Anda di halaman 1dari 14

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM PETROLOGI
ACARA II : BATUAN BEKU INTERMEDIET

LAPORAN

OLEH:
FADJRIN FAISAL
D61115507

GOWA

2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masa pembangunan dewasa ini, ketersediaan peta menjadi suatu hal yang
tidak dapat ditinggalkan, terlebih untuk pembangunan fisik. Sebagaimana
kemajuan di bidang ilmu teknologi yang demikian pesat, teknik pemetaan pun
sudah sedemikian berkembang, baik dalam hal teknik pengumpulan data maupun
proses pengolahan dan penyajian baik secara spasial maupun sistem informasi
kebumian lainnya. Pemetaan teristris adalah proses pemetaan yang
pengukurannya langsung dilakukan di permukaan bumi dengan peralatan tertentu.
Teknik pemetaan mengalami perkembangan sesuai dengan berkembangnya ilmu
dan teknologi. Dengan perkembangan peralatan ukur tanah secara elektronis,
maka proses pengukuran menjadi semakin cepat dengan tingkat ketelitian yang
tinggi. Setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing,
sehingga dalam pemilihannya sangat bergantung dengan tujuan pemetaan, tingkat
kerincian obyek yang harus disajikan, serta cakupan wilayah yang akan dipetakan.
Dalam pengukuran di lapangan menggunakan peralatan pengukuran, seperti :
teodolit, rambu ukur, pita ukur, dan lain lain. Agar pengukuran dapat diwujudkan
dalam bentuk peta, setelah semua data dihitung, meliputi perhitungan koordinat
(x;y), titik-titik kerangka pemetaan (poligon), perhitungan ketinggian titik-titik
poligon (z), sudut arah dan jarak titik-titik detil serta ketinggiannya. Langkah
selanjutnya penggambaran dengan garis kontur.

I.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan praktikum pemetaan
topografi ini adalah untuk:
1.Mengukur suatu wilayah.
2. Melakukan perhitungan data hasil pengukuran.
3. Membuat peta kontur wilayah yang telah diukur.

I.3 Alat dan Bahan

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Patok (panjang 40 cm)


Rollmeter (100 m)
Kompas Brunton
Alat tulis
Kertas Grafik
Kalkir
Drawing Pen ( 0.1 mm, 0.3 mm, 0.5 mm)
Lakban Perak

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Peta Topografi


Peta Topografi Menggambarkan secara proyeksi dari sebagian Fisik Bumi.
Atau representasi grafis dari bagian permukaan bumi yang ditarik ke skala,
Menggunakan warna, simbol, dan label untuk mewakili fitur yang ditemukan pada
permukaan bumi. Representasi yang ideal akan terwujud jika setiap fitur dari
daerah yang dipetakan dapat ditunjukkan dalam bentuk yang benar. Untuk dapat
dimengerti, peta harus diwakili dengan tanda konvensional dan simbol. Pada peta
skala 1:250.000, simbol yang ditentukan untuk membangun mencakup areal
seluas 500 meter persegi di atas tanah, sebuah simbol jalan adalah setara dengan
lebar jalan sekitar 520 kaki di tanah, simbol untuk rel kereta api tunggal adalah
setara dengan rel kereta api sekitar 1.000 kaki pada tanah. Pemilihan fitur yang
akan ditampilkan, serta penggambaran legenda harus sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan oleh Badan Pemetaan.
Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan
detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta
topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk
membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua
segmen garis yang berhubungan namun tidak berpotongan, ini merupakan titik
elevasi pada peta topografi.
Secara Umum Peta topografi ialah suatu peta yang menunjukkan
maklumat topografi dan fitur-fitur yang ada di atas permukaan bumi. Bukit,
sungai, jalan dan lainlain ada ditunjukkan. Nama-nama tempat, sungai, gunung
dan lain-lain dinyatakan dengan jelas. Seperti peta lain, simbul dan warna
digunakan untuk mewakili sesuatu fitur.

Pengertian lain peta topografi :


1.Peta yang menggambarkan relief permukaan bumi beserta bangunan alami
maupun buatan manusia yang ada di atasnya.
2.Peta yang menggambarkan relief/sifat permukaan bumi yang digambarkan
dengan garis kontur.

Kategori Peta Topografi Berdasarkan Skala. Adalah sebagai berikut :


1. Skala Kecil. Peta dengan skala 1:1.000.000 dan lebih kecil digunakan untuk
perencanaan umum dan untuk studi strategis. Peta skala kecil standar memiliki
skala 1:1.000.000. Peta ini meliputi area yang sangat besar dengan mengorbankan
detail.
2. Skala Menengah. Peta dengan skala lebih besar dari 1:1.000.000 tetapi lebih
kecil dari 1:75.000 digunakan untuk perencanaan operasional. Peta ini
mengandung detail dengan jumlah sedang. Peta skala menengah standar memiliki
skala 1:250.000. Ada juga peta dengan skala 1:100.000.
3. Skala Besar. Peta dengan skala 1:75.000 dan lebih besar digunakan untuk
perencanaan taktis, administrasi, dan logistik. Peta jenis inilah yang sering
ditemukan dan digunakan pihak militer. Peta skala besar standar 1:50.000, namun
banyak daerah telah dipetakan dengan skala 1:25.000.

II.2 Kompas Geologi


Kompas, klinometer, dan hand level merupakan alat-alat yang dipakai
dalam berbagai kegiatan survei, dan dapat digunakan untuk mengukur kedudukan
unsur-unsur struktur geologi. Kompas geologi merupakan kombinasi dari ketiga
fungsi alat tersebut. Jenis kompas yang akan dibahas disini adalah tipe Brunton
dari berbagai merek.
II.2.1 Bagian-Bagian utama kompas geologi
Bagian-bagian utama kompas geologi tipe Brunton. Yang terpenting
diantaranya adalah :
1. Jarum magnet
Ujung jarum bagian utara selalu mengarah ke kutub utara magnet bumi
(bukan kutub utara geografi). Oleh karena itu terjadi penyimpangan dari posisi
utara geografi yang kita kenal sebagai deklinasi. Besarnya deklinasi berbeda dari
satu tempat ke tempat lain. Agar kompas dapat menunjuk posisi geografi yang
benar maka graduated circle harus diputar.
Penting sekali untuk memperhatikan dan kemudian mengingat tanda yang
digunakan untuk mengenal ujung utara jarum kompas itu. Biasanya diberi warna
(merah, biru atau putih).
2. Lingkaran pembagian derajat (graduated circle)
Dikenal 2 macam jenis pembagian derajat pada kompas geologi, yaitu
kompas Azimuth dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N)
sampai 360o, tertulis berlawanan dengan arah perputaran jarum jam dan kompas

kwadran dengan pembagian derajat dimulai 0o pada arah utara (N) dengan selatan
(S), sampai 90o pada arah timur (E) dan barat (W). (Gambar II.2)
3. Klinometer
Yaitu bagian kompas untuk mengukur besarnya kecondongan atau
kemiringan suatu bidang atau lereng. Letaknya di bagian dasar kompas dan
dilengkapi dengan gelembung pengatur horizontal dan pembagian skala.
Pembagian skala tersebut dinyatakan dalam derajat dan persen.

II.2.2 Menyesuaikan Inklinasi dan Deklinasi


Sebelum kompas digunakan di lapangan, hendaknya diperiksa dahulu
apakah inklinasi dan deklinasinya telah disesuaikan dengan keadaan tempat
pekerjaan.
A. Inklinasi
Inklinasi adalah kecondongan jarum kompas yang disebabkan oleh
perbedaan letak geografi suatu daerah terhadap kutub bumi. Sudut kecondongan
akan hampir 0 (horizontal) apabila kita berada di dekat/di sekitar equator, dan
semakin bertambah besar apabila mendekati kutub-kutub bumi. Dengan demikian,
maka tiap tempat di atas bumi ini akan mempunyai sudut inklinasi yang berbedabeda.
Pada dasarnya, sebelum kompas geologi itu dapat digunakan dengan baik,
kedudukan jarum harus horizontal. Untuk itu bisa digunakan beban (biasanya ada)
yang dapat digeser sepanjang jarum kompas (Gambar II.2B beban).
B. Deklinasi
Deklinasi adalah sudut yang dibentuk oleh arah utara jarum kompas dan
arah utara sebenarnya (Utara geografi), sebagai akibat dari tidak berimpitnya titik
utara magnit dan titik utara geografi.
Besarnya deklinasi di suatu daerah umumnya ditunjukkan pada peta
topografi daerah tersebut. Untuk menyesuaikan agar kompas yang akan dipakai
menunjukkan arah utara yang sebenarnya, lingkaran derajat pada kompas harus
digeser dengan cara memutar adjusting screw yang terdapat pada sisi kompas.

II.2.3 Penggunaan Kompas Geologi


Kompas geologi selain digunakan untuk menentukan arah, juga dapat
dipakai untuk mengukur besarnya sudut lereng.
A. Menentukan arah azimuth dan cara menentukan lokasi
Arah yang dimaksudkan disini adalah arah dari titik tempat berdiri ke
tempat yang dibidik atau dituju. Titik tersebut dapat berupa : puncak bukti, patok
yang sengaja dipasang, dan lain-lain. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang
baik, dianjurkan mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang
2. Kompas dibuat horizontal dengan bantuan mata lembu dan dipertahankan
demikian selama pengamatan.
3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135o menghadap ke depan dan sighting
arm dibuka horizontal dengan peep sight ditegakkan.
4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud
tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung sighting arm dan garis tengah dan
garis tengah pada cermin. Sangat penting diingat bahwa : bukan hanya tangan
dengan kompas yang berputar tetapi seluruh badan.
5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak. Hasil bacaan adalah
arah yang dimaksud.
Hasil pembacaan arah dapat dipakai untuk menentukan lokasi dimana
pengamat berdiri, dengan dibantu peta topografi. Pembidikan dapat dilakukan ke
beberapa obyek yang lokasinya diketahui dengan pasti di peta (biasanya tiga
obyek) kemudian arah-arah tersebut ditarik pada peta dengan menggunakan busur
derajat dan segitiga. Titik potong ketiganya, yang bila pembacaannya tepat, akan
hanya berpotongan di satu titik. Titik tersebut adalah titik dimana pengamat
berdiri.
Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan menempatkan
kompas pada posisi mata .
Kompas dipegang horizontal dengan cermin dilipat 45o dan menghadap ke
mata. Arah yang ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karena tangan
penunjuk arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah ujung selatan
jarum kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang paling baik adalah tergantung
dari kebiasaan kita dan keadaan medan.

B. Mengukur besarnya sudut suatu lereng dan menentukan ketinggian suatu titik
Untuk mengukur besarnya sudut lereng dilakukan tahapan sebagai berikut :
1. Tutup kompas dibuka kurang lebih 45o, sighting arm dibuka dan ujungnya di
tekuk 90o.
2. Kompas dipegang dengan posisi kompas berada di sejajar mata. Skala
klinometer harus di sebelah bawah.
3. Melalui lubang peep-sight dan sighting-window dibidik titik yang dituju.
Usahakan agar titik tersebut mempunyai tinggi yang sama dengan jarak antara
mata pengamat dengan tanah tempat berdiri.
4. Klinometer kemudian diatur dengan jalan memutar pengatur di bagian belakang
kompas, sehingga gelembung udara dalam clinometer level berada tepat di
tengah.
5. Baca skala yang ditunjukkan klinometer. Satuan kemiringan dapat dinyatakan
dalam derajat maupun dalam persen.
Apabila jarak antara tempat berdiri dan titik yang dibidik diketahui,
misalnya dengan mengukurnya di peta maka perbedaan tinggi antara kedua titik
tersebut dapat dihitung. Perbedaan tinggi tersebut dapat juga diketahui dengan
cara seperti yang diperlihatkan dalam. Dalam hal ini, ikutilah prosedur sebagai
berikut :
1. Letakkan angka 0 klinometer berimpit dengan angka 0 pada skala.
2. Pegang kompas seperti gerakan dalam arah vertikal sedemikian rupa sehingga
gelembung udara berada di tengah.
3. Bidiklah melalui lubang pengintip sehingga mata, lubang pengintip dan garis
pada jendela panjang berada dalam satu garis lurus. Perpanjangan dari garis lurus
tersebut akan menembus permukaan tanah di depan pada suatu titik tertentu.
Ingat-ingatlah titik tembus ini.
4. Beda tinggi antara pengamat berdiri dan titik tembus tadi sama dengan tinggi
pengamat dari telapak sepatu sampai mata.
5. Berpindahlah ke titik tembus tadi dan ulanglah prosedur no. 2 dan 3 di atas
sampai daerah yang akan anda ukur selesai.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti dalam pengukuran arah dan sudut
lereng, dapat digunakan kaki tiga (tripod).
C. Mengukur kedudukan unsur struktur

Dalam geologi kita hanya mengenal adanya 2 (dua) jenis unsur struktur,
yaitu struktur bidang dan struktur garis.
D. Mengukur kedudukan bidang
Yang dimaksud dengan struktur bidang adalah bidang perlapisan, kekar,
sesar, foliasi, dan sebagainya. Kedudukannya dapat dinyatakan dengan jurus dan
kemiringan atau dengan arah kemiringan dan kemiringan.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengukur kedudukan
struktur demikian di lapangan, dan cara mana yang paling baik tergantung dari
selera masing-masing atau telah ditetapkan dan merupakan kebiasaan yang
dilakukan oleh instansi tempat kita bekerja. Di sini hanya akan dikemukakan 3
(tiga) cara saja yang paling lazim dilakukan dan dapat dimengerti oleh setiap
pemeta atau geologiawan.
a. Dengan kompas azimuth
Mengukur jurus dan kemiringan dengan kompas azimuth, ikutilah
prosedur sebagai berikut :
1. Bukalah cermin kompas > 90o
2. Letakkan salah satu sisi kompas yang bertanda E atau W (bukan N atau S) pada
bidang yang akan diukur.
3. Aturlah posisi kompas sedemikian rupa sampai horizontal dengan bantuan
mata lembu. Tetapi harus dijaga agar sisi kompas tetap menempel pada bidang
yang diukur (bila bidangnya renjul, lakukanlah itu dengan bantuan clipboard atau
yang semacamnya).
4. Bacalah jarum utara dan segera catat agar tidak lupa (bila kompas diangkat,
jarum akan bergerak). Angka yang anda baca adalah jurus bidang yang diukur.
5. Tandailah garis potong antara : bidang yang diukur dengan bidang dasar
kompas (= bidang horizontal). Biasanya dengan menekan angka keras atau
menggeser agak keras.
6. Ubahlan posisi kompas sehingga bidang dasar komp;as tegak lurus terhadap
garis potong (= jurus) pada nomor 5.
7. Aturlah klinometer sehingga gelembung pengatur horizontal terletak di tengah.
Kemudian bacalah angka yang ditunjukkan (dalam hal ini kompas dapat
diangkat). Hasil yang diperoleh adalah besarnya kemiringan.
8. Putarlah kompas sedemikian rupa sehingga posisinya seperti dalam gambar II.
9C. Buatlah horizontal dan bacalah arah yang ditunjukkan jarum utara : misalnya
N, NE, E, SE, S, SW, W, NW. Angkanya tidak perlu dicatat. Hasil pembacaan
adalah arah kemiringan.

Kedudukan struktur bidang yang diukur dapat dicatat sebagai berikut :


(misalnya) N 45oE/20oSE, artinya : jurus bidang adalah timur laut dan miring
atau condong 20o ke arah tenggara. Bidang N 45oE/20o SE bisa juga dibaca dan
dicatat sebagai N 225oE/20oSE. Angka yang pertama diperoleh karena yang
ditempel adalah sisi yang bertanda E sedang angka yang kedua karena yang
ditempel adalah sisi yang bertanda W.
b. Dengan kompas kwadran
Untuk mengukur jurus, lekatkan sisi kompas yang bertanda E atau W,
letakkan horizontal dan baca salah satu ujung jarum. Dianjurkan agar selalu
membaca angka pada belahan utara kompas (atau bagian dengan tanda N).
Dengan demikian kita akan mempunyai bacaan-bacaan sebagai berikut N E
atau N.W (tidak akan terjadi SE atau S..W).
Untuk mendapatkan kemiringan prosedurnya sama seperti pada kompas
azimuth, dan harus dinyatakan kemana arah kemiringannya. Untuk arah
kemiringan hanya jarum utara yang dibaca.
Contoh : N 30o E/15o NW
N 40o W/20o NW
N 40o W/25o SW dan sebagainya
E. Membaca arah dan besarnya kemiringan
Cara ini dapat diterapkan baik untuk kompas azimuth maupun kwadran.
Pada dasarnya cara ini adalah mengukur arah dan besarnya kemiringan bidang.
Artinya kemana arah kemiringannya dan berapa besarnya. Jurusnya tidak diukur,
tetapi dapat diketahui dengan sendirinya yaitu tegak lurus pada arah kemiringan.
Perbedaannya dengan kedua cara terdahulu adalah pencatatan dan plotting dalam
peta.
a. Pengukuran jurus
b. Pengukuran kemiringan
c. Pengukuran arah kemiringan
Prosedur mengukurnya adalah sebagai berikut :
a. Letakkan sisi kompas dengan cermin sejajar bidang yang diukur (atau sama
dengan mendekatkan sisi kompas dengan tanda S.
b. Angka yang ditunjuk jarum utara adalah arah kemiringan bidang.

c. Besarnya kemiringan diketahui dengan prosedur-prosedur yang sama seperti


pada cara pertama dan kedua.
d. Hasil bacaanyna akan ditulis : 20o N 45o E artinya : bidang itu miring 20o ke
arah timur laut.
Cara ini lebih cepat (karena hanya satu kali menentukan arah) dan tidak
mungkin terjadi kekeliruan dalam menentukan arah kemiringan bidang (kesalahan
hanya akan terjadi apabila kita salah membaca jarum kompas) cara ini juga
banyak diterapkan terutama di Eropa (Inggris) dan perusahaan-perusahaan
minyak.

II.2.4 Membaca kompas dan cara plotting


A. Membaca arah
Perlu diingat bahwa untuk membaca arah, baik kompas azimuth maupun
kwadran, jarum yang diperhatikan hanyalah jarum utara. Dalam gambar II.2A
arah yang ditunjukkan kompas adalah S 45o E sedangkan dalam gambar II.2B
adalah N 220o E.
B. Membaca jurus
Membaca jurus lapisan sama persis dengan membaca arah oleh karena
jurus tidak lain dari pada arah garis potong antara bidang lapisan dengan bidang
horizontal.
Telah dianjurkan dalam II.4.1.2 bahwa membaca jurus pada kompas
kwadran sebaiknya diamati jarum yang berada di setengah lingkaran kompas yang
bertanda N. Oleh karena itu dapat terjadi bahwa yang berada di bagian yang
bertanda N adalah jarum selatan.
C. Membaca sudut lereng, kemiringan lapisan atau penunjaman liniasi
Untuk membaca ketiga parameter di atas dipergunakan klinometer. Pada
umumnya yang dibaca adalah skala derajat, tetapi khusus untuk sudut lereng
kadang-kadang juga skala persentase (%).
Untuk skala derajat, pembacaan dapat dilakukan sampai menit yaitu
dengan memperhatikan nonius yang tertera pada klinometer. Pada gambar II.3B,
besarnya kemiringan adalah 10o 30. Cara pembacaannya adalah sebagai berikut :
- Garis berangka 0 (nol) pada klinometer menunjuk diantara angka 100 dan 110.
Artinya lebih besar dari 10o tetapi kurang dari 11o.

- Untuk membaca kelebihannya dari 10o, perhatikan garis-garis pada nonius, garis
yang mana yang berimpit dengan skala pada derajat. Dalam contoh adalah garis
30. Dengan demikian angka kemiringannya adalah 10o 30.
- Pada saat yang sama, kemiringan dalam persen adalah 19%

Bab

Anda mungkin juga menyukai