Pengertian
Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri demam
tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan
kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan mungkin juga
Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali
ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Masa inkubasi penyakit ini
diperkirakan lebih kurang 7 hari.
Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan umur.
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang anak-anak
tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita
Demam Berdarab Dengue pada orang dewasa.
Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue. Serangan
wabah umumnya muncul sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan memainkan peranan
bagi terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air tergenang dan barangbarang yang memungkinkan air tergenang merupakan tempat ideal bagi penyakit tersebut.
Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat :
1. Derajat I
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.
4. Derajat IV
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
ETIOLOGI
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue yang dikenal ada 4 serotipe, yaitu tipe 1,
2, 3, dan 4. Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Vektor ini bersarang di tempat-tempat yang berisi air bersih, vector ini
memerlukan waktu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi eksrinsik dari lambung ke
kelenjar ludah nyamuk (Hadinegoro, 1999).
Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yng menggigit dan menghisap darah serta
memilih dari manusia untuk memotongkan telurnya.Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa
menggigit / menghisap darah,melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur
nyamuk Aedes Aegypti betina 2 minggu. Umur nyamuk Aedes Aegypti kemampuan terbang
40-100 m (Hadinegoro,1999).
PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang
ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti
sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkur ang dan
sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo
endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan limpa. Pelepasan
zat anafilatoksin, histimin dan serotin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler ehingga cairan dari intravascular keluar
ke ekstravakular atau terjadi pembesaran plasma akibat terjadi pengurangan volume plasma
yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi
dan renjatan Selain itu, sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi
antigen antibodi yang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia (Noer Sjaefullah, 1996).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdar ahan kelenjar adrenalin(Hadinegoro 1999).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat r enjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30 % atau lebih.
Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera di
atasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7 (Hadinegoro 1999).
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada
hemostasis yang mencakup perubahan vascular, trombositopenia (trombosit < 100.000 /
mm), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V,
IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravascular (DIC) juga bisa terjadi
saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti ptekiae, ekimosis, pupura, epistaksis,
perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal (Hadinegoro 1999).
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan usia
inkubasi antara 13 15 hari.
Adapun tanda dan gejala menurut WHO (1975) :
1. Demam mendadak dan terus menerus 2 7 hari
2. Manifestasi perdar ahan, paling tidak terdapat uji tornikuet positif, seperti perdarahan
pada kulit, (ptekie, ekimosis, epistaksis, hematemesis, hematuri, dan melena.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sitolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau kurang),
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, penderita gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut (Soegijanto,2002).
Selain timbul demam, perdarahan juga merupakan ciri khas Dengue Haemoragic
Fever. Gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita Dengue
Haemoragic Fever adalah :
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
3. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh dan lainlain.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah trombositopenia(kurang atau
sama dengan 100.000/mm) dan hemokonsentrasi(peningkatan hematokrit lebih atau
sama dengan 20 %) (Hadinegoro,1999).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah :
Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, dan trombosit.
Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam, trombosit, AGD, kadar
elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, protein serum, PT dan APTT.
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) bersifat simtomatis dan suportif.
Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar pasien dapat
bertahan hidup. Pasien yang diduga kuat menderita demam berdarah dengue harus dirawat
di rumah sakit karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadi syok atau
perdarahan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien
1. DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah dapat menyebabkan pasien dehidrasi
dan haus. Pada pasien ini harus diberi banyak minum, yaitu 1 -2 liter dalam waktu 24 jam.
Dapat juga diberikan teh manis, susu, sirup, dan bila perlu oralit. Cara pemberi ini secara
sedikit demi sedikit. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang maka hraus luminal atau antikonvulsan lainnya. Infuse diberikan
pada pasien DBD tanpa renjatan apabila pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan
minum
sehingga
mengancam
terjadinya
dehidrasi
atau
hematokrit
yang
KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever menurut(Hadinegoro, 1999)
adalah
1. Perdarahan
Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya perubahan
vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan
meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, ptekie, ekimosis dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena
kegagalansirkulasi dan penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga disertai
dengan
kegagalan
homeostasis
mengakibatkan
aktifitas
dan
integritas
system
kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun,sirkulasi darah ter ganggu dan
terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible,terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel
metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
komplek virus antibody
4. Efusi Pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasi cairan
intravaskuler sel,hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura
bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea.
Pengkajian
1. Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak,
remaja dan dewasa (Effendy, 1995).
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk
aides aigepty.
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi
jarang dibersihkan.
2. Sistem Persyarafan
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS
3. Sistem Cardiovaskuler
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah
tak dapat diukur.
4. Sistem Pencernaan
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn
limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.
5. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri
sat kencing, kencing berwarna merah.
6. Sistem Integumen.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
anggota
keluarga
yang
sakit
berhubungan
terpajan/mengingat informasi.
Intervensi Keperawatan
1. DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan :
Kriteria :
Intervensi :
dengan
kurang
memudahkan intervensi
Beri kompres air hangat. Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas
secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa
Kriteria :
Intervensi :
Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi. Rasional : Vital sign membantu
Kriteria :
Intervensi :
Monitor keadaan umum pasien. Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama
perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok /syok.
Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. Rasional : Perawat perlu terus
segera diberikan.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Cairan intravena diperlukan
Kriteria :
Intervensi :
Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan
masukan peroral
Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan
distensi dan iritasi gaster.
Kriteria :
Intervensi :
pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ). Rasional : Aktifitas pasien yang
pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah
Ansietas berkurang/terkontrol.
Kriteria :
Intervensi :
intervensi.
Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa
lalu. Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan
Orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria :
Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.
Intervensi :
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien
sakit.
Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ansietas berkurang/terkontrol
7.
orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
Daftar Pustaka
1.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba
Medika : Jakarta
2.
3.
Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
4.
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan
pada Anak. Sagung Seto : Jakarta
5.
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com