Oleh:
Kurnia Pujiastuti
9910168
Pembimbing:
Dr. A. Adipurnama, Sp.A.
MENINGITIS TUBERKULOSIS
Batasan
Meningitis tuberculosis adalah peradangan selaput otak (meningen) akibat
komplikasi tuberculosis primer.3
Etiologi
Meningitis tuberculosis disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Ada
dua tipe, yaitu: (1) Mycobacterium tuberculosis hominis; (2) Mycobacterium tuberculosis
bovis (5%).5
Epidemiologi
Meningitis tuberculosis masih banyak ditemukan di Indonesia karena morbiditas
tuberculosis anak masih tinggi. Penyakit ini dapat saja menyerang semua usia, termasuk
bayi dan anak kecil dengan kekebalan alamiah yang masih rendah. Angka kejadian
tertinggi dijumpai pada anak umur 6 bulan sampai dengan 4 atau 6 tahun,
jarang
ditemukan pada umur dibawah 6 bulan, hampir tidak pernah ditemukan pada umur
dibawah 3 bulan.1, 2, 3, 6
Patofisiologi
Meningitis tuberculosis pada umumnya sebagai penyebaran tuberculosis primer,
dengan focus infeksi di tempat lain. Biasanya focus infeksi primer di paru-paru, namun
dapat juga ditemukan di abdomen (22,8%), kelenjar limfe leher (2,1%) dan tidak
ditemukan adanya focus primer (1,2%). Dari focus primer, kuman/ basil masuk ke
sirkulasi darah melalui duktus torasikus dan kelenjar limfe regional, dan dapat
menimbulkan infeksi berat berupa tuberculosis milier atau hanya menimbulkan beberapa
focus metastase yang biasanya tenang.1,2, 6
Pendapat yang sekarang dapat diterima dikemukakan oleh Rich tahun 1951, yakni
terjadinya meningitis tuberculosis adalah mula- mula terbentuk adanya tuberkel di otak,
selaput otak atau medulla spinalis, akibat penyebaran basil secara hematogen selama
infeksi primer atau selama perjalanan tuberculosis kronik (walaupun jarang). Kemudian
timbul meningitis akibat terlepasnya basil dan antigennya dari tuberkel yang pecah,
karena rangsangan yang mungkin berupa trauma atau factor imunologis. Akibatnya, basil
kemudian langsung masuk ke ruang subarachnoid atau ventrikel. Selanjutnya meningitis
yang menyeluruh akan berkembang. Proses ini mungkin terjadi segera sesudah
dibentuknya lesi atau setelah periode laten beberapa bulan atau beberapa tahun.1,3,7 Jika
hal ini terjadi pada pasien yang sudah tersensitasi, maka masuknya basil ke dalam ruang
subarachnoid menimbulkan reaksi peradangan yang menyebabkan perubahan dalam
cairan serebrospinal. Reaksi peradangan ini mula- mula timbul di sekitar tuberkel yang
pecah, tetapi kemudian tampak jelas di selaput otak pada dasar otak dan ependym. Reaksi
radang akut di leptomening tersebut, ditandai dengan adanya eksudat gelatin, berwarna
kuning kehijauan di basis otak, yang dapat menginfiltrasi pembuluh darah
kortikomeningeal dan menimbulkan radang, obstruksi dan selanjutnya infark serebri.
Meningitis basalis yang terjadi akan menimbulkan komplikasi neurologis, berupa
paralysis saraf cranialis (disfungsi saraf III, VI, dan VII), infark karena penyumbatan
arteria dan vena, serta hidrosefalus komunikans karena eksudat mengganggu aliran
normal cairan serebrospinal ke dalam dan keluar system ventrikel pada setinggi sisterna
basilar. Perlengketan yang terjadi dalam kanalis sentralis medulla spinalis akan
menyebabkan spinal block dan paraplegia. 1,2,6
Manifestasi klinis 1,4,5,6
Menurut Lincoln, dikelompokkan dalam tiga stadium:
1.
* rasa lemah
* nyeri perut
* sakit kepala
* tidur terganggu
* mual, muntah
* konstipasi
* apatis
* irritable
- Pada bayi, irritable dan ubun- ubun membonjol merupakan manifestasi yang sering
ditemukan; sedangkan pada anak yang lebih tua memperlihatkan perubahan suasana
hati yang mendadak, prestasi sekolah menurun, letargi, apatis, mungkin saja tanpa
disertai demam dan timbul kejang intermitten.1, 5, 7
- Jika sebuah tuberkel pecah ke dalam ruang sub arachnoid maka stadium I akan
berlangsung singkat sehingga sering terabaikan cepat masuk stadium III.3
2. Stadium II (stadium transisional)
- Disebut juga fase meningitik; yang ditandai dengan memberatnya penyakit. Pada fase
ini terjadi rangsangan pada selaput otak/ meningen.1
- Ditandai oleh adanya kelainan neurologik, akibat eksudat yang terbentuk diatas
lengkung serebri.
- Peradangan meningen meningitis, pemeriksaan: kaku kuduk (+), refleks Kernig dan
Brudzinski (+).
-
Dengan berjalannya waktu, terbentuk infiltrat (massa jelly berwarna abu) di dasar otak
menyebabkan gangguan otak/ batang otak.
- Pada fase ini, eksudat yang mengalami organisasi akan mengakibatkan kelumpuhan
saraf cranial dan hidrosefalus, gangguan kesadaran, papiledema ringan serta adanya
tuberkel di koroid. Vaskulitis menyebabkan gangguan fokal, saraf cranial dan kadang
medulla spinalis. Hemiparesis yang timbul disebabkan karena infark/ iskemia,
quadriparesis dapat terjadi akibat infark bilateral atau edema otak yang berat.
- Gejala:
* akibat rangsang meningen sakit kepala berat dan muntah (keluhan utama)1
* akibat peradangan / penyempitan arteri di otak: - disorientasi
- bingung
- kejang
- tremor
- hemiparesis
- penurunan kesadaran
*gangguan otak/batang otak/ggn saraf kranial:
Saraf cranial yang sering terkena adalah saraf otak III, IV, VI, dan VII
Tanda: - strabismus
- ptosis
- diplopia
- reaksi pupil lambat
Laboratorium:
# Darah: anemia ringan, jumlah lekosit N/ /
# Likuor (pungsi lumbal):
-
jumlah sel: 10- 1000/ mm3 (stadium awal sel PMN dominant; stadium
lanjut limfosit dominant)
glukosa: biasanya menurun < 40 mg/dl (rasio dalam likuor : darah < 1/2)
# Bilasan lambung:
-
BTA (+)
Radiologi:
Diagnosis banding 4
Meningitis atipik
Stadium awal meningitis bakterialis
Pemeriksaan Penunjang 4
1. Tes tuberculin
2. Bilasan lambung
3. Foto toraks
4. Pungsi lumbal
5. USG kepala (bila memungkinkan)
6. CT scan kepala (bila memungkinkan)
Komplikasi
Dapat terjadi akibat pengobatan yang tidak sempurna atau pengobatan yang
terlambat. Dapat terjadi cacat neurologist berupa paresis, paralysis sampai deserebrasi,
hirosefalus akibat sumbatan, resorpsi berkurang atau produksi berlebihan dari likuor
serebrospinal. Anak juga dapat menjadi tuli atau buta dan kadang timbul retardasi
mental.3,6
Pengobatan
Pengobatan meningitis tuberculosis harus tepat dan adekuat, termasuk kemoterapi
yang sesuai, koreksi gangguan cairan dan elektrolit, dan penurunan tekanan intracranial.1
Pengobatan biasanya terdiri dari kombinasi INH, rifampisin dan pyrazinamide,
kalau berat dapat ditambahkan etambutol atau streptomisin. Pengobatan minimal 9 bulan,
atau lebih lama. INH bersifat bakteriosid dan bakteriostatik diberikan dengan dosis 10-20
mg/kgBB/hari, maksimum 300mg/hari secara oral. Komplikasi pemberian INH berupa
neuropati perifer, dan dapat dicegah dengan pemberian piridoksin 25-50 mg/hari. Namun
pemberian piridoksin pada bayi dan anak tidak begitu perlu, yang perlu adolesens. Jika
INH diberikan bersama dengan rifampisin, kejadian hepatotoksik meningkat terutama
apabila dosis melebihi 10 mg/kgBB/hari. Rifampisin bersifat bakteriostatik, diberikan
dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari secara oral sebelum makan, diberikan minimal selama
9 bulan. Rifampisin menyebabkan urin pasien berwarna merah. Efek samping berupa
hepatitis, kelainan gastrointestinal dan trombositopenia. Pirazinamid (PZA) bersifat
bakteriostatik, diberikan dengan dosis 20-40 mg/kgBB/hari atau 50-70 mg/kgBB dua kali
seminggu dibagi dalam 2-3 dosis, diberikan selama 2 bulan secara oral. Efek samping
berupa neuritis perifer. Etambutol bersifat bakteriostatik diberikan dengan dosis 15-25
mg/kgBB/hari atau 50 mg/kgBB dua minggu sekali secara oral selama minimal 9 bulan.
Pada anak usia muda, dapat terjadi neuritis optika atau atrofi optic, sehingga diberikan
pada anak diatas 5 tahun, tetapi komplikasi seperti itu jarang terjadi. Streptomisin bersifat
bakteriosid, diberikan dengan dosis 20 mg/kgBB/hari, tetapi sekarang tidak digunakan
lagi. Efek samping berupa gangguan vestibular atau auditori (keseimbangan dan
pendengaran), namun lebih sering gangguan keseimbangan.1,5,6
Pemberian
kortikosteroid
sebagai
antiinflamasi,
menurunkan
tekanan
KEP ringan : Berat badan menurut umur (BB/U) 70-80% baku median WHONCHS dan/ atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) 8090% baku median WHO-NCHS
KEP sedang : BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB 70-80%
baku median WHO-NCHS
KEP berat : BB/U < 60% baku median WHO-NCHS dan/atau BB/TB <70% baku
median WHO-NCHS
KEP berat secara klinis terdapat dalam 3 tipe:
Kwashiorkor, marasmus dan marasmik kwashiorkor
Tanpa melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit
lain adalah KEP berat tipe Kwashiorkor
KEP nyata : Istilah yang digunakan dilapangan yang meliputi KEP sedang dan
berat, yang pada KMS berada di bawah garis merah (tidak ada garis pemisah
antara KEP sedang dan berat pada KMS)
Etiologi
Primer: Kekurangan konsumsi karena tidak tersedianya bahan makanan
Sekunder: Kekurangan kalori-protein akibat penyakit (misalnya penyakit ginjal,
hati, paru, dll)
Kriteria Diagnosis
Anamnesis makanan
Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang
1. Darah : Hb, leukosit, eritrosit, nilai absolute eritrosit, hematokrit(Ht), apus darah
tepi, albumin, protein total, ureum, kreatinin, kolesterol, HDL, trigliseride, Fe,
TIBC, transthyretin serum, elektrolit, glukosa, bilirubin, indeks protrombin dan
biakan
2. Urin: Kultur, urea N, hidroksiprolin
3. Apus rectal
Penyulit
1. Mudah terserang infeksi
2. Diare
3. Hipotermia
4. Hipoglikemia
5. Anemia
Terapi
KEP I (KEP ringan)
-
Rawat inap: Makanan tinggi energi dan protein dengan kebutuhan energi
20-50% diatas AKG. Diet sesuai dengan penyakitnya dan dipantau berat
badannya setiap hari, beri vitamin dan penyuluhan gizi. Setelah
penderita sembuh dari penyakitnya, tetapi masih menderita KEP ringan
atau sedang rujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizinya
IDENTITAS PENDERITA
Nama penderita
Jenis kelamin
: Perempuan
: 8 tahun 1 bulan
Kiriman dari
: Datang sendiri
Tanggal dirawat
: 22 November 2005
Tanggal diperiksa
: 23 November 2005
Nama ayah
: Entang Nasihin
Umur
: 43 tahun
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penghasilan
Alamat
Nams ibu
: Siti
Umur
: 39 tahun
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
Penghasilan
:-
Alamat
II. ANAMNESIS
BAK: Pada minggu I sakit, os mau banyak minum, BAK menjadi lebih sering, warna
kuning muda, jernih tanpa disertai nyeri saat BAK. Saat minngu ke II, BAK
kembali seperti semula
BAB : Sejak 2 minggu SMRSI, os menjdi sulit buang air besar (biasanya setiap hari 1x
menjadi 3 hari 1x; saat masuk RSI os sudah 4 hari belum BAB
RPD : - Sejak kecil os sering sakit batuk- pilek, namun biasanya sembuh dengan minum
obat batuk.
- Saat usia os 2-5 tahun os pernah sakit kejang 3x yang didahului oleh demam.
RPK : - Pembantu os yang biasa mengasuh di rumah, sering batuk- batuk lama dan
seharusnya masih dalam pengobatan selama 6 bulan, tetapi tidak dilanjutkan
- Kakak os (17 th) 1 tahun y.l memiliki riwayat batuk- batuk lama, telah di
diagnosis oleh dokter menderita penyakit paru, namun sudah dinyatakan sembuh.
UB : - Sekitar 2 minggu SMRSI, os di bawa berobat ke BP 2x (tgl 6 & 9 Nov05) diberi
obat batuk, obat panas, antibiotic, obat mual dan obat cacing. Keluhan batuk tidak
ada lagi (sembuh), keluhan yang lain (panas, mual dan muntah) masih ada. Telah
dilakukan pemeriksaan darah, hasilnya dalam batas normal.
- 10 hari SMRSI os dibawa berobat ke poli anak RSI (tgl14 Nov05), oleh dokter
disarankan untuk dirawat, namun ortu os menolak dengan alasan ingin mencoba
merawat dulu di rumah. Os diberi obat panas berupa syrup diminum 3x1cth, dan
diberi obat mual & muntah. Sejak ini, keluhan muntah tidak ada lagi, namun
keluhan lain seperti panas badan, sakit kepala, kembung dan nyeri perut masih
ada, sehingga ortu os memutuskan membawanya lagi berobat ke RSI.
Riwayat kehamilan dan persalinan:
Anak ke 5 dari 6 anak. Lahir aterm,spontan oleh dokter
Berat badan lahir: 2800 gram. Panjang badan 45 cm.
Tumbuh kembang anak
Berbalik
: 3 bulan
Menulis : 5 tahun
Duduk
: 4,5 bulan
Sekolah : 6 tahun
Berjalan
: 13 bulan
Membaca
: 5 tahun
Gigi geligi
Pertama : 5,5 bulan
Sekarang : lengkap
Susunan keluarga
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama
Entang Nasihin
Siti
Eni
Solihin
Ismi
Zaenal
Umur(th)
43
39
17
11
8
6
L/P
L
P
P
L
P
L
Imunisasi
Dasar
(o bln, scar (+))
BCG
DPT
Polio
HepatitisB
Campak
Ulangan
Anjuran
HIB
MMR
HepatitisA
Cacar air
Makanan
Makanan keluarga
Penyakit dahulu
Diare
: (+), 1 th
Hepatitis : (-)
TBC
: (-)
Pneumonia : (-)
Campak
: (-)
Ginjal
: (-)
Difteri
: (-)
Kejang
: (+) KD, 2 th
Tetanus
: (-)
Penyakit Keluarga
Asma
:-
Penyakit darah : -
TBC
:+
Penyakit keganasan : -
Ginjal
:-
Kencing manis : -
Lain-lain : -
: sakit berat
Kesadaran
: sopor (kualitatif)
kuantitatif: respon membuka mata : 2
respon verbal
:2
respon motorik
:4
GCS
Posisi serta aktifitas
: letak paksa
Penampilan umum
: mental: apatis
= 8
Suhu tubuh
: 38 C (aksiler)
Pernapasan
Tekanan darah
: 120/90 mmHg
Pengukuran
Umur
: 8 tahun 1 bulan
Berat badan
: 17 kg
BB/U
: 67,72 %
PB/U
: 98,5 %
BB/TB
: 69,9%
Status gizi
: buruk
Lingkar kepala
:-
Lingkar dada
:-
Lingkar perut
:-
:-
Pemeriksaan sistematik
Rambut
Hitam, distribusi merata, lebat
Kulit
Pucat (+), tidak sianosis, tidak ikterik, turgor kembali cepat
Kuku
Capillary refill < 2 detik, tidak anemis, tidak sianosis
KGB
Tidak teraba membesar
Kepala
Kepala
Mata
THT
Mulut
Leher
Dada
Dinding dada/ paru- paru
Inspeksi
Palpasi
: vocal fremitus kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: BBS +/+, ada ronchi +/+ di seluruh lapang paru, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
atas
kiri
Perut
Inspeksi
Palpasi
: datar
: soepel, hepar teraba 2 cm BAC, 1 cm BPX, kenyal, tepi tajam, permukaan
rata, lien tidak teraba, ada nyeri tekan (+) epigastrium
Perkusi
: tympani
Auskultasi
Alat Kelamin
Perempuan, tidak ada kelainan
Anus & rectum
Tidak ada kelainan
Anggota gerak
Spasme ekstremitas atas + bawah, akral agak dingin
Neurologis
Refleks fisiologis : KPR +/+, APR +/+, biceps +/+, triceps +/+
Refleks patologis:Babinsky +/+,Oppenheim +/+,Gordon +/+,Chaddock +/+,Schaeffer +/+
Rangsang meningen : Brudzinsky I (+), II (+), III (+), Kernig +/+, Laseque +/+
12.300
Trombosit
407.000
Titer H
Typhi
(-)
(-)
Paratyphi A
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
V. RESUME
Seorang anak perempuan berusia 8 tahun 1 bulan, berat badan 17 kg dan tinggi
badan 125 cm, status gizi buruk (69,9% menurut BB/TB, NCHS-WHO) datang ke
Rumah Sakit Immanuel dengan keluhan utama penurunan kesadaran.
Pada anamnesa lebih lanjut didapatkan:
o Sejak 3 jam SMRSI os mengalami penurunan kesadaran, disertai mulut mencong
ke kanan dan ptosis mata kanan. Beberapa saat sebelumnya, os kejang, 1x,
seluruh tubuh, selama 5 menit.
o Sejak 9 hari SMRSI os vomit, 5x/hari sebanyak @ gelas akua berisi makanan
yang dimakan. Os terlihat agak sesak terutama di malam hari, dan terlihat lebih
kurus daripada biasanya.
o Sejak 12 hari SMRSI os febris, naik turun, dirasakan terutama malam hari; os
vomit 1x/ hari, perut kembung dan terasa sakit.
o Sejak 2 minggu SMRSI os febris, timbul perlahan-lahan, turun naik, dirasakan
terutama malam hari disertai berkeringat. Os mengeluh cephalgi terutama di
bagian frontal kepala; nyeri periorbital; nyeri perut seperti mulas; nausea; vomit
3x/hari;dan anorexia. Sejak sakit os tampak lebih pendiam dari biasanya dan
terlihat lemah lesu.
o Sejak 3 minggu SMRSI os batuk-batuk, kadang berdahak warna putih, darah (-).
Keluhan disertai adanya febris yang tidak terlalu tinggi dan vomit 1x/hari.
o Pasien sudah pernah mendapat imunisasi BCG
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
o Keadaan umum
Kesadaran : sopor , GCS = 8
o Mata
: konjungtiva anemis -/-, cekung -/-, ptosis +/-, strabismus -/+, pupil
midriasis d=5 mm, dolls eye phenomenon (+), refleks kornea +/+, refleks
cahaya +/+
o THT
o Mulut
o Leher
o Toraks
o Jantung
Punksy Lumbal
Foto toraks
GDS
Elektrolit
VIII. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
-
Diet bubur
Medikamentosa
- Colsancetin 3x500 mg I.V
- Rhelafen 3x1 cth
- Kaltoxilin 3x500 mg I.V
- Valium 1x5 mg I.V
- Kalmethasone 2x4 mg
- Luminal 3x30 mg
- Rifampicin 1x1 pulv via sonde
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad malam
22 Nov 2005
23 Nov 2005
P/B
susp.
24 Nov 2005
25 Nov 2005
Typhoid, lapor
Keluhan
dr. Adi
Penurunan
Jam
utama
kasadaran
kejang,
02.15:
Jam 01.40: os
twitching
(+)
Jam
apneu
Jam
05.00:
05.00: mengorok,
dan
masih
,
masih
belum sadar
Jam
23.10:
panas badan(+),
kejang(+)
mata
mendelik ke atas
Keadaaan
Jam02.10:
Jam 01.50:
umum
delirium, lapor dr
Nadi
jaga(dr.Rita)
Respirasi (-)
Jam02.15:somnol
en, lapor dr. Adi
Jam
05.00:
Jam
23.10:
110x/mnt,
(-),
tekanan
darah = 100/70
Jam 23.10: nadi
= 120 x/ mnt,
respirasi
40x/
Kulit
Kepala
(-)
Bentuk simetris
Mata
sianosis (-)
Bentuk simetris
= eye phenomenon total,
midriasis
5mm, strabismus
-/+,
refleks
cahaya +/+
Hidung
Mulut
Mukosa
mulut Mukosa
basah, berbusa
mulut
basah
Jam 23.10: pupil
Leher
anisokor
KGB t.t.m, kaku KGB t.t.m, kaku
Thorax
kuduk (+)
kuduk (+)
Jam 02.15: B/P
Pulmo
simetris,
retraksi
-/-, BBS+/+,Rh+/
+, slem+/+
Rh+/+, Wh -/BJM,
Abdomen
refleks
BJM,
regular,
regular, murmur(-)
murmur(-)
Datar,
soepel, Datar,
soepel,
Ekstremitas
H/L t.t
Spasme
Neurologist
kejang tonik(+)
Kaku kuduk (+), Kaku kuduk (+),
Lab/
Babinsky +/+
babinsky (+)
Widal (-), gall
pem. Darah:
Penunjang
lekositosis
H/L t.t
(+), Spastis +/+
culture(-)
foto
toraks
kesan:
spesifik
proses
aktif
Assesment:
Assesment:
Meningitis
meningitis serosa
Order
+ KEP berat
Infus KN 3A 15 Jam02.10: dr Rita Terapi teruskan
Jam 01.40:
dokter
tetes/menit
RJP saja
liat KU os
Kalmethasone
Adi:
Colsancetin inj. I
Leukosit,tromb
Valium5ml I.V
Kalmoxillin 1 gr Os dinyatakan
osit,
gall Kalmethasone
culture, widal
2x2mg I.V
meninggal oleh
Infuse KA EN dr.
Inj.Colsancetin
3x500mg
PICU
jika
ortu LP
jika
ortu
setuju
setuju
Foto toraks PA
Jam
Jam 05.00
Diazepam ulang
23.10:
Rhelafen 1 cth
sonde, Jam
Diazepam
jaga
Dewi)
cth
Pasang
Jam 01.50
23.40:
(dr.
Infus dr KA EN diberikan
saja
Observasi saja
Sementara puasa,
pasang O2
Luminal 3x30 mg
via sonde
Rhelafen 3x3/4 cth
via sonde
Rencana LP
Tidur miring kiri
dan ke kanan
Kalau
keluarga
setuju
boleh
pindah ke PICU
DISKUSI
Diagnosis yang ditegakkan adalah meningitis tuberculosis stadium III + KEP berat.
Diagnosis yang ditegakkan sesuai dengan teori.
Pada anamnesis didapatkan:
Adanya kejang
- Panas badan +
- Ptosis +/-, strabismus -/+, pupil midriasis, dolls eye phenomenon +
- PCH +/+
- Kaku kuduk +
- Retraksi + pada supraclavicula, suprasternal, intercostalis, epigastrium
- BBS +/+, Rhonchi +/+
- Spasme ekstremitas atas dan bawah
- Refleks fisiologis +/+, Refleks patologis : Babinsky +/+, Oppenheim +/+, Gordon +/+,
Chaddock +/+, Schaeffer +/+, Rangsang meningen: Brudzinsky I,II,III (+), Kernig +,
Laseque +
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:
-
Dosis yang dianjurkan 50 mg/kgBB/hari diberikan setiap 6 - 8 jam. Berat badan anak
17 kg, berarti yang diberikan 850 mg/kgBB tiap 6-8 jam,dengan sediaan vial 1gr. Dosis
yang diberikan sesuai anjuran.
- Rhelafen F 3x1 cth
Dosis yang dianjurkan untuk anak > 7 tahun: 1 sendok teh diberikan 3-4 kali sehari.
Dosis yang diberikan sesuai anjuran.
- Kalmoxillin 3x500 mg I.V
Dosis yang dianjurkan untuk infeksi berat 500 mg 3x sehari. Dosis anak 25-50
mg/kgBB, berarti yang diberikan 425-850 mg/kgBB, diberikan 3x sehari. Dosis yang
diberikan sesuai anjuran.
- Valium 1x5 mg I.V
Dosis yang dianjurkan untuk anak 2-20 mg I.M atau I.V. Dosis yang diberikan sesuai
anjuran.
- Kalmethasone 2x4 mg
Dosis yang dianjurkan 4-20mg I.M atau I.V. Dosis yang diberikan sesuai anjuran.
- Luminal 3x30 mg
Dosis yang diberikan sesuai anjuran.
- Rifampicin 1x1 pulv
Dosis yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/ hari dosis tunggal, dibuat racikan (pulv). Dosis
yang diberikan sesuai anjuran.
DAFTAR PUSTAKA
Soetomenggolo T S, Ismael S, 1999, Buku Ajar Neurologi Anak, IDAI, Jakarta, halaman
363- 371
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, EGC, Jakarta, halaman 1034-1035
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 2002, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid kedua, Infomedika, Jakarta, halaman 562-564
Garna H, Suroto E, Hamzah, Nataprawira H M, Prasetyo D, 2000, Pedoman Diagnosis
Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, Edisi kedua, Bag/SMF I.K.A FKUP/RSHS,
Bandung, halaman 354-355
Raharjoe N, Basir D, Makmuri, Kartasasmita CB, 2005, Pedoman Nasional Tuberkulosis
Anak, Unit Kerja Pulmonologi PP IDAI, Jakarta, halaman54-56
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W I, Setiowulan W, 2000, Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi ketiga jilid kedua, Media Aesculapius FKUI, Jakarta, halaman 439-440