Geo100 Petrogenesis Dan Sifat Keteknikan Marmer Jokotuo PDF
Geo100 Petrogenesis Dan Sifat Keteknikan Marmer Jokotuo PDF
Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
ABSTRAK
Bayat merupakan salah satu daerah yang menarik sebagai obyek penelitian geologi karena pada
daerah ini banyak terdapat singkapan yang terdiri dari berbagai jenis batuan dengan rentang umur
yang berbeda. Salah satu jenis batuan metamorf yang dapat dijumpai di Bayat adalah marmer.
Batuan ini hadir di dua tempat yaitu di Perbukitan Jiwo Barat tepatnya di Pagerjurang dan
Perbukitan Jiwo Timur yaitu di daerah Jokotuo. Marmer di Jokotuo sebelumnya diperkirakan
terbentuk akibat proses metamorfisme regional. Hal ini menjadi menarik karena marmer pada Jiwo
Barat terbentuk pada zona kontak. Sehingga jelas bahwa kedua marmer yang ada di Bayat terbentuk
dari proses yang berbeda. Selain itu luasan marmer Jokotuo lebih besar dibandingkan dengan
dimensi marmer yang terdapat di Jiwo Barat, sedangkan kehadiran marmer dengan luasan tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal secara ekonomis. Atas dasar tersebut penting untuk dilakukan
analisis keteknikan batuan untuk mengetahui potensi marmer Jokotuo. Metode yang digunakan adalah
pemetaan detail dengan skala 1:1000. Pengambilan sampel marmer dan batuan di sekitarnya
dilakukan saat pemetaan detail. Kemudian dari sampel tersebut dilakukan pengamatan petrografi.
Kemudian sampel marmer diuji sifat keteknikannya. Sifat keteknikan yang diuji adalah kuat tekan,
ketahanan aus, serapan air, dan kerapatan. Hasilnya terdapat dua satuan batuan utama di daerah ini
yaitu marmer dolomit-kuarsa dan sekis karbonat. Sekis karbonat dan marmer dolomit kuarsa di
daerah penelitian memiliki fasies metamorfisme sekis hijau. Petrogenesis dari batuan ini menunjukkan
proses metamorfisme regional. Daya tahan aus dari marmer berkisar antara 0,035-0,049 mm/menit,
memiliki nilai kuat tekan dengan kisaran 39,057-50,277 Mpa, dan kerapatan kering yang tergolong
tinggi serta serapan air yang rendah.
I.
PENDAHULUAN
Bayat merupakan salah satu daerah yang
menarik sebagai obyek penelitian geologi
karena pada daerah ini banyak terdapat
singkapan batuan yang terdiri atas berbagai
jenis batuan dengan rentang umur yang
berbeda. Batuan yang dapat dijumpai pada
daerah tersebut adalah batuan beku, sedimen,
dan metamorf. Salah satu jenis batuan
metamorf yang dapat dijumpai di Bayat adalah
marmer. Batuan ini hadir di dua tempat yaitu
di Perbukitan Jiwo Barat tepatnya di
Pagerjurang dan Perbukitan Jiwo Timur yaitu
di daerah Jokotuo. Marmer di Pagerjurang
muncul bersama dengan meta-batulanau dan
skarn yang berada di sekitarnya (Alfyan dkk.,
2014). Marmer di Jokotuo muncul bersama
filit yang berada di sekitarnya (Rahardjo, 2004).
Kehadiran marmer di derah Bayat belum
banyak diteliti terutama mengenai mekanisme
Petrografi
Pengamatan
petrografi
dilakukan
di
Laboratorium Geologi Optik, Jurusan Teknik
Geologi, Universitas Gadjah Mada. Hasil
kelimpahan mineral pada sampel yang telah
diamati secara petrografis dapat dilihat pada
tabel 1.
Marmer dolomit kuarsa (JK02B). Triple
junction dan kenampakan kristalin dari mineral
kalsit, dolomit, dan kuarsa tampak terlihat
jelas pada batuan ini. Marmer dolomit kuarsa
tersusun atas kalsit, dolomit, kuarsa, dan
diopsid serta klorit (lihat gambar 2A).
MARMER
V.
PETROGENESIS
JOKOTUO
Alfyan dan
Setiawan (2014) melakukan
analisis geokimia XRF untuk mengetahui
kandungan oksida utama dan unsur jejak pada
batuan di Perbukitan Jiwo. Data oksida utama
digunakan plot pada diagram CMS-HC (Bucher
dan Grapes, 2011). Hasilnya marmer pada
daerah ini merupakan marmer dolomitik (lihat
gambar 4). Sampel marmer 1 dan marmer 3
menunjukkan plot yang berada pada batas
marmer kalk-silikat dan marmer dolomitik
tetapi marmer 2 menunjukkan plot pada
marmer dolomitik. Hasil plot ini sesuai dengan
hasil analisis petrografi (lihat tabel 1) dimana
kalsit dan dolomit mendominasi komposisi
mineral marmer dan keberadaan kuarsa yang
lebih sedikit daripada kalsit dan dolomit.
Tekstur milonitik juga dijumpai pada sampel
sekis karbonat yang menandakan telah terjadi
metamorfisme regional dengan deformasi
yang aktif.
strenght-medium
strenght,
berdasarkan
Geological Society (1970), dalam Rai (2014)
masuk ke dalam batuan kuat, berdasarkan
Broch dan Franklin (1972), dalam Rai (2014)
masuk ke dalam high strenght, berdasarkan
Jennings (1973), dalam Rai (2014) masuk ke
dalam batuan sangat keras, menurut
Bienawski (1973) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam medium strenght, menurut ISRM
(1979) , dalam Rai (2014) masuk ke dalam
medium (lihat gambar 6).
Marmer JK02B
(marmer terlapukkan)
berdasarkan klasifikasi Coates (1964) , dalam
Rai (2014) masuk ke dalam batuan lemah
(lihat gambar 6), berdasarkan Deere dan
Meller (1966) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam batuan low strenght, berdasarkan
Geological Society (1970) , dalam Rai (2014)
masuk ke dalam moderately strong,
berdasarkan Broch dan Franklin (1972) ,
dalam Rai (2014) masuk ke dalam high
strenght, berdasarkan Jennings (1973) , dalam
Rai (2014) masuk ke dalam batuan sangat
keras, menurut Bienawski (1973) , dalam Rai
(2014) masuk ke dalam low strenght, menurut
ISRM (1979) , dalam Rai (2014) masuk ke
dalam moderate (lihat gambar 6).
MARMER
Keterdapatan
struktur
pada
marmer
mempangaruhi nilai kuat tekan dari batuan
tersebut. Nilai kuat tekan akan berkurang
lebih signifikan pada marmer yang terkekarkan
jika dibandingkan dengan marmer yang telah
mengalami pelapukan
tingkat faintly
weathered.
Tingkat pelapukan akan berpengaruh pada
nilai ketahanan aus marmer. Marmer yang
mengalami pelapukan akan memiliki nilai
ketahanan aus yang lebih tinggi daripada
marmer yang terkena struktur. Pelapukan
akan lebih signifikan mengurangi kualitas
batuan dari sifat mekanik ketahanan aus.
VII. KESIMPULAN
1. Marmer Jokotuo secara geologi merupakan
bagian diantara sekis karbonat. Marmer
Jokotuo
terbentuk
akibat
proses
metamorfisme regional dengan deformasi
aktif dan termasuk ke dalam fasies sekis hijau.
Umur dari batuan metamorf Perbukitan Jiwo
Timur diduga adalah Tersier. Paleoevironment pada daerah penelitian dan
sekitarnya diperkirakan adalah lingkungan laut
dangkal sampai rawa.
VIII.
ACKNOWLEDGEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Alfyan, M.F., Setiawan, N.I., 2014. Petrogenesis Batuan Metamorf di Daerah Perbukitan Jiwo,
Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Seminar Nasional Kebumian 7, Geological
Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Attewell ,P.B., Farmer, I.W., 1976. Principles of Engineering Geology. London: Chapman Hall
Best, M.G., 2003. Igneoous and Metamorphic Petrology. Blackwell Publishing Company, VictoriaBerlin, 2nd ed.
Bell, F.G.,2007, Engineering Geology Second Edition, UK: Butterworth-Heinemann Elsevier.
Bieniawski, Z.T., 1976, Engineering Rock Mass Classification : A Complete Manual for Engineers and
Geologists in Mining, Civil, and Petroleum Engineering, New York: John Wiley & Sons.
Bothe, A.CH.G, 1929. Jiwo Hills and Soutern Range, Excurcion Guide IVth. Pacific Sci. Cong, Bandung.
Bucher, K., Grapes, R., 2011. Petrogenesis of Metamorphic Rocks. Springer-Verlag, HeidelbergDordrecht-London-New York, 8th ed.
Dearman,W.R.1976.Weathering Classification in the Characterization of Rock:A Revision. Krefeld:
Bulletin of The International Engeering Geology.
Goodman, R. E. 1989. Introduction to Rock Mechanics:Second Edition. New York: John Wiley & Sons.
Hollocher, K., 2014. A Pictorial Guide to Metamorphic Rock in the Field. New York: CRC Press.
Hudson, J.A., Harrison, J.P. 2000. Engineering Rock Mechanics: An Introduction to The Principles.
London: Pergamon.
Langer, W. H., Knepper Jr., D.H. 1995. Geology Characterization of Natural Aggregate : A Field
Geologists Guide to Natural Aggregate Resource Assesment. Denver: U.S. Geological Survey.
Prasetyadi, C., 2002. Tectonic Significance of Pre-Tertiary Rocks of Jiwo Hills, Bayat, and Luk Ulo,
Karang Sambung Areas in Central Java. Surabaya: Prosiding IAGI 31.
Price, N.J. 1966.Fault anda Joint Development in Brittle and Semi Brittle Rock. New York: Pergamon
Press.
Rahardjo, W., 2004. Buku Pedoman Peninjauan Lapangan: Geologi Daerah Perbukitan Jiwo, Bayat,
Klaten. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
622
623
TABEL
No
Sample
Mineral utama
Dol
JK01A
Sekis kuarsa-klorit-kalsit
klorit)
(sekis
JK01B
JKF01A
JK02B
JK01.3B
JKF01.3B
Cal
Gr
Pl
Qz
Ms
Mineral Sekunder
Px
Chl
Opq
Hem
Cal v.
Qz v.
albit
No.
1.
2.
3
Nama Sampel
JK 03.A.I
JK 03.A.II
JK 02.B
Ketahanan aus
(mm/menit)
0,041
0,035
0,049
Kuat tekan
(Mpa)
39,057
50,277
41,092
624
Kerapatan kering
2,606
2,601
2,547
0,593
0,295
0,912
Dol v.
Chl v.
GAMBAR
Gambar 1. Dokumentasi lapangan penelitian. (A) Singkapan yang menunjukkan kontak antara
marmer dolomit-kuarsa, filit klorit-muskovit, dan sekis kuarsa-klorit-kalsit. (B) Singkapan yang
menunjukkan foliasi pada marmer yang sangat acak (B2), dan flakes ilmenit pada marmer (B1). (C,D)
Singkapan yang menunjukkan foliasi marmer. (E,F) singkapan yang menjadi kontak antara marmer
dan sekis diopsid-kalsit-kuarsa-grafit yang dibatasi urat kalsit.
625
Gambar 2. Foto sayatan petrografi. (A) Marmer dolomit-kuarsa yang tersusun atas kalsit, dolomit,
kuarsa, dan diopsid. (B) Sekis kuarsa-klorit-klasit yang menunjukkan kenampakan relik zonasi
plagioklas penciri batuan beku.(C) Sekis kalsit-grafit-kuarsa yang menunjukkan tekstur milonitik.
(D)Filit klorit-muskovit yang tersusun atas klorit, muskovit, kuarsa, dan kalsit. (E) Sekis diopsid-kalsitkuarsa-grafit yang tersusun atas diopsid, kalsit, kuarsa, grafit, dan klorit. (F) Sekis grafit-muskovit
yang menunjukkan foliasi kuat oleh mineral muskovit, grafit, dan kuarsa.
626
Gambar 4. Hasil plot data geokimia marmer Jokotuo (Alfyan dan Setiawan, 2014)
627
Gambar 7. Plot nilai serapan dan kerapatan kering marmer Anon (1979), dalam Bell (2007)
628