Dosen :
Dr.Wawan Ichwanudin,M.M
Dr.Akhmadi, SE, M.Si
KELOMPOK VI :
1.
2.
3.
4.
5.
AKHMAD HERYADI
DRAYA TUGUS KLADERY
INDRA BUDI SETIAWAN
RACHMATULLAH HADI
SRI DEWI KANIAWATI
7776160003
7776150077
7776150073
7776150060
7776160016
BAB I
Kelompok VI
1
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki perananan penting dalam menunjang perekonomian suatu negara.
Fungsi ekonomis pasar modal adalah untuk menyediakan perpindahan dan fungsi keuangan
untuk menyediakan dana. Efisiensi pasar modal selalu dikaitkan dengan penyediaan
tersedianya informasi yang dapat mempengaruhi harga sekuritas di pasar modal. Nilai
transaksi (kapitalisasi) yang tinggi mengindikasikan potensi perolehan laba yang tinggi.
Disisi lain return atas investasi saham yaitu dividend dan capital gain lebih sulit diprediksi,
sehingga investor harus melakukan analisis saham guna memperoleh keuntungan yang
diharapkan.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai suatu harga saham
diantaranya dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai
sebenarnya saham yaitu: Analisis teknikal dan Analisis fundamental. Analisis fundamental
merupakan studi yang mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan keuntungan suatu
bisnis dengan maksud untuk lebih memahami sifat dasar dan karakteristik perusahaan
publik yang menerbitkan saham tersebut. Analisis mengenai penilaian harga saham yang
akan dibahas dalam penelitian ini adalah analisis fundamental. Salah satu alat analisis
fundamental yang dapat dipergunakan untuk melakukan penilaian saham adalah
pendekatan Price Earning Ratio (PER) yaitu rasio antara harga pasar saham dengan laba
per lembar saham. Pendekatan PER ini sering digunakan oleh analis sekuritas untuk menilai
harga saham karena pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan
perusahaan pada suatu periode tertentu. Price Earning Ratio (PER) diartikan sebagai
indikator kepercayaan pasar terhadap prospek pertumbuhan perusahaan sehingga banyak
pelaku pasar modal menaruh perhatian terhadap pendekatan PER tersebut. Selain itu PER
juga memiliki beberapa atribut menarik yaitu PER memberikan standar yang baik dalam
membandingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda dan kemudahan
dalam membuat estimasi yang digunakan sebagai input pada PER model.
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap pergerakan harga saham akan mengakibatkan
perubahan PER dari suatu perusahaan. Para investor harus mampu menyikapi apabila
terjadi pergerakan harga saham yang mengakibatkan PER rendah dan bagaimana investor
menyikapi apabila PER tinggi. Bagi investor, PER rendah akan memberikan kontribusi
tersendiri, karena selain dapat membeli saham dengan harga yang relatif murah,
kemungkinan untuk mendapatkan capital gain juga semakin besar sehingga investor dapat
memiliki banyak saham dari berbagai perusahaan yang go public. Sebaliknya, emiten
menginginkan PER yang tinggi pada waktu go public untuk menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan cukup baik dengan harapan agar harga saham akan tinggi pula. Untuk
mendapatkan informasi yang aktual mengenai PER diperlukan suatu analisis guna
mengetahui beberapa variabel yang berpengaruh terhadap harga saham. Mengingat bahwa
para investor harus menganalisis apakah harga-harga saham yang terjadi cukup layak untuk
dibeli, maka para investor harus mendeteksi pergerakannya. Berikut ini data empiris yang
dapat digunakan sebagai variabel-variabel pembanding terhadap PER yaitu: Debt to Equity
Ratio (DER), Return of Equity (ROE), Dividen Payout Ratio (DPR), Price to Book Value
(PBV), Current Ratio (CR), dan Firm Size.
Kelompok VI
2
Debt To Equity Ratio (DER) bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang-hutang yang dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada. Rasio ini
menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total
modal yang dimliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar
kepercayaan dari pihak luar, hal ini sangat memungkinkan meningkatkan kinerja
perusahaan, karena DER menunjukkan seberapa besar utang yang dimiliki oleh perusahaan
atas ekuitas (modal sendiri).
Return On Equity (ROE) menunjukkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan
sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Semakin tinggi rasio
ini semakin besar dan efektif kinerja perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini juga
menunjukkan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan tingkat kembalian pada
pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat
kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Price to book value, pendekatan ini
menghitung antara harga saham dengan nilai buku dari kekayaan perusahaan yang
menerbitkan saham berdasarkan data yang terdapat di dalam neraca.
Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS)
dan earning per share (EPS). Sedangkan menurut Husnan (2001) perusahaan hanya bisa
membagikan deviden semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang
semakin besar. Jika laba yang diperoleh besarnya tetap, perusahaan tidak bisa
membagikan deviden yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan
membagikan modal sendiri. Deviden merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para
pemegang saham, sedangkan laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling
penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Setiap perusahaan selali ingin adanya
pertumbuhan bagi perusahaan tersebut disuatu pihak dan juga dapat membayarkan deviden
kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi tujuan tersebut selalu bertentangan.
Sebab makin tinggi tingkat deviden yang dibayarkan, berarti makin sedikit laba yang ditahan,
dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan
harga sahamnya (Bringham, 1999). Apabila perusahaan ingin menahan sebagian besar dari
pendapatannya tetapi didalam perusahaan berarti bahwa bagian dari pendapatan yang
tersedia untuk pembayaran deviden makin kecil.
Current Ratio (CR) merupakan variable yang mampu untuk mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi jumlah aset lancar terhadap
kewajiban lancar maka semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar tersebut akan
dibayar. Dengan semakin meningkatnya Current Ratio (CR) perusahaan, maka peluang
meningkatkan earning atau pendapatan laba perusahaan tersebut, sehingga nilai Price
Earning Ratio (PER) semakin tinggi.
Faktor lain yang diduga memengaruhi PER adalah Firm Size atau ukuran perusahaan. Firm
Size atau ukuran perusahaan adalah besar kecil nya perusahaan yang dapat dilihat dari
besarnya nilai ekuitas, nilai penjualan, dan nilai total aktiva. Perusahaan yang berukuran
besar umumnya usahanya lebih terdiversifikasi, lebih mudah dalam mengakses pasar
modal, dan membayar tingkat suku bunga rendah, sehingga risiko kebangkrutan relatif lebih
kecil.
BAB II
Kelompok VI
Kelompok VI
H3 (+)
H2 (+)
H4 (+)
H5 (-)
H1 (-)
H6 (+)
Kelompok VI
5
signifikan positif terhadap PER. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa return to equity
memiliki hubungan positif terhadap price earning ratio.
H2: Return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap PER
Pengaruh Dividend Payout Ratio Terhadap Price Earning Ratio
Dividend payout ratio (DPR) merupakan perbandingan antara dividend per share (DPS)
dengan earning per share (EPS) semakin besar dividen yang dibagikan maka akan semakin
besar dividend payout ratio-nya dan hal tersebut sangat menarik buat investor (Ang,1997).
Perubahan atas dividen payout ratio (DPR) dapat mempengaruhi perubahan PER (Husnan,
2001). Karena apabila laba yang ditahan semakin kecil maka pertumbuhan laba yang akan
dibagikan kepada investor akan semakin besar sehingga penilaian saham atas PER akan
meningkat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Retyansari (2005) menyimpulkan bahwa
DPR berpngaruh signifikan positif terhadap PER. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
dividend payout ratio memiliki hubungan positif terhadap price earning ratio.
H3: Dividend payout ratio (DER) berpengaruh positif terhadap PER.
Pengaruh Price to Book Value Terhadap Price Earning Ratio
Price to book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berkinerja
baik, biasanya memiliki rasio PBV diatas satu (PBV>1). Hal ini menunjukkan bahwa nilai
pasar saham lebih besar daripada nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV, maka semakin
tinggi nilai perusahaan, sehingga membuat para investor atau calon investor tertarik untuk
menanamkan dananya ke dalam perusahaan, karena investor yang rasional akan memilih
emiten yang mempunyai PBV yang tinggi. Dengan adanya daya tarik tersebut akan
berdampak pada semakin banyaknya calon investor dan atau investor untuk memiliki saham
perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan harganya di pasar modal. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Meygawan dan Irene (2012) menyimpulkan bahwa PBV
berpengaruh signifikan positif terhadap PER. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa price
to book value memiliki hubungan positif terhadap price earning ratio .
H4: Price to book value (PBV) berpengaruh positif terhadap PER
Pengaruh Current Ratio Terhadap Price Earning Ratio
Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio. Rasio Likuiditas merupakan
rasio yang digunakan untuk menginterprestasikan posisi keuangan jangka pendek. Rasio ini
mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban
lancarnya. Suatu perusahaan yang mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi, maka perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid. Akan tetapi
current ratio yang terlalu tinggi mengindikasikan adanya dana yang menganggur (idle cash)
sehingga akan mengurangi tingkat laba atau profitabilitas perusahaan. Karena harga saham
mencerminkan dari nilai kapitalisasi dari laba yang di harapkan masa mendatang maka
penurunan laba akan menurunkann harga saham sehingga PER akan . Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Meygawan dan Irene (2012) CR berpengaruh negatif terhadap PER.
Kelompok VI
6
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Current Ratio memiliki hubungan negatif terhadap
price earning ratio.
H5: Current ratio (CR) berpengaruh negatif terhadap PER.
Pengaruh Firm Size Terhadap Price Earning Ratio
Perusahaan yang berukuran besar pada umumnya lebih teridentifikasi, lebih mudah dalam
mengakses pasar modal. Sehingga resiko kebangkrutan relatif kecil. Hal ini menjadi salah
satu faktor yang dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan investasi.(Riyanto,
1998). Ukuran (size) perusahaan secara umum menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam mendanai operasi dan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan, sehingga
semakin besar sebuah perusahaan maka akan semakin besar pula penjualannya dan
berdampak pada laba perusahaan Peningkatan ini akan berdampak positif pada PER pada
masa yang akan datang karena akan dinilai positif oleh para investor. Penelitian yang
dilakukan oleh Retyansari (2005) dan Meygawan dan Irene (2012) menyimpulkan bahwa
firm size berpengaruh signifikan positif terhadap PER. Maka dari itu dapat disimpulkan
bahwa firm size memiliki hubungan positif terhadap price earning ratio.
H6: Firm size berpengaruh positif terhadap PER.
Kelompok VI
7
BAB II
PEMBAHASAN
H1
: Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Price Equity Ratio
Pembahasan :
Berdasarkan penelitian dari Hayati (2010) yang melakukan penelitian
terhadap Faktor-faktor yang memperngaruhi PER pada perusahaan Real
Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada Tahun 2006, diketahui
bahwa DER merupakan variable yang paling dominan berpengaruh negatif
terhadap keputusan investasi saham (price earning ratio) pada perusahaan
Real Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada Tahun 2006 (nilai
P<0.05) . Semakin tinggi DER maka semakin rendah kepercayaan investor
yang menanamkan investasinya dalam bentuk saham.
Hasil penelitian diatas didukung oleh hasil penelitian dari Anggraeni (2011)
yang menganalisa pengaruh DER terhadap PER pada 39 perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010, diketahui bahwa DER
memiliki pengaruh yang negative secara parsial terhadap PER. Berikut
perbandingan Data DER & PER pada penelitian tersebut:
Rata-rata
2008
2009
2010
DER
1.23
1.06
0.88
PER
7.68
9.36
12.49
Sumber : ICMD 2010 dan 2011 yang telah diolah (dalam Anggraeni, 2011)
Dari data tersebut terlihat adanya korelasi negatif dimana setiap penurunan
DER diikuti oleh adanya peningkatan PER. Hasil uji statistik Deskriptif pada
variable DER terhadap PER juga menunjukkan adanya pengaruh negatif
DER terhadap PER. Nilai DER yang cenderung menurun mencerminkan
solvabilitas perusahaan semakin tinggi sehingga kemampuan perusahaan
untuk membayar hutangnya semakin baik, hal ini berarti bahwa resiko
perusahaan (Financial Risk) relatif rendah atau menurun. Tingkat Debt to
equity ratio (DER) yang cenderung menurun menunjukkan komposisi total
hutang (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin kecil
apabila dibandingkan dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan
berdampak pada semakin menurun pula beban perusahaan terhadap pihak
eksternal (kreditur). Penurunan beban terhadap kreditur akan menunjukkan
komposisi sumber modal perusahaan yang mulai mandiri dari pihak
eksternal, sehingga dapat meningkatkan
minat investor dalam
menanamkan dananya di perusahaan yang bersangkutan. Peningkatan
minat investor dalam menanamkan dananya ini akan berdampak pada
kenaikan harga saham perusahaan, sehingga Price Earning Ratio (PER)
perusahaan juga semakin meningkat.
Penelitian Meygawan dan Irene (2012) yang menganalisa factor-faktor yang
mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada perusahaan yang terdaftar
di BEI Tahun 2007-2010 juga menunjukkan bahwa DER berpengaruh
Kelompok VI
8
negative terhadap PER. Hasil pengujian terhadap variable tersebut
diketahui t hitung sebesar -0,346 dengan signifikansi sebesar 0,730. Nilai
signifikansi sebesar 0,730 tersebut lebih besar dari 0,05. Dengan demikian
menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5%, DER mempunyai pengaruh
yang tidak signifikan terhadap PER. Tercatat pada tahun 2007 rata-rata
DER sebesar 1,08 kali kemudian pada tahun 2008 naik menjadi 1,14 kali
kemudian pada tahun 2009 turun menjadi 0,96 kali dan pada tahun 2010
tidak mengalami perubahan yaitu 0,96 kali. Hal inilah yang menyebabkan
mengapa pada penelitian ini variasi DER tidak berpengaruh terhadap PER.
H2
: Return of Equity berpengaruh positif terhadap Price Equity Ratio
Pembahasan :
Berdasarkan penelitian dari Hayati (2010) yang melakukan penelitian
terhadap Faktor-faktor yang memperngaruhi PER pada perusahaan Real
Estate dan Property yang terdaftar di BEI pada Tahun 2006, diketahui
bahwa berdasarkan analisa regresi variable ROE berpengaruh positif
terhadap PER perusahaan real estate dan property yang terdaftar dib EI
(Koef = 0,043; P<0,05). Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ROE maka
semakin tinggi pula keputusan investasi saham (PER). Artinya setiap
kenaikan ROE sebesar 1% maka akan mengakibatkan kenaikan PER
sebesar 0,305 satuan.
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Supriyadi (2014) yang , dari
hasil penelitiannya diketahui bahwa ROE berpengaruh positif terhadap PER
karena nilai t hitung<t tabel (-5,526 < -2,-15).Semakin tinggi ROE yang
dimiliki maka semakin besar dan efektif kinerja perusahaan untuk
memperoleh keuntungan. Menggunakan modal total ekuitas untuk
memperoleh laba, maka harga saham perusahaan akan naik sehingga
minat investor terhadap saham perusahaan tersebut akan semakin
meningkat.
H3
: Dividen Payout Ratio berpengaruh positif terhadap Price Equity Ratio
Pembahasan :
Penelitian Retyansari (2005) yang menganalisa Faktor-faktor yang
mempengaruhi Price Eraning Ratio (PER) saham perusahaan Industri
Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian beliau, menyatakan
bahwa secara parsial Dividend payout ratio (DPR) berpengaruh secara
posifif signifikan terhadap PER. Hal ini berarti semakin tinggi DPR yang
dibagikan perusahaan kepada investor maka akan semakin tinggi pula
PER, sebaliknya semakin rendah DPr maka akan smekain rendah pula
PER. Menurut Litner 1956 (dalam Retyansari 2005), perusahaanperusahaan yang enggan membayar dividen, maka dianggap sebagai sinyal
buruk karena perusahaan dianggap membutuhkan dana sehingga minat
investor baru terhadap perusahaan tersebut akan turun yang dalam hal ini
akan menurunkan PER.
Kelompok VI
9
H4
: Price to Book Value berpengaruh positif terhadap Price Equity Ratio
Pembahasan : Berdasarkan penelitian Meygawan dan Irene (2012) yang menganalisa
factor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada
perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2007-2010. Hasil pengujian untuk
variabel PBV terhadap PER memberikan hasil t hitung sebesar 6,724
dengan signifikansi sebesar 0,00. Nilai signifikansi sebesar 0,00 tersebut
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf
signifikansi 5%, PBV mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PER.
Hal ini berarti hipotesis diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
semakin besar rasio PBV maka semakin tinggi nilai perusahaan, sehingga
membuat para investor atau calon investor tertarik untuk menanamkan
dananya ke dalam perusahaan dan pada akhirnya akan berdampak pada
meningkatnya harga saham di pasar modal dimana berarti price earning
ratio juga akan meningkat.
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian dari Agustin (2013) yang
menganalisa pengaruh PBV terhadap PER pada perusahaan pertambangan
di BEI periode 2009-2012. Berikut perbandingan Data PBV & PER pada
penelitian tersebut:
Variabel
2009
2010
2011
2012
DER
1.46
3.57
1.26
1.68
PER
17.21
32.63
14.13
8.55
Sumber : ICMD 2009 dan 2012 yang telah diolah (dalam Agustin, 2013)
Dari data tersebut terlihat adanya korelasi positif dimana setiap kenaikan
PBV diikuti oleh adanya peningkatan PER. Price Book Value (PBV)
merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur
kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya (Ang, 1997). Perusahaan
yang berkinerja baik, biasanya memiliki rasio PBV diatas satu (PBV>1). Hal
ini menunjukkan bahwa nilia pasar saham lebih besar daripada nilai
bukunya. Semakin tinggi nilai PBV suatu saham mengindikasikan persepsi
pasar yang berlebihan terhadap nilai perusahaan dan sebaliknya jika PBV
rendah, maka diartikan sebagai sinyal good investment opportunity dalam
jangka panjang.
H5
: Credit Ratio berpengaruh negatif terhadap Price Equity Ratio
Pembahasan : Berdasarkan penelitian Meygawan dan Irene (2012) yang menganalisa
factor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada
perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2007-2010. Hasil pengujian untuk
variabel CR terhadap PER memberikan hasil t hitung sebesar -0,633
dengan signifikansi sebesar 0,509. Nilai signifikansi sebesar 0,509 tersebut
lebih besar dari 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf
signifikansi 5%, CR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
PER. Hal ini berarti hipotesis ditolak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
current ratio yang tinggi mengindikasikan adanya dana yang menganggur
sehingga akan mengurangi tingkat laba atau profitabilitas perusahaan
sehingga menyebabkan PER akan turun. Tetapi nilai rasio CR pada
perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel penelitian tidak
Kelompok VI
10
menunjukkan perubahan yang berarti pada periode penelitian. Pada tahun
2007-2010 tercatat bahwa rata-rata current ratio peruahaan manufaktur
sebesar 235,95% pada tahun 2007, kemudian turun menjadi 210,45% pada
tahun 2008, naik menjadi 217,42% pada tahun 2009 kemudian naik kembali
menjadi 225,31% pada tahun 2010 dan dengan nilai standar deviasi CR
lebih kecil dari nilai rata-rata CR. Hal inilah yang menyebabkan mengapa
pada penelitian ini CR tidak berpengaruh signifikan terhadap PER.
Hasil penelitian diatas didukung oleh hasil penelitian dari Wardani (2013)
yang menganalisa pengaruh CR terhadap PER pada 39 perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2010, diketahui bahwa CR
memiliki pengaruh yang negative secara parsial terhadap PER, dimana
setiap penurunan CR diikuti oleh adanya peningkatan PER. hasil uji regresi
menunjukkan koefisien regresi CR sebesar 0,508 dengan signifikansi 0,186.
Nilai signifikansi CR tersebut lebih besar dari nilai signifikansi yang
diharapkan (0,05) menunjukan bahwa variable CR tidak berpengaruh
terhadap PER perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 20112013
H6
: Firm Size berpengaruh positif terhadap Price Equity Ratio
Pembahasan : Berdasarkan penelitian Meygawan dan Irene (2012) yang menganalisa
factor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) pada
perusahaan yang terdaftar di BEI Tahun 2007-2010. Hasil pengujian untuk
variabel firm size terhadap PER memberikan hasil t hitung sebesar 2,122
dengan signifikansi sebesar 0,36. Nilai signifikansi sebesar 0,36 tersebut
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian menunjukkan bahwa pada taraf
signifikansi 5%, firm size mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
PER. Hal ini berarti hipotesis diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan secara umum menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam mendanai operasi dan investasi yang menguntungkan
bagi perusahaan, sehingga semakin besar sebuah perusahaan maka akan
semakin besar pula penjualannya. Investor yang mengharapkan
pengembalian yang lebih besar akan cenderung memilih perusahaan yang
berukuran besar sehingga akan mempengaruhi nilai pasar saham
perusahaan dan dapat meningkatkan nilai price earning ratio perusahaan.
Hasil penelitian Wardhani (2013) menunjukkan Koefisien regresi variabel
Firm Size (FS) sebesar 2,018 dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi
Firm Size (FS) yang lebih kecil dari signifikansi yang diharapkan (0,05)
menunjukkan bahwa variable Firm Size berpengaruh positif terhadap Price
Earnings Ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2011-2013. Firm Size diukur dengan total aset
perusahaan yang terdiri dari modal dan hutang perusahaan. Naiknya hutang
berarti naiknya jumlah cicilan, dan jumlah cicilan yang besar ketika tidak
dapat ditutup dengan arus kas operasional, mengharuskan investor
menambah modalnya, dan berujung pada pailitnya perusahaan. Dari
penjelasan diatas, maka dapat dijelaskan bahwa jika komposisi total aset
ternyata hutang perusahaan lebih besar dari modal, maka perusahaan
Kelompok VI
11
dimungkinkan menghasilkan laba yang lebih kecil karena sebagian labanya
digunakan untuk menutup hutanghutangnya. Bila hal ini terjadi, maka
investor tidak tertarik untuk membeli saham, yang pada akhirnya harga
saham menurun dan berakibat pula pada turunnya PER. Jika komposisi
total aset ternyata modalnya lebih besar dari hutangnya, maka perusahaan
akan menghasilkan laba yang lebih besar. Bila hal ini terjadi, investor akan
tertarik membeli saham dan harga saham akan naik, sehingga berakibat
pada naiknya nilai PER. Berdasarkan data keuangan dari 39 sampel selama
3 tahun, sebagian besar perusahaan memiliki modal atau ekuitas yang lebih
besar dari total hutangnya. Hal ini memngaruhi investor untuk menjadikan
Firm Size sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan berinvestasi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok VI
12
Agustin, Roro Fitria. 2013. Analisis Pengaruh PBV, EPS, DER dan ROA terhadap Price
Earning ratio (PER) pada Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-1012. Jurnal Universitas Semarang: hlm 65-80.
Aji, Meygawan Nurseto dan Irene Rini Demi Pangestuti. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Price Earning Ratio (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2007-2010). Diponogoro Journal of Management.
Volume 1, nomor 1, halaman 382-391.
Anggraini, Yemima. 2012. Analisis Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio dan Total
Asset Turnover Terhadap Price Earning ratio (Studi kasus Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2010). Skripsi
Universitas Diponegoro Semarang.
Hayati, Nurul. 2010. Faktor yang Mempengaruhi PER Sebagai Salah Satu Kriteria
Keputusan Investasi Saham pada Perusahaan Real Estate dan Poperty di BEI.
jurnalstiei-kayutangi.ac.id. Diakses tanggal 14 Oktober 2016
Retyansari, Elka. 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Price Earning ratio
(PER) Saham Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Tesis Tidak
Dipublikasikan. Magister Manajemen, Universitas Diponegoro.
Supriyadi, Agus. 2015. Pengaruh Current ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Inventory
Turnover (ITO), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE) terhadap Price
Earning Ratio (PER) pada Perusahaan Manufaktur di Bidang Otomotif dan Komponen
yang Terdaftar du Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013.
Wardhani, Riva D.K. 2015. Pengaruh Return on Equity, Debt To Equity ratio, Current Ratio,
dan Firm Size terhadap Price Earning ratio Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.
Kelompok VI
13
LAMPIRAN
JURNAL
Kelompok VI