2)
3)
1)
Abstrak
Komplek Melange Luk Ulo merupakan komplek prisma akresi akibat subduksi antara
lempeng benua Eurasia dan Indo-Australia pada zaman Kapur yang berarah timur laut barat daya.
Komplek Melange Luk Ulo tersingkap di daerah Karangsambung, Kebumen, Jawa Tengah terdiri
dari berbagai blok batuan baik native maupun exotic yang tertanam pada matriks lempung yang
tergerus. Singkapan batuan metamorf yang merupakan exotic block pada Komplek Melange Luk
Ulo diantaranya terdiri dari serpentinit, filit, sekis, marmer, kuarsit, dan eklogit.
Penelitian ini dilakukan dengan metode pemetaan geologi dan analisis petrografi pada
singkapan batuan di Komplek Melange Luk Ulo dan difokuskan pada karakteristik dari singkapansingkapan exotic block batuan metamorf. Analisis petrografi dilakukan pada beberapa sampel
batuan untuk mengetahui tekstur dan kandungan mineral dari masing-masing batuan tersebut.
Adanya singkapan batuan metamorf menunjukkan proses metamorfisme terjadi pada daerah
penelitian dengan berbagai derajat metamorfisme dari mulai derajat rendah hingga derajat tinggi.
Proses metamorfisme ini juga membentuk batuan metamorf baik yang berfoliasi seperti filit dan
sekis maupun yang non-foliasi seperti serpentinit, kuarsit, marmer, dan eklogit. Ditemukannya
batuan eklogit yang merupakan batuan metamorf derajat tinggi yang terbentuk di kedalaman dengan
kondisi tekanan yang sangat tinggi merupakan salah satu bukti adanya subduksi pada zaman Kapur
Paleosen pada daerah penelitian.
Kata Kunci : Melange, Pemetaan Geologi, Petrografi, Metamorf
Pendahuluan
Daerah Karangsambung, Kab. Kebumen,
Jawa Tengah merupakan salah satu situs
geologi yang sangat penting karena pada
daerah ini tersingkap batuan Pra-Tersier
berumur Kapur. Batuan ini terdiri dari
melange
tektonik
maupun
melange
sedimenter (olistostorm) yang secara genetik
berhubungan dengan proses subduksi
berumur Kapur Paleosen berarah baratdaya
timurlaut (Asikin, 1974; Hamilton, 1979;
Suparka, 1988; Parkinson dkk., 1998) antara
lempeng eurasia dan indo-australia.
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Geologi Regional
Subduksi pada Kapur Paleosen
berarah baratdaya timurlaut antara bagian
tenggara lempeng eurasia dan lempeng indoaustralia mengakibatkan terbentuknya prisma
akresi Kapur yang terdiri dari batuan Pra-
Gambar 1. A) Posisi lajur-lajur penunjaman (subduksi) Kapur dan Tersier (modifikasi dari Katili, 1975; Sujanto dan Sumantri, 1977
dalam Prasetyadi, 2007); B) Komponen Utama Cretaceous accretionary-collision complex (Wakita, 2000).
Stratigrafi
Paleogen
daerah
Karangsambung menurut Asikin dkk. (1992)
terdiri dari batuan Pra-Tersier dan Tersier
awal sebagai satuan tertua yang disebut
Komplek Melange Luk Ulo (KTI). Satuan
tersebut kemudian ditutupi berturut-turut oleh
Formasi Karangsambung (Eosen Tengah
Oligosen) dan Formasi Totogan (Oligosen
Miosen Awal) yang merupakan endapan
olisostrom.
Pada
penelitian
terbaru
oleh
Prasetyadi dkk. (2006), stratigrafi Paleogen
daerah Karangsambung diperbaharui dengan
ditemukannya dua anggota baru dari Formasi
Karangsambung,
yaitu
metasedimen
Bulukuning (Eosen Awal) dan Larangan
(Eosen Tengah Akhir).
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Gambar 2. Stratigrafi Paleogen Daerah Karangsambung dari studi saat ini dibandingkan dengan penelitian terdahulu (Asikin dkk.,
1992) (Prasetyadi dkk.,2006)
Gambar 3. Peta Regional Jawa memperlihatkan pola struktur, dua sesar mendatar regional pengapit lekukan (indentasi) struktur Jawa
Tengah dan implikasi geologi yang disebabkannya (Satyana dan Purwaningsih, 2002).
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
melakukan studi literatur dari peneliti-peneliti
terdahulu mengenai kondisi geologi dari
daerah
Penelitian
dilanjutkan
dengan
pemetaan geologi dan pengambilan sampel
batuan dari singkapan-singkapan batuan
metamorf yang secara regional termasuk
kedalam satuan Komplek Melange Luk Ulo
(Asikin dkk., 1992). Pada penelitian ini,
hanya beberapa singkapan batuan yang dipilih
untuk dianalisis. Singkapan batuan yang
dipilih merupakan singkapan yang dianggap
dapat merepresentasikan exotic block batuan
metamorf pada daerah penelitian.
Beberapa
sampel
batuan
dari
singkapan yang diteliti dianalisis melalui
petrografi menggunakan mikroskop polarisasi
untuk mengetahui tekstur, struktur, dan
komposisi mineralnya.
(Hollocher, 2014)
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Pirit
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Hasil
analisis
petrografi
menunjukkan
karakteristik
terkstur
granoblastik, non-foliasi, komposisi mineral
terdiri dari mineral karbonat, dan sedikit
kuarsa.
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Daftar Pustaka
Anonim. (2016) Karangsambung to become a
Geopark,
http://lipi.go.id/lipimedia/single/
karangsambung-to-become-ageopark/15326, diakses pada 28 Maret
2016
Asikin, S., Handoyo, A., Hendrobusono, dan
Gafoer, S. (1992) Geologi Lembar
Kebumen, Jawa Tengah, skala 1: 100.000,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Prasetyadi, Corolus (2007) Evolusi Tektonik
Paleogen, Jawa Bagian Timur, Laporan
tidak dipublikasikan, disertasi, Program
Studi Teknik Geologi, ITB, Bandung.
Prasetyadi, Corolus dkk. (2006) An Overview
of Paleogene Stratigraphy of The
Karangsambung Area, Central Java:
Discovery of A New Type Of Eocene
Rock,
Proceedings,
Jakarta
2006
International Geoscience Conference and
Exhibition, Jakarta.
K. Wakita (2000) Cretaceous AccretionaryCollision Complex in Central Indonesia,
Journal of Asian Earth Sciences 18 (2000)
739749.
Mommio,
Alessandro
Da.
(2007)
Metamorphic Rocks, http://www.alex
strekeisen.it/english/meta/index.php,
diakses pada 10 April 2016
Robertson,
S.
(1999)
BGS
Rock
Classification Scheme
Volume
2
Classification of Metamorphic Rocks,
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
B
PPL(40x)
C
XPL(40x)
E
XPL(100x)
F
PPL(40x)
H
PPL(100x)
PPL(40x)
I
XPL(100x)
K
XPL(40x)
PPL(100x)
PPL(40x)
L
XPL(40x)
XPL(40x)
Gambar 13. Kenampakkan sayatan tipis : (1) Eklogit, A-F; (2) Serpentinit-KB9, G dan H; (3) Sekis-KB19 I- L
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan
B
XPL(40x)
C
XPL(40x)
E
XPL(40x)
F
PPL(40x)
H
XPL(40x)
XPL(40x)
I
XPL(40x)
K
PPL(100x
PPL(40x)
PPL(100x
L
PPL(40x)
XPL(40x)
Gambar 14. Kenampakkan sayatan tipis : (1) Filit-KA25, A-D; (2) Filit-KA52, E-F; (3)Marmer-KA27, G; (4) Marmer-KA63, H-J;
(5) Kuarsit-KA73, K-L.
Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan