FISIOLOGI
SISTEM GERAK REFLEKS
DOSEN PENGAMPU :
Dina Indrarti DS,M.Kep.Sp.Mat
DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DEFI MERISA
NIM : P1337420215066
RIA ELSAVIANA AGUSTIN
NIM : P1337420215067
FINDY NAISHA FERDIANA
NIM : P1337420215068
MAULIDA PURWADANI
NIM : P1337420215069
FAJRI KUSUMASTUTI
NIM : P1337420215070
NIKEN NOFIA ANGGRAENI
NIM : P1337420215071
INDRI RIADHA SHINTYA DEWI NIM : P1337420215072
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT, semata yang telah melimpahkan
Rahmat-Nya dengan kita sekalian dan khususnya pada kami sendiri yang mana
sudah selesai menyusun makalah tentang Gerak dan Refleks yang diperoleh dari
sumber-sumber yang kami cari.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas
tentang Gerak dan Refleks.
Kami menyadari akan kelemahan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini
oleh karena bagi para pembaca boleh menegur atau memberi saran kepada kami.
Kami akan hargai teguran dari para pembaca.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi yang membaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil
olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor.
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur
saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor, yang
mengalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak refleks yang paling sederhana
hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks merupakan gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon
segera setelah adanya rangsang. Gerak refleks akan berhubungan dengan saraf-saraf yang ada
dalam tubuh. Secara normal seseorang pasti akan mengalami gerak reflek, jika tidak,maka
seseorang itu mengalami gangguan pada sistem sarafnya. Jadi jika orang tidak mengalami
gerak refleks karena adanya rangsang yang tiba-tiba, maka pada tubuh terjadi patologis pada
sistem sarafnya. Sedangkan saraf merupakan hal yang penting dalam tubuh karena
merupakan pusat koordinasi kegiatan tubuh. Maka berawal dari pentingnya saraf bagi tubuh
ini, kami membuat makalah tentang gerak refleks, karena gerak refleks pada manusia dapat
menjadi salah satu patokan apakah sistem saraf pada suatu individu itu mengalami patologis
atau tidak.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan
menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku, secara otomatis kita akan menarik kaki dan
akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak, dengan keluarnya air
liur tanpa disadari.
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung
disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali dengan
mekanisme gerak biasa.
Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan
langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga
terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak.
Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari.
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Mekanisme Gerak Refleks
2.1.1 Pengertian Gerak Refleks
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar pada rute
yang disebut lengkung refleks. Sebagian besar proses tubuh involunter (misalnya, denyut
jantung, pernapasan, aktivitas pencernaan, dan pengaturan suhu) dan respons somatis
(misalnya, sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan pada lutut) merupakan kerja
refleks.
Gerak refleks adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi lebih cepat
dari gerak sadar. Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi tiba-tiba
diluar kesadaran kita. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui (reflex arc), namun refleksrefleks ini sangat penting artinya didalam mendiagnosis dan melokalisasi lesi neurologi
Bagi gerak refleks, waktu reaksi adalah jumlah waktu yang dibutuhkan oleh makhluk
hidup untuk bereaksi sejak rangsangan muncul.
2.1.2 Lengkung Refleks
Unit dasar aktivitas refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini terdiri
atas alat indra, neuron aferen, satu sinaps atau lebih yang umumnya terdapat di pusat integrasi
sentral, neuron eferen, dan efektor. Pada mamalia, hubungan (sninaps) antara neuron somatik
aferen dan eferen biasanya terdapat di otak atau medulla spinalis. Serat neuron aferen masuk
susunan saraf pusat melalui radiks dorsalis medulla spinalis atau melalui nervus kranialis,
sedangkan badan selnya akan terdapat di ganglion dorsalis atau di ganglion-ganglion
homolog nervi kranialis. Serat neuron eferen keluar melalui radiks ventralis atau melalui
nervus cranial yang sesuai. Kenyataan radiks dorsalis medulla spinalis bersifat sensorik dan
radiks ventralis bersifat motorik dikenal sebagai hukum Bell-Magendie.
Jalur aferen melintas sepanjang sebuah neuron sensorik sampai ke otak atau medulla
spinalis.
Bagian pusat adalah sisi sinaps, yang berlangsung dalam substansi abu-abu SSP.
Impuls dapat ditransmisi, diulang rutenya atau dihambat pada bagian ini.
Jalur eferen melintas disepanjang akson neuron motorik sampai ke efektor, yang akan
merespons impuls eferen sehingga menghasilkan aksi yang khas.
Efektor dapat berupa otot rangka, otot jantung, atau otot polos, atau kelenjar yang
merespon.
keadaan
berkepanjangan
yang
memperlihatkan
pengaruh
eksitasi
mengalahkan pengaruh inhibisi atau sebaliknya. Bila keadaan eksitasi sentral kuat, impuls
eksitasi tidak saja menyebar ke berbagai daerah somatic medulla spinalis melainkan juga ke
daerah otonom. Pada orang yang mengalami paraplegia kronis, misalnya, rangsangan noksius
yang lemah dapat menimbulkan refleks kencing, defekasi, berkeringat, dan tekanan darah
yang fluktuatif.
4. Habituasi dan Sensitisasi Respon Refleks
Kenyataan bahwa respon refleks bersifat stereotipik tidak menghilangkan
kemungkinan bahwa respons tersebut dapat berubah melalui pengalaman.
Refleks Fisiologis
a.
Refleks Somatik.
1.
Lengkung reflex yang paling sederhana, mempunyai sinaps tunggal diantara neuron aferen
dan eferen. Hanya ada satu sinaps yang terjadi antaraneuron sensorik dan neuron motorik.
Bila otot rangka dengan persyarafan yang utuh direnggangkan, otot ini akan berkontraksi.
Respons seperti ini disebut refleks renggang. Rangsangan yang menimbulkan efek regang
adalah regangan pada otot, dan responnya adalah kontraksi otot yang diregangkan tersebut.
Alat indranya adalah kumparan otot. Impuls yang tercetus di kumparan otot dihantarkan ke
SSP (Sistem Saraf Pusat) melalui serabut saraf sensorik penghantar cepat. Impuls kemudian
secara langsung akan diteruskan ke neuron motorik yang mempersarafi otot yang teregang.
Neurotransmitter di sinaps adalah glutamate. Reflex regang merupakan reflex monosinaptik
di dalam tubuh yang paling banyak diketahui dan dipelajari. Contoh klinis:
Refleks Patella (knee jerk)
Ketukan pada tendon patella akan membangkitkan reflex patella, karena ketukan pada tendon
akan meregangkan otot kuadriceps femoris.
Ketika patella diberi ketukan secara refleks kaki akan bergerak ke depan seakan menendang.
Perubahan postur/gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur atau
gerak pada kaki tersebut.
Perubahan postur atau gerak pada kaki tersebut karena adanya mekanisme pengatur postur
yang terdiri dari rangkaian nukleus dan berbagai struktur seperti medulla spinalis, batang otak
dan korteks serebrum. Sistem ini tidak saja berperan dalam postur statik tetapi juga bersama
sistem kortikospinalis dan kortikobulbaris, berperan dalam pencetusan dan pengendalian
gerakan. Penyesuaian postur dan gerakan volunter tidak mungkin di pisahkan secara tegas,
tetapi dapat di ketahui serangkaian refleks postur yang tidak saja mempertahankan posisi
tubuh tetapi tegak dan seimbang tapi juga penyesuaian untuk mempertahankan latar belakang
postur yang stabil untuk aktivitas volunter. Penyesuaian ini mencakup 2 refleks yaitu :
1
Keduanya terintegrasi di dalam sistem saraf pusat, dari medulla spinalis sampai korteks
serebrum.
Faktor utama dalam kontrol postur adalah adanya variasi ambang refleks regang spinal, yang
di sebabkan oleh perubahan tingkat keterangsangan neuron motorik dan secara tidak
langsung merubah kecepatan lepas muatan oleh neuron eferen - ke kumparan otot. Sehingga
makin keras ketukan yang di berikan maka refleks regang yang terjadi semakin kuat dan
terjadi gerak sesaat yang lebih tegas (pada refleks patella kaki akan bergerak menendang
lebih keras atau sesuai dengan besar rangsang yang di berikan).
Mekanismenya adalah:
Tendon patella diketuk > serabut tendon tertarik > otot dan serabut kumparan teregang >
mengaktifkan refleks regangan.
2.
Lengkung refleks yang mempunyai lebih dari satu interneuron diantara neuron aferen dan
eferen dan jumlah sarafnya beragam antara dua sampai beberapa ratus.
Refleks menarik diri merupakan jawaban terhadap rangsangan noxius dan biasanya
rangsangan nyeri di kulit atau jaringan subkutan serta otot. Respon yang timbul adalah
kontraksi otot flexor dan penghambatan otot ekstensor sehingga bagian yang terangsang
mengalami fleksi dan menarik diri dari rangsangan tersebut. Bila diberikan rangsangan yang
kuat pada ekstremitas, respon yang timbul bukan hanya berupa fleksi dan menarik diri pada
ekstremitas tersebut, melainkan juga ekstensi pada ekstremitas kontralateral. Respon
ekstensor silang ini merupakan refleks menarik diri. Pada dasarnya adalah refleks potensi
untuk menjauhi rangsangan yang membahayakan artinya refleks untuk menghindari sesuatu
yang tidak menyenangkan atau membahayakan.
Gb. 3 Diagram hubungan polisinaps antara neuron aferen dan eferen di medulla spinalis
b.
Refleks Otonomik
Contoh Klinis
1
Refleks batuk
Refleks batuk penting sekali bagi kehidupan, karena batuk merupakan cara dengan mana
saluran udara paru-paru dipertahankan bebas dari benda asing.
Bronkus dan trakea sedemikian peka sehingga benda asing apapun atau sebab iritasi
lain menimbulkan refleks batuk. Larink dan karina sangat peka, dan bronkiolus terminalis
serta alveolus terutama peka terhadap rangsnag kimia korosif seperti gas sulfur dioksida dan
klor. Impuls aferen dari saluran pernapasan terutama berjalan melalui nervus vagus ke
medulla oblongata. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh sirkuit
neuron medulla oblongata, sehingga menyebabkan efek-efek sebagai berikut: pertama, kirakira 2,5 L udara dihirup. Kedua, epiglottis menutup, dan pita suara menutup erat untuk
menjerat udara di dalam paru-paru. Ketiga, otot peut berkontraksi dengan kuat. Sebagai
akibatnya tekanan di dalam paru-paru meningkat menjadi 100 mmHg atau lebih. Keempat,
pita suara dan epiglottis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara bertekanan tinggi di dalam
paru-paru meletus keluar.
2
Refleks bersin
Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada saluran hidung, impuls aferennya
berjalan di dalam saraf kelima ke medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan. Terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada refleks batuk, tetapi uvula tertekan
sehingga sejumlah besar udara mengalir dengan cepat melalui hidung, dan juga melalui mulut
sehingga membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.
2.2.2
Refleks Patologis
Refleks patologis adalah refleks refleks yang tidak dapat di bangkitkan pada orang sehat,
kecuali pada bayi dan anak kecil. Refleks refleks patologis sebagian besar bersifat refleks
dalam dan sebagian lainnya bersifat refleks superfisial. Reaksi yang di perlihatkan oleh
refleks patologis sebagian besar adalah sama tetapi mempunyai nama bermacam macam
karena di bangkitkan dengan cara yang berbeda beda.
Contoh klinis:
1. Refleks Babinski
Lakukan goresan di ujung palu refleks pada telapak kaki pasien. Goresan di mulai pada tumit
menuju ke atas dengan menyusuri bagian lateral telapak kaki, setelah sampai pada pangkal
kelingking, goresan di belokan ke medial sampai akhir pada pangkal jempol kaki. Refleks
babinski positif jika ada respon dorsofleksi ibu jari yang di sertai pemekaran jari jari yang
lain.
Lesi di subkortikal atau batang otak, dengan gejala-gejala; hemiplegia berat dan
hemiastesis berat, disartria, termasuk dysarhtria-clumsy hand, hemiparesis-ataksia,
dan tidak ada gangguan kognisi, bahasa dan penglihatan
Lesi di batang otak, dengan gejala-gejala; tetrapelgia dan tetraastesia total, crossed
signs (signs on same side of face and other side of body), dysconjugate gaze,
nygstagmus, ataxia, disartria, dan disphagia
Lesi di serebelum, dengan gejala-gejala ataksia tungkai ipsilateral dan ataksia gait.
BAB III
PENUTUP
Refleks adalah respon motorik sederhana, involunter, stereotipik, terpogram, terhadap
stimuli sensorik spesifik. Refleks dioperasikan melalui arkus (lengkung) refleks. Sebuah
lengkung refleks terdiri atas (1) reseptor sensori yang menterjemahkan stimuli, (2) serabut
sensori aferen, yang masuk medulla spinalis melalui akar dorsal, membawa sinya ke SSP, (3)
pusat integrasi (sinap dan interneuron), yang menganalisis masukan sensori, membawa sinyal
ke neuron motorik. Serabut neuron motorik terdiri atas jaras eferen dari lengkung tersebut
mmedula spinalis melalui (akar ventral), menginervasi otot skelet (5) (efektor).
Gerak refleks dibedakan menjadi dua, yaitu refleks fisiologi dan refleks patologis.
Refleks fisiologis dibagi menjadi refleks somatis dan otonom. Berdasarkan jumlah neuronnya
refleks somatis dibedakan menjadi refleks monosinaptik dan polisinaptik.
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:Penerit Buku
Kedokteran EGC
Fife TD, Tusa RJ, Furman JM, et al. Assessment, vestibular testing techniques in
adults and children: report of the Therapeutics and Technology Assessment
Subcommittee of the Ameircan Academic of Neurology. Neurology 2000;55:14311441
http://hanifah-ayu-fk13.web.unair.ac.id/artikel_detail-106365-Ilmu%20Faal-Sistem
%20Gerak%20Refleks.html