Anda di halaman 1dari 14

PENGERTIAN

Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang anak- anak dengan ciri- ciri demam
tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan shock dan
kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan mungkin juga
Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia kecuali
ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Masa inkubasi penyakit ini
diperkirakan lebih kurang 7 hari.
Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat menyerang semua golongan umur.
Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih banyak menyerang anak-anak
tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi penderita
Demam Berdarab Dengue pada orang dewasa.
Indonesia termasuk daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue. Serangan
wabah umumnya muncul sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan memainkan peranan
bagi terjadinya wabah. Lingkungan dimana terdapat banyak air tergenang dan barangbarang yang memungkinkan air tergenang merupakan tempat ideal bagi penyakit tersebut.
Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat :
1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa pendarahan spontan


Uji tourniquet (+) trombosit dan hemokonsentrasi

2. Derajat II

Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain

3. Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari.

4. Derajat IV

Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

ETIOLOGI
Penyakit DHF disebabkan oleh virus dengue yang dikenal ada 4 serotipe, yaitu tipe 1,
2, 3, dan 4. Vektor utama dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes
Albopictus. Vektor ini bersarang di tempat-tempat yang berisi air bersih, vector ini
memerlukan waktu 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi eksrinsik dari lambung ke
kelenjar ludah nyamuk (Hadinegoro, 1999).

Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan
waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yng menggigit dan menghisap darah serta
memilih dari manusia untuk memotongkan telurnya.Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa
menggigit / menghisap darah,melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur
nyamuk Aedes Aegypti betina 2 minggu. Umur nyamuk Aedes Aegypti kemampuan terbang
40-100 m (Hadinegoro,1999).
PATOFISIOLOGI
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk terjadi viremia, yang
ditandai dengan demam mendadak tanpa penyebab yang jelas disertai gejala lain seperti
sakit kepala, mual, muntah, nyeri otot, pegal di seluruh tubuh, nafsu makan berkur ang dan
sakit perut, bintik-bintik merah pada kulit. Selain itu kelainan dapat terjadi pada sistem retikulo
endotel atau seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati, dan limpa. Pelepasan
zat anafilatoksin, histimin dan serotin serta aktivitas dari sistem kalikrein menyebabkan
peningkatan permeabilitas dinding kapiler/vaskuler ehingga cairan dari intravascular keluar
ke ekstravakular atau terjadi pembesaran plasma akibat terjadi pengurangan volume plasma
yang terjadi hipovolemia, penurunan tekanan darah hemokosentrasi, hipoproteinemia, efusi
dan renjatan Selain itu, sistem retikulo endotel bisa terganggu sehingga menyebabkan reaksi
antigen antibodi yang akhirnya bisa menyebabkan anaphylaxia (Noer Sjaefullah, 1996).
Akibat lain dari virus dengue dalam peredaran darah akan menyebabkan depresi
sumsum tulang sehingga akan terjadi trombositopenia yang berlanjut akan menyebabkan
perdarahan karena gangguan trombosit dan kelainan koagulasi dan akhirnya sampai pada
perdar ahan kelenjar adrenalin(Hadinegoro 1999).
Plasma merembes sejak permulaan demam dan mencapai puncaknya saat r enjatan.
Pada pasien dengan renjatan berat, volume plasma dapat berkurang sampai 30 % atau lebih.
Bila renjatan hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan plasma yang tidak dengan segera di
atasi maka akan terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. Terjadinya
renjatan ini biasanya pada hari ke-3 dan ke-7 (Hadinegoro 1999).
Reaksi lainnya yaitu terjadi perdarahan yang diakibatkan adanya gangguan pada
hemostasis yang mencakup perubahan vascular, trombositopenia (trombosit < 100.000 /
mm), menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V,
IX, X dan fibrinogen). Pembekuan yang meluas pada intravascular (DIC) juga bisa terjadi
saat renjatan. Perdarahan yang terjadi seperti ptekiae, ekimosis, pupura, epistaksis,
perdarahan gusi, sampai perdarahan hebat pada traktus gastrointestinal (Hadinegoro 1999).

MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan usia
inkubasi antara 13 15 hari.
Adapun tanda dan gejala menurut WHO (1975) :
1. Demam mendadak dan terus menerus 2 7 hari
2. Manifestasi perdar ahan, paling tidak terdapat uji tornikuet positif, seperti perdarahan
pada kulit, (ptekie, ekimosis, epistaksis, hematemesis, hematuri, dan melena.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sejak permulaan sakit)
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sitolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolic 20 mmHg atau kurang),
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
kaki, penderita gelisah, timbul sianosis di sekitar mulut (Soegijanto,2002).
Selain timbul demam, perdarahan juga merupakan ciri khas Dengue Haemoragic
Fever. Gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita Dengue
Haemoragic Fever adalah :
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi.
3. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada seluruh tubuh dan lainlain.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah trombositopenia(kurang atau
sama dengan 100.000/mm) dan hemokonsentrasi(peningkatan hematokrit lebih atau
sama dengan 20 %) (Hadinegoro,1999).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah :

Pemeriksaan darah perifer: Hb, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, dan trombosit.
Pada DBD berat/SSD : monitor hematokrit tiap 4-6 jam, trombosit, AGD, kadar
elektrolit, ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, protein serum, PT dan APTT.

PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pasien DBD (Demam Berdarah Dengue) bersifat simtomatis dan suportif.
Pengobatan terhadap virus ini sampai sekarang bersifat menunjang agar pasien dapat
bertahan hidup. Pasien yang diduga kuat menderita demam berdarah dengue harus dirawat
di rumah sakit karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan terjadi syok atau
perdarahan yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien
1. DBD tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah dapat menyebabkan pasien dehidrasi

dan haus. Pada pasien ini harus diberi banyak minum, yaitu 1 -2 liter dalam waktu 24 jam.
Dapat juga diberikan teh manis, susu, sirup, dan bila perlu oralit. Cara pemberi ini secara
sedikit demi sedikit. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang maka hraus luminal atau antikonvulsan lainnya. Infuse diberikan
pada pasien DBD tanpa renjatan apabila pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan
minum

sehingga

mengancam

terjadinya

dehidrasi

atau

hematokrit

yang

cenderungmeningkat. Hematokrit cenderung meningkat mencerminkan derajat kebocoron


plasma dan biasanya mendahului munculnya secara klinis perubahan fungsi fital (hipotensi,
penurunan tekanan nadi). Sedangkan turunnya nilai trombosit biasanya mendahului naiknya
hematokrit. Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DBD harus diperiksa Ht, Hb,
dan trombosit setiap hari mulai ke tiga sakit sampai demam telah turun 1-2 hari. Nilai Ht itulah
yang menentukan apakah pasien perlu dipasang infus atau tidak.
2. DBD disertai rejatan
Pasien yang mengalami renjatan atau syok harus segera dipasang infuse karena
sebagai pengganti cairan akibat kebocoran plasma. Cairan yang biasanya diberikan adalah
ringer laktat, jika pemberi cairan itu tidak dapat mengatasi maka harus diberikan plasma
banyaknya pemberian adalah 20-30 ml/kg BB. Pada pemberian pada pasien yang
mengalami renjatan berat maka pemberian cairan harus diguyur, dengan cara membuka
klem infus. Pada pasien dengan renjatan yang berulang-ulang maka harus dipasang CVP
(Central Venous Pressure), yaitu pengaturan vena sentral untuk mengukur tekanan vena
sentral melalui safena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien dirawat di
ICUTranfusi darah diberikan pada pasien dengan per darahan gastrointesnial yang hebat
kadang-kadang perdarahan gastrointestinal dapat digunakan apabila nilai hemoglobin dan
hematokrit menurun sedangkan perdarahannya sendiri tidak kelihatan.

KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari Dengue Haemoragic Fever menurut(Hadinegoro, 1999)
adalah
1. Perdarahan
Perdarahan pada Dengue Haemoragic Fever disebabkan adanya perubahan
vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan
meningkatnya megakoriosit muda dalam sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan terlihat pada uji tourniquet positif, ptekie, ekimosis dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena

2. Kegagalan Sirkulasi DSS


Kegagalan Sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrome) biasanya terjadi sesudah hari ke
27 disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran plasma,
efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia, hemokonsentrasi dan
hipovolemi yang mengakibatkanberkurangnya aliran balik vena, preload, miokardium,
penurunan volume

sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi disfungsi atau

kegagalansirkulasi dan penurunan perfusi organ. Dengue Syock Syndrome juga disertai
dengan

kegagalan

homeostasis

mengakibatkan

aktifitas

dan

integritas

system

kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung menurun,sirkulasi darah ter ganggu dan
terjadi iskemi jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible,terjadi
kerusakan sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam waktu 12-24 jam
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan nekrosis
karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak sel
metrofil dan limfosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau
komplek virus antibody
4. Efusi Pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstravasi cairan
intravaskuler sel,hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura
bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea.

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DBD

Pengkajian
1. Identitas

DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak,
remaja dan dewasa (Effendy, 1995).

2. Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan
menurun.

3. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh
tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

5. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan,
karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk
aides aigepty.

6. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng
bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi
jarang dibersihkan.

7. Riwayat Tumbuh Kembang


Pengkajian Per Sistem
1. Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan


dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

2. Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV
dapat trjadi DSS

3. Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada
grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis
sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah
tak dapat diukur.

4. Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn
limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

5. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri
sat kencing, kencing berwarna merah.

6. Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji
tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit.

Diagnosa Keperawatan
1.

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

2.

Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.

3.

Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,


pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.

4.

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
yang menurun.

5.

Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan


darah (trombositopeni).

6.

Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi anak.

7.

Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan


perawatan

anggota

keluarga

yang

sakit

berhubungan

terpajan/mengingat informasi.
Intervensi Keperawatan
1. DP 1 : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan :

Suhu tubuh normal

Kriteria :

Suhu tubuh antara 36 37


Nyeri otot hilang

Intervensi :

dengan

kurang

Kaji suhu tubuh pasien. Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh,

memudahkan intervensi
Beri kompres air hangat. Rasional : mengurangi panas dengan pemindahan panas
secara konduksi. Air hangat mengontrol pemindahan panas secara perlahan tanpa

menyebabkan hipotermi atau menggigil.


Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi).

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi.


Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap
keringat. Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah

menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.


Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali
atau sesuai indikasi. Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk

mengetahui keadaan umum pasien.


Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang
tinggi. Obat khususnya untuk menurunkan panas tubuh pasien.

2. DP 2 : Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler


ke ekstravaskuler.
Tujuan :

Tidak terjadi defisit voume cairan

Kriteria :

Input dan output seimbang


Vital sign dalam batas normal
Tidak ada tanda presyok
Akral hangat
Capilarry refill < 2 detik

Intervensi :

Awasi vital sign tiap 3 jam/sesuai indikasi. Rasional : Vital sign membantu

mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler


Observasi capillary Refill. Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer
Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ. Rasional :

Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.


Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ). Rasional : Untuk

memenuhi kebutuhan cairan tubuh peroral


Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Dapat meningkatkan jumlah
cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.

3. DP 3 : Resiko Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan,


pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan :

Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria :

Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :

Monitor keadaan umum pasien. Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama
perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda

presyok /syok.
Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih. Rasional : Perawat perlu terus

mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok.


Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika
terjadi perdarahan. Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tandatanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat

segera diberikan.
Kolaborasi : Pemberian cairan intravena. Rasional : Cairan intravena diperlukan

untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.


Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombosit. Rasional : Untuk mengetahui tingkat
kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan
tindakan lebih lanjut.

4. DP 4 : Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang
menurun.
Tujuan :

Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria :

Tidak ada tanda-tanda malnutrisi


Menunjukkan berat badan yang seimbang.

Intervensi :

Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. Rasional : Mengidentifikasi

defisiensi, menduga kemungkinan intervensi


Observasi dan catat masukan makanan pasien. Rasional : Mengawasi masukan

kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan


Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan). Rasional : Mengawasi penurunan BB /
mengawasi efektifitas intervensi.

Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan.
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan

masukan juga mencegah distensi gaster.


Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan

masukan peroral
Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan
distensi dan iritasi gaster.

5. DP 5 : Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor


pembekuan darah (trombositopeni)
Tujuan :

Tidak terjadi perdarahan

Kriteria :

TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat


Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat.

Intervensi :

Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional :


Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang

pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ). Rasional : Aktifitas pasien yang

tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.


Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda
perdarahan seperti : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan

pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah

terjadinya perdarahan lebih lanjut.


Kolaborasi, monitor trombosit setiap hari. Rasional : Dengan trombosit yang dipantau
setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami pasien.

6. DP 6 : Kecemasan orangtua berhubungan dengan kondisi anak.


Tujuan :

Ansietas berkurang/terkontrol.

Kriteria :

Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.


Tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.

Intervensi :

Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. Rasional : memudahkan

intervensi.
Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa
lalu. Rasional : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan

kemampuan mengontrol ansietas.


Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan
pikiran dan perasaan. Rasional : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk

mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.


Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapanharapan yang positif terhadap terapy yang di jalani. Rasional : alat untuk

mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.


Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun
dalam keadaan cemas. Rasional : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien
bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan pada diri

sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas kemampuannya.


Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. Rasional : menciptakan

perasaan yang tenang dan nyaman.


Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis. Rasional : meningkatkan

pengetahuan, mengurangi kecemasan.


Kolaborasi pemberian obat anti ansietas. Rasional : mengurangi ansietas sesuai
kebutuhan.

7. DP 7 : Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit, prognosis, efek prosedur, dan


perawatan anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat
informasi.
Tujuan :

Orang tua mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.

Kriteria :

Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam regimen
perawatan.

Intervensi :

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional :


mengetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga
tentang penyakitnya.

Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyakitnya dan kondisinya
sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien

dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas.


Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. Rasional : diet

dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.


Anjurkan keluarga untuk memperhatikan perawatan diri dan lingkungan bagi anggota
keluarga yang sakit. Lakukan/demonstrasikan teknik perawatan diri dan lingkungan
klien. Rasional : perawatan diri (mandi, toileting, berpakaian/berdandan) dan
kebersihan lingkungan penting untuk menciptakan perasaan nyaman/rileks klien

sakit.
Minta klien/keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

Evaluasi
1.

Suhu tubuh normal

2.

Tidak terjadi devisit voume cairan

3.

Tidak terjadi syok hipovolemik

4.

Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

5.

Tidak terjadi perdarahan

6.

Ansietas berkurang/terkontrol

7.

orang tua memahami tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.

Daftar Pustaka
1.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak jilid.2. Salemba
Medika : Jakarta

2.

Nasrul, Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta

3.

Noer, Sjaifoellah dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.

4.

Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan Keperawatan
pada Anak. Sagung Seto : Jakarta

5.

http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai