Anda di halaman 1dari 13

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8

Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

PETROGENESIS DAN SIFAT KETEKNIKAN MARMER JOKOTUO


Arsyi Hadyan*, Nugroho Imam Setiawan, Wawan Budianta, Muhammad Faqih Alfyan
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl.Grafika No.2 Bulaksumur,
Yogyakarta,Indonesia, Tel. 0274-513668,
*corresponding author: arsyhadyan@gmail.com

ABSTRAK
Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian geologi karena pada
daerah ini banyak terdapat singkapan yang terdiri dari berbagai jenis batuan dengan rentang umur
yang berbeda. Salah satu jenis batuan metamorf yang dapat dijumpai di Bayat adalah marmer.
Batuan ini hadir di dua tempat yaitu di Perbukitan Jiwo Barat tepatnya di Pagerjurang dan
Perbukitan Jiwo Timur yaitu di daerah Jokotuo. Marmer di Jokotuo sebelumnya diperkirakan
terbentuk akibat proses metamorfisme regional. Hal ini menjadi menarik karena marmer pada Jiwo
Barat terbentuk pada zona kontak. Sehingga jelas bahwa kedua marmer yang ada di Bayat terbentuk
dari proses yang berbeda. Selain itu luasan marmer Jokotuo lebih besar dibandingkan dengan
dimensi marmer yang terdapat di Jiwo Barat, sedangkan kehadiran marmer dengan luasan tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal secara ekonomis. Atas dasar tersebut penting untuk dilakukan
analisis keteknikan batuan untuk mengetahui potensi marmer Jokotuo. Metode yang digunakan adalah
pemetaan detail dengan skala 1:1000. Pengambilan sampel marmer dan batuan di sekitarnya
dilakukan saat pemetaan detail. Kemudian dari sampel tersebut dilakukan pengamatan petrografi.
Kemudian sampel marmer diuji sifat keteknikannya. Sifat keteknikan yang diuji adalah kuat tekan,
ketahanan aus, serapan air, dan kerapatan. Hasilnya terdapat dua satuan batuan utama di daerah ini
yaitu marmer dolomit-kuarsa dan sekis karbonat. Sekis karbonat dan marmer dolomit kuarsa di
daerah penelitian memiliki fasies metamorfisme sekis hijau. Petrogenesis dari batuan ini menunjukkan
proses metamorfisme regional. Daya tahan aus dari marmer berkisar antara 0,035-0,049 mm/menit,
memiliki nilai kuat tekan dengan kisaran 39,057-50,277 Mpa, dan kerapatan kering yang tergolong
tinggi serta serapan air yang rendah.

I.

terbentuknya dan hubungan batuan tersebut


dengan batuan metamorf lain. Selain itu
konsekuensi ekonomis dari marmer di Bayat
juga belum banyak dibahas. Makalah ini akan
membahas mengenai petrogenesis dari
marmer Jokotuo dan batuan
sekitarnya
berdasarkan analisis petrografi dan pemetaan
geologi kemudian dilanjutkan dengan analisis
sifat keteknikan batuan.

PENDAHULUAN
Bayat merupakan salah satu daerah yang
menarik sebagai obyek penelitian geologi
karena pada daerah ini banyak terdapat
singkapan batuan yang terdiri atas berbagai
jenis batuan dengan rentang umur yang
berbeda. Batuan yang dapat dijumpai pada
daerah tersebut adalah batuan beku, sedimen,
dan metamorf. Salah satu jenis batuan
metamorf yang dapat dijumpai di Bayat adalah
marmer. Batuan ini hadir di dua tempat yaitu
di Perbukitan Jiwo Barat tepatnya di
Pagerjurang dan Perbukitan Jiwo Timur yaitu
di daerah Jokotuo. Marmer di Pagerjurang
muncul bersama dengan meta-batulanau dan
skarn yang berada di sekitarnya (Alfyan dkk.,
2014). Marmer di Jokotuo muncul bersama
filit yang berada di sekitarnya (Rahardjo, 2004).
Kehadiran marmer di derah Bayat belum
banyak diteliti terutama mengenai mekanisme

II. KONDISI GEOLOGI PERBUKITAN


JIWO
Stratigrafi Perbukitan Jiwo terbagi menjadi 3
kelompok utama. Kompleks batuan metamorf
menjadi yang tertua di daerah ini. Kompleks
batuan ini terdiri atas filit, sekis, gneis, dan
metabatupasir yang menjadi basement
sedimen Tersier. Bagian dalam dari batuan
metamorf
ini
sering
dijumpai
hasil
metamorfosa batugamping berupa marmer
616

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
(Bukit Jabalkat dan Jokotuo). Kelompok yang
kedua adalah batuan beku. Batuan beku
ditemukan dalam bentuk bongkah-bongkah
dan intrusi kecil yang bersifat diabasik dengan
tekstur ofitik dan subofitik. Kelompok terakhir
adalah kelompok batuan sedimen. Kelompok
ini diwakili oleh batugamping nummulites
yang berumur Eosen dan endapan sedimen
resen yang diwakili endapan aluvial dan
koluvial. Batuan metamorf yang tersingkap
pada Perbukitan Jiwo adalah filit, sekis mika,
sekis kalk-silikat, dan marmer dengan arah
foliasi NE-SW (Warmada dkk., 2008).
Batuan metamorf fasies sekis biru ditemukan
pada Perbukitan Jiwo yang mencirikan proses
metamorfisme bertekanan tinggi. Batuan
metamorf fasies sekis hijau juga ditemukan
dan menjadi
penciri metamorfisme
bertekanan rendah di daerah ini. Skarn juga
ditemukan pada bagian barat dari Perbukitan
Jiwo (Setiawan, 2013). Skarn pada Jiwo Barat
memiliki kandungan mineral garnet dan
wollastonit (Grt-Wo Skarn). Skarn pada daerah
ini berada di dekat marmer yang juga
tersingkap di sebelahnya.

pendahuluan meliputi penentuan daerah


penelitian, studi pustaka, dan analisis geologi
regional. Kedua, tahap pengambilan data
lapangan meliputi pengumpulan dan analisis
data dilokasi penelitian (dilakukan pencatatan
koordinat, morfologi, litologi, struktur geologi,
dan bidang foliasi) dan pengambilan sampel
batuan. Sampel batuan kemudian dianalisis
secara petrografi dan sifat keteknikan (kuat
tekan, ketahanan aus, serapan dan kerapatan).
Ketiga dilakukan integrasi data untuk
mendapatkan petrogenesis dan
sifat
keteknikan di daerah penelitian.

IV. DATA HASIL PENELITIAN


Hasil penelitian di lapangan menunjukkan
bahwa batuan yang mendominasi di daerah
penelitian adalah sekis karbonat dan marmer
dolomit-kuarsa. Pada bagian tenggara daerah
penelitian ditemukan batugamping yang
merupakan bagian dari Formasi Wonosari
(lihat gambar 3).
Pada bagian utara daerah penelitian yaitu
pada lereng Bukit Jokotuo ditemukan marmer
dengan yang memiliki foliasi dengan
kedudukan N 55o E/31o, N44o E/39o, dan N40o
E/34o(lihat gambar 1C dan 1D).

Marmer yang terdapat di Jiwo Timur (Jokotuo)


memiliki karakteristik yang berbeda. Setiawan
dkk. (2013) menyatakan bahwa pada Jiwo
Timur batuan metamorf didominasi oleh sekis
hijau. Marmer Jokotuo tersingkap di antara
tubuh sekis tersebut. Setiawan dkk. (2013)
mengemukakan bahwa mineral wollastonit
tidak ditemukan di Jiwo Timur. Hal ini berbeda
dengan kemunculan mineral tersebut pada
Jiwo Barat.

40 meter di selatan singkapan marmer


berstruktur foliasi tersebut ditemukan
singkapan batuan yang menunjukkan kontak
antara sekis karbonat (sekis kuarsa-klorit-kalsit,
dan filit klorit-muskovit) dengan marmer
dolomit-kuarsa.
Marmer
dolomit-kuarsa
menyisip di antara sekis kuarsa-klorit-kalsit
yang memiliki kedudukan bidang foliasi N 214o
E/22o dan filit klorit-muskovit yang memiliki
kedudukan N 105o E/ 34o (lihat gambar 1A).

Prasetyadi (2007) telah melakukan penentuan


umur batuan metamorf pada daerah ini
dengan melakukan penanggalan radiometri KAr. Penanggalan radiometri dilakukan
terhadap sampel sekis dan didapatkan umur
sekitar 98 juta tahun yang lalu atau awal
Kapur Akhir.

60 meter di sebelah barat laut singkapan


batuan tersebut terdapat kontak antara
marmer dan sekis grafit-muskovit (lihat
gambar 1F). Kontak antara keduanya berada
pada kedudukan N 195o E/ 80o dengan batas
yang cukup mencolok berupa adanya urat
kalsit. Sekis grafit-muskovit yang ditemukan
pada lokasi ini memiliki kenampakan berwarna
hitam dengan ciri khas mudah menimbulkan

III. METODE PENELITIAN


Metodologi pada penelitian ini terbagi
menjadi tiga tahapan. Pertama, tahap
617

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
cerat hitam yang menjadi salah satu ciri fisik
dari grafit. Float berupa sekis diopsid-kalsitkuarsa-grafit yang memiliki tekstur relik mirip
cangkang juga ditemukan di lokasi ini. Setelah
dilakukan pengamatan petrografi blok-blok
yang diduga adalah relik cangkang tersebut
adalah tekstur milonitik yang terdapat dalam
sekis (lihat gambar 2C).

Sekis diopsid-kalsit-kuarsa-grafit (JKF1.3B).


batuan ini tersusun atas diopsid, kuarsa, kalsit,
grafit, dan klorit (lihat gambar 2E).

Uji keteknikan batuan

Pengujian sifat keteknikan batuan yang telah


dilakukan adalah kuat tekan, ketahanan aus,
serapan, dan kerapatan. Sampel yang
digunakan dalam pengujian sifat keteknikan ini
adalah JK03AI, JK03AII ,dan JK02B. Sampel
JK03AI mewakili marmer yang terkena struktur
kekar, marmer JK03AII mewakili marmer
dalam kondisi segar, sedangkan marmer JK02B
mewakili marmer yang telah mengalami
pelapukan dengan tingkat faintly weathered
(Little, 1969 dalam Dearman, 1976). Pengujian
dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan,
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada.

Petrografi

Pengamatan
petrografi
dilakukan
di
Laboratorium Geologi Optik, Jurusan Teknik
Geologi, Universitas Gadjah Mada. Hasil
kelimpahan mineral pada sampel yang telah
diamati secara petrografis dapat dilihat pada
tabel 1.
Marmer dolomit kuarsa (JK02B). Triple
junction dan kenampakan kristalin dari mineral
kalsit, dolomit, dan kuarsa tampak terlihat
jelas pada batuan ini. Marmer dolomit kuarsa
tersusun atas kalsit, dolomit, kuarsa, dan
diopsid serta klorit (lihat gambar 2A).

Hasil pengujian laboratorium menunjukkan


bahwa marmer Jokotuo memiliki nilai
ketahanan aus tertinggi ditunjukkan pada
sampel
JK
02.B
yaitu
0,049
mm/menit ,sedangkan yang paling rendah
adalah sampel JK 03.A.I yaitu 0,035 (lihat
tabel 2).

Sekis kuarsa-klorit-kalsit (JK01A). Tekstur


foliasi sekistosik terlihat pada batuan ini
tersusun atas kuarsa, klorit, kalsit dan
plagioklas. Plagioklas yang ditemukan pada
batuan ini adalah plagioklas zoning yang
menjadi penciri relik batuan beku (lihat
gambar 2B).

Hasil uji laboratorium menunjukkan adanya


variasi nilai kuat tekan marmer Jokotuo yang
berkisar antara 39,057 Mpa sampai 50,277
Mpa (lihat tabel 2) dengan nilai rata-rata
43,4753 Mpa.

Filit klorit-muskovit (JK01B). Batuan miliki


tekstur
filitik dengan kandungan klorit,
muskovit, kalsit, kuarsa dan relik plagioklas
(lihat gambar 2D).

Hasil perhitungan nilai kerapatan batuan dari 3


sampel batuan menunjukkan nilai dengan
perbedaan yang tidak terlalu signifikan.
Kerapatan kering dan kerapatan basah
masing-masing contoh memiliki rentang nilai
2,547-2,606 gr/cm3 dengan nilai rata-rata
2,584 gr/cm3 dan 2,570-2,622 gr/cm3 (lihat
tabel 2) dengan nilai rata-rata 2,600 gr/cm3.

Sekis kalsit-grafit-kuarsa (JKF01A). Ukuran


kristal pada batuan ini berkisar antara 0,13mm dan tersusun atas kalsit, grafit, kuarsa,
muskovit, dan klorit. Tekstur milonitik pada
batuan ini tersusun atas muskovit dan kuarsa
(lihat gambar 2C).

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada marmer


Jokotuo memiliki nilai serapan yang cukup
beragam dengan nilai porositas tertinggi
dimiliki oleh sampel JK 02.B (0,912%) dan
nilai porositas terendah ditunjukkan pada
sampel JK 03.A.II (0,295%).

Sekis grafit-muskovit (JK1.3B). Sekis grafitmuskovit tersusun atas grafit, muskovit,


kuarsa dan klorit. Tekstur foliasi grafit,
muskovit dan kuarsa ditemukan cukup kuat
pada batuan ini (lihat gambar 2F).
618

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

MARMER

di Jokotuo adalah batuan karbonat yang


berselingan dengan sedimen pelitik.

Data petrografi menunjukkan kelimpahan


mineral kalsit + dolomit + kuarsa pada marmer
dolomit-kuarsa. Beberapa sampel juga
menunjukkan kehadiran mineral lain seperti
klorit + diopsid, serta hematit dengan
kandungan yang sangat minim. Marmer
dengan kandungan mineral kalsit + dolomit +
kuarsa + klorit termasuk ke dalam fasies sekis
hijau (greenschist). Diopsid pada marmer
muncul pada fasies amfibolit dan granulit,
tetapi mineral lain yang menjadi asosiasi pada
kedua fasies tersebut (talk, tremolit, flogofit,
forsterit, dan spinel) tidak ditemukan dalam
analisis petrografi. Data petrografi tersebut
menunjukkan bahwa marmer pada lokasi
penelitian lebih mendekati fasies sekis hijau
daripada fasies amfibolit atau granulit.

Hasil analisis petrografi menunjukkan bahwa


batuan metamorf di daerah penelitian
tersusun atas mineral karbonat (kalsit dan
dolomit), kuarsa, klorit, grafit, dan diopsid.
Mineral wolastonit tidak dijumpai pada batuan
di daerah penelitian. Mineral ini sangat
penting karena dapat menjadi penentu proses
terbentuknya batuan metamorf suatu daerah.
Ketidakhadiran mineral tersebut menunjukkan
indikasi kuat bahwa batuan
metamorf
merupakan hasil metamorfisme regional.
Kehadiran mineral klorit yang mencapai 50%
juga menunjukkan fasies batuan metamorf di
daerah penelitian adalah fasies sekis hijau.

V.

PETROGENESIS
JOKOTUO

Alfyan dan
Setiawan (2014) melakukan
analisis geokimia XRF untuk mengetahui
kandungan oksida utama dan unsur jejak pada
batuan di Perbukitan Jiwo. Data oksida utama
digunakan plot pada diagram CMS-HC (Bucher
dan Grapes, 2011). Hasilnya marmer pada
daerah ini merupakan marmer dolomitik (lihat
gambar 4). Sampel marmer 1 dan marmer 3
menunjukkan plot yang berada pada batas
marmer kalk-silikat dan marmer dolomitik
tetapi marmer 2 menunjukkan plot pada
marmer dolomitik. Hasil plot ini sesuai dengan
hasil analisis petrografi (lihat tabel 1) dimana
kalsit dan dolomit mendominasi komposisi
mineral marmer dan keberadaan kuarsa yang
lebih sedikit daripada kalsit dan dolomit.
Tekstur milonitik juga dijumpai pada sampel
sekis karbonat yang menandakan telah terjadi
metamorfisme regional dengan deformasi
yang aktif.

Sekis dan filit pada lokasi penelitian


menunjukkan kehadiran mineral kalsit +
kuarsa + grafit + klorit + muskovit. Tabel IV.1
menunjukkan kehadiran klorit + kuarsa + kalsit
+ muskovit termasuk ke dalam fasies
metamorfisme sekis hijau oleh batuan metanapal. Diopsid yang terdapat pada batuan ini
juga menunjukkan fasies sekis hijau pada
batuan ultrabasa, tetapi tidak dijumpai
mineral asosiasi lainnya pada batuan ini
(antigorite, brucite, forsterite) sehingga perlu
diteliti lebih mendalam lagi untuk jenis
protolith batuan ini.
Data petrografi menunjukkan kandungan kalsit
yang sangat tinggi dan mendominasi batuan
metamorf di Jokotuo disertai munculnya
mineral dolomit. Kalsit dan dolomit terdiri dari
Ca dan Mg yang sangat tinggi. Fakta tersebut
bisa menentukan protolith dari batuan di
perbukitan Jiwo yaitu batuan karbonat.
Kandungan klorit pada batuan metamorf di
Jokotuo juga cukup melimpah terutama pada
sekis. Klorit terdiri atas unsur Mg, Fe, Al, dan Si.
Unsur yang dominan membentuk klorit adalah
Al dan Si. Kandungan Al dan Si yang tinggi
memiliki protolith batuan sedimen pelitik.
Kemungkinan protolith dari batuan metamorf

Sebelum terjadinya metamorfisme, lingkungan


pengendapan di daerah penelitian merupakan
bagian dari pesisir pantai, yaitu rawa sampai
laut dangkal. Marmer dapat berasal dari
batugamping yang berada di laut dangkal,
terendapkan di atas sedimen pelitik yang kaya
material organik dan menjari di daerah transisi
darat-laut. Sedimen pelitik ini nantinya akan
termetamorfosa menjadi sekis karbonat dan
sekis grafit. Sekis grafit tidak dijumpai di
619

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
daerah Jokotuo, tetapi 200 meter ke arah
selatan dijumpai sekis grafit di Gununggajah.
Kehadirannya menegaskan model lingkungan
pengendapan yang diajukan penulis (lihat
gambar 5).

strenght-medium
strenght,
berdasarkan
Geological Society (1970), dalam Rai (2014)
masuk ke dalam batuan kuat, berdasarkan
Broch dan Franklin (1972), dalam Rai (2014)
masuk ke dalam high strenght, berdasarkan
Jennings (1973), dalam Rai (2014) masuk ke
dalam batuan sangat keras, menurut
Bienawski (1973) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam medium strenght, menurut ISRM
(1979) , dalam Rai (2014) masuk ke dalam
medium (lihat gambar 6).

Model ini dikembangkan dari daerah


penelitian di Jokotuo (Jiwo Timur). Seperti
yang telah diketahui bahwa batuan metamorf
tidak hanya dijumpai di Jiwo Timur tetapi juga
di Jiwo Barat. Penelitian lebih lanjut perlu
dilakukan
untuk
mengetahui
paleoenvironment dari daerah ini sebelum
terjadinya metamorfisme.

Marmer JK03AI (marmer terkena struktur)


berdasarkan klasifikasi Coates (1964) , dalam
Rai (2014) masuk ke dalam batuan lemah
(lihat gambar 6), berdasarkan Deere dan
Meller (1966) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam batuan low strenght, berdasarkan
Geological Society (1970) , dalam Rai (2014)
masuk ke dalam moderately strong,
berdasarkan Broch dan Franklin (1972) ,
dalam Rai (2014) masuk ke dalam high
strenght, berdasarkan Jennings (1973) , dalam
Rai (2014) masuk ke dalam batuan sangat
keras, menurut Bienawski (1973) , dalam Rai
(2014) masuk ke dalam low strenght, menurut
ISRM (1979) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam moderate (lihat gambar 6).

Berdasarkan pengamatan petrografi pada


sekis karbonat dijumpai relik dari mineral
plagioklas yang sudah terubah menjadi kalsit.
Selain itu ditemukan relik zonasi plagioklas
yang ditemukan pada sekis karbonat. Fakta ini
memberikan info bahwa ada batuan beku
yang menjadi provenance dari batuan sedimen
pelitik tersebut. Kesimpulan tersebut menarik
hipotesis baru karena pada penelitian
sebelumnya dilakukan penanggalan umur
batuan metamorf di daerah penelitian yang
menunjukkan umur Kapur akhir, namun
kehadiran relik fragmen batuan beku menjadi
persoalan yang baru karena vulkanisme tertua
yang pernah terekam di Jawa adalah pada
Tersier.

VI. SIFAT KETEKNIKAN


JOKOTUO

Marmer JK02B
(marmer terlapukkan)
berdasarkan klasifikasi Coates (1964) , dalam
Rai (2014) masuk ke dalam batuan lemah
(lihat gambar 6), berdasarkan Deere dan
Meller (1966) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam batuan low strenght, berdasarkan
Geological Society (1970) , dalam Rai (2014)
masuk ke dalam moderately strong,
berdasarkan Broch dan Franklin (1972) ,
dalam Rai (2014) masuk ke dalam high
strenght, berdasarkan Jennings (1973) , dalam
Rai (2014) masuk ke dalam batuan sangat
keras, menurut Bienawski (1973) , dalam Rai
(2014) masuk ke dalam low strenght, menurut
ISRM (1979) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam moderate (lihat gambar 6).

MARMER

Nilai kuat tekan marmer yang terkena kekar


adalah yang paling rendah di antara kedua
sampel lainnya, sedangkan marmer yang
mengalami sedikit pelapukan memiliki nilai
yang sedikit lebih baik, dan sampel marmer
yang segar memiliki nilai kuat tekan yang jauh
lebih tinggi. Sampel marmer yang masih segar
memiliki nilai kuat tekan yang jauh lebih tinggi
dari rata-rata nilai keseluruhan sampel.
Berdasarkan klasifikasi Coates (1964), dalam
Rai (2014) marmer JK03AII (marmer segar)
masuk ke dalam batuan lemah (lihat gambar
4.3), berdasarkan Deere dan Meller (1966),
dalam Rai (2014) masuk ke dalam batuan low

Nilai ketahanan aus berbanding terbalik


dengan kualitas batuan tersebut. Semakin
620

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
kecil nilai ketahanan ausnya maka semakin
baik kualitas batuan.

keberadaan mineral tertentu terhadap sifat


keteknikan marmer.

Ketiga sampel yang diuji keteknikan memiliki


kandungan mineral yang relatif seragam.
Perbedaan nilai ketahanan aus disebabkan
karena perbedaan kondisi fisik batuan.
Pengujian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa sampel JK 03.A.II memiliki kualitas
paling baik karena memiliki nilai ketahanan
aus paling rendah. Sampel JK 02.B memiliki
kualitas batuan yang buruk karena ketahanan
ausnya paling tinggi. Marmer yang
terkekarkan memiliki kualitas yang lebih baik
daripada marmer terlapukkan, dibuktikan dari
data sampel JK03A1 dan JK02B.

Keterdapatan
struktur
pada
marmer
mempangaruhi nilai kuat tekan dari batuan
tersebut. Nilai kuat tekan akan berkurang
lebih signifikan pada marmer yang terkekarkan
jika dibandingkan dengan marmer yang telah
mengalami pelapukan
tingkat faintly
weathered.
Tingkat pelapukan akan berpengaruh pada
nilai ketahanan aus marmer. Marmer yang
mengalami pelapukan akan memiliki nilai
ketahanan aus yang lebih tinggi daripada
marmer yang terkena struktur. Pelapukan
akan lebih signifikan mengurangi kualitas
batuan dari sifat mekanik ketahanan aus.

Nilai serapan air terendah dimiliki sampel


JK03AII marmer segar dan nilai serapan air
terbesar dimiliki oleh sampel JK02B marmer
lapuk. Berdasarkan klasifikasi Anon (1979),
dalam Bell (2007) marmer segar JK03AII
memiliki tingkatan kerapatan kering tinggi (2,6
ton/m3) dan serapan air yang sangat rendah
(0,76).
Nilai kerapatan kering berbanding terbalik
dengan serapan air (lihat gambar 7). Nilai
kerapatan kering ini dipengaruhi oleh
komposisi mineral penyusun batuan. Tingginya
nilai densitas menunjukkan nilai pori yang
rendah dan tingkat pelapukan yang rendah.
Batuan metamorf rata-rata memiliki nilai
serapan air yang rendah diakibatkan pada saat
proses metamorfisme batuan terkena tekanan
yang tinggi sehingga mineral penyusun
semakin mengalami kompaksi, yang mana bisa
ditandai dengan adanya batas sutur antar
mineral.

Marmer Jokotuo saat ini belum dimanfaatkan


sebagai bahan bangunan apapun karena
belum dilakukan aktifitas penambangan. Hasil
uji keteknikan batuan daerah penelitian
dievaluasi berdasarkan ketentuan SNI 030394-1984 didapatkan rekomendasi bahwa
marmer daerah penelitian dapat dimanfaatkan
sebagai batu hias atau tempel ataupun batu
tepi jalan dan tonggak dalam kegiatan
konstruksi.

VII. KESIMPULAN
1. Marmer Jokotuo secara geologi merupakan
bagian diantara sekis karbonat. Marmer
Jokotuo
terbentuk
akibat
proses
metamorfisme regional dengan deformasi
aktif dan termasuk ke dalam fasies sekis hijau.
Umur dari batuan metamorf Perbukitan Jiwo
Timur diduga adalah Tersier. Paleoevironment pada daerah penelitian dan
sekitarnya diperkirakan adalah lingkungan laut
dangkal sampai rawa.

Komposisi mineralogi marmer Jokotuo relatif


seragam dimana kalsit, dolomit, dan kuarsa
mendominasi batuan ini. Keberadaan mineral
lain seperti diopsid dan klorit tidak signifikan
dan hanya berupa mineral minor. Pengaruh
perbedaan kandungan mineral memerlukan
sampel yang memiliki perbedaan yang
mencolok sehingga marmer Jokotuo saja tidak
bisa digunakan dalam analisis pengaruh

2. Marmer Jokotuo memiliki sifat keteknikan


yang heterogen. Nilai kuat tekan dan
ketahanan aus marmer dipengaruhi kondisi
batuan saat pengujian. Nilai kuat tekan paling
baik dimiliki marmer segar, kemudian marmer
terlapukkan, dan marmer yang terkena
struktur. Nilai ketahanan aus terendah dimiliki
621

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
marmer segar, kemudian marmer terkena
struktur, dan marmer terlapukkan.

VIII.

Teknik, Universitas Gadjah Mada tahun 2015


dan Beasiswa 2000+ Teknik Geologi
Universitas Gadjah Mada.

ACKNOWLEDGEMENT

Penulis ingin mengucapkan terimakasih


kepada Jurusan Teknik Geologi Universitas
Gadjah Mada. Selanjutnya penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada staf dosen
Universitas Gadjah Mada dalam bantuannya
untuk memberi masukan yang terkait dengan
penelitian. Makalah ini merupakan bagian dari
tugas akhir berupa skripsi yang didukung oleh
dana hibah Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

DAFTAR PUSTAKA
Alfyan, M.F., Setiawan, N.I., 2014. Petrogenesis Batuan Metamorf di Daerah Perbukitan Jiwo,
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Seminar Nasional Kebumian 7, Geological
Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Attewell ,P.B., Farmer, I.W., 1976. Principles of Engineering Geology. London: Chapman Hall
Best, M.G., 2003. Igneoous and Metamorphic Petrology. Blackwell Publishing Company, VictoriaBerlin, 2nd ed.
Bell, F.G.,2007, Engineering Geology Second Edition, UK: Butterworth-Heinemann Elsevier.
Bieniawski, Z.T., 1976, Engineering Rock Mass Classification : A Complete Manual for Engineers and
Geologists in Mining, Civil, and Petroleum Engineering, New York: John Wiley & Sons.
Bothe, A.CH.G, 1929. Jiwo Hills and Soutern Range, Excurcion Guide IVth. Pacific Sci. Cong, Bandung.
Bucher, K., Grapes, R., 2011. Petrogenesis of Metamorphic Rocks. Springer-Verlag, HeidelbergDordrecht-London-New York, 8th ed.
Dearman,W.R.1976.Weathering Classification in the Characterization of Rock:A Revision. Krefeld:
Bulletin of The International Engeering Geology.
Goodman, R. E. 1989. Introduction to Rock Mechanics:Second Edition. New York: John Wiley & Sons.
Hollocher, K., 2014. A Pictorial Guide to Metamorphic Rock in the Field. New York: CRC Press.
Hudson, J.A., Harrison, J.P. 2000. Engineering Rock Mechanics: An Introduction to The Principles.
London: Pergamon.
Langer, W. H., Knepper Jr., D.H. 1995. Geology Characterization of Natural Aggregate : A Field
Geologists Guide to Natural Aggregate Resource Assesment. Denver: U.S. Geological Survey.
Prasetyadi, C., 2002. Tectonic Significance of Pre-Tertiary Rocks of Jiwo Hills, Bayat, and Luk Ulo,
Karang Sambung Areas in Central Java. Surabaya: Prosiding IAGI 31.
Price, N.J. 1966.Fault anda Joint Development in Brittle and Semi Brittle Rock. New York: Pergamon
Press.
Rahardjo, W., 2004. Buku Pedoman Peninjauan Lapangan: Geologi Daerah Perbukitan Jiwo, Bayat,
Klaten. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
622

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Rai, A., M. Kramadibrata, S., Wantimena, R.K. 2014. Mekanika Batuan.Bandung: Penerbit ITB.
Setiawan, N.I., Osanai, Y., Prasetyadi, C, 2013. A Preliminary View and Importance of Metamorphic
Geology from Jiwo Hills in Central Java. Prosiding Seminar Nasional Kebumian ke 6, Yogyakarta.
Stagg, K.G. & Zienkeiwicz. 1968. Rock Mechanics in Engineering Practice. London: John Wiley & Sons.
Surono, Toha, B., Sudarno, I., 1992. Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Jawa. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Verhoeff, P. N. W. 1988. Geologi Untuk Teknik Sipil. Jakarta:Penerbit Erlangga.
Warmada, I.W., Sudarno, I., Wijanarko, D., 2008. Geologi dan Fasies Batuan Metamorf Daerah Jiwo
Barat, Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Media Teknik No.2 Tahun XXX Edisi Mei 2008, Yogyakarta.
Winter, J., 2001. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. Prentice-Hall.

623

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

TABEL
No

Tabel 1. Tabel kelimpahan mineral pada batuan di lokasi


penelitian

Sample

Nama batuan (nama lapangan)

Mineral utama
Dol

JK01A

Sekis kuarsa-klorit-kalsit
klorit)

(sekis

JK01B

Filit klorit-muskovit (filit klorit)

JKF01A

Sekis kalsit-grafit-kuarsa (filit mika)

JK02B

Marmer dolomit-kuarsa (marmer)

JK01.3B

Sekis grafit-muskovit (sekis grafit)

JKF01.3B

Sekis diopsid-kalsit-kuarsa-grafit (sekis


karbonat)

Cal

Gr

Pl

Qz

Ms

Mineral Sekunder
Px

Chl

Opq

Hem

Cal v.

Qz v.

albit

: Mineral sangat melimpah; ( ) :Mineral relik;

:Mineral cukup melimpah;

:Mineral kurang/tidak melimpah

Tabel 2. Hasil uji keteknikan batuan di lokasi penelitian

No.
1.
2.
3

Nama Sampel
JK 03.A.I
JK 03.A.II
JK 02.B

Ketahanan aus
(mm/menit)
0,041
0,035
0,049

Kuat tekan
(Mpa)
39,057
50,277
41,092
624

Kerapatan kering

Serapan air (%)

2,606
2,601
2,547

0,593
0,295
0,912

Dol v.

Chl v.

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Dokumentasi lapangan penelitian. (A) Singkapan yang menunjukkan kontak antara
marmer dolomit-kuarsa, filit klorit-muskovit, dan sekis kuarsa-klorit-kalsit. (B) Singkapan yang
menunjukkan foliasi pada marmer yang sangat acak (B2), dan flakes ilmenit pada marmer (B1). (C,D)
Singkapan yang menunjukkan foliasi marmer. (E,F) singkapan yang menjadi kontak antara marmer
dan sekis diopsid-kalsit-kuarsa-grafit yang dibatasi urat kalsit.
625

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Foto sayatan petrografi. (A) Marmer dolomit-kuarsa yang tersusun atas kalsit, dolomit,
kuarsa, dan diopsid. (B) Sekis kuarsa-klorit-klasit yang menunjukkan kenampakan relik zonasi
plagioklas penciri batuan beku.(C) Sekis kalsit-grafit-kuarsa yang menunjukkan tekstur milonitik.
(D)Filit klorit-muskovit yang tersusun atas klorit, muskovit, kuarsa, dan kalsit. (E) Sekis diopsid-kalsitkuarsa-grafit yang tersusun atas diopsid, kalsit, kuarsa, grafit, dan klorit. (F) Sekis grafit-muskovit
yang menunjukkan foliasi kuat oleh mineral muskovit, grafit, dan kuarsa.

626

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta persebaran marmer di daerah Jokotuo

Gambar 4. Hasil plot data geokimia marmer Jokotuo (Alfyan dan Setiawan, 2014)

627

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 5. Model paleo-evironment sebelum terjadinya metamorfisme

Gambar 6. Plot nilai kuat tekan uji keteknikan marmer Jokotuo

Gambar 7. Plot nilai serapan dan kerapatan kering marmer Anon (1979), dalam Bell (2007)
628

Anda mungkin juga menyukai