Anda di halaman 1dari 4

BAB II

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


2. 1 Konsep tentang manusia
2. 1. 1 Siapakah manusia itu?
Ibnu Sina yang terkenal dengan filsafatnya menjelaskan bahwa manusia
adalah makhluk sosial dan sekaligus sebagai makhluk ekonomi. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup dengan baik tanpa ada orang lain,
ini sebagai penyempurnaan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya. Sebagai
makhluk ekonomi manusia selalu memikirkan dan menyiapkan segala
sesuatu untuk masa depannya, terutama mengenai materi sebagai
kebutuhan jasmaninya.
Manusia adalah makluk serba dimensi. Dimensi pertama, secara fisik
manusia hampir sama dengan hewan, membutuhkan makan, minum, kawin
dan sebagainya. Dimensi kedua, manusia memiliki sejumlah emosi. Dimensi
ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan. Dimensi
keempat, manusia memiliki naluri untuk menyembah kepada Tuhannya.
Dimensi kelima, manusia dikaruniai akal, fikiran dan kehendak bebas,
sehingga ia mampu menciptakan keseimbangan dalam hidupnya. Dimensi
keenam, manusia mampu mengenal dirinya, sehingga ia untuk apa ia
diciptakan.
Di dalam Al-Qur`an, Allah sebagai Dzat pencipta manusia
menyabutkan beberapa istilah yang menunjuk kepada manusia yaitu:

Bani Adam (QS Al-`Araf: 31). Manusia disebut bani Adam karena
dilihat dari aspek historis penciptanya, yaitu makhluk ciptaan Allah
yang merupakan keturunan nabi Adam.

Basyar (QS Al-Mukminun:33). Penyabutan ini sesuai dengan sifat-sifat


biologis manusia, yaitu makhluk Allah yang memiliki sifat-sifat fisik,
kimia dan biologis dalam dirinya, yang membutuhkan makan, minum,
dan sebagainya.

Insan (QS Al-`Ala:5). Ini menunjukkan manusia yang memiliki sifat


psikologis dan kecerdasan, yaitu makhluk yang mampu berfikir dan
menyerap ilmu pengetahuan.

An-Nas (QS Al-Baqarah:21). Dilihat dari aspek sosiologis, manusia


merupakan makluk ciptaan Allah yang mempunyai sifat-sifat dan
kecenderungan untuk hidup berkelompok dengan sesamanya,
sehingga disebut makhluk sosial.
Jadi Al-Qur`an telah menjelaskan, bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Allah yang memiliki aspek-aspek biologis, psikologis

dan sosiologis.
2. 1. 2 Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk lain
Dibandingkan dengan makhluk lain manusia mempunyai kelebihan,
yaitu kemampuan untuk bergerak dalam segala ruang, baik darat, laut,
maupun udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang
terbatas. Ini semua karunia Allah, selain itu kelebihan yang lain adalah akal
dan hati nurani, sehingga manusia dapat memahami ilmuyang diturunkan
Allah. Dengan ilmunya itu manusia mampu berbudaya.
Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baik ciptaan karena
keungglan-keunggulan yang dimilikinya. Manusia akan tetap bermartabat
mulia, kalau mereka tetap hidup dengan ilmu dan ajaran Allah, tapi jika
manusia meninggalkan ajaran Allah, dengan tidak beriman dan meramal
shaleh manusia akan kehilangan martabatnya, karena dalam keadaan
demikian manusia turun martabatnya ke tingkat yang sangat rendah (QS AtTin:4-6)
2.2 Eksistensi Manusia
2. 2. 1 Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah untuk ibadah (mengabdi)
kepada penciptanya, yaitu Allah SWT. Pengertian ibadah dan penyembahan
kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya
mengasumsikan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Ibadah berarti
ketundukan dan ketaatan manusia kepada ajaran Allah dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik yang menyangkut hubngan vertikal (manusia
dengan Allah) maupun horizontal (manusia dengan manusia dan alam
semesta). Ibadah ini harus dilakukan dengan tulus dan murni karena Allah
semata (QS Al-Bayyinah:5).
Ibadah manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan
manusia terhadap terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan, yaitu sebuah
kehidupan dengan tatanan yang baik dan benar. Oleh karena itu ibadah harus
dilakukan secara ikhlas, k arena Allah tidak membutuhkan sedikitpun dari
manusia termasuk ritual-ritual ibadahnya, melainkan seluruh makhluk
termasuk manusialah yang selalu membutuhkan rahmat dan karunia Allah
SWT (QS Adz-Dzariyat:56-58)
2. 2. 2Fungsi dan Peranan Manusia
Sebagai khalifah manusia berfungsi menjadi peneru s ajaran Allah, oleh
karena itu peran yang harus dilakukan adalah menjadi pelaku ajaran Allah
dan sekaligus sebagai pelopor dalam membudayakan ajaran Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor
pembudayaannya, seseorang dituntut memulai dari diri sendiri dan

keluarganya, setelah itu baru menyampaikan kepada orang lain, maka yang
harus dilakukan manusia dalam hal ini adalah:

Mempelajari dan memahami ilmu/ajaran Allah

Mengamalkan dan membudayakan ilmu Allah

Mengajarkan dan menyebarkan ilmu Allah

2. 3

Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah


2. 3. 1Tanggung jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Esensi kata Abdun (hamba) adalah ketundukan dan ketaatan. Ketaatan


dan ketundukan yang terwujud dari sikap penghambaan diri, ini merupakan
konsekuensi dari manusia sebagai Abdun atau hamba Allah. Maka manusia
harus menghambakan dirinya hanya kepada Allah dan dilarang
menghambakan diri kepada yang selain Allah.
Ada tanggung jawab yang dipikul anusia sebagai hamba Allah yaitu
memelihara iman dan taqwa, karena ketaatan dan ketundukan itu ada jika
ada iman dalam hati. Iman harus dipelihara karena iman itu bersifat
fluktuatif, dan taqwa juga harus dipelihara karena taqwa merupakan aplikasi
dari iman.
Seseorang harus senantiasa menjaga kontinuitas ibadahnya, terutama
shalat, agar ia dapat menghindarkan dari perbuatan keji dan kemungkaran.
Oleh karena itu amar makruf nahi mungkar harus dilakukan mulai dari diri
sendiri, keluarga, dan selanjutnya kepada orang lain (QS At-Tahrim: 6)
2. 3. 2Tanggung jawab Manusia sebagai Khalifah Allah
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat.
Manusia menjadi khalifah memegang mandat dan amanah dari Allah untuk
mewujudkan kemakmuran di bumi (alam). Kekuasaan yang diberikan Allah
sebagai mandat kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya
mampu mengelola, mendata gunakan dan memelihara apa yang ada di alam
ini untuk kepentingan hidupnya (QS Al-`Araf: 10).
Kreativitas manusia dan kekhalifahanya merupakan implementasi dari
ketaatan dan ketundukannya. Ia tidak tunduk kepada siapa pun kecuali
kepada Allah yang telah memberikan mandat dan amnah ersebut (QS AlAn`am: 165).
Kekuasaan yang dipegang manusia dipegang oleh hukum (ajaran)
Allah, baik yang tertulis dalam kitab suci (Al-Qur`an) maupun yang tersirat
dalam kandungan alam semesta (al-kaun). Sebagai wakil yang melanggar
batas ketentuan dari yang diwakilinya adalah wakil yang mengingkari
kedudukan dan kewenanganya, serta mengkhianati mandat dan amanat dari
yang diwakilinya. Oleh karena itu bertanggung jawab atas mandat yang

diemban adalah suatu keharusan dan konsekuensi logis. (QS Al-`Araf: 56 dan
QS Fathir: 39).

Anda mungkin juga menyukai