guru Penjasorkes selaku pelaksana
khususnya dalam pengembangan model pembelajaran. Dampak dari itu secara
tidak disadari akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan
penguasaan ketrampilan gerak peserta didik yang semestinya dapat dikembangkan
sesuai perkembangan gerak seusianya. Dengan demikian potensi peserta didik
akan tidak berkembang secara optimal pada masanya, dan pada akhirnya kurang
optimal pula dalam mendukung dan memberikan kontribusi bibit-bibit atlet
potensi yang dapat dikembangkan pada pembinaan prestasi olahraga kedepan.
Pengembangan media pembelajaran Penjasorkes merupakan salah satu
upaya membantu menyelesaikan permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana
pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan selama ini,
pengembangan model pembelajaran Penjasorkes yang dilakukan oleh para guru
Penjasorkes dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif, dengan
terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik
untuk lebih berpeluang mengeksploitasi gerak secara luas dan bebas, sesuai
tingkat kemampuan yang dimiliki. Dengan memodifikasi media pembelajaran
pendidikan jasmani tidak akan mengurangi aktivitas siswa dalam melakukan
pendidikan jasmani. Namun justru sebaliknya dengan memodifikasi pembelajaran
dan pendekatan dalam bentuk permainan sebagai contohnya, proses pembelajaran
pendidikan jasmani akan lebih menyenangkan. Guru dapat mengurangi atau
menambah tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara
memodifikasi peralatan yang digunakan untuk melakukan skill itu. Misalnya,
berat-ringannya, besar-kecilnya, tinggi-rendahnya, panjang-pendeknya peralatan
yang digunakan. (Rusli Lutan 2001:32) menyatakan bahwa Modifikasi dalam
mata pelajaran pendidikan jasmani diperlukan, meningkatkan kemungkinan
keberhasilan dalam berpartisipasi dan dapat melakukan pola gerak secara benar.
Hasil observasi dan wawancara salah satu guru mata pelajaran
pendidikan jasmani di SMP N 2 Pemalang menunjukan bahwa media yang
digunakan untuk mengajar pembelajaran lempar lembing yaitu menggunakan
lembing bambu. Pada saat kegiatan belajar mengajar lempar lembing guru tidak
melakukan modifikasi media tetapi menggunakan lembing bambu pada saat
pemberian materi dan evaluasi lempar lembing. Hal ini disebabkan karena
lembing mempunyai nilai ekonomis yang rendah sehingga media yang digunakan
masih terbatas, yaitu berjumlah 4 buah lembing bambu sedangkan setiap kelas
berjumlah 32 anak.
1.2 Permasalahan
Penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah Menengah Pertama
belum dikemas sebagaimana mestinya, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik, baik dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Guru sering menggunakan pembelajaran Lempar Lembing sesungguhnya tanpa
adanya modifikasi atau variasi, kelemahannya adalah anak cenderung pasif.
Setelah mencermati latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji
peneliti adalah : Bagaimana mengembangkan
pembelajaran penjasorkes
pertimbangan
untuk
penelitian
pengembangan
media
Pemecahan Masalah
Pengembangan media pembelajaran lempar lembing melalui media roket
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
meningkatkan individu
secara
organik,
neuromuscular,
keterampilan
pengelolaan
diri
dalam
upaya
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui in ternalisasi nilainilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani,olahraga dan
kesehatan.
5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab,
kerjasama, percaya diri dan demokratis.
6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri
orang lain dan lingkungan.
7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang
bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang
sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap
yang positif. (Depdknas 2006)
2.2 Media Pembelajaran penjas
Media adalah kata jamak dari medium, berasal dari bahasa latin yang
berarti perantara atau pengantar. Media sering juga disebut sebagai perangkat
lunak yang bukan saja memuat pesan atau bahan ajar yang untuk disalurkan
melalui alat tertentu tetapi juga dapat merangsang pikiran, perasaan, kemauan
sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dengan
demikian media media harus digunakan secara kreatif dalam arti guru harus
menyiapkan dan merancang dengan tepat agar memungkinkan siswa belajar lebih
banyak, mencamkan lebih baik apa yang dipelajari dan meningkatkan performa
mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Disinilah guru dituntut lebih
hati-hati dalam memilih dan menetapkan media yang tepat. Proses pembelajaran
pada hakekatnya adalah proses komunikasi. Pengalaman menunjukkan bahwa
Atletik yang sering disebut sebagai Mother Of sport yang terdiri dari
nomor jalan, lari, lompat, dan lempar yang menjadi inti dari semua cabang
olahraga, gerakan-gerakannya yang ada di semua cabang olahraga didasari
biomotor yang dimiliki oleh atletik. Olahraga atletik merupakan salah satu cabang
olahraga yang penting dalam pelaksanaan olimpiade modern. Cabang atletik
dilaksanakan disemua negara, karena nilai-nilai pendidikan yang terkandung
didalamnya, memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan
kondisi fisik, sering pula menjadi dasar pokok untuk pengembangan atau
peningkatan prestasi yang optimal bagi cabang olahraga lain dan bahkan dapat
diperhitungkan sebagai suatu ukuran kemajuan suatu negara (Khomsin 2005:3).
Nomor-nomor yang ada dalam cabang atletik secara garis besar dapat
dijadikan menjadi tiga bagian, yaitu : nomor lari dan jalan, nomor lompat, dan
nomor lempar (Aip syarifudin 1992:9), masing-masing nomor dapat diperinci lagi
sebagai berikut ; 1) Nomor lari dan jalan, nomor jalan dalam perlombaan atletik
dinamakan nomor jalan cepat. Jalan cepat dalam perlombaan atletik adalah suatu
bentuk gerakan jalan yang dilakukan secepat mungkin dengan ketentuan pada saat
melangkahkan kaki, salah satu harus selalu kontak dengan tanah, nomor lari
terdiri atas : lari jarak pendek, lari jarak menengah, lari jarak jauh dan halang
rintang. 2) Nomor lompat, nomor lompat yang diperlombakan dalam event
nasional maupun internasional terdiri dari : lompat jauh, lompat tinggi, lompat
jangkit, dan lompat tinggi galah. 3) Nomor lempar yang diperlombakan bersifat
internasional maupun nasional terdiri dari : tolak peluru, lempar lembing, lempar
cakram dan lomtar martil.
lemparan/tolakan
terhadap
udara
harus
sekecil
mungkin,
6)
Gerakan
bentuk gerakan melempar suatu alat yang berbentuk panjang dan bulat dengan
berat tertentu yang terbuat dari kayu, bambu, atau metal (untuk perlombaan) yang
dilakukan dengan satu tangan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya, sesuai
dengan peraturan yang berlaku (Aip Syarifudin 1992:159).
Konstruksi lembing terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1) Mata lembing, 2)
Badan lembing, 3) Tali pegangan lembing. Dengan melihat konstruksi lembing
tersebut maka banyak teknik yang harus diketahui dan dikuasai oleh seorang atlet
lempar lembing yang ingin berprestasi maksimal antar lain : (a) Cara memegang
lembing (b) Awalan dalam melempar lembing (c) Sikap irama langkah (d)
Gerakan pelepasan dan badan setelah melempar lembing.
2.4 Teknik Dasar Lempar Lembing
2.4.1 Teknik Pegangan Lembing
Telah dikemukakan di atas, bahwa kontruksi lembing terdiri dari tiga
bagian yang diantaranya terdapat tali pegangan lembing, yaitu tali yang dilitkan di
tengah-tengah badan lembing yang lebarnya untuk putra 150 mm sampai 160 mm,
dan untuk putri 140 mm sampai 150 mm (Aip Syarifuddin 1992:160). Selain dari
faktor dari power dan kekuatan otot, tehnik peganagan lembing yang baik akan
berpengaruh kepada jauhnya lemparan. Dalam lempar lembing ada tiga macam
pegangan (grip) lembing yaitu :
1) Cara Finlandia
Dalam pegangan ini ibu jari dan jari tengah, ibu jari dan ruas jari
tengah ada di belakang ikatan, sedang jari telunjuk memanjang badan lembing.
Pegangan ini paling umum digunakan oleh atlet-atlet lempar lembing, karena
Gambar 1
Grip/pegangan lembing cara finlandia
(sumber:IAAF 2001:2)
2) Cara Amerika
Dalam pegangan cara Amerika ini ibu jari dan telunjuk ada di belakang
tali ikatan lembing, jari-jari yang lain ada di tali ikatan. Pegangan semacam ini
dapat mengarah kesalah alur selama lembing dilemparkan. Seperti tampak pada
gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2
Pegangan/grip cara Amerika
(Sumber : IAAF 2001:2)
3) Cara tang/V
Dalam pegangan V atau cengkraman atau tang, lembing dipegang
diantara ibu jari telunjuk dari jari tengah. Pegangan ini membantu mencegah
terjadinya cedera siku karena ini mencegah sendi siku dari diluruskan berlebihan.
Ikatan tali yang tipis dapt juga menciptkan kesukaran dalam melempar lembing,
dan penting bagi semua variasi bahwa posisi tangan adalah relaks dan semua jarijari ada dalam kontak dengan tali ikatan lembing (lihat gambar 3) (IAAF 2001:2).
Gambar 3
Pegangan/grip lembing V
(Sumber : IAAF 2001:2)
Pegangan lembing yang digunakan dalam penelitian adalah pegangan
cara Finlandia, karena mudah digunakan dan pengontrolan lemparan yang baik.
Pegangan ini adalah pegangan yang umum digunakan oleh atlet Indonesia pada
umumnya.
2.4.2
ditentukan oleh tinggi, berat badan dan kekuatan maksimum. Kecuali dari power
dan kekuatan khusus lempar dari atlet sebagai hasil dari awalan yang
panjang/jauh. Berat lembing resmi yang ringan untuk lomba membutuhkan
kecepatan khusus yang luar biasa dan kekuatan lempar pada otot-otot ekstensor
kaki dan lengan dan utamanya pada otot-otot tubuh. Hal ini karena lembing itu
perlu diakselerasikan sampai 30-35m per detik. Kecepatan lari awalan yang
relative tinggi dan tambahan akselerasi irama lima langkah membutuhkan pada
suatu pihak suatu tingkat tinggi lari sprint dan kecepatan gerak dan juga
koordinasi yang luar biasa dalam merubah dari bagian gerakan a-siklus (sumber :
IAAF 2001:2). Lari awalan sepanjang 8-12 langkah sesuai kecakapannya dala lari
sprint, adalah seperti suatu lari akselerasi cepat dan harus dalam garis lurus.
Lembing itu dibawa setinggi kepala dengan mata lembing menuju sedikit
kebawah. Punggung tangan menghadap kearah luar.selama lari awalan lengan
lempar bergerak hanya sedikit sedangkan lengan yang bebas mengikuti irama lari
(IAAF:2001:140). Dalam awalan melempar lembing ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu :
Lembing dipegang horisontal/mendatar di atas bahu, bagian atas lembing
adalah setinggi kepala, lengan diupayakan tetap tenang stabil (tidak bergerak
kemuka atau ke belakang). Lari percepatan adalah relaks, terkontrol dan berima,
lari percepatan mencapai kecepatan optimum, yang adalah di pertahankan dalam
lari lima langkah.
Gambar 4
Phase lari ancang-ancang
(IAAF 2000)
Gambar 4
Phase lari ancang-ancang
(IAAF 2000:143)
Dalam even lempar lembing panjang minimum jalur ancang-ancang adalah 30 m
dan maximum 36,5 m. Apabila kondisi memungkinkan panjang minimum 33,5 m.
Jalur lempar ini ditandai dengan dua garis putih selebar 5 cm dan 4 m terpisah.
Garis lempar itu dibuat dari belakang suatu garis batas lengkungan dari sebuah
srikel yang dibuat dengan radius 8 m (suyono 2001:158).
2.4.3 Run up (awalan lari)
Menghadap ke arah lemparan, bahu dan pinggul lurus ke depan, lembing
mengarah ke arah lemparan, gerakan lembing ke belakang, tangan lurus, ujung
lembing diangkat ke sudut lintasan, bahu diangkat 90 derajat ke kanan.
2.4.4 Langkah Jingkat
Kaki kanan melangkah Jingkat di depan kaki kiri, memiringkan tubuh
dan membawa bahu dan tangan yang memegang lembing ke belakang.
Lemparan 5 langkah
Gambar. 5
Gambar 5
lemparan 5 langkah
2.4.5
Posisi melempar
Kaki kiri melangkah keluar dengan posisi melempar yang lebar dengan
kanan ditekuk pada lutut di putar ke samping luar, tubuh miring ke belakang,
tangan di luruskan sepenuhnya.
Gambar 6
Gambar 6
Posisi melempar
2.4.6
Lemparan
Lutut kanan diputar dengan kuat kearah lemparan, memaksa pinggul
bergerak kearah yang sama. Pinggul diikuti oleh dada, didorong kedepan dengan
paksa sehingga tubuh menjadi seperti busur. Tangan yang memegang lembing
ditarik ke depan pada kecepatan tinggi diatas bahu. Tubuh digerakkan keatas kaki
kiri yang lurus, dan lembing dilepaskan di depan kepala pelempar.
Standing lembing di depan.
Gambar. 7
Standing lembing di depan
Standing lembing di samping.
Standing gaya Jingkat.
2.4.7 Gerak lanjutan (follow through)
Setelah lembing dilepaskan, pelempar terus bergerak ke depan dengan
menempatkan kaki kanan di depan kaki kiri.
Gambar. 8
Gerak lanjutan (follow through)
memungkinkan
siwa
melakukan
kegiatan
yang
beragam
untuk
pembelajaran
konvensional.
Hanya
guru
yang
aktif
pembelajaran
tersebut.
Beberapa
kemungkinan
modifikasi
Lemparan dengan satu tangan (kiri atau kanan) atau dua tangan
bersamaan.
Lemparan lewat atas kepala ke arah depan atau belakang, satu atau dua
tangan.
Melempar dengan bola, roket, tongkat, batu, simpai, botol, busa, kayu,
dlsb.
atau termasuk jenis keterampilan asiklis. Urutan gerakannya dimulai dari sikap
awal, gerak awal, awalan, sampai sikap lempar dan gerak pemulihan. Untuk
mengembangkan gerak lempar, siswa diberikan tugas melakukan lemparan
dengan berbagai alat, arah/target, dan posisi (Adang Suherman:2000:93-94).
2.8 Karakteristik pembelajaran penjasorkes menggunakan media roket
pada pembelajaran lempar lembing.
Minimnya sarana dan prasarana olahraga yang tidak merata serta tidak
sesuainya dengan kondisi murid ini menuntut guru pendidikan jasmani lebih
kreatif. Guru harus bisa memodifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan sarana
dan prasarana olahraga seadanya yang tersedia di sekolah. Pengajaran dengan
menggunakan peralatan seadanya di sekolah atau alat buatan guru sendiri
dinamakan
pengajaran
dengan
pendekatan
modifikasi.
Cara-cara
guru
1
3
2
4
Gambar.9
Media roket
Pendidikan Jasmani.
Pengembangan media pembelajaran penjasorkes menggunakan media
roket merupakan salah satu upaya yang harus diwujudkan. pengembangan media
pembelajaran lempar lembing media roket diharapkan mampu membuat anak
lebih aktif bergerak dalam berbagai situasi dan kondisi yang menyenangkan,
ketika mengikuti pembelajaran lempar lembing.
BAB III
METODE PENGEMBANGAN
Penelitian
pengembangan
mengembangkan
pembelajaran
yang
dilakukan
dalam
penelitian
pengembangan
pembelajaran
29
4) Revisi produk pertama, berdasarkan dari hasil evaluasi ahli dan uji coba
kelompok kecil. Revisi ini digunakan untuk perbaikan terhadap produk
awal yang dibuat oleh peneliti.
5) Uji coba lapangan.
6) Revisi produk akhir yang dilakukan berdasarkan hasil uji coba lapangan.
7) Hasil
akhir
pengembangan
media
pembelajaran
penjasorkes
Prosedur Pengembangan
Prosedur pengembangan pada pembelajaran penjasorkes menggunakan
Analisis Kebutuhan
Kajian Pustaka
Kuesioner yang digunakan untuk ahli berupa sejumlah aspek yang harus
dinilai kelayakannya. Faktor yang digunakan dalam kuesioner berupa tingkat
kesesuaian produk dengan kompetensi dasar yang ada pada Kurikulum KTSP
Sekolah Menengah Pertama, ketepatan memilih bahan ajar, kesesuaian fasilitas
yang digunakan, ketepatan model dengan tingkat, karakteristik siswa usia Sekolah
Menengah Pertama, tingkat efektivitas penggunaan media pembelajaran media
roket, serta komentar dan saran umum jika ada. Rentangan evaluasi mulai dari
"kurang baik" sampai dengan " sangat baik" dengan cara memberi tanda ""
pada kolom yang tersedia.
(1) kurang baik
(2) Cukup baik
(3) Baik
(4) Sangat baik
Berikut adalah faktor, indikator dan jumlah kuesioner yang akan
digunakan pada kuesioner ahli:
Tabel 3.1 Faktor, Indikator, dan Jumlah Butir Kuesioner
No.
I
Faktor
Kualitas Model
Indikator
Juml
Positif
Negatif
Ya
Tidak
Indikator
Kognitif
Jml
10
3 Afektif
10
data yang berupa saran dan alasan memilih jawaban dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis kualitatif.
Dalam pengolahan data, persentase diperoleh dengan rumus dari
Sukirman,dkk.(2003), yaitu :
F=
X 100
Keterangan: %
F= Frekuensi relative/angka persentase
f= Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N= Jumlah seluruh data
100% = Konstanta
Klasifikasi
Makna
20,1 40 %
Kurang baik
Diperbaiki
40,1 70 %
Cukup baik
Digunakan (bersyarat)
70,1 90 %
Baik
Digunakan
90,1 100 %
Sangat baik
Digunakan
Data efektivitas produk pengembangan media roket ini adalah hasil belajar
kognitif siswa dengan kriteria ketuntasan klasikal minimal 85% pada KKM 75
melalui rumus:
Ketuntasan
klasikal
BAB IV
HASIL PENGEMBANGAN
secara berkelompok, kelompok dibagi menjadi empat atau lima barisan secara
berurutan. siswa dibariskan menghadap searah tidak saling berhadapan dan
diajarkan teknik lemparan yang benar dengan melempar ke arah depan. Lemparan
dilakukan bergantian dan berulang kali untuk melancarkan teknik lemparan.
Sesudah siswa melakukan lemparan dengan menggunakan media roket dengan
benar dan lancar, siswa diajarkan lemparan menggunakan lembing yang
sesungguhnya secara bergantian untuk mendapatkan hasil lemparan yang
diharapkan. Sesudah siswa melakukan lemparan dengan menggunakan lembing
yang sesungguhnya dengan benar, dilakukan evaluasi satu persatu.
4.1.2 Indikator media pengembangan media roket
a. Bersifat Menarik
Pengembangan media roket bersifat menarik karena media ini
merupakan jenis media yang belum pernah diterapkan di SMP N 2 Pemalang.
b. Bersifat Lebih Aman
Media pengembangan media roket bersifat lebih aman karena media ini
menggunakan alat yang sederhana dan tidak membahayakan siswa, batang media
menggunakan batang bulung dan dibuat silinder dengan panjang 30 cm dan berat
40
80 gram, bola yang digunakan menggunakan bola pingpong dan ekor yang
digunakan menggunakan mika plastik sedangkan media asli dari lembing terbuat
dari bambu yang ujungnya menggunakan besi sebagai mata lembingnya.
c. Bersifat Mudah
Media roket bersifat mudah karena media ini mudah gunakan dan mudah
dimainkan. Media roket oleh siswa putra maupun putri karena dengan bentuk
yang praktis dan ringan.
d. Bersifat Menyenangkan
Media roket bersifat menyenangkan karena dalam permainan ini tidak
ada peraturan resmi yang mengikat.
4.1.3
Uji coba skala kecil ini bertujuan untuk menjaring tanggapan siswa guna
mengetahui dan mengidentifikasi berbagai permasalahan seperti kelemahan,
kekurangan, ataupun keefektifan produk saat digunakan oleh siswa. Data yang
diperoleh dalam uji coba ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi
produk sebelum digunakan pada uji coba lapangan.
Berdasarkan data pada hasil kuesioner yang diisi siswa diperoleh persentase
tanggapan mengenai pengembangan media roket sesuai dengan aspek yang dinilai
sebesar 80%. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka pengembangan
media roket ini telah memenuhi kriteria baik, sehingga dapat digunakan untuk
siswa kelas IX F SMP N 2 Pemalang. Hal itu bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Berikut adalah gambar kegiatan uji coba skala kecil.
Gambar . 15
Uji coba skala kecil
Dari gambar.15 terlihat gambar yang dilingkari adalah posisi bola terlepas
dari media hal ini menunjukkan bahwa pemasangan media roket pada uji coba
skala kecil belum cukup kuat sehingga pada saat digunakan oleh siswa, bola
terlepas dari media dan jatuh ke tanah. Hal ini disebabkan karena pemasangan
media roket tidak menggunakan lem, hanya menggunakan baut sehingga perlu
penambahan lem pada baut saat pemasangan bola pada media atau batang bulung.
Setelah revisi dilakukan kemudian media siap digunakan pada uji coba skala
luas/lapangan pada siswa kelas IX F SMP N 2 Pemalang.
4.2 Hasil Analisis Data Uji Coba I
Produk awal pengembangan media roket bagi siswa SMP N 2 Pemalang
sebelum diuji cobakan terlebih dahulu dilakukan validasi oleh ahli yang sesuai
dengan bidang penelitian ini. Untuk memvalidasi produk yang sedang
dikembangkan, peneliti melibatkan ahli pembelajaran penjas lempar lembing,
yaitu Agus Widodo, S.Pd, M.Pd selaku dosen FIK dan
Penjasorkes SMP N 2 Pemalang, yaitu Gufron Ridwan S.Pd.
Pakar pembelajaran
(a)
(b)
Gambar. 16
1
Ahli penjas
Ahli pembelajaran
SKOR
2
3
5
1
4
10
14
(n)
(N)
(%)
55
59
60
60
92
98
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat hasil penilaian dari semua aspek oleh
ahli penjas dan ahli pembelajaran, dengan persentase rata-rata untuk ahli
pembelajaran 98% dengan jumlah skor yang diperoleh sebanyak 59 dari penilaian
seluruh aspek. Aspek yang mendapat skor 3 dengan kategori baik yaitu aspek
kejelasan petunjuk penggunaan media pembelajaran karena sesuai nilai yang
diberikan petunjuk penggunaan media sudah baik dan semua siswa paham dengan
cara menggunakan media roket dan nilai yang diberikan ahli penjas sebanyak
92% dengan jumlah skor 55 dari penilaian seluruh aspek. Dari seluruh aspek yang
mendapat skor 3 dengan kategori baik yaitu, 1) kejelasan petunjuk penggunaan
media pembelajaran, 2) mendorong perkembangan aspek fisik atau jasmani siswa,
3) mendorong perkembangan afektif siswa, 4) dapat dimainkan siswa yang
terampil maupun tidak terampil, 5) meningkatkan minat dan motivasi siswa
berpartisipasi dalam pembelajaran lempar lembing.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh ahli penjas dan
ahli pembelajaran dapat disimpulkan penilaian ahli penjas dan ahli pembelajaran
berpendapat bahwa media pengembangan media roket termasuk dalam kategori
sangat baik. Namun, dari hasil penilaian ahli penjas menyarankan beberapa revisi,
antara lain berat dan panjang media pelu ditambah dan diperpanjang, yaitu dari
berat 50 gram menjadi 80 gram dan panjang media yang semula 25 cm menjadi
30 cm. Setelah revisi dilakukan kemudian produk media pengembangan media
roket siap untuk diuji cobakan dalam skala kecil. Hasil tanggapan siswa pada uji
coba skala kecil dapat dilihat dalam grafik 1 sebagai berikut.
Grafik 1. Hasil kuesioner tanggapan siswa pada uji coba skala kecil
10
Jumlah siswa
8
6
4
2
0
Kurang baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa seluruh aspek terlihat sudah baik,
akan tetapi ada revisi yang harus dilakukan, saran dari para siswa SMP N 2
Pemalang setelah mengikuti uji coba skala kecil yaitu pada perbaikan media
karena pada saat kegiatan bola yang digunakan pada media roket belum cukup
kuat sehingga ada beberapa bola yang jatuh. Untuk itu perlu adanya revisi media
pembelajaran.
4.3 Uji Coba Skala Besar
Berdasarkan evaluasi ahli serta Uji coba kelompok kecil langkah
berikutnya adalah uji coba lapangan. Uji coba lapangan bertujuan untuk
mengetahui keefektifan perubahan yang telah dilakukan pada evaluasi ahli serta
ujicoba kelompok kecil apakah media pengembangan media roket layak untuk
dapat digunakan. Uji coba lapangan dilakukan oleh siswa kelas IX F SMP N 2
Pemalang yang berjumlah 32 siswa.
Berdasarkan data pada hasil kuesioner yang telah diisi oleh siswa diperoleh
persentase jawaban yang sesuai dengan aspek yang dinilai sebesar 97%.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka pengembangan media roket ini
telah memenuhi kriteria baik, sehingga dapat digunakan untuk siswa kelas siswa
kelas IX F SMP N 2 Pemalang. Berikut data hasil kuesioner pada uji coba skala
besar yang disajikan dalam Grafik 2.
Tabel 4.3 Hasil kuesioner tanggapan siswa pada uji coba skala besar
Jumlah Siswa
30
25
20
15
10
5
0
Kurang baik
Cukup baik
Baik
Sangat baik
media pengembangan media roket yang berdasarkan data pada saat uji coba skala
kecil (N=10) dan uji coba lapangan (N=32).
Berdasarkan analisa hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini,
maka dilakukan beberapa revisi meliputi :
1. Perubahan panjang batang pada media media roket yang semula 25 cm
menjadi 30 cm.
2. Perubahan berat pada media roket yang ditambah dari 50 gram menjadi 80
gram.
3. Penggunaan lem pada baut untuk memasang bola pada ujung media roket.
4.5 Prototipe Produk
Sesuai dengan kompetensi dasar pada atletik khususnya cabang lempar
lembing bagi siswa SMP, disebutkan bahwa siswa dapat melakukan lempar
lembing dengan peraturan dan media yang telah dimodifikasi untuk menanamkan
nilai percaya diri pada siswa. Pada proses pembelajaran lempar lembing ditemui
beberapa hal, yaitu : (1) Ditemukan beberapa siswa mengeluh merasa takut
terkena mata lembing yang tajam. (2) Ditemukan beberapa siswa yang tidak benar
melakukan lemparan sehingga mata lembing tidak menyentuh tanah terlebih
dahulu. (3) Siswa merasa sulit melempar dengan lembing yang sesungguhnya
karena kurangnya otomatisasi lemparan dikarenakan kurangnya latihan dengan
menggunakan media yang dimodifikasi dan jumlah lembing yang terbatas.
Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam pembelajaran lempar
lembing bagi SMP maka dalam penelitian ini dikembangkan produk modifikasi
media yang dalam penyusunannya memperhatikan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak usia Sekolah Menengah Pertama.
Hasil dari pengembangan media yang dikembangkan sesuai prosedur
pengembangan didapat sebuah produk yang sesuai dengan karakteristik siswa
SMP yaitu media media roket. Media roket ini dikembangan untuk mengganti alat
lembing yang sesungguhnya agar lebih aman dan ekonomis. Bahan-bahan yang
terbuat dari media roket sangat aman yaitu menggunakan batang bulung pada
batangnya dan ekor roket menggunakan mika yang berwarna agar lebih menarik.
Hasil analisis data uji coba lapangan didapat persentase pilihan jawaban yang
sesuai 88 %. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan maka media roket ini
telah memenuhi kriteria sangat baik, sehingga dari uji lapangan media ini dapat
digunakan untuk siswa kelas IX SMP N 2 Pemalang.
Hal itu bisa dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.4 Hasil belajar kognitif siswa kelas IX F
Nilai awal
21
11
32
66%
Nilai media
28
4
32
88%
BAB V
KAJIAN PRODUK DAN SARAN
50
lembing
yang
sesungguhnya
secara
bergantian
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Adang Suherman, 2000. Dasar-dasar Penjas. Jakarta : Depdiknas
Aip syaifudin, 1992. Atletik. Jakarta : Depdikbud.
IAAF. 2001. Pendidikan Pelatih dan Sistem Sertifikasi Event Lempar. Jakarta :
PASI
Khomsin, 2005. Atletik 1. Semarang : UNNES PRES.
Muhibbin Syah, 2009. Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (paikem). Bandung : UIN Sunan Gunung Djati.
Rusli Lutan. 2001. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas
Soepartono, 2000. Sarana dan Prasarana Olah Raga. Depdiknas.
Suharsimi Arikunto 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Sukirman, dkk.,2003. Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka
Suyono Ds, 2001. Peraturan/Ketentuan Perlombaan Atletik 2002-2003. Jakarta:
PASI
Yusuf Adisasmita, 1992. Olahraga Pilihan Atletik. Depdikbud.
53
54
Lampiran 2a
Lampiran 2b
Lampiran 3
MateriPokok
: Lempar lembing
Sasaran Program
2.
3.
Rentangan evaluasi mulai dari kurang baik sampai dengan sangat baik
dengan cara dengan memberi tanda pada kolom yang tersedia.
Keterangan :
1 : kurang baik
2 : cukup baik
3 : baik
4 : sangat baik
4.
Komentar, kritik, dan saran mohon dituliskan pada kolom yang telah
disediakan dan apabila tidak mencukupi mohon ditulis pada kertas yang
telah disediakan.
A.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Skala Penilaian
1 2 3
4
Komentar
B.
C.
Kesimpulan
Media pembelajaran ini dinyatakan :
1.
2.
Layak untuk digunakan / ujicoba skala kecil dengan revisi sesuai saran
3.
( mohon diberi tanda silang pada nomor sesuai dengan kesimpulan Anda )
Semarang,
Evaluator
Lampiran 4a
Lampiran 4b
Lampiran 5
I.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Sekolah :
Nama Siswa
Umur
Kelas
Jenis Kelamin
Alamat Rumah :
II.
PERTANYAAN
A. PSIKOMOTOR
1. Apakah kamu pernah menggunakan media bola berekor selama mengikuti
pembelajaran lempar lembing?
a. Tidak
b. Ya
b. Ya
b. Ya
b. Ya
b. Ya
b. Ya
7. Apakah kamu bekerja sama dengan teman yang lain menggunakan media
bola berekor dalam pembelajaran lempar lembing?
a. Tidak
b. Ya
b. Ya
b. Ya
10. Apakah dengan mengguanakan media bola berekor lebih mudah jika
dibandingkan dengan lembing yang sesungguhnya?
a. Tidak
b. Ya
B. KOGNITIF
11. Apakah kamu memahami teknik dasar pembelajaran lempar lembing?
a. Tidak
12. Apakah
b. Ya
kamu
memahami
teknik
pembelajaran
lempar
lembing
b. Ya
13. Apakah dengan media bola berekor kamu dapat melakukan lemparan
dengan benar menggunakan media yang sebenarnya?
a. Tidak
b. Ya
14. Apakah kamu merasa kesulitan menggunakaan media bola berekor pada
saat pembelajaran lempar lembing ?
a. Tidak
b. Ya
b. Ya
b. Ya
b. Ya
b. Ya
19. Apakah dengan pengembangan media bola berekor membuat kamu lebih
aktif bergerak ?
a. Tidak
b. Ya
b. Ya
C. AFEKTIF
21. Apakah kamu suka dengan pembelajaran lempar lembing?
a. Tidak
b. Ya
b. Ya
b. Ya
24. Apakah kamu dapat mentaati peraturan pada saat melakukan pembelajaran
lempar lembing ?
a. Tidak
b. Ya
25. Apakah setiap siswa harus memahami teknik penggunaan media bola
berekor pada pembelajaran lempar lembing?
a. Tidak
b. Ya
26. Apakah kamu bisa bekerjasama dengan teman satu tim atau regu ketika
kamu mengikuti pembelajaran lempar lembing menggunakan media bola
berekor ?
a. Tidak
b. Ya
b. Ya
b. Ya
29. Apabila kamu merasa kesulitan jika dalam mengikuti pembelajaran lempar
lembing dikerjakan secara berkelompok?
a. Tidak
b. Ya
b. Ya
Lampiran 6
Lampiran 7a
SKOR
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
59
98%
Lampiran 7b
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SKOR
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3
4
4
3
4
55
92%
Lampiran 8
NAMA
JENIS
KELAMIN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
L
L
P
P
L
P
P
L
P
L
USIA
(TAHUN)
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
78
79
80
81
82
Lampiran 9
NO
NAMA
JENIS KELAMIN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
ADITYA PRAYOGA
ADITYAS NUR FITRIANA
AGUNG BAYU PAMUNGKAS
ANANDA ILHAM ARYA
ANGGITYA NARESWARI
BAGUS ESTI W
BILQIS NABILAH
DENI KURNIAWAN
EMA WIDYASMARA
ESTI MONIKASARI
FIRMAN SAFARUDIN
GIVA IZZANI MAULINIA
JIHAN FAHIRA
KAISAR PRABU KUSUMA
KUSSUMA SARY
LARIZA PUTRI P
LUTHFI ASFAR SANI
MOH REZA SYAFEI
MUHAMMAD AKBAR
MUHAMMAD FIKRI
MUHAMMAD IVAN
NABILA AGIESTA
PUTRI ISMAULIDIA
RAHMADAH SYIFANNISA
REZQIANA RAFIKA DEWI
RIDZAN EKA MARGA
RIZKI DYASTUTI
ROMANTI SILFA PUSPITA
SEPTIANTO ADITYA P
STENY ROBY WALUYA
YUDHO FAHRI
ZAKIYA MEDIANA SABILA
L
P
L
L
P
L
P
L
P
P
L
P
P
L
P
P
L
L
L
L
L
P
P
P
P
L
P
P
L
L
L
P
USIA
(TAHUN)
15
14
15
14
15
14
14
14
14
14
14
15
14
14
14
15
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
83
84
85
86
87
Guru menjelaskan kepada siswa tentang cara menggunakan media bola berekor
88
Pembelajaran saat dilakukan uji skala kecil dengan menggunakan bola berekor
Pembelajaran saat dilakukan uji skala luas dengan menggunakan bola berekor
89
Guru sedang menerangkan kepada siswa saat dilakukan evaluasi lempar lembing
90